DOWNLOAD PTK BIOLOGI SMP MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIIIB SMP PERGIS MAROS


    Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
PendidikanNasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan berdaya saing diera global.
Era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, tidak dapat disangkal masih banyak masalah yang sering muncul dalam kegiatan mengajar  misalnya kondisi pelajaran yang kurang diminati siswa yang tergolong sukar dipahami, sehingga dapat berimplikasi pada rendahnya hasil belajar. Kualitas pendidikan sampai pada saat ini tetap merupakan masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha pembaruan sistem pendidikan nasional, sehinggga salah satu komponen yang berkenaan dengan masalah kualitas pendidikan adalah bagaimana kondisi proses belajar mengajar itu berlangsung. Berbagai pengalaman telah menunjukkan bahwa masih terdapat bermacam-macam yang dihadapi khususnya para pendidik, diantaranya adalah masalah strategi, metode dan teknik mengajar sehingga siswa dapat dengan mudah  menguasai dan memahami konsep –konsep materi pelajaran.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti pembaruan sistem pendidikan, perbaikan kurikulum, pengadaan sarana dan prasarana. Meskipun demikian tidak cukup tanpa dukungan dan peran aktif dari  siswa  sebagai subjek pembelajaran. Salah  satu hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah penggunaan model pembelajaran yang harus sesuai dengan materi pelajaran serta kondisi siswa itu sendiri.
Usaha peningkatan mutu pendidikan yang berarti lebih memanusiakan pendidikan, perbedaan individual perhatian yang memadai, yang pada  akhirnya mengarah pada perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini bukan berarti pendidikan dijuruskan sistem pendidikan individual tetapi disediakan alternatif yang memungkinkan terpenuhnnya individual. Dalam hal ini variasi penggunaan kelompok besar (kelas),kelompok kecil,dan pengajaran perorangan tampaknya sesuai dengan keperluan tersebut Prayekti, (2005).
Menurut Slameto (1995), berhasilnya tujuan pendidikan bagaimana proses yang dialami siswa. Seorang guru dituntut untuk jeli dan teliti dalam memilih metode yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menciptakan hasil belajar yang efektif merupakan tugas dan tanggung jawab serta kewajiban.
Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan yang semakin canggih, semakin meningkat baik ragam, maupun  kualitasnya. Disisi lain bahwa tuntutan kurikulum berbasis kompetensi menuntut siswa mampu menguasai kompetensi yang optimal. Optimal dalam arti bahwa siswa di   samping mampu mengetahui, mampu juga memanfaatkannya. Namun dalam kenyataannya, siswa hanya tahu banyak fakta tapi kurang mampu memanfaatkannya secara efektif. Sementara itu, pemerintah dan masyarakat berharap agar lulusan dapat menjadi pemimpin, manajer, innovator, operator yang efektif dan yang mampu beradaptasi dengan perubahan. Oleh sebab itu, beban yang diemban oleh sekolah, dalam hal ini adalah guru sangat berat, karena guru yang berada pada garis depan dalam membentuk pribadi anak didik. Dengan demikian sistem pendidikan dikembangkan agar dapat menjadi lebih responsif terhadap tuntunan masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi di dunia kerja masa datang.
 Prestasi belajar biologi pada SMP PERGIS pada tahun-tahun sebelumnya masih rendah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan model pembelajaran yang bisa mengaktifkan siswa belajar biologi, misalnya pembelajaran kooperatif. Dewasa ini telah banyak digunakan model pembelajaran kooperatif, bahkan pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran yang banyak dikembangkan. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat macam-macam tipe, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Sejumlah riset telah banyak dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran semacam itu memperoleh prestasi yang lebih baik, dan mempunyai sikap yang lebih baik pula terhadap pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas penulis perlu mengadakan suatu penelitian yang berjudul “Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas VIIIB SMP PERGIS Maros”         

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah  Model pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar biologi siswa kelas VIIIB SMP PERGIS Maros?
2.      Apakah  Model pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar biologi  siswa kelas VIIIB SMP PERGIS Maros?

C.    Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu : 
1.      Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar biologi pada siswa kelas VIIIB SMP PERGIS Maros dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw. 
2.      Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh model pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan keaktifan  belajar biologi siswa kelas VIIIB SMP PERGIS Maros.


D.    Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang  diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1.      Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan lebih aktif, kritis dan kreatif
2.      Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran dengan menggunakan   model pembelajaran kooperatif jigsaw.
3.      Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti yang lain untuk mengembangkannya lebih jauh.


BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA

A.    Tinjauan Pustaka

1.      Metode Mengajar

Metode adalah  suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang benar, kita membutuhkan metode yang baik dan tepat. Dalam proses belajar-mengajar jenis metode yang digunakan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan secara efektif dan efesien (Djamarah dan Zain, 1996).
Secara makro, tugas  guru berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia yang pada akhirnya akan menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa, dengan kata lain bahwa guru mempunyai tugas mengajar membangun fundamen kemanusiaan.
Menurut Nasution (2000), bahwa metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Guru hendaknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga berfungsi sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran, sejalan dengan itu, Sudjana   (2002), mengemukakan bahwa metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Metode mengajar dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dengan bahan. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode terletak pada keaktifan proses belajar-mengajar. Metode mengajar sangat banyak dan bervariasi, pendekatan dan penggunaanya dapat dikategorikan ke dalam pendekatan kelompok dan pendekatan individual. Pendekatan individual memungkinkan setiap siswa belajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing, sedangkan pendekatan kelompok  pada umumnya ditujukan untuk membimbing kelompok agar belajar. Namun demikian pendekatan kelompok harus tetap memperhatikan adanya perbedaan individual dalam diri siswa, Ali (2002).
Dalam belajar, pengetahuan dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi banyak. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya didentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.
Para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Dalam pandangan psikologis setidaknya ada 4 pandangan mengenai belajar. Pertama, pandangan yang berasal dari aliran psikologi behavioristik, menurut pandangan ini, belajar dilaksanakan kontrol instrumental dari lingkungan. Guru mengkondisikan sedemikian sehingga pembelajar atau siswa mau belajar. Kedua, pandangan yang berasal dari psikologi humanistik, menyatakan bahwa belajar dapat dilakukan sendiri oleh siswa, siswa senantiasa menemukan sendiri mengenai sesuatu tanpa banyak campur tangan dari guru. Ketiga, pandangan yang berasal dari psikologi kognitif, menyatakan bahwa belajar merupakan perpaduan dari usaha sendiri dengan kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Keempat, menurut pandangan psikologi gestalt bahwa belajar adalah usaha yang bersifat totalitas dari individu, oleh karena itu totalitas lebih bermakna dibanding dengan sebagian-sebagian.

2.      Prestasi belajar

a.      Prestasi
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, prestasi didefenisikan sebagai hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan. Selanjutnya, Bahri (dalam Asrianti. (2005) mengatakan bahwa prestasi adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan yang dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok .
Prestasi tersebut tidak pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan suatu kegiatan. Kegiatan dapat terwujud bila kita merasa senang, membutuhkan, bermakna dan logis. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu prestasi diperlukan sarana pendukung yang bisa menfasilitasi. Jadi, suatu kegiatan harus jelas tujuannya.

b.      Belajar
Belajar dalam arti umum adalah upaya untuk memperoleh suatu ilmu. Menurut Kamus American Heritage, belajar diartikan sebagai upaya memperoleh pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan sesuatu melalui pengalaman atau studi, oleh (Gagne,  dalam Inrawati, 2006: 3) belajar didefenisikan sebagai suatu proses organisme (seseorang) berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sementara itu Rasyid (2005) mendefinisikan belajar sebagai berikut:
Belajar adalah suatu proses penyeleksian informasi (pengetahuan, keterampilan,  dan sikap) oleh otak melalui modus pandang (visual), atau modus dengar (auditory), atau modus sentuh (tactile of motoric), atau gabungan dari dua atau tiga modus tersebut, sebagai hasil kerja daya ingat jangka pendek, yang berlanjut dengan pengorganisasian dan penyampaian informasi pada daya ingat jangka panjang.

Belajar adalah proses penerimaan informasi yang bisa tersimpan pada daya ingat jangka pendek dan jangka panjang. Jika informasi hanya sampai pada daya ingat jangka pendek, maka informasi tersebut mudah hilang. Oleh karena itu, untuk memungkinkan informasi sampai pada daya ingat jangka panjang diperlukan kegiatan belajar yang optimal. Dengan demikian,belajar membutuhkan kegiatan kemahiran, pengulangan, penguatan/pemantapan informasi secara terus menerus karena setiap informasi senantiasa berpeluang menjadi kabur bahkan menghilang dari ingatan seiring dengan perputaran waktu.
Berdasarkan defenisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang ingin dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Prestasi belajar ini dapat diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar . Hal ini sejalan dengan pendapat Syamsul Mappa (1977) mengemukakan bahwa “bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh murid dalam studi tertentu dengan menggunakan tes sebagai alat ukur keberhasilan belajar seorang murid”.
Bila prestasi belajar dikaitkan dengan pelajaran biologi maka prestasi belajar biologi merupakan sesuatu yang dicapai melalui belajar biologi, apakah yang dicapai itu baik atau kurang baik tergantung sesuatu yang dilakukan melalui proses tersebut. Setiap kegiatan belajar manusia selalu ada hasil belajar yang diperoleh dan biasanya belajar inilah yang menjadi sasaran akhir dari proses belajar seseorang, terutama pada siswa
Menurut Bloom, ada tiga rana dalam prestasi belajar yang dapat diperoleh, yaitu aspek kognitif,afektif dan psikomotorik. Selain itu, prestasi belajar biologi merupakan output dari system tersebut berupa macam-macam informasi, sedangkan outputnya adalah perbuatan atau kinerja.
Input pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil atau input yang berasal dari lingkungan yang berupa rencana dan pengelolaan motivasi tidak terpengaruh langsung terhadap usaha yang dicurahkan oleh anak untuk mencapai prestasi belajar.
Menurut Rahman (1989) bahwa prestasi belajar biologi adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar biologi” Belajar itu sendiri merupakan dari proses dari kegiatan belajar seseorang dimana prestasi belajar biologi tersebut dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal siswa tentang materi biologi yang akan dipelajari.

3.      Standar proses pendidikan
Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 Bab 1 pasal 1 ayat 6)
Dari pengertian di atas menurut Sanjaya  (2006) ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi :
a.      Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan, yang berarti setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang tertentu harus mengikuti standar proses pendidikan yang dirumuskan dalam standar nasional tersebut
b.      Standar proses pendidikan dijadikan acuan bagi pengelolaan pendidikan pada masing-masing lembaga berdasarkan standar minimal yang ditetapkan pada standar nasional.
c.      Standar proses pendidikan dijadikan sebagai arah pencapaian kompetensi lulusan atau tujuan utama dalam menentukan standar proses pendidikan.
Standar proses pendidikan mempunyai fungsi. Secara umum, standar proses pendidikan (SPP) sebagai standar minimal yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai pengendali proses pendidikan untuk memperoleh hasil dan proses pembelajaran. Adapun fungsi-fungsi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.      Fungsi SPP dalam rangka mencapai standar kompotensi yang harus pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni kompotensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan
b.      Fungsi SPP bagi guru adalah untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni     standar kompotensi yang harus dimiliki siswa, guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan sangat menentukan keberhasilannya,kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar.

4.      Faktor yang mempengaruhi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi secara global dapat digolongkan menjadi dua yaitu : faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.

a.      Faktor- faktor  intern
Menurut Syah (1999) faktor intern, terdiri atas dua faktor: (1) faktor fisiologis atau jasmani; (2) faktor psikologis atau kejiwaan; dan Slameto (1987) menambah faktor kelelahan. Ketiga faktor ini selanjutnya diuraikan menjadi beberapa bagian.

1.       Faktor  jasmaniah
Faktor  jasmaniah meliputi dua bagian yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.
a). Faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah atau gangguan-gangguan / kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan- ketentuan tentang bekerja, belajar, istrahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

b). Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaklah ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.


2.       Faktor  psikologis
Faktor psikologis yang berpengaruh pada proses pembelajaran meliputi tujuh bagian yaitu sebagai berikut.

a). Intelegensi. Untuk memberikan pengertian tentang intelegensi, J.P. Chaplin merumuskan sebagai berikut:
1.      The ablitity to meet and andapt to novel situation quickly and effectively.
2.      The ablity to utilize abstract concepts effectively.
3.      The ability to grasp relationships and to learn quickly 

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Chaptain, intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif , menggunakan konsep- konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi ketika siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang  mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi, belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks  dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.
b). Perhatian. Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, pikiran itu semata-mata tertuju kepada satu objek ( benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang  baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar  siswa dapat  belajar dengan baik, seorang perlu mengusahakan bahan pelajaran yang selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan kesenangan atau bakat siswa- siswa.  

c). Minat. Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut:”Insterest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity  or content”. Berdasarrkan definisi yang dikemukakan oleh Hilgard maka minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan atau sasaran yang menjadi pusat perhatian kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus serta dengan penuh rasa senang, jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Minat besar pengaruhnya perhadap belajar, karena bila bahan pelajaran ysng dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari  dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar,dapatlah diusahakan agar ia  mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.    

d). Bakat. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/ tidak berbakat dibidang itu.

e). Motif. James Drever dalam Slameto (19987) memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut:
Motive is an affective-coknitive factor which operates in determining the direction of an individuals beharvior towards an end or goal, congsioustily apprehended or unconsioustly”.
Dari definisi tersebut, motif dapat diartikan suatu faktor kejiwaan yang menentukan arah tingkah laku individu terhadap suatu tujuan baik secara sadar maupun tidak. Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang ingin kita capai. Jadi motif itu sendiri sebagai daya penggerak / pendorongnya.
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Motif –motif dasar di atas dapat juga ditanamkan kepada siswa dengan cara memberikan latihan-latihan /kebiasaan yang kadang- kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

f). Kematangan. Kematangan adalah suatu tingkat /fase dalam pertumbuhan seseorang. Di mana alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis,    dengan otak sudah siap untuk berfikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang), Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan belajar. 

g). Kesiapan. Kesiapan menurut James Driver adalah kesediaan untuk mamberi respon atau reaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.  

3). Faktor Kelelahan.
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderugan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh sehingga darah tidak / kurang lancar pada bagian –bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan doronagn untuk menghasilkan sesuatu menjadi hilang.


           
b.Faktor- faktor ekstern.
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi tiga  faktor, yaitu: (1) faktor keluarga; (2) faktor sekolah; dan (3) faktor masyarakat. 

1). Faktor keluarga.
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: Cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

a). Cara orang tua mendiddik. Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini dipertegas oleh Stjipto Wirowidjojo dengan pernyataan yang mengatakan bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, Negara dan dunia. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan- kebutuhan anaknya dalam belajar  tidak mengatur waktu belajarnya tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan anaknya kesulitan – kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/ kurang berhasil dalam belajarnya.  

b). Relasi antar anggota keluarga. Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi dengan kebencian, sikap yang terlalu keras, atau sikap acuh  tak acuh dan sebagainya. Begitu juga jika relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang  tidak baik, akan dapat  menimbulkan problem yang sejenis.     

c). Suasana rumah . Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian- kejadian yang sering terjadi dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang ramai dan semrawut tidak akan memberikan ketenagan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut bdapat terjadi pada keluarga yang besar dan terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering  terjadi cekcok, pertengkaran antara  anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, sukar keluar rumah akibatnya belajarnya kacau.
Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram . Di dalam rumah  suasana rumah yang tenang dan tenteram selain anak kerasan / betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.         

d). Keadaan ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, pelindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar ini hanya dapat terpenuhi jika keluarga cukup uang
Anak yang hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu.

e). Pengertian orang tua. Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah kadang – kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib berikan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah.

f). Latar belakang kebudayaan. Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar perlu kepada orang tua ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

2). Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode belajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

a.      Metode mengajar. Metode mengajar adalah suatu cara / jalan yang harus di lalui di dalam mengajar. Mengajar sendiri menurut Ign,S. ulih Bukit Pora adalah menyajikan bahan pelajaran dan orang lain mampu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Didalam lembaga pendidikan, orang lain yang di atas disebut sebagai murid/siswa dan mahasiswa, dalam proses mengajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengengkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien mungkin.

b.      Kurikulum. Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

c.      Relasi guru dengan siswa. Proses belajar-mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam diri sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.

d.      Relasi siswa dengan siswa. Guru yang kurang bijaksana dalam  mendekati siswa, tidak akan terlihat bahwa didalam kelas ada grup yang salin bersaing secara tidak sehat. Jika kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.

e.      Disiplin sekolah. Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/ ketentuan kelas, gedung sekolah, dan hal lainnya, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf, siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.

f.       Alat pelajaran. Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karna alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa  menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.

g.      Tugas rumah.waktu belajar terutama adalah sekolah, di samping untuk waktu belajar di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. 

3). Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan factor ekstern yang juga berpengaruh terhadap masyarakat. Pada uraian berikut ini membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, dibahas tentang, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan bermasyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar.
a.      kegiatan siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntunkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagaman dan lain-lain, belajarnya  akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu.
b.      mass media. Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Semuanya itu baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.
c.      teman bergaul. Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebjh cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifatburuk juga
d.      bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada disitu. Anak/siswa tertarik untuk berbuat seperti yang dilakukan orang-orang disekitar.

5.  Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok–kelompok tertentu  untuk mencapai pembelajaran yang dirumuskan. Menurut (Sanjaya 2006:239)   menyatakan bahwa “ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu (1) adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya  aturan  kelompok, (3) adanya upaya belajar kelompok, dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai”.
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap  kelompok belajar. Pengelompokkan siswa bisa ditetapkan berdasarkan atas kemampuan yang  bervariasi. Hal ini dilakukan agar semua siswa mencapai tujuannya.
Aturan kelompok adalah sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat baik sebagai siswa maupun sebagai anggota kelompok.  Misalnya, aturan pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan sebagainya.
Upaya belajar adalah segala aktifitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun memperoleh kemampuan baru baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Aktifitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar peserta dapat Saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman maupun gagasan-gagasan.
Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.melalui tujuan yang jelas setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika hanya sebagian kecil dari anggota kelompok yang menguasai bahan pembelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja namun siswa harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar kelompok selama kegiatan.
Selanjutnya (Sanjaya 2006:241) menyatakan bahwa strategi pembelajaran kooperatif dilaksanakan manakala:
1.      Guru menekankan pentingnya usaha kolektif  disamping  usaha individu dalam belajar.
2.      Jika guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
3.      Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.
4. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka.
5. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi.
Jadi pembelajaran kooperatif menumbuhkan terjadinya usaha kolektif, atau kerja sama, kesadaran akan pentingnya saling bantu dan kesadaran akan manfaat bantuan orang lain. Disamping itu, pembelajaran ini menumbuhkan kemampuan untuk memecahkan masalah dengan cara kerja sama sehingga dapat merasakan betapa besar manfaat kerja sama, melalui kerja sama, permasalahan yang banyak dan rumit dapat dibagi sehingga beban bisa berkurang dan selanjutnya dapat dipertemukan kembali. Hal ini dalam model pembelajaran jigsaw.
Dalam pembelajaran kooperatif  ada beberapa keterampilan yang perlu dimiliki seorang siswa. Lundgren, (dalam  Wartono, 2004) membagi keterampilan tersebut menjadi tiga tingkatan sebagai berikut:
1.      Keterampilan kooperatif tingkat awal,meliputi:
a.      menggunakan kesepakatan
b.      menghargai kontribusi
c.      mengambil giliran dan berbagi tugas
d.      berada dalam kelompok
e.      berada dalam tugas
f.       mendorong partisipasi
g.      mengundang orang lain untuk berbicara
h.      menyelesaikan tugas pada waktunya
i.        menghormati perbedaan individu
2.      Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi:
a.      menunjukkan penghargaan dan simpati
b.      mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima
c.      mendengar dengan aktif
d.      bertanya
e.      membuat ringkasan
f.       menafsirkan
g.      mengatur dan mengorgnisir
h.      menerima tanggung jawab
i.        mengurangi ketegangan
3.      Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi:
a.      mengelaborasi
b.      memeriksa dengan cermat
c.      menanyakan kebenaran
d.      menetapkan tujuan
e.      berkompromi
Keterampilan yang disebutkan diharapkan dapat dimiliki seorang siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dan langkah-langkahnya sedikit bervariasi bergantung pada pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang termasuk dalam kategori model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a.      StudentTeam-Achievemnet Division (STAD): STAD atau tim  yang siswa berprestasi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang sederhana. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan empat atau lima. Guru menyajikan pelajaran dan menyajikan pelajaran dan kemudian siswa berdiskusi hingga semua anggota dipastikan mengerti. Siswa diberikan pertanyaan secara individu. Nilai masing-masing individu dirata-ratakan menjadi nilai kelompok.
b.      Teams-Games-Tournaments (TGT). TGT atau pertandingan-permainan-tim merupakan permainan  dimana setiap tim diwakili oleh temannya untuk maju pada  meja permainan yang bersifat pertanyaan. Pertanyaan itu berrkaitan dengan pembahasan yang telah disajikan oleh guru  dan didiskusikan pada kelompok masing-masing.
c.      Jigsaw. Jigsaw adalah model  pembelajaran dimana siswa membentuk kelompok (kelompok asal) dengan jumlah anggota sesuai dengan sub-sub pokok bahasan yang akan dibahas. Setiap anggota mempunyai tugas untuk dipelajari setiap anggota kelompok membentuk kelompok baru (kelompok ahli). Setelah dibahas, mereka kembali ke kelompok asal untuk merangkum semua pembahasan.
d.      Think-Pair Share (TPS). TPS atau Berfikir-Berpasangan-Berbagi adalah pembelajaran kooperatif yang mengikuti tiga langkah sebagai berikut:
-         Berpikir: Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh guru.
-         Berpasangan: siswa mendiskusikan apa yang dipikirkan dari pertanyaan yang diajukan oleh guru
-         Berbagi siswa  menyampaikan hasil diskusinya dengan teman sekelasnya.
Pada tulisan akan dibahas satu model pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran kooperatif jigsaw.

      
6.   Model pembelajaraan kooperatif jigsaw
Model pembelajaran pembelajaran jigsaw pertama ditemukan pada tahun 1971 oleh Aroson di Austin, Texas.  (dalam Aroson, 2006). Model pembelajaran ini muncul sebagai solusi terhadap pembelajaran klasikal yang mengandalkan kompetisi  kelas Di Austin juga dilaksanakan model pembelajaran kelompok tapi pengolompokan didasarkan pada ras. Pengelompokan semacam ini.
Dalam observasi Aroson, dia menemukan bahwa dalam pembelajaran klasikal terdapat siswa yang bersaing untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sebagian siswa sengaja berlindung dari pandangan guru dengan harapan agar tidak ditunjuk oleh guru.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif  yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan meteri tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain . Dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi ( tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang di tugaskan kepada mereka. Kemudian siswa –siswa itu kembali pada tim/ kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam  Kelompok  asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada  anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Asal

Text Box: +    X =     *                   Text Box: +  X =     *                 Text Box: +    X =     *                   Text Box: +    X = *             **********
 



Text Box:  *  * *     *     Text Box:  =   =  =    =Text Box: X   X X   X      Text Box: +    + +    +
Kelompok Ahli
Gambar 1 : Ilustrasi Kelompok Jigsaw
 Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik anggota sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga akan dituntut saling ketergangtungan yang positif (saling memberi tahu ) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya diakhir pembelajaran siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berkut (1) pembagian tugas, (2) pembagian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4)  mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara intruksional sebagai berikut (Slavin dalam yusuf,2003 : 37 )
1.      Membaca : siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
2.      Diskusi kelompok ahli : siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topic tersebut.
3.       Diskusi kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.
4.      Kuis : siswa memperoleh kuis individu mencakup semua topik.
5.      Penghargaan kelompok : perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor terakhir.

7.       Materi pelajaran Biologi
Materi pelajaran Biologi termuat kurikulum KBK kelas VIII semester genap diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Fungsi makanan dan zat makanan
2.      Sistem pencernaan pada manusia
3.      Penyakit / gangguan sistem pencernaan
Materi tersebut diajarkan pada kegiatan penelitian ini. Materi tersebut diurai secara ringkas pada bagian berikut ini.
1.      Fungsi makanan dan zat yang dikandungnya
Makanan adalah sesuatu yang dapat dimakan dan berguna bagi tubuh. Jadi, jika ada suatu bahan yang dapat dimakan, tetapi tidak berguna bagi tubuh, bahan tersebut bukan merupakan makanan. Bahan makanan berguna bagi tubuh jika mengandung gizi atau zat-zat makanan. Makanan seperrti ini dinamakan makanan bergizi atau sehat.
Fungsi utama makanan adalah sumber energi, energi yang diperoleh dari bahan makanan berupa energi kimia yang disebut ATP (adenosin tri fosfat). Makanan juga berfungsi:
1.  pertumbuhan dan perkembangan tubuh
2.  pemeliharaan dan perbaikan sel-sel yang telah rusak atau tua
3.  pengatur metabolisme tubuh
4.  penjaga keseimbangan cairan tubuh, dan
5.  pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Suatu makanan dapat dimanfaatkan oleh tubuh, jika makanan tersebut mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat makanan inilah merupakan syarat agar suatu makanan berguna bagi tubuh. Syarat-syarat tersebut, diantaranya:
1.      harus mengandung cukup kalori,
2.      harus mengandung cukup karbohidrat, lemak, dan protein,
3.      harus mengandung cukup serat, vitamin, dan mineral yang diperlukan oleh tubuh,
4.      harus mengandung cukup air,
5.      harus mudah dicerna agar zat-zat makanan dapat diserap oleh tubuh,dan
6.      tidak mengandung racun dan bibit penyakit atau higienis .
Zat-zat yang terkandung dalam bahan makanan yang berfungsi membangun dan memperbaiki sel-sel, serta memelihara dan mempertahankan kondisi tubuh dinamakan zat makanan atau nutrisi (nutrien). Zat makanan dan fungsinya akan diuraikan sebagai berikut.
Karbohidrat adalah senyawa organik yang tersusun atas unsur karbohidrat (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi. Setiap gram karbohidrat mengandung energi sebesar 4,1 kalori.
Karbohidrat merupakan makromolekul. Karbon dikelompokkan atas tiga golongan, yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang memiliki satu gugus gula, contohnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Disakarida adalah karbohidrat yang memiliki dua gugus gula, contohnya maltosa, laktosa, dan sukrosa. Adapun polisakarida adalah karbohidrat yang memiliki banyak gugus gula, contohnya amilum, selulosa, dan glikogen. Polisakarida dinamakan juga senyawa kompleks karena bentuk molekulnya besar.
Protein tersusun atas dasar karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), kadang-kadang mengandung unsur Posfor (P) atau belerang (S). Protein diserap oleh tubuh dalam bentuk asam amino, yaitu bentuk protein paling sederhana. Oleh karena itu, sebelum diserap oleh tubuh, protein dapat diubah menjadi asam amino. Sebaiknya, asam amino disusun kembali menjadi protein. Satu molekul protein dapat tersusun lebih dari 200 asam amino.
Protein merupakan zat utama yang berperan dalam semua proses metabolisme sel, protein juga memiliki fungsi dalam hal-hal berikut :
1.      sintesis sat-sat penting tubuh, seperti hormon, enzim, dan anti bodi;
2.      pertumbuhan, perbaikan, dan peliharaan jaringan tubuh;
3.      penyeimbangan asam dan basa cairan tubuh karena berperan sebagai bufer;
4.      pemeliharaan tekanan cairan dalam sekat rongga tubuh;
5.      penyediaan sumber energi, 1 gram protein mengandung 4,1 kalori; dan
6.      penetralan ( detoksifikasi) racun dalam tubuh.
Lemak tersusun atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), serta terkadang fosfor (P), dan nitrogen (N). Lemak tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik, seperti eter dan kloroform.
Lemak minyak sering kali disebut lipid. Lipid umumnya tersusun atas trigliserida yang terdiri atas asam lemah dan gliserol. Lemak adalah lipid sederhana yang terdiri atas 3 molekul, asam lemak dan 1 molekul gliserol. Asam lemak dibedakan dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh dapat disentesis sendiri dalam tubuh bersama gliserin. Asam lemak jenuh berwujud padat. Jenis lemak ini sering di hubungkan dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah. Asam lemak jenuh banyak terdapat pada daging, jeroan , dan otak contohnya asam stearat dan asam palmiat.
Asam lemak tidak jenuh tidak dapat disentesis di dalam tubuh sehingga harus didatangkan melalui makanan. Asam lemak jenuh berbentuk cair, biasanya terdapat pada tumbuhan, seperti minyak jagung, biji-bijian, kelapa dan ikan.
Vitamin adalah senyawa organik yang mutlak diperlukan tubuh, namun dalam jumlah yang relatif sedikit. Vitamin berperan dalam pertumbuhan dan pengaturan fungsi-fungsi tubuh agar metabolisme tubuh berjalan normal. Vitamin dalam makanan ada yang larut dalam lemak dan adapula yang larut di dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Adapun yang larut dalam air adalah vitamin B dan C. Berikut akan dijelaskan sepintas tentang vitamin-vitamin.
1). Vitamin A
Vitamin A ini dinamakan juga aserftol atau retinol. Setiap orang memerlukan 3mg- 5mg vitamin A perhari. Seseorang yang kekurangan vitamin A akan menderita beberapa penyakit diantaranya  rabun senja (hemorolopia), kulit bersisik (frinoderma) dan lain lain.
2). Vitamin D
Vitamin disebut juga calcitriol. Kebutuhan seseorang terhadap vitamin D adalah 1mg – 2mg perhari. Akibatnya, tulang menjadi rapuh dan bentuknya tidak sempurna. Kekurangan sinar matahari pagi, juga dapat menyebabkan penyakit ini.
3). Vitamin E
Vitamin E disebut juga ditokofero. Fungsinya vitamin ini berhubungan erat dengan kesuburan ( fertilisasi) seseorang. Kebutuhan anda terhadap vitamin E adalah 7,4 mg perhari. Vitamin dapat anda peroleh dari kecambah kedelai, minyak ikan, margarin, dan kacang-kacangan .
4). Vitamin K
Vitamin K atau filokinon disebut juga anti pendarahan atau anti hemorogia. Vitamin ini berfungsi sebagai katalisator dalam pembentukan protrombin yang dibentuk dalam hati. Vitamin K dibutuhkan sebanyak 0,08 mg /hari. Vitamin K ini dapat diperoleh dari sayuran berwarna hijau, seperti biji-bijian, kol, dan kembang kol.
5). Vitamin B
Vitamin B terdiri atas beberapa jenis, yaitu vitamin B1, B2, B6, B11, B12, niasin, asam pentolenat, asam folat, dan biotin. Jenis vitamin B  yang lain adalah asam pentanoat. Vitamin jenis ini berperan dalam proses metabolisme energi oleh karena itu, vitamin B ini sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel tubuh.
6). Vitamin C
Apakah anda pernah mengalami sariawan ? sariawan merupakan gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan vitamin C. Vitamin ini juga disebut juga asam askobat. Kebutuhan vitamin C berbeda-beda pada setiap orang bergantung pada keadaan dan umur seseorang. Vitamin C berperan penting dalam menghentikan peredaran dan memperkuat permeabilitas kapiler darah serta dapat juga menurunkan tekanan darah tinggi atau menolong hipertensi.
Seperti halnya vitamin, mineral dibutuhkan tubuh manusia dalam jumlah relatif sedikit harinya. Mineral diperlukan dalam bentuk ion. Mineral mudah larut dan tidak mengalami proses pencernaan, tetapi langsung diserap oleh usus. Mineral-mineral tersebut dapat dikelompokkan menjadi makroelemen (makromineral) dan mikroelemen (mikromineral).
1). Makroelemen
Makroelemen merupakan mineral-mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang agak banyak. Mineral-mineral ini didapatkan dari sayur-sayur, kacang-kacangan, susu telur, ikan, dan kerang. Biji-bijian seperti gandum dan padi sangat sedikit mengandung mineral ini. Mineral yang termasuk makroelemen adalah kalsium, fosfor natrium, klor, magnesium, kalium, dan sulfur.
2). Mikroelemen
b). Lidah . Lidah terletak di dalam rongga mulut. Lidah berfungsi memindah-mindahkan posisi makanan sehingga makanan dapat dikunyah merata, juga membantu proses menelan makanan
c). Kelenjar ludah. Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang menghasilkan ludah. Air ludah berfungsi memudahkan penelaan, membantu pencernaan makanan, dan pelindung mulut terhadap panas, dingin, asam, dan basa.
2). Kerongkongan. Kerongkongan merupakan sebuah saluran yang pipih, makanan yang dicerna di dalam mulut akan bergerak menuju kerongkongan( esofagus) berbentuk bola (bolus Mineral yang termasuk mikroelemen dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit, namun berperan vital bagi proses metabolisme. Mineral yang dibutuhkan adalah seng, iod, zat besi, tembaga, mangan, dan fluor. Vitamin dan mineral berfungsi melancarkan semua proses metabolisme dalam tubuh.
b.      sistem pencenaan pada manusia
Ketika makanan memasuki rongga mulut, makanan mulai mengalami proses pencernaan, yaitu proses pemecahan makanan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap oleh tubuh. Proses makanan terjadi secara mekanis dan kimiawi.
Alat-alat pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri atas mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus halus (intestinun), usus besar (calon), dan anus. Adapun kelenjar pencernaan terdiri atas hati, pankreas, dan empedu.
1). Mulut
Mulut adalah pencernaan dan sekaligus saluran pencernaan pertama dilalui makanan. Proses pencernaan makanan dimulai di dalam mulut. Di dalam mulut terdapat gigi, lidah, dan kelenjar ludah. Gigi dan lidah membantu mencerna makanan secara mekanis melalui kunyaan. Ludah mencernakan makanan secara kimiawi melalui enzim petialin yang  di kandungnya.
a). Gigi . Gigi berperan penting dalam pencernaan dimakanan. Melalui gigi makanan di potong, di lumatkan dan di koyak sehingga ukuran makanan menjadi lebih kecil.
b). Lidah. Lidah terletak di dalam rongga mulut. Lidah berfungsi memindah-mindahkan posisi makanan dapat dikunya merata. Juga membantu proses menelan makanan.
c). Kelenjar ludah. Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang menhasilkan ludah. Air ludah berfungsi memudahkan penelaan, membantu penelaan makanan, dan pelindung mulut terhadap panas, dingin, asam, dan basa.
2). Kerongkongan.
Makanan yang telah dicerna didalam mulut akan bergerak menuju kerongkongan ( esofagus ) berbentuk bola ( bolus ). Sebelum mencapai esofagus makanan melewati tekak atau faring, tekak merupakan pertemuan antara saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Lubang menuju tenggorokan disebut glotis dan ditutup oleh epiglotis.
3). Lambung
Lambung atau ventrikulus merupakan organ berbentuk kantung besar yang tersusun atas empat bagian, fundus, kardiak, badan, dan pilorus. Dinding lambung menghasilkan getah pencernaan, yaitu sebagai berikut.
1.      HCL (getah lambung) berfungsi membunuh kuman yang masuk bersama makanan dan mengaktifkan pepsinogen.
2.      Pepsin merupakan pepsinogen aktif yang berfungsi memecahkan protein menjadi pepton.
3.      Renin berfungsi untuk mengendapkan protein susu (kasein).


4). Usus halus dan usus kecil
Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum, dan ileum. Kelenjar-kelenjar yang ada dalam dinding usus halus menghasilkan getah usus halus yang mengandung enzim-enzim, yaitu enzim sakarase, enzim laktase, dan enzim peptidase.
5). Usus Besar
Didalam usus besar atau kolon merupakan kelanjutan dari usus halus. Panjang usus besarlebih kurang 1 meter. Usus besar memiliki tambahan usus yang disebut umbai cacing (apendiks) yang terletak dibagian ujung usus besar buntu.
Fungsi utama usus besar adalah mengatur kadar air sisa makanan. Dalam usus besar terdapat bakteri pembusuk echerchia coli yang membusukkkan sisa-sisa makanan menjadi kotoran (feses).  Bagian akhir usus besar yang  panjangnya kurang lebih 15cm.disebut reknum.
6). Anus.
Anus mempunyai dua otot, yaitu otot tak sadar pada bagian internal dan otot sadar pada bagian eksternal.  Feses yang menyentuh dinding reknum akan merangsang relaksasi (mengendor) otot tak sadar, sehingga ada keinginan untuk membuang air besar. Mekanisme inilah yang mengakibatkan kita dapat menahan membuang air besar jika keadaanya tidak memungkinkan.
c). Gangguan dan kelainan pada sistem pencernaan makanan
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan faktor luar, seperti pola makan yang salah, toksin bakteri, dan faktor dalam seperti kelainan alat pencernaan makanan.
Gangguan tersebut antara lain apendisitis, diare, disfagia, enteritis, kolik, konstipasi, muntah-muntah, ulkus, peritonitis, kanker lambung, dan kolitis. Gangguan tersebut dirinci pada bagian berikut:
1. Apendisitis (biasa disebut sakit usus buntu) adalah peradangan pada apendiks (umbai cacing) yang disebabkan infeksi bakteri.
2. Diare atau mencret adalah gangguan penyerapan air di usus besar sehingga ampas makanan yang dikeluarkan dari tubuh berwujud cair.
3.  Dispagia adalah kerusakan lambung karena alkohol dan racun.
4. Enteritis adalah peradangan pada usus halus atau pada usus besar yang disebabkan oleh bakteri.
5. Kolik adalah rasa sakit berulang-ulang karena kontraksi otot dinding lambung atau usus yang kuat.
6. Konstipasi dan sembelit adalah suling buat air besar karena penyerapan air di kolon terlalu banyak.
7. Muntah-muntah adalah keluarnya makanan dan cairan lambung melalui mulut, disebabkan keracunan, mabuk perjalanan, gangguan peredaran darah, dan lain-lain.
8. Ulkus (radang lambung) adalah peradangan dinding lambung akibat produksi HCL lambung lebih banyak daripada jumlah makanan yang masuk.
9.  Parotitis (gondong) adalah radang kelenjar parotis oleh virus.
10.Peritonitis adalah radang pada selaput perut (peritonium)
11.Kanker lambung biasa disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, dan sering mengkomsumsi makanan awetan
12.Kolitis atau radang usus besar gejalanya berupa diare, kram perut, atau konstipasi, bahkan dapat terjadi pendarahan dan luka pada usus

B.     Kerangka Pikir
Apabila dikaji lebih lanjut berdasarkan teori yang telah ada maka salah satu alternatif untuk  meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP PERGIS yaitu penerapan teori kognitif. Teori belajar konstruktivis adalah salah satu penerapan  teori kognitif.
Salah satu implikasi teori balajar konstruktivis dalam pambelajaran adalah penerapan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif  siswa atau peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi dalam pembelajaran kooperatif akan terjalin komunikasi dimana siswa saling berbagi ide  atau pendapat.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran jigsaw. Pembelajaran jigsaw menuntut semua siswa aktif dalam kelompok. Semua kontribusi anggota sangat diharapkan karena setiap anggota mempertanggungjawabkan satu segmen dalam kelompoknya. Setiap anggota mempunyai  kemampuan yang dapat diandalkan karena mereka berasal dari kelompok ahli
Sebagai Kerangka pikir di atas dapat digambarkan dalam bentuk  diagram berkut,


 Materi Pembelajaran Biologi
 
 
                 


Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
 
 
                                  

      
Tes hasil belajar
 
Hasil Pengamatan
 
 




Prestasi belajar Siswa
 
 


                Gambar 2  Kerangka Pikir





BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian

1.      Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian di arahkan untuk meningkatkan prestasi belajar biologi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas VIIIB SMP PERGIS Maros.

2.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP PERGIS Maros yang terletak di Jln. Dr. Ratulangi No 62 Maros, penelitian ini berlangsung selama kurang lebih tiga bulan.

B.     Variabel dan desain penelitian

1.      Variabel penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif jigsaw
2. Variabel terikat yaitu prestasi belajar dan keaktifan siswa

2.      Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Ation Research)  dalam proses belajar biologi melalui pembelajaran kooperatif jigsaw. Penelitian tindakan kelas melalui empat tindakan. Tindakan tersebut yaitu (1) tindakan perencanan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan tindakan, (4) refleksi terhadap tindakan. (Wibawa, 2003).
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan perincian sebagai berikut :
a). Siklus I
Siklus ini dilaksanakan dalam dua jam pelajaran (dua kali pertemuan, dengan tahapan sebagai berikut :
1). Perencanaan
a.      Menelaah kurikulum biologi kelas VIIIB SMP PERGIS Maros.
b.      Mempelajari bahan pelajaran yang akan diajarkan.
c.      Bahan pelajaran diolah sehingga ditemukan  suatu cara yang diharapkan suatu cara yang dihadapi dengan mudah.
d.      Membuat RPP pembelajaran yang berfokus pada keaktifan siswa.
e.      Disiapkan sarana pendukung yang diperlukan selama proses belajar-mengajar berlangsung.
f.       Membuat pedoman observasi.
2). Pelaksanan tindakan
a.      Siswa dibagi kedalam kelompok (kelompok asal) yang anggotanya sesuai dengan jumlah sub pokok bahasan.
b.      Siswa-siswa diberikan bagian materi yang berbeda. Bagian materi tersebut juga diberikan kepada kelompok lain.
c.      Setiap siswa membentuk kelompok baru (kelompok ahli)  berdasarkan jenis materi yang ditugaskan.
d.      Setelah selesai mendiskusikan, mereka kembali ke kelompok asal untuk merampungkan hasil diskusi mereka pada kelompok ahli.
e.      Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok asal.
f.       Guru memberikan evaluasi setelah diadakan  dua kali pertemuan.

3). Pengamatan
Selama proses pembelajaran akan diadakan pengamatan tentang kegiatan siswa yang meliputi : (1) sikap siswa yang memperhatikan penjelasan guru, (2) bertanya tentang materi yang belum dimengerti, (3) membaca buku atau LKS, (4) menulis, (5) aktif dalam diskusi, (6) meminta penjelasan ulang setiap konsep, (7) menyampaikan ide atau pendapat.


4). Refleksi
Hasil pengamatan dan evaluasi akan dianalisis untuk dijadikan bahan pemikiran dalam merefleksi kegitan selama tindakan dilakukan. Pada tahap ini akan dilihat apakah model pengajaran ini dapat berjalan sesuai rencana dan mencari solusi pada setiap kekurangan yang terjadi pada siklus I. hal-hal yang dipandang kurang akan diberikan tindakan pada siklus kedua.

b). Siklus II
Siklus ini dilaksanakan selama 2 jam pertemuan). Pada siklus ini akan dilakukan langkah-langkah yang relatif sama dengan siklus I dengan beberapa perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Siklus ini mengacu pada penelitian tindakan model Kemmis dan Mc Taggart. (1996 : 6).

C.    Defenisi operasional variabel
Secara operasional variable penelitian ini di defenisikan sebagai berikut :
1.      Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Prestasi belajar ini dapat diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar.
2.      Keaktifan belajar adalah kegiatan siswa yang terjadi dalam pembelajaran yang ditandai dengan indikator memperhatikan penjelasan guru, membaca buku ajar, mengerjakan LKS, mempresentasekan hasil kerja, bekerja sama, dan mengacunkan tangan untuk menjawab pertanyaan. 
3.      Model pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan kerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

D.    Istrumen penlitian
Istrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1.      Tes
2.      Lembar observasi

E.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP PERGIS Maros tahun pelajaran 2007-2008. Sebanyak 20 orang siswa.
2.      Sampel
Berdasarkan jumlah populasi yang dikemukakan di atas sebanyak 20 orang siswa, dalam penelitian ini tidak dilakukan sampel terhadap populasi tersebut, tetapi mengambil semua populasi dijadikan sampel atau sampel total, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Didasarkan atas pendapat Arikunto, bahwa: “untuk sekedar ancer-ancer, apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subjeknya lebih dari 100 orang dapat diambil 10 sampai 15 % lebih”.

F.     Teknik pengumpulan data
1.      Sumber data
Sumber data penelitian adalah dari siswa kelas VIIIB SMP PERGIS Maros.

2.      Jenis data
Jenis data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif  yang terdiri dari (1) data hasil tes belajar dan (2) data hasil lembar observasi

3.      Cara pengambilan data
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini diambil dengan cara :
1.      Data tentang hasil belajar siswa diambil dengan cara menggunakan tes hasil siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
2.      Data tentang siswa dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 1.

G.    Teknik analisis data
Data penelitian ini akan dianalisis secara kuantitif deskriptif. Data akan dideskripsikan berdasarkan hasil evaluasi tindakan dengan instrument tes evaluasi tindakan dengan intrumen tes evaluasi pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II. Hasil penelitian tindakan kelas akan menunjukkan peningkatan model pembelajaran kooperatif jigsaw.
Pedoman konversi yang digunakan dalam pengubahan skor mentah menjadi skor standar menggunakan hasil  belajar yang berpedoman pada criteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan menggunakan 5 kriteria yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Karena menggunakan rentang nilai 1-10 dan nilai minimal 4,1. maka rentang nilainya adalah 10-4,1= 5,9  : 4 = 1,4. sehingga intervalnya adalah 1,4 kelas interval tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Data hasil obsevasi akan analisis secara kuantitatif dengan menggunakan persentase, keaktifan siswa dalam pembelajaran.




Tabel 2. Kriteria Penilaian Acuan Patokan
Interval Skor/ Nilai
Kategori
8,6 – 10,0
Sangat tinggi
7,1 – 8,5
Tinggi
5,6 – 7,0
Sedang
4,1 – 5,5
Rendah
0  - 4,0
Sangat rendah











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian

Telah dikemukakan pada bab sebelumnya  bahwa  penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Masing-masing siklus diisi dengan dua kali pertemuan. Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh pendamping untuk membantu peneliti meliput data tentang keaktifan siswa dengan melakukan cek list tentang keaktifan siswa (lampiran 4 ). Pada bagian ini akan di uraikan hasil penelitian tentang keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dan hasil tes awal, tes pasca siklus I dan tes pasca siklus II.

1.      Hasil observasi dan evaluasi siklus I
a.      Keaktifan siswa selama proses belajar-mengajar
Keaktifan siswa pada siklus I diamati langsung selama proses belajar-mengajar berlangsung. Data tentang keaktifan tersebut digambarkan pada tabel berikut :


Tabel 3. Keaktifan siswa kelas VIIIA pada pertemuan 1 siklus I
No
Indikator
Jumlah
Persentase
1. 
2.
3.
4.
5.
6.
Memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku ajar / LKS
Mengerjakan LKS pada kelompok ahli
Mempresentasekan hasil kerja kelompok
Bekerja sama dalam kelompok
Siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab
20
18
17
8
16
11
100%
90%
85%
40%
80%
55%

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam proses belajar cukup tinggi. Indikator yang sudah berjalan dengan baik yaitu nomor 1, 2, 3, dan 5. karena kesemuanya mencapai 80% siswa yang aktif atau lebih.
Tabel 4. Keaktifan siswa pada pertemuan 2
No
Indikator
Jumlah
Persentase
1. 
2.
3.
4.
5.
6.
Memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku ajar / LKS
Mengerjakan LKS pada kelompok ahli
Mempresentasekan hasil kerja kelompok
Bekerja sama dalam kelompok
Siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab
20
20
16
10
17
12
100%
100%
80%
75%
85%
60%
Data pada tabel 4 tidak jauh berbeda dengan sebelumnya yaitu pertemuan I. Namun sebagian indikator mengalami peningkatan tapi belum memberikan peningkatan yang signifikan.

b.      Hasil belajar siswa pada siklus I
Sebelum diuraikan hasil evaluasi pasca siklus I, peneliti mendeskripsikan hasil tes awal untuk mengetahui pengetahuan dasar siswa dan sekaligus untuk membandingkan hasil tes awal dengan hasil tes pasca siklus 1 setelah melalui proses pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw. Berikut ini adalah frekuensi dan persentase pengetahuan dasar siswa tentang materi yang diajarkan sebelum diadakan pembelajaran.

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase hasil tes awal
Interval nilai
Kualifikasi
Frekuensi
Persentase
8,60-10.00
7,10-8,50
5,60-7,00
4,10-5,50
0,00-4,00
Jumlah
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
0
0
0
2
18
20
0%
0%
0%
10%
90%
100%

Pengetahuan siswa tentang materi ajar rata-rata berada pada kategori sangat rendah. Namun setelah peneliti mengadakan pembelajaran selama dua kali pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw, maka hasil tes mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tabel berikut ditunjukkan hasil belajar   siswa pada tes pasca siklus I.

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar siswa pada tes akhir    siklus I.
Interval nilai
Kualifikasi
Frekuensi
Persentase
8,60-10.00
7,10-8,50
5,60-7,00
4,10-5,50
0,00-4,00
Jumlah
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
1
15
3
1
0
20
5%
75%
15%
5%
0%
100%

Pada tabel di atas hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan yang cukup berarti. Siswa yang mencapai kategori kualifikasi tinggi sebanyak 75%

c.      Refleksi
Refleksi dilaksanakan setelah pelaksanaan satu siklus pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat realisasi pelaksanaan pembelajaran biologi dengan menggunakan teknik model pembelajaran kooperatif jigsaw baik yang berjalan dengan baik maupun yang menjadi kendala kelancaran pelaksanaan proses pembelajaran. Kegiatan refleksi di arahkan pada aktivitas siswa dan hasil pencapaian setelah siswa mengikuti satu siklus pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan avaluasi  hasil belajar siswa, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah.
1.      pelaksanaan model pembelajaran jigsaw selama dua kali pertemuan, namun dalam fase pemberian petunjuk mengalami kendala karena menggunakan waktu yang lama sehingga mengurangi waktu kegiatan inti.
2.      Keaktifan  siswa secara umum tergolong baik karena rata-rata keaktifan  siswa dari enam indicator untuk dua kali pertemuan mencapai 80%.
3.      Hasil belajar siswa mencapai rata-rata 77 atau mencapai criteria tinggi
4.      Beberapa indikator mennjukkan frekuensi yang rendah yaitu mempresentasekan hasil kerja dan menjawab pertanyaan. Ini berarti bahwa siswa belum melaksanakan sepenuhnya proses pembelajaran jigsaw dengan baik dan akibatnya siswa belum menguasai materi yang ditugaskan.
5.        Sebagian siswa belum melakukan kerjasama yang baik karena prosedur pembelajaran belum dipahami dengan baik dan tidak tercipta kompetisi dalam kelompok.
6.      Sebagian siswa lambat mengejerjakan LKS karena sumber ataau bahan ajar tidak terpisahkan dengan materi lain yang tidak diaajarkan pada pertemuan itu.
Kesimpulan kemudian dianalisis,faktor yang unggul tetap dipertahankan atau ditingkatkan dan yang menjadi kendala akan dicarikan solusinya pada siklus II sebagai tindakan perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut:
1.      petunjuk teknik pembelajaran jigsaw ditayangkan baik menggunakan OHP atau kertas manila yang disertai dengan penjelasan sehingga pendidik tidak perlu menggunakan waktu yang banyak untuk menjelaskan.
2.      prosedur pembelajaran seharusnya dibuat seperti ketika presentase yaitu anggota kelompok asal harus mempertanggungjawabkan materi yang bukan tugasnya pada kelompok ahli sehingga memungkinkan terjadi kompetisi diantara kelompok untuk memperlihatkan tingkat kemampuan siswa tentang penguasaan materi diantara masing-masing kelompok. Dengan demikian, semua anggota kelompok mampu menjawab pertanyaan atau kuis yang diajukan guru atau siswa.
3.      materi pelajaran perlu dipilah-pilah sehingga siswa  memusatkan perhatiannya pada bahan ajar yang dipelajari saja pada pertemuan itu sehingga penguasaan siswa terhadap  materi dapat maksimal.
Hal ditempuh karena materi sebelumnya bergabung dengan materi yang tidak dibahas pada pertemuan itu       

2.  Hasil observasi dan evaluasi siklus II
Pelaksanaan siklus II dilakukan sesuai dengan prosedur siklus I dan
dengan melakukan perbaikan sesuai hasil telaah pelaksanaan pembelajaran pada siklus  I.

a.      Keaktifan  siswa selama proses belajar-mengajar
Keaktifan siswa selama proses pembelajaran dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 7. Keaktifan  siswa pada pertemuan III
No
Indikator
Jumlah
Persentase
1. 
2.
3.
4.
5.
6.
Memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku ajar / LKS
Mengerjakan LKS pada kelompok ahli
Mempresentasekan hasil kerja kelompok
Bekerja sama dalam kelompok
Siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab
20
20
20
15
20
16
100%
100%
100%
75%
100%
80%

Berdasarkan table 7, beberapa peningkatan frekuensi pada beberapa indikator memperlihatkan hasil yang tinggi. Peninggkatan tersebut terjadi pada indikator nomor 3,4, dan 6.

Tabel 8. Keaktifan  siswa pada pertemuan IV
No
Indikator
Jumlah
Persentase
1. 
2.
3.
4.
5.
6
Memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku ajar / LKS
Mengerjakan LKS pada kelompok ahli
Mempresentasekan hasil kerja kelompok
Bekerja sama dalam kelompok
Siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab
20
20
20
18
20
17
100%
100%
100%
90%
100%
85%

Data keaktifan siswa pada tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa atau rata-rata siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sebagian besar indikator keaktifan  telah mencapai 100 %. Namun nomor 4 dan nomor 6 belum maksimal. Keaktifan mereka mencapai rata-rata 95,8 %.

b.      Hasil belajar biologi tentang sistem pencernaan pada Manusia 
Distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar siswa pasca siklus II dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar Biolog dengan konsep system pencernaan pada manusia
Interval nilai
Kualifikasi
Frekuensi
Persentase
8,60-10.00
7,10-8,50
5,60-7,00
4,10-5,50
0,00-4,00
Jumlah
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
7
12
1
0
0
20
35%
60%
5%
0%
0%
100%

Hasil belajar pada siklus II telah menunjukkan peningkatan.  35% siswa atau 7 orang  dari 20 siswa berada pada kualifikasi sangat tingggi.   60% siswa dari 12 siswa dari 20 siswa berada pada  kualifikasi tinggi dan 5%  1 dari 20 siswa mendapatkan kualifikasi sedang.

c.      Refleksi
Hasil telaah pada  observasi keaktifan siswa selama proses pembelajaran melalui data hasil penngamatan dan evaluasi hasil belajar siswa pada siklus II, informasi dari hasil perolehan instrument, hadil pengamatan dan hasil belajar melalui tes menujukkan peningkatan. Kesimpulan yang dapat digambarkan yaitu:
1.      Aktifitas siswa sangat tinggi, yaitu telah mencapai rata-rata 92,9% dari jumlah siswa.
2.      Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa 99 % siswa memperoleh kualifikasi tinggi dan sangat tinggi.
3.       Pelaksanaan model pembelajaran jigsaw telah berjalan dengan baik dan memperlihatkan hasil sangat memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan persentase keaktifan siswa dan hasil belajar siswa yang tinggi.     
 
B.      Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan suatu angka yang tinggi baik keaktifan belajar siswa maupun hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP PERGIS Maros.

1.      Keaktifan belajar siswa
Model pembelajaran jigsaw terbukti mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini dibukitkan dengan hasil pengamatan melalui instrument pengamatan selama empat kali pertemuan. Keempat pertemuan tersebut dibagi menjadi dua siklus. Pada setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Frekuensi pertemuan pada satu siklus dimaksudkan untuk membiasakan siswa terhadap prosedur pembelajaran yang menggunakan model jigsaw.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa mulai pertemuan pertama hingga pertemuan ke empat mengalami peningkatan keaktifan yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi keaktifan pada setiap indikator yang ditetapkan oleh peneliti. Peningkatan tersebut dapat digambarkan dengan memperhatikan grafik berikut :
Dari grafik di atas nampak peningkatan keaktifan siswa mulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat. Peningkatan tersebut nampak setelah diadakan perbaikan dari telaah hasil pengamatan dan evaluasi pada siswa semakin menyadari pengtingnya setiap kegiatan yang diarahkan oleh peneliti. Kesadaran siswa akan pentingnya setiap kegiatan dalam pembelajaran model jigsaw mengarah pada pencapaian hasil belajar meningkat. Peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh siswa mulai dari pengetahuan awal hingga pada tes pasca siklus I dan siklus II akan dibahas pada bagian berikut.

2.      Hasil belajar siswa 
Hasil belajar siswa pada siklus I mencapai rata-rata 77 dan pada siklus II mencapai rata-rata 88,5. Tingkat pencapaian siswa mengalami peningkatan pada kedua siklus. Peningkatan ini dibuktikan dengan tingginya tingkat perbedaan antara pengetahuan dasar siswa yang ditandai dengan hasil tes awal. Tes awal hanya mencapai rata-rata 28,5. semua siswa yang berada pada kualifikasi sangat kurang. Hal membuktikan bahwa penggunaan model jigsaw terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP PERGIS Maros pada pelajaran Biologi.
Suatu pembelajaran dikatakan efektif membelajarkan siswa jika tingkat pencapaian siswa terhadap kompetisi yang diajarkan mencapai minimal 75% atau menguasai memperoleh nilai minimal 7,5 (kurikulum 2004). Dengan memperhatikan rata-rata pencapaian siswa pada siklus I dan siklus II yaitu rata-rata 77 dan 88,5, pembelajaran model jigsaw memenuhi criteria efektif karena sudah melebihi nilai minimum yang ditetapkan dalam kurikulum 2004.
Dengan demikian bahwa, baik keaktifan belajar siswa maupun hasil belajar biologi siswa kelas VIIIB SMP PERGIS Maros pada kedua siklus mengalami peningkatan, itu berarti bahwa pembelajaran model jigsaw efektif untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi serta pembahasan pada bagian sebelumnya maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pembelajaran model jigsaw efektif untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada kelas VIIIB SMP PERGIS Maros pada pelajaran biologi. 83,3 % siswa aktif dalam pembelajaran pada siklus I dan 95,8 % pada siklus II.
2.      Pembelajaran model jigsaw untuk pelajaran biologi pada kelasVIIIB SMP PERGIS Maros efektif untuk meningkatkan hasil belajar biologi. Rata-rata hasil belajar dalah 77 pada siklus I dan 88,5 pada siklus II.  

B.     Saran
Model pembelajaran jigsaw sebagai salah satu teknik pembelajaran telah terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan belajar siswa pada pelajaran biologi. Dengan dasar itu, maka peneliti menyarankan bahwa:
1.      Model pembelajaran jigsaw hendaknya diaplikasikan pada proses belajar mengajar pada pelajaran biologi khususnya dan  pelajaran yang lain pada umumnya untuk lebih mengaktifkan siswa belajar.
2.      Guru hendaknya memilih materi-materi pelajaran yang cocok dengan model pembelajaran jigsaw agar hasil yang diharapkan dapat maksimal. Kesesuaian teknik mengajar dengan materi pelajaran hendaknya diutamakan karena tidak ada teknik mengajar yang paling baik untuk semua materi pelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan teknik yang bervariasi tetap disarankan untuk menjaga agar pembelajaran selalu efektif dan menyenangkan.  




Daftar Pustaka
Ali, M. 2002.  Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru  Algasindo.
Bandung
Aroson. 2006. Jigsaw Classroom. Penelusursn Internet.
http : Di akses pada Tanggal 10 Desember.
Asrianti, 2005. Hubungan antara Kemampuan Bertanya Dan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiah Negeri Belang-belang Kabupaten Maros, Skripsi Tidak dipublikasikan.  Maros. STKIP YAPIM.
Djamarah, BS. Dan A. Zain, 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka cipta
.                             Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Indonesia. Edisi, 3. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional,  2004. Model-model Pembelajaran dalam Pembelajaran Sains . Jakarta
Inrawati. 2006. Teori Belajar. Bahan Penelitian. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Penata Guru IPA..
Mappa, Syamsu. 1977.Psikologi Pendidikan Ujung Pandang.
Nasution, S. 2000. Didakti Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Prayekti. 2005 Pembelajaran Koopertif Tipe Student Team Achievement Division di Sekolah Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta
hppt://pk.ut.ac id /jp/42prayekti.htm
Rahman Abdullah.1989.pokok-pokok Layanan Bimbingan Belajar. Ujung Pandang: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Ujung Pandang
Rasyid, Muhammad Amin. 2005. Keterpaduan Imtak – Iptek Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris Madrasah. Disajikan pada Keagamaan. Makassar 13 Mei
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Slmeto, 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, S. 2000. Didakti Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, N. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru  Algasindo.
Yusuf. 2003. Kualitas Proses dan hasil belajar biologi melalui pengajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Marasah Aliah PONPES Urul Haramain lombok Barat NTB. Tesis tidak di publikasikan. Univesitas negri surabaya: Program Pasca Sarjana.
Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Diknas.

0 Response to "DOWNLOAD PTK BIOLOGI SMP MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIIIB SMP PERGIS MAROS"

Posting Komentar

wdcfawqafwef

BACKLINK OTOMATIS GRATIS JURAGAN.