BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan perusahaan saat ini semakinpesat. Era saat ini mendorong banyak perusahaan untuk semakin memperluas
usahanya dengan meraih pangsa pasar. Hal tersebut mendorong terjadinya
persaingan ketat antar perusahaan. Perusahaan adalah suatu instansi yang
terorganisir, berdiri dan berjalan yang tidak dapat terlepas dari hukum ekonomi
dan prinsip dasar perusahaan pada umumnya. Perusahaan didirikan untuk mencari
laba yang sebesar-besarnya dan untuk dipertahankan kelangsungan hidup usahanya.
Perusahaan banyak melakukan usaha untukmencapai tujuannya itu. Perusahaan harus tetap berusaha mempertahankan
kelangsungan usahanya di masa yang akan datang. Usaha yang dilakukan pasti
memiliki kemampuan untuk menghasilkan profit dan keuntungan. Perusahaan yang
didirikan ada dua macam, yaitu di bidang jasa dan manufaktur. Tentu saja
kelangsungan usaha ini dapat terwujud jika barang atau jasa yang ditawarkan
dapat diterima di pasaran, dan dapat menarik pangsa pasar. Oleh karena itu,
penting untuk perusahaan mempelajari sistem penjualan, karena penjualan
merupakan sumber penghasilan bagi perusahaan. Penjualan yang sukses adalah
penjualan yang dapat menguasai pangsa pasar. Dengan peningkatan penjualan maka
laba yang akan diperoleh perusahaan akan meningkat serta perusahaan akan dapat
melanjutkan kelangsungan hidupnya.
Penjualan merupakan salah satu aspek
yang penting dalam sebuah perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang kurang baik
akan merugikan perusahaan karena dapat berimbas pada perolehan laba, dan pada
akhirnya dapat mengurangi pendapatan. Setiap perusahaan memiliki sistem berbeda
dalam melakukan usahanya. Secara umum perusahaan harus memiliki sistem yang
tepat dalam semua aspek yang dijalankannya. Sistem yang baik ini merupakan
salah satu kunci dalam pengendalian.
Kegiatan operasi perusahaan dapat
dikatakan efektif bergantung pada kebijakan manajemen. Pihak manajemen
mengutamakan adanya pengendalian intern, maka semua bagian dalam struktur
organisasi pun akan mematuhi kebijakan dan prosedur yang ditetapkan perusahaan.
Pemahaman terhadap pengendalian intern merupakan unsur yang penting, sebab
dengan pemahaman tersebut aplikasi kunci-kunci pengendalian dapat diuraikan
dalam melaksanakan transaksi penjualan. Agar tujuan pengendalian dapat
terpenuhi perlu adanya pengendalian sistem penjualan.
Dalam aktivitas penjualan tidak hanya
sekedar pekerjaan menjual saja, tapi adalah dari awal bagaimana aktivitas
penjualan tersebut dapat tercatat baik, bagaimana memperoleh konsumen, kemudian
mengadakan pemesanan, sampai barang tersebut diterima oleh konsumen dengan puas
tanpa adanya keluhan dari konsumen.
Pada perusahaan jasa maupun manufaktur,
penjualan sangatlah penting dan merupakan salah satu roda penggerak dalam
kelangsungan hidup usaha perusahaan. Agar kegiatan penjualan dapat berjalan
secara efektif, tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan apa yang telah
direncanakan, maka perlu adanya pengendalian internal. Pengendalian ditetapkan
agar kegiatan operasi berjalan dengan efektif dan efisien, serta menjamin
adanya keandalan mengenai catatan laporan keuangan. Pengendalian intern sangat
besar pengaruhnya atas laporan keuangan. Dengan adanya pengendalian intern akan
tercipta suatu sarana untuk menyusun, mengumpulkan informasi-informasi yang
berhubungan dengan transaksi perusahaan, yang secara tidak langsung dapat
dijalankan dengan baik.
Evaluasi mengenai sistem pengendalian
intern penjualan ini akan memberikan informasi-informasi yang penting bagi
perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan baik, dan dapat meningkatkan
usahanya. Tentu saja aktivitas penjualan akan menghasilkan produktivitas yang
optimal jika diimbangi oleh sistem pengendalian intern penjualan yang
baik.(Mulyadi, 2002).
Sistem pengendalian intern ini
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan dewan personil lain yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai mengenai pencapaian tujuan yaitu,
keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi. Oleh karena itu diperlukan evaluasi
mengenai sistem pengendalian intern terhadap penjualan untuk tetap
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan serta tercapainya tujuan
perusahaan.
PT. Karya LancarMandiri Dinamika (KLMD) adalah sebuah perusahaan dagang yang bergerak di bidang
perdagangan motor, khususnya motor bermerek Viar dengan berbagai type. Sejak
awal berdirinya yaitu tahun 2007 hingga sekarang, perusahaan ini berkonsentrasi
pada penjualan motor viar dan suku cadang viar dengan berbagai type. Adapun
data penjualan PT. Karya Lancar Mandiri Dinamika Kendari untuk bulan Desember
2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Data Penjualan Per
Desember 2010
No.
|
Type
|
Jumlah Penjualan
/Unit
|
1.
|
Star Fit ZR
|
40
|
2.
|
Star X 125
|
7
|
3.
|
Star CX
|
16
|
4.
|
Maxi Pro
|
3
|
5.
|
VIX R
|
11
|
6.
|
Karya
|
3
|
Total Penjualan
|
80
|
Sumber: PT. Karya Lancar Mandiri Dinamika
Kendari
Dari tabel 1.1 tersebut di atas maka
dapat diketahui bahwa jumlah Penjualan PT. Karya Lancar Mandiri Dinamika per 31
Desember 2010 berjumlah 80 unit yang terdiri dari penjualan Type Star Fit ZR
terjual 40 unit, Star X 125 terjual 7 unit, Star CX terjual 16 unit, Maxi Pro
terjual 3 Unit, Fix R terjual 11 Unit, dan Karya terjual 3 unit.
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul “ Penerapan Sistem
Akuntansi Penjualan Kredit Pada PT.
Karya Lancar Mandiri Dinamika Kendari “.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah “ Apakah Sistem Akuntansi Penjualan kredit pada PT. KaryaLancar Mandiri Dinamika Kendari telah memenuhi Sistem Pengendalian Intern yangmemadai ?”
1.3
Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penerapan sistem akuntansi penjualan kredit pada PT. Karya Lancar
Mandiri Dinamika Kendari.
1.4
Manfaat
penelitian
Adapun manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
- Bagi perusahaan,
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perusahaan agar
memperoleh manfaat dari penerapan sistem dan prosedur penjualan dalam memahami
penilaian terhadap pengendalian intern khususnya siklus penjualan pada
perusahaan.
- Bagi penulis,
Agar
menambah wawasan serta pengetahuan tentang perkembangan ilmu akuntansi dalam
memahami penilaian terhadap pengendalian intern khususnya siklus penjualan.
- Bagi pembaca,
Kiranya
dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi peneliti lain yang berminat di
bidang ini.
1.5
Ruang
Lingkup
Agar penafsiran yang lebih luas terhadap
sasaran penelitian ini dapat dihindari, serta lebih memudahkan dalam
penyelesaiannya maka perlu dilakukan pembatasan terhadap masalah yang akan
dibahas. Adapun masalah tersebut adalah sistem akuntansi penjualan kredit pada
PT. Karya Lancar Mandiri Dinamika Kendari.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Penelitian
Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan judul ini yang dapat dijadikan sebagai acuan yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Christina Ramba dengan judul penelitian “ Evaluasi Penerapan Sistem dan Prosedur
Penggajian pada SPBU Ilham Samudera Unaaha “. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sistem dan prosedur penggajian yang diterapkan pada SPBU Ilham Samudera
Unaaha belum memenuhi struktur pengendalian intern yang memadai. Adapun
persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah menerapkan
sistem informasi akuntansi yang sesuai dengan prosedur yang berlaku umum.
Perbedaan dari penelitian ini adalah terletak pada lokasi penelitian dan data
yang digunakan. Perbedaan lokasi
dan data yang diteliti ini yang akan
menghasilkan informasi serta hasil penelitian yang berbeda sesuai dengan keadaan perusahaan yang
diteliti.
2.2
Pengertian Sistem dan Prosedur
Pengertian sistem menurut Mulyadi (2001: 5)
adalah suatu jaringan prosedur
yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan
kegiatan pokok perusahaan.
Menurut Zaki Baridwan (1998: 3) sistem
adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur
yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan
suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau
fungsi utama dari perusahaan.
Jadi sistem terdiri dari unsur-unsur yang berbeda, unsur tersebut
merupakan bagian terpadu dari sistem yang bersangkutan tetapi
dapat bekerja
sama untuk mencapai tujuan.
Unsur-unsur
yang mawakili suatu sistem secara umum adalah masukan (input), pengolahan (processing),
dan keluaran (output). Disamping itu
semua sistem senantiasa tidak terlepas dari lingkungam sekitarnya. Maka umpan
balik (feed-back) dapat berasal dari
output tetapi juga berasal dari lingkungan sistem yang dimaksud. Organisasi
dipandang sebagai suatu sistem yang tentunya akan memiliki unsur-unsur ini.
Pendekatan
sistem memberikan banyak manfaat dalam memahami lingkungan kita. Pendektan
sistem berusaha menjelaskan sesuatu dipandang dari sudut pandangan sistem, yang
berusaha menemukan unsur yang membentuk sistem tersebut dan mengidentifikasi
proses bekerjanya setiap unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan memahami
struktur sistem dan proses system, sesorang akan dapat menjelaskan mengapa
tujuan suatu sistem tidak tercapai.
Suatu
sistem tentunya berkaiatan dengan prosedur, hal ini diperkuat oleh pendapat
Mulyadi (2001:5) yang mengemukakan bahwa : “Prosedur adalah suatu urutankegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemenatau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksiperusahaan yang terjadi berulang-ulang”.
Sedangkan
menurut Zaki Baridwan (1998: 3) adalah suatu uruturutan pekerjaan kerani
(clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih,
disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap
transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. Yang termasuk dalam
kegiatan klerikal yaitu menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode,
mendaftar, memilih, memindahkan dan membandingkan. Jadi sistem terdiri dari
prosedur yang berantai yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Beberapa
pengertian dan prosedur diatas, melibatkan orang-orang, sumber daya,
konsep-konsep dan prosedur yang mempunyai tujuan untuk melaksanakan fungsi
tertentu yang dapat diidentifikasikan guna mencapai sasaran tertentu
berdasarkan transaksi-transaksi yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
Oleh
karena itu suatu sistem perusahaan yang secara keseluruhan di dalam suatu
perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan sistem-sistem yang lain di dalam
mendukung dan menunjang proses kegiatan operasional. Dari semua sistem-sistem
yang ada saling kontrol mengontrol sehingga dapat menciptakan keharmonisan di
dalam melakukan suatu pekerjaan rutin perusahaan. Beritegrasikan untuk
menciptakan atau menimbulkan suatu situasi atau tujuan dari suatu posisi
keseimbangan dimana aktivitas-aktivitas diantara semua kegiatan membantu
pencapaian tujuan yang telah digariskan atau kebijaksanaan perusahaan.
Sedangkan
prosedur merupakan aturan kerja dari kegiatan yang terlibat dalam sistem itu
sendiri, yaitu keseluruhan proses kerja sama dari sekelompok orang dalam
melakukan suatu kegiatan yang didasarkan atas dasar pertanggungjawaban dalam
mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi dalam prosedur ini
tercipta sistem administrasi (pembukuan) yang meliputi alat-alat untuk
mengumpulkan data-data, membuat laporan serta alat untuk pengawasan.
2.3 Pengertian Sistem Akuntansi
Pengertian sistem akuntansi adalah
organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa
untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan
pengelolaan perusahaan (Mulyadi, 2001: 3).
Definisi akuntansi menurut Haryono
Jusup (2001: 4) adalah suatu disiplin yang menyediakan informasi yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Dari pengertian tersebut sistem akuntansi
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengumpulkan, mengorganisir dan mengikhtisarkan
tentang berbagai transaksi perusahaan secara efisien yang digunakan untuk
membantu manajeman dalam menangani operasi perusahaanya. Unsur pokok sistem
akuntansi adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar, buku
pembantu dan laporan yang dihasilkan.
2.4 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Samiaji Sarosa (2009:
13) mendefinisikan sistem informasi akuntansi (accounting information system) sebagai berikut:
“Sistem informasi akuntansiadalah sebuah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses datasehingga menghasilkan informasi yang berguna dalam membuat keputusan”.
Sistem informasi
akuntansi merupakan suatu kombinasi dari orang, catatan-catatan dan prosedur
yang dipergunakan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan data keuangan
mereka. Karena setiap perusahaan mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda,
maka tiap perusahaan juga akan menggunakan sistem akuntansi yang berbeda. Skala
usaha akan menentukan sistem informasi akuntansi (SIA) seperti apa yang dibutuhkan.
Semakin besar skala suatu usaha maka semakin banyak jenis dan kompleksitas
proses bisnis yang terdapat di dalamnya. Sistem informasi akuntansi (SIA) bisa
berupa kertas dan alat tulis (manual) maupun terkomputerisasi penuh (serba
otomatis) atau kondisi di antara keduanya (gabungan manual dan komputerisasi).
Menurut Nugroho Widjajanto (2001: 4-5)
mendefinisikan sistem informasi akuntansi sebagai susunan berbagai formulir
catatan, peralatan, termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat
komunikasi, tenaga pelaksananya, dan laporan yang terkoordinasikan secara erat
yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang di
butuhkan manajemen.
2.5
Pengertian Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Sistem akuntansi penjualan kredit
menurut Mulyadi (2001: 210) yaitu penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan
dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli
dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli
tersebut. Jadi dalam system akuntansi penjualan terdapat unsur-unsur yang
mendukung dan kesemua unsur tersebut diorganisasi sedemikian rupa dalam sebuah
sistem akuntansi yang disebut sistem akuntansi penjualan kredit.
2.6 Definisi
dan Komponen Pengendalian Intern
Sebelumnya istilah yang dipakai untuk pengendalian
intern adalah sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern dan struktur
pengendalian intern. Mulai tahun 2001 istilah resmi yang digunakan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) adalah pengendalian intern (Sukrisno Agoes, 2004: 79).
George H. Bodnar& Wlliam S Hopwood (2000:201) mengatakan bahwa “struktur pengendalian
intern perusahaan secara rutin mengumpulkan dan memproses informasi yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas, pemindahan otoritas, persetujuan, dan
verifikasi”. Struktur pengendalian intern yang digunakan suatu entitas
merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan
suatu entitas. Al Haryono Yusuf (2001:4) mengatakan bahwa “untuk mengatasi hal
seperti itu, dalam menjalankan perusahaan, manajer harus mendelegasikan
sebagian wewenangnya dan mengandalkan prosedur-prosedur pengendalian intern”.
IAI (2001: 319.2) mendefinisikan pengendalian intern yang dikutip oleh
Sukrisno Agoes (2004: 79) sebagai berikut:
“Pengendalian intern sebagai suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan
efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.
Pengendalian Intern menurut Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission (COSO) yang dikutip oleh Akmal (2007: 24) yaitu:
“Pengendalian intern adalah proses yang dilakukan
oleh manusia (dewan direksi, manajemen dan pegawai) yang dirancang untuk
memberikan keyakinan yang masuk akal/memadai untuk mencapai tujuan berikut ini:
(a) keandalan informasi, (b) ketaatan pada peraturan yang berlaku, dan (c)
efisiensi dan efektivitas operasi.”
Menurut Nugroho Widjajanto (2001: 18-19) menjelaskan
bahwa: pengendalian intern adalah suatu system pengendalian yang meliputi
struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam
perusahaan dengan tujuan untuk:
a.
Mengamankan aktiva perusahaan,
b.
Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi,
c.
Meningkatkan efisiensi, dan
d.
Mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran
organisasi.
Agar dapat berjalan dengan baik, menurut Nugroho
Wijajanto (2001:18) suatu sistem pengendalian intern harus memiliki unsur-unsur
pokok sebagai berikut :
1.
Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas.
2.
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang
cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
3.
Pelaksanaan kerja yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap
unit organisasi.
4.
Karyawan yang berkualitas sesuai dengan tanggung jawab yang di
pikulnya.
Menurut Sukrisno Agoes (2004: 79-80) pengendalian intern terdiri dari
lima komponen yang saling terkait. Lima komponen tersebut yaitu:
1.
Lingkungan pengendalian. Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar
untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
2.
Penaksiran risiko. Identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana risiko harus dikelola.
3.
Aktivitas pengendalian. Kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
4.
Informasi dan komunikasi. Pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka.
5.
Pemantauan. Proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu.
Lebih lanjut Sukrisno Agoes (2004:84)
mengatakan bahwa ada tiga cara yang bisa digunakan untuk memahami dan melakukan
evaluasi terhadap pengendalian intern:
Cara ini paling banyak digunakan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP), karena dianggap lebih sederhana dan praktis.
Pertanyaan-pertanyaan dalam ICQ diminta untuk dijawab Ya (Y), Tidak (T).
2. Flow
chart
Flow
chart menggambarkan arus dokumen dalam sistim
dan prosedur dari suatu unit usaha, misalnya dalam flow chart untuk sistim dan prosedur pembelian, utang dan
pengeluaran kas, digambarkan arus dokumen mulai dari permintaan pembelian (purchase requisition), order pembelian (purchase order) sampai dengan pelunasan
utang yang berasal dari pembalian tersebut. Setelah flow chart dibuat, langkah selanjutnya melakukan walk through, yaitu mengambil dua atau
tiga dokumen untuk mentest apakah prosedur yang dijalankan sesuai dengan apa
yang digambarkan dalam flow chart.
3.
Narrative
Dalam
hal ini, auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistim dan prosedur akuntansi
yang berlaku diperusahaan, misalnya prosedur pengeluaran kas, sistim dan
prosedur akuntansi yang berlaku di perusahaan, misalnya prosedur pengeluaran
kas. Cara ini biasa digunakan untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana.
2.7
Tujuan Pengendalian Intern
Pengendalian
dibutuhkan untuk mengurangi eksposur-eksposur. Organisasi tergantung pada
beragam eksposur yang dapat menimbulkan efek yang buruk bagi operasi
perusahaan, dan hal ini dapat timbul terus menerus.
George
H. Bodnar dan William S. Hopwood (2000:168) mengatakan bahwa “Eksposur terdiri
dari dampak keuangan potensial yang berlipat ganda karena kemunculannya.
Istilah ‘risiko’ sinonim dengan ‘probabilitas kemunculan’.” Jadi eksposur
adalah risiko dikalikan dengan konsekuensi keuangannya. Selanjutnya mereka
mengatakan bahwa eksposur melekat dalam setiap organisasi dan dapat timbul
karena berbagai sebab antara lain:
a) Biaya berlebihan
Biaya
yang berlebihan akan mengurangi pendapatan. Pengeluaran perusahaan mempunyai
potensi akan lebih dari yang seharusnya. Pembayaran barang yang dibeli untuk
kepentingan perusahaan mempunyai potensi semacam itu. Cek pembayaran distribusi
kepada pekerjaan yang tidak efektif, tidak efisien, atau keduanya. Produksi
tidak efisien diakibatkan oleh penggunaan bahan dan tenaga kerja secara
berlebihan. Pembelian aktiva secara berlebihan juga dapat terjadi. Biaya untuk
iklan atau perjalanan dinas yang dibesarkan, serta tagihan pajak yang terlambat
yang menyebabkan harus dilakukan pembayaran denda atau bunga yang berkaitan.
b) Pendapatan Menurun
Pendapatan
menurun akan mengurangi laba. Piutang tak tertagih dalam penjualan kredit bisa
melebihi seharusnya. Penjualan yang dikirimkan kepada pelanggan tidak dicatat,
dan sehingga tidak ditagih. Pelanggan
ditagih secara tidak benar dengan jumlah yang lebih kecil dari seharusnya.
Tagihan dapat hilang atau diikhtisarkan secara tidak benar sebagai piutang
dagang. Penjualan diretur atau dibatalkan karena pengiriman order yang
terlambat, pengiriman order berkualitas buruk, atau pengiriman barang yang
diorder secara tidak benar. Potongan penjualan berlebihan timbul dengan
alasan-alasan yang sama.
c) Kehilangan
Aktiva.
Aktiva dapat hilang
karena pencurian, penipuan, atau kerusakan alamiah. Perusahaan harus menangani
aktivanya yang memiliki potensi hilang. Aktiva dapat dihilangkan secara tidak
diinginkan. Kas, persediaan, atau peralatan secara tidak disengaja dihilangkan
atau dirusak oleh karyawan yang ceroboh atau bahkan oleh karyawan yang
hati-hati. Kas, persediaan, atau peralatan
juga dapat dihilangkan atau dirusak dengan sengaja oleh karyawan,
termasuk juga manajemen.
d) Akuntansi
yang tidak akurat
Kebijakan dan prosedur-prosedur akuntansi
dapat mengandung kesalahan, tidak tepat, atau sangat berbeda dari harapan.
Kesalahan-kesalahan dapat mencakup penilaian, ketepatan waktu, atau klasifikasi
transaksi. Kesalahan pencatatan dapat bersifat disengaja atau tidak disengaja.
Kesalahan-kesalahan berdampak pada informasi yang tidak akurat bagi kepentingan
keputusan manajemen dan menimbulkan kesalahan yang material pada laporan
keuangan.
e) Interupsi bisnis
Interupsi bisnis dapat terdiri dari
kejadian-kejadian pada saat operasi atau diakhir operasi suatu organisasi.
Interupsi bisnis dapat ditimbulkan oleh karena eksposur operasi yang
berlebihan, tindakan kekerasan fisik, atau kerusakan alamiah.
f) Sanksi wajib
Sanksi wajib
mencakup setiap hukuman yang timbul dari otoritas hukum atau peraturan yang
memiliki jurisdiksi atas perusahaan dan operasinya. Organisasi harus meyakini
bahwa aktivitasnya sesuai dengan hukum dan peraturan-peraturan. Interupsi atas
operasi bisnis yang normal dapat terjadi oleh karena sanksi yang dikenakan oleh
yang berwajib pada saat perusahaan diketahui telah melakukan tindak kriminal.
Kerugian kompetitif adalah ketidak mampuan organisasi untuk
tetap bertahan dalam pasar. Kerugian kompetitif dapat timbul dari
kombinasi-kombinasi eksposur di atas, dan juga dapat timbul dari keputusan
manajemen yang tidak efisien.
h) Penipuan dan Penggelapan
Penipuan dan penggelapan dapat dilakukan oleh
orang dari luar perusahaan maupun orang dari dalam perusahaan. Biaya yang
berlebihan, pendapatan yang menurun dan kerugian aktiva dapat merupakan hasil
dari penipuan dan kecerobohan.
2.8 Deskripsi Sistem Akuntansi
Penjualan Kredit
Sistem akuntansi penjualan kredit
yaitu penjualan yang pembayaranya dilakukan setelah penyerahan barang dengan
jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Adapun pokok bahasan
yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.8.1
Jaringan Prosedur Yang Membentuk Sistem
Menurut Mulyadi (2001: 219,220) jaringan
prosedur yang membentuk sistem akuntansi penjualan kredit meliputi:
1. Prosedur
order penjualan
Dalam
prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan informasi
penting pada surat order dari pembeli.
2. Prosedur
persetujuan kredit
Dalam
prosedur ini, fungsi penjualan meminta persetujuan penjualan kredit kepada
pembeli dari fungsi kredit.
3. Prosedur
pengiriman
Dalam
prosedur ini, fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan
informasi dalam surat order pengiriman.
4. Prosedur
penagihan
Dalam
prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan mengirimkannya
kepada pembeli.
5. Prosedur
pencatatan piutang
Dalam
prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan ke dalam
kartu piutang.
6. Prosedur
distribusi penjualan
Dalam
prosedur ini, fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan menurut
informasi yang diperlukan oleh manajemen.
7. Prosedur
pencatatan harga pokok penjualan
Dalam
prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat secara periodik total harga pokokproduk
yang dijual dalam periode tertentu.
2.8.2 Dokumen yang digunakan
Menurut
mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi, dokumen yang digunakan dalam
sistem akuntansi penjualan kredit adalah:
1.
Surat order Pengiriman
dan tembusanya
a.
Tembusan Kredit (Credit Copy)
b.
Surat pengakuan (Acknowledgement Copy)
c.
Surat Muat (Bill of loading)
d.
Slip Pembungkus
e.
Tembusan Gudang (Warehouse Copy)
f.
Arsip Pengendalian
Pengiriman (Sales Order Follow Up Copy)
g.
Arsip Index Silang (Cross Index File Copy)
2.
Faktur dan tembusanya
a.
Tembusan Piutang (Account Receivable Copy)
b.
Tembusan Jurnal
Penjualan (Sales JournalCopy)
c.
Tembusan Analisis (Analisys Copy)
d.
Tembusan Wiraniaga (Salesperson Copy)
3.
Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan
Rekapitulasi
harga pokok penjualan merupakan dokuman pendukung yang digunakan untuk
menghitung total harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi
tertentu.
4.
Bukti Memorial
Bukti
memorial merupakan dokuman sumber untuk dasar pencatatan kedalam jurnal umum.
2.8.3 Catatan akuntansi yang
digunakan
Menurut
Mulyadi (2001: 218), catatan akuntansi yang digunakan adalah:
1.
Jurnal Penjualan
Jurnal penjualan digunakan untuk mencatat transaksi
penjualan baik penjualan tunai maupun kredit.
2.
Kartu Piutang
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang
berisi mutasi piutang perusahaan kepada tiap debiturnya.
3.
Kartu Persediaan
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang
berisi rincian mutasi setiap jenis persediaan.
4.
Kartu Gudang
Catatan akuntansi ini diselenggarakan oleh fungsi
gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan fisik barang yang ada di gudang.
5.
Jurnal Umum
Jurnal ini digunakan untuk mencatat harga pokok
produk yang dijual selama periode tertentu.
2.8.4 Unit Organisasi yang terkait
Menurut Mulyadi dalam bukunya
Sistem Akuntansi, unit organisasi yang terkait dalam sistem akuntansi penjualan
kredit yaitu:
1. Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order
dari pelanggan, mengedit order dari pelanggan, meminta otorisasi kredit,
menentukan tanggal pengiriman barang. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk
membuat back order pada saat tidak tersedianya persediaan untuk memenuhi order
dari pelanggan.
2.
Fungsi Kredit
Fungsi ini bertanggung jawab untuk meneliti status
kredit pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.
3.
Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab menyimpan dan
menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan serta menyerahkan barang ke
bagian pengiriman.
4.
Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan
barang atas dasar surat order pengiriman yang diterima dari fungsi penjualan.
5.
Fungsi Penagihan
Fungsi ini bertanggung jawab membuat dan mengirimkan
faktur penjualan kepada pelanggan.
6.
Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang
dari transaksi penjualan kredit, membuat serta mengirimkan pernyataan piutang
kepada debitur, dan membuat laporan penjualan, serta mencatat harga pokok
persediaan yang dijual kedalam kartu persediaan.
2.8.5 Unsur pengendalian intern
Menurut Mulyadi (2001: 221) unsur
pengendalian intern dalam penjualan kredit terdiri dari:
1. Organisasi
a.
Fungsi penjualan harus
terpisah dari fungsi kredit.
b.
Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi
penjualan dan fungsi kredit.
c.
Fungsi akuntansi harus
terpisah dari fungsi kas.
d.
Transaksi penjualan
kreidt harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kredit, fungsi
pengiriman, fungsi penagihan dan fungsi akuntansi.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
a.
Penerimaan order dari
pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan.
b.
Persetujuan pemberian
kredit diberikan oleh fungsi kredit.
c.
Pengiriman barang
kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman.
d.
Penetapan harga jual,
syarat penjualan, syarat pengangkutan barang dan potongan penjualan berada di
tangan Direktur Pemasaran dengan penerbitan surat keputusan mengenai hal
tersebut.
e.
Terjadinya piutang
diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan membubuhkan tanda tangan pada faktur
penjualan.
f.
Pencatatan ke dalam
Kartu Piutang dan ke dalam jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas dan jurnal
umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda tangan pada
dokumen sumber (faktur penjualan, bukti kas masuk dan memo kredit)
g.
Pencatatan terjadinya
piutang didasarkan pada faktur penjualan yang didukung dengan surat order
pengiriman dan surat muat.
3. Praktik
yang sehat
a.
Surat order pengiriman
bernomor urut tercetak dan pemakaianya di pertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan.
b.
Faktur penjualan
bernomor urut tercatak dan pemakaianya di pertanggung jawabkan oleh fungsi
penagihan.
c.
Secara periodik fungsui
akuntansi mengirim pernyataan piutang kepada setiap debitur.
d.
Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu
piutang dengan rekening kontrol piutang dalam buku besar.
4. Karyawan
yang profesional
Kualitas karyawan ditentukan oleh tiga aspek, antara
lain :
a. Pendidikan
b. Pengalaman
c. Ahlak
Pendidikan
dan pengalaman berada pada satu sisi dimensi karena bersifat saling mengisi.
Pendidikan yang rendah dapat diisi oleh pengalaman yang panjang. Sebaliknya,
pengalaman yang pendek dapat diisi oleh pendidikan yang sesuai dan panjang,
meskipun dalam beberapa jenis pekerjaan, pengalaman mutlak diperlukan.
2.8.6
Bagan alir dokumen dari
sistem penjualan kredit
Uraian bagan alir dokumen dari
sistem akuntansi penjualan kredit antara lain :
1. Bagan
Order penjualan
a.
Menerima order dari
pelanggan.
b.
Berdasarkan surat order
yang diterima dari pelanggan membuat Surat Order Pengiriman dan faktur.
c.
Mendistribusikan Surat
Order Pengiriman lembar pertama dikirim ke Bagian Gudang, lembar 2, 3, 4, 5
dikirim ke Bagian pengiriman, lembar 6 ke bagian pelanggan, lembar 7 ke bagian
kredit, lembar 8, 9 diarsipakan sementara menurut tanggal.
d.
Menerima Surat Order
pengiriman lembar 7 dan bagian kredit untuk diarsipkan permanan menurut abjad.
e.
Menerima Surat Order Pengiriman lembar 1, 2
dari bagian pengiriman pada surat order pengiriman lembar 9.
f.
Surat Order Pengiriman
lembar 1, 2 dikirim ke bagian Penagihan.
2. Bagian
Kredit
a.
Berdasarkan Surat Order
Pengiriman lembar 7 dari bagian Order Penjualan dilakukan pemeriksaan status
kredit.
b.
Memberikan otorisasi
kredit.
c.
Surat Order Pengiriman
lembar 7 dikembalikan ke bagian order penjualan.
3. Bagian
Gudang
a.
Berdasarkan Surat Order
Pengiiman lembar 1, dilakukan penyiapan barang.
b.
Barang yang telah
disiapkan kemudian dilakukan penyerahan barang.
c.
Berdasarkan Surat Order
Pengiriman lembar 1, maka direkap ke dalam kartu gudang.
d.
Bersama dengan barang,
Surat Order Pengiriman lembar 1 dikirim ke bagian pengiriman.
4. Bagian
Pengiriman
a.
Surat Order Pengriman dan barang yang diterima
secara bersama dari bagian gudang serta Surat Order Pengiriman lembar 2, 3, 4,
5.
b.
Menempel Surat Order Pengiriman
lembar 5 pada pembungkus barang sebagai slip pembungkus.
c.
Menyerahkan barang kepada perusahaan angkutan.
d.
Mengembaliakn Surat
Order Pengiriman lembar 1, 2 ke bagian Order Pengiriman dan lembar 3 diserahkan
ke perusahaan pengangkutan.
e.
Surat Oder Pengiriman
lembar 4 diarsipkan secara permanen menurut nomor urut.
5. Bagian
Penagihan
a.
Menurut faktur
berdasarkan Surat Order Pengiriman lembar 1 dan 2 yang diterima dari bagian
order Penjualan.
c.
Mengirim Faktur 2 bersama Surat Order
Pengiriman lembar 1 dan 2 ke bagian piutang.
d.
Mengirimkan Faktur
lembar 3 ke bagian kartu persediaan.
e.
Mengirimkan Faktur
lembar 4 ke bagian jurnal.
f.
Mengirimkan Faktur
lembar 5 ke Wiraniaga.
6. Bagian
Piutang
a.
Faktur yang diterima
dari Bagian Penagihan dibuat rekap ke dalam kartu piutang.
b.
Faktur dan Surat Order
Pengiriman lembar 1 dan surat Muat lembar 2 diarsipkan permanen menurut nomor
urut.
7. Bagian
Kartu Persediaan
a.
Berdasrkan faktur
lembar 3, merekap ke kartu persediaan dan faktur tersebut diarsipkan permanen
sesuai nomor urut.
b.
Berdasarkan kartu
persediaan dibuat rekapitulasi harga pokok penjualan secara periodik.
c.
Berdasarkan
rekapitulasi harga pokok penjualan membuat bukti memorial.
d.
Bukti memorial dan
rekapitulasi tersebut dikirim ke bagian jurnal.
8. Bagian
Jurnal
a.
Rekapitulasi Harga
Pokok Penjualan dan Bukti Memorial direkap ke dalam jurnal umum dan diarsipkan
menurut nomor urut.
b.
Faktur lembar 4 direkap
ke dalam jurnal penjualan kemudian diarsipkan.
NB: INGIN VERSI LENGKAPNYA, SILAHKAN SOBAT REQUEST DIKOLOM KOMENTAR,,,,
Mas ad versi yg lengkapnya kan..? Bisa tolong bantu saya gak. Kalau gak keberatan tolong kirim versi lengkapnya ke email saya. Email: frenky_firmansyah26@yahoo.com
BalasHapusMas bisa kirim versi lengkapnya di email saya gak. Email : frenky_firmansyah26@yahoo.com
BalasHapusmohon kirim versi lengkapnya ke email saya : ric.jr91@gmail.com.. mohon bantuanny ya.. thx
BalasHapus