BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Peradabanmanusia telah mengelami perkembangan, semenjak manusia pada jaman purbakala
sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap
periode waktu yang dilewatinya yang telah kita kenal dengan berbagai jaman
seperti jaman meolitikum, neolitikum. Peradaban manusia telah mengalami
kemajuan sampai sekarang. Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan
bergantung pada pertanian dan agrikultur. Dengan orientasi kehidupan tersebut,
manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan
sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia pula.
Dan pada
saatnya, perkembangan manusia telah mengalami jaman revolusi industri yang
menggantungkan kehidupan manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi
hidup tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan.
Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi
manusia dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan
dampak baik positif maupun negatif.
Salah satu
dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada masa
sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan
yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh
para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi
dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi
lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada
akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan
kehidupannya.
Para
ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi
lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan
dan telah berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan
di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming. Namun, masalah Global
Warming sebagai masalah lingkungan ini masih diperdebatkan kebenarannya oleh
beberapa pihak yang menganggap Global Warming adalah alasan yang diciptakan
untuk membatasi laju perkembangan perindustrian. Walaupun masih terdapat
perdebatan mengenai kebenaran keadaan Global Warming di antara para ahli
lingkungan tersebut, namun masalah Global Warming ini tidaklah dapat dipungkiri
untuk diteliti dan ditelaah lebih lanjut demi kelangsungan kehidupan manusia.
Untuk itu, KaryaTulis yang dibuat ini akan memperlihatkan dan menjelaskan kebenaran mengenai
masalah pemanasan Global ini dengan berdasarkan studi literature dari berbagai
sumber yang terpercaya dan kompeten. Pembahasan dan penjelasan yang dilakukan
pun akan ditinjau dari sudut pandang pihak yang pro dan pihak yang kontra.
Dalam Karya Tulis ini pun akan menyajikan fakta-fakta yang memperkuat
keberadaan masalah pemanasan Global ini.
- Identifikasi Masalah
Pemanasan global
atau sering dikenal dengan pemanasan global ini menjadi permasalahan lingkunga
yang baru dan sedang menjadi bahan pembicaraan public, masalah lingkungan ini,
telah menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam hubungannya dengan sebab,
keberadaan dan efek atau dampak yang diakibatkan dari pemanasan Global
tersebut. Pertanyaan-pertanyaan seputar masalah pemanasan Global ini dapat
diuraikan seperti dalam beberapa point berikut:
1. Apakah
pemanasan global selalu memberikan dampak yang negative terhadap lingkungan?
2. Apakah
pemanasan Global akan meningkatkan frekuensi terjadinya bencana besar seperti badai?
3. Apakah
penyebab terbesar dari terjadinya Global Warming adalah emisi manusia dari
“efek rumah kaca” (“green house effect”) ataukah dari sumber lain?
4. Apakah
pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan,
pertumbuhan hama
secara cepat dan peristiwa alam atau perubahan cuaca yang ekstrim?
5. Apakah
emisi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran fosil merupakan penyebab
terbesar dari perubahan cuaca?
6. Apakah
ada keuntungan potensial yang dapat diakibatkan dari peningkatan temperatur?
Pemanasan Global ini mengakibatkan berbagai dampak baik positif maupun negatif. Tanpa adanya pemanasan Global, tidak akan ada kehidupan di dunia, karena suhu di bumi yang rendah dan manusia tidak akan bisa hidup dalam kondisi suhu yang rendah. Pemanasan Global telah meningkatkan suhu bumi sampai suhu rata-ratanya mencapai 60° Fahrenheit. Namun, pemanasan Global menjadi permasalahan dan yang masih menjadi perdebatan ketika konsentrasi gas efek rumah kaca dalam atmosfir mengalami peningkatan. Akankah kondisi peningkatan konsentrasi gas ini menjadi permasalahan yang harus mendapat perhatian lebih?
Pemanasan Global ini mengakibatkan berbagai dampak baik positif maupun negatif. Tanpa adanya pemanasan Global, tidak akan ada kehidupan di dunia, karena suhu di bumi yang rendah dan manusia tidak akan bisa hidup dalam kondisi suhu yang rendah. Pemanasan Global telah meningkatkan suhu bumi sampai suhu rata-ratanya mencapai 60° Fahrenheit. Namun, pemanasan Global menjadi permasalahan dan yang masih menjadi perdebatan ketika konsentrasi gas efek rumah kaca dalam atmosfir mengalami peningkatan. Akankah kondisi peningkatan konsentrasi gas ini menjadi permasalahan yang harus mendapat perhatian lebih?
- Perumusan Masalah
Dimulai dari
jaman revolusi industri, konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer telah
meningkat hampir sebesar 30 %, konsentrasi gas metan meningkat hampir dua kali
lipat, dan konsentrasi NO2 berkurang sekitar 15 %. Peningkatan gas-gas ini
menyebabkan kemampuan atmosfer untuk menahan panas menjadi lebih besar. Sulfat
aerosol, yaitu polutan udara yang umum ditemui, mendinginkan atmosfer dengan
merefleksikan kembali radiasi cahaya dari matahari ke luar angkasa. Tetapi
senyawa sulfat ini mempunyai siklus umur yang pendek di atmosfer.
Mengapa
konsentrasi gas efek rumah kaca dapat meningkat? Para
ilmuwan berasumsi bahwa pembakaran dari bahan bakar fosil dan beberapa
aktifitas manusia yang memicu dan menjadi penyebab utama meningkatnya
konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Respirasi dari tanaman dan proses
dekomposisi bahan organic melepaskan karbon diokasida sepuluh kali lebih banyak
dari yang mampu dihasilkan oleh aktifitas manusia, tetapi selama berabad-abad
pelepasan karbon diokasida ini diimbangi dengan penyerapan karbon dioksida oleh
vegetasi terestial dan laut.
Yang menyebabkan
keseimbangan ini terganggu adalah adanya pelepasan tambahan yang disebabkan
oleh aktifitas manusia. Bahan bakar fosil dibakar sebagai sumber energi untuk
menggerakan hampir seluruh peralatan manusia. Meningkatnya kegiatan
agricultural, penggundulan hutan, dibukanya area kosong sebagai tempat
pembuangan, produksi industri, dan pertambangan juga meningkatkan emisi dengan
bagian yang cukup signifikan.
Untuk meramalkan tingkat emisi yang
akan terjadi di masa depan merupakan suatu tugas yang sulit, karena hal itu
bergantung kepada keadaan demografi, ekonomi, teknolofi, peraturan dan
perkembangan institusi. Beberapa peramalan telah dilakukan, dan hasilnya
memproyeksikan bahwa pada tahun 2100, konsentrasi karbon dioksida akan
meningkat sebesar 30% hingga 150% dari jumlah sekarang.
- Tujuan Penelitian
Tujuansecara umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kebenaran
akan adanya pemanasan Global ini ? sejauh mana telah terjadi? dan penyebab
pastinya apa? Semua ini masih merupakan tanda tanya bagi manusia. Karena sampai
sekarang manusia belum mendapatkan penyebab pasti dari pemanasan Global ini dan
manusia juga mau mencari kebenaran mengenai efek dari pemanasan Global yang
akan dialami oleh manusia sendiri, makhluk hidup maupun lingkungan di
sekitarnya. Jika pemanasan Global ini terjadi maka efek yang ditimbulkan bukan
hanya di alami oleh manusia saja tetapi juga semua makhluk hidup di sekitarnya,
seperti meningkatnya suhu di permukaan bumi menyebabkan kekeringan, dengan
demikian akibat dari kekeringan ini selain dialami manusia juga oleh hewan dan
tumbuhan dimana tumbuhan akan menjadi layu karena kekurangan air atau dan
sebagainya. Oleh karena itu melalui penelitian ini diharapkan agar manusia
dapat lebih mencegah aktivitas yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan
Global seperti mengadakan kegiatan rumah kaca, pembakaran zat-zat yang dapat
menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat, dan lain-lain.
- Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat-manfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian pemanasan Global yang
akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah :
·
Untuk
mengetahui secara jelas apakah itu pemanasan Global ?
·
Untuk
mengetahui penyebab serta penyebab utama terjadinya pemanasan Global.
·
Untuk
mengetahui dampak secara umum baik secara negative maupun positif yang akan
dialami oleh manusia sendiri maupun makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya.
·
Untuk
mengetahui efek yang akan dialami apabila terjadi perubahan iklim akibat dari
pemanasan Global
·
Untuk
dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh manusia untuk dapat menaggulangi
serta mencegah lebih lanjut pemanasan Global tersebut.
- Hipotesis
·
Pemanasan
Global benar-benar terjadi di bumi ini.
·
Pemanasan
Global telah berlangsung lama.
·
Pemanasan
Global terjadi karena gas-gas emisi karbon yang dihasilkan seperti CO2, NO2,
CH4 dan lain-lain.
·
Adanya
gas-gas seperti CO2 dan NO2 menyebabkan radiasi sinar matahari yang sampai ke
bumi terperangkap karena efek rumah kaca.
·
Adanya
pemanasan Global menyebabkan suhu di permukaan bumi semakin lama semakin
meningkat yag mengakibatkan perubahan cuaca yang ekstrim.
·
Dari
penelitian yang telah dilakukan sejumlah ilmuwan, pemanasan Global membawa
dampak negatif bagi bumi.
BAB II
PUSTAKA ISTILAH
1.
Pemanasan
Global (Global Warming)
Pemanasan global
atau global warming adalah adanaya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer.
(Wikipedia:indonesia).
Global
Warming secara harfiah diterjemahkan sebagai pemanasan Global. Terjadinya
pemanasan Global di bumi dimulai dari kenyataan bahwa energi panas yang
dipancarkan berasal dari matahari yang masuk ke bumi menciptakan cuaca dan
iklim serta panas pada permukaan bumi secara Global.
2.
Gas rumah kaca
Gas
rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer
yang menyebabkan efek
rumah kaca. Gas-gas tersebut
sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat
aktivitas manusia.
(Wikipedia:Indonesia)
Sebagian besar gas rumah kaca
berupa uap air dan gas-gas karbondioksida yang sebagian besar diemisikan secara
alami oleh makhluk hidup.
3.
Efek
rumah kaca (Green House Effect)
Efek Rumah Kaca atau Greenhouse Effect
merupakan istilah yang pada awalnya berasal dari pengalaman para petani di
daerah beriklim sedang yang menanam sayur-sayuran dan biji-bijian di dalam
rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari pada waktu
cuaca cerah, meskipun tanpa alat pemanas suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih
tinggi dari pada suhu di luarnya.
Hal tersebut terjadi karena sinar matahari
yang menembus kaca dipantulkan kembali oleh tanaman/tanah di dalam ruangan
rumah kaca sebagai sinar inframerah yang berupa panas. Sinar yang dipantulkan
tidak dapat keluar ruangan rumah kaca sehingga udara di dalam rumah kaca
suhunya naik dan panas yang dihasilkan terperangkap di dalam ruangan rumah kaca
dan tidak tercampur dengan udara di luar rumah kaca. Akibatnya, suhu di dalam
ruangan rumah kaca lebih tinggi daripada suhu di luarnya dan hal tersebut
dikenal sebagai efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat pula terjadi di dalam
mobil yang diparkir di tempat yang panas dengan jendela tertutup.
Kondisi yang menyerupai
akibat yang ditimbulkan dalam rumah kaca terjadi pula dalam bumi ini, yaitu
terperangkapnya energi dalam permukaan bumi oleh konsentrasi gas-gas dalam
lapisan atmosfir. Pada kenyataannya, pemanasan Global merupakan peningkatan
suhu bumi secara bertahap sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi gas efek
rumah kaca dalam lapisan luar atmosfir. Dan ketika bumi meradiasikan kembali
energi yang diterimanya ke luar angkasa, sebagian dari energi matahari yang
masuk ke bumi, terperangkap dalam permukaan bumi akibat terhalang oleh gas-gas
dalam atmosfir seperti uap air dan karbon dioksida.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
PEMANASAN GLOBAL
Apakah itu pemanasan Global?
Sebelum kita mengetahui akan
kebenaran pemanasan global yang terjadi di bumu kita ini, kita harus mengetahui
terlebih dahulu apa itu pemanasan global.
Sejak dikenalnya ilmu iklim, para
ilmuan telah mempelajari iklim di bumi, sejak jaman es, iklim di bumi mengalami
perubahan dengan sendirinya, apa penyebabnya? Meteor jatuh? Gunung meletus?
Perubahan arah angina? Variasi energy snar matahari yag dipancarkan ke bumi?
Sampai baru pada abad 19, maka studi
mengenai iklim mulai mengetahui tentang kandungan gas yang berada di atmosfer,
disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa mempengaruhi iklim di Bumi. Apa itu
gas rumah kaca?
Sebetulnya yang dikenal sebagai ‘gas
rumah kaca’, adalah suatu efek, dimana molekul-molekul yang ada di atmosfer
kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri,
seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur permukaaan Bumi
berada pada temperatur normal, sekitar 30°C, atau kalau tidak, maka tentu saja
tidak akan ada kehidupan di muka Bumi ini.
Pemanasan Global merupakan fenomena
naiknya suhu permukaan bumi karena meningkatnya efek rumah kaca. Peningkatan
efek rumah kaca dipengaruhi oleh naiknya kadar gas-gas rumah kaca di atmosfer
yaitu gas karbondioksida, uap air, ozon.
Fenomena pemanasan global menjadi isu
international sejak berdampak pada kelangsungan hidup makhluk hidup, yaitu
berpengaruh pada perubahan iklim bumi. Keadaan seperti ini dikhawatirkan akan
memberikan dampak buruk yang berupa kepunahan beberapa spesies dan munculnya
penyakit serta gejala-gejala alam yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Bukti-bukti ilmiah kebenaran pemanasan global
Suatu fakta tidak akan diterima kebenarannya
tanpa sebuah bukti yang ilmiah dan logis, banyak penelitian yang dilakukan oleh
para ilmuwan yang memberikan bukti bahwa bumi mengalami pemanasan global yang
terus meningkat dari tahun ke tahun.
Bukti penting yang menunjukkan bahwa
telah terjadi global warming adalah meningkanya suhu atmosfer, data penelitian
menunjukkan bahwa Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat
0.74 ± 0.18 °C
(1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change(IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata
global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia
melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua
akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih
terdapat beberapa ilmuwan
yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Gambar.
1 Anomali temperature dari tahun 1999-2008 dibandingkan dengan temperature rata-rata
tahun 1940-1980.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh
projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga
6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1]
Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario
berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model
sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus
pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air lautdiperkirakan akan
terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah
kaca telah stabil.[1] Ini
mencerminkan besarnya kapasitas panas dari
lautan.
Tidak hanya itu, pencitraan satelit
NASA dengan sensor AMSR-E Jepang menunjukkan pemanasan yang paling signifikan
terjadi di wilayah Arktik pada 1978-2003. Sejak November 1978, atmosfer Arktik
telah mengalami peningkatan panas 7 kali lebih cepat daripada pemanasan di bumi
bagian selatan. Peningkatan suhu ini disebabkan oleh peningkatan kadar CO2.
Bukti lainnya
adalah kenaikkan permukaan air laut akibat mencairnya es-es di kutub.
Berdasarkan laporan IPCC, tinggi muka laut dunia meningkat 10-25 cm selama abad
20. Banyak pulau seperti P.Tegua dan P.Abenuea di Kiribati tenggelam pada tahun
1999. Penduduk yang tinggal di kepulauan Cantaret di Papua New Guinea,
Shismaref di Alaska, dan Tuktoyaktuk di Kanada juga harus pindah karena pulau
mereka terancam tenggelam.
B.
PENYEBAB PEMANASAN
GLOBAL ATAU GLOBAL WARMING.
Penyebab pemanasan global secara
mendasar baru diketahui sekitar tahun 1820, bapak Fourier menemukan bahwa
atmosfer itu sangat bisa diterobos (permeable) oleh cahaya Matahari yang masuk
ke permukaan Bumi, tetapi tidak semua cahaya yang dipancarkan ke permukaan Bumi
itu bisa dipantulkan keluar, radiasi inframerah yang seharusnya terpantul
terjebak, dengan demikian maka atmosfer Bumi menjebak panas (prinsip rumah kaca).
Tiga puluh tahun kemudian, bapak
Tyndall menemukan bahwa tipe-tipe gas yang menjebak panas tersebut terutama
adalah karbon-dioksida dan uap air, dan molekul-molekul tersebut yang akhirnya
dinamai sebagai gas rumah kaca, seperti yang kita kenal sekarang. Arrhenius
kemudian memperlihatkan bahwa jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatgandakan,
maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan.
Semenjak penemuan Fourier, Tyndalldan Arrhenius tersebut, ilmuwan semakin memahami bagaimana gas rumah kaca
menyerap radiasi, memungkinkan membuat perhitungan yang lebih baik untuk
menghubungkan konsentrasi gas rumah kaca dan peningkatan Temperatur. Jika
konsentrasi karbon-dioksida dilipatduakan saja, maka temperatur bisa meningkat
sampai 1°C.
Tetapi, atmosfer tidaklah sesederhana
model perhitungan tersebut, kenyataannya peningkatan temperatur bisa lebih dari
1°C karena ada faktor-faktor seperti, sebut saja, perubahan jumlah awan,
pemantulan panas yang berbeda antara daratan dan lautan, perubahan kandungan
uap air di udara, perubahan permukaan Bumi, baik karena pembukaan lahan,
perubahan permukaan, atau sebab-sebab yang lain, alami maupun karena perbuatan
manusia. Bukti-bukti yang ada menunjukkan, atmosfer yang ada menjadi lebih
panas, dengan atmosfer menyimpan lebih banyak uap air, dan menyimpan lebih
banyak panas, memperkuat pemanasan dari perhitungan standar.
Sejak tahun 2001, studi-studi
mengenai dinamika iklim global menunjukkan bahwa paling tidak, dunia telah
mengalami pemanasan lebih dari 3°C semenjak jaman pra-industri, itu saja jika
bisa menekan konsentrasi gas rumah kaca supaya stabil pada 430 ppm CO2e (ppm =
part per million = per satu juta ekivalen CO2 – yang menyatakan rasio jumlah
molekul gas CO2
per satu juta udara kering). Yang pasti, sejak 1900, maka Bumi telah mengalami
pemanasan sebesar 0,7°C.
- Apakah akumulasi gas rumah kaca merupakan penyebab utama pemanasan global?
Sesuai dengan yang telah dibahas diatas, penyebab utama
pemanasan global adalah terjebaknya panas oleh gas-gas rumah kaca (Green House
Effect), lalu apa sajakah yang tergolong gas rumah kaca dan dari manakah sumber
gas-gas tersebut?
Gas-gas rumah
kaca adalah gas yang apabila berakumulasi di atmosfer akan membentuk suatu
lapisan yang tidak dapat ditembus oleh energy rendah atau inframerah, gas
tersebut antara lain:
1.
Uap
air (H2O)
Uap
air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang
terjadi ketika uap membentuk butir-butir air è
Siklus Air. Sebenarnya uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek
rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan
dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah
uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan
meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global.
Karena
jumlah uap air di atmosfer berada di luar kendali manusia (secara alami
keberadaan uap air sudah sangat banyak di atmosfer) maka peranan uap air dalam
peningkatan efek rumah kaca tidak akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab
berikut.
2.
Karbondioksida (CO2)
Karbon
dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang sedang
ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap
jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi sebagai sumber energi.
Carbondioksida terbentuk dari reaksi oksidasi senyawa karbon:
CnH2n
+ 11/2n O2 à
nCO2 + nH2O
Penggundulan
hutan serta perluasan wilayah pertanian juga meningkatkan jumlah karbondioksida
dalam atmosfer. Karena hutan merupakan sumber pepohonan guna mengurangi jumlah
CO2 di atmosfer untuk kepentingan fotosintesis.
6CO2
+ 6H2O à
C6H12O6 + 6O2
Namun
selain efek rumah kaca tersebut, karbon dioksida juga memainkan peranan sangat
penting untuk kehidupan tanaman. Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan
bantuan sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam proses
yang dikenal sebagai fotosintesis. Proses yang sama terjadi di lautan di mana
karbon dioksida diserap oleh ganggang.
Berdasarkan
data badan meterologi, klimatologi dan geofisika (BMKG), mencatat bahwa
konsentrasi karbondioksida diatmosfer semakin meningkat di sepanjang 10 tahun
terakhir seiring dengan meningkatnya suhu bumi.
Gambar. 2 Grafik konsentrasi CO2 tahun 2004-2009
(Sumber: Data BMKG Bukitkototabang)
3.
Metana (CH4)
Metana
adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana dihasilkan ketika
jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi
tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat
pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah
terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan.
C6H12O6
à 2 (C3H4O2) + 2H2O
2C3H4O2
à
CH4 + H2O + CO2
Kegiatan
manusia telah meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan ke atmosfer. Sawah
merupakan kondisi ideal bagi pembentukannya, di mana tangkai padi nampaknya
bertindak sebagai saluran metana ke atmosfer. Meningkatnya jumlah ternak sapi,
kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain yang berarti, karena metana
dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka bersendawa dan
kentut. Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di tempat pembuangan
sampah; sehingga menguntungkan bila mengumpulkan metana sebagai bahan bakar
bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik.
Metana
merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada
sumur minyak bumi atau gas bumi, juga terdapat kaitannya dengan batu bara.
Menurut
data penelitian badan meterologi, klimatologi dan geofisika (BKMG), kadar gas
metane di atmosfer cenderung semakin meningkat tiap tahunnya seiring bertambah
suhu atmosfer.
Gambar. 3 Grafik konsentrasi gas CH4 tahun
2004-2009 (BKMG Bukitkototabang)
4.
Ozon (O3)
Ozon
adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer (troposfer,
stratosfer). Ozone berfungsi sebagai pengubah sinar dengan panjang gelombang
pendek (UV) menjadi sinar denga panjang gelombang panjang (IR).
3O2
+ e à
2O3
Di
troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika
sinar matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor. Ozon pada
troposfer dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
5.
Dinitrogen oksida (N2O)
Dinitrogen
oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami. Dulunya gas ini
digunakan sebagai anastasi ringan, yang dapat membuat orang tertawa sehingga
juga dikenal sebagai ‘gas tertawa’.
Tidak
banyak diketahui secara terinci tentang asal dinitrogen oksida dalam atmosfer.
Diduga bahwa sumber utamanya, yang mungkin mencakup sampai 90 persen, merupakan
kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan
jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah
kecil oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Menurut
data penelitian badan meterologi, klimatologi dan geofisika (BKMG) mencatat
bahwa konsentrasi gas N2O di atmosfer meningkat tajan pada periode tahun
2004-2009.
Gambar. 4 Grafik konsentrasi gas N2O tahun
2004-2009 (BMKG Bukitkototabang)
6.
Chloroflourocarbon (CFC)
Chlorofluorocarbon
adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-sifat, misalnya tidak
beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat digunakan dalam
berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II.
Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang ‘Freon’.
Dua
jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12.
Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam peralatan
pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan microchip.
Selain
merupakan gas rumah kaca, CFC dapat merusak lapisan ozone, yang dapat
mengakibatkan radiasi sinar UV menembus atmosfer.
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya
efek rumah kaca bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer,
waktu tinggal di atmosfer dan kemampuan penyerapan energi.
Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek
rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global.
Mekanisme Pemanasan Global oleh gas rumah kaca.
Gas rumah kaca (CO2, H2O,
N2O) akan memberikan efek seperti rumah kaca, dimana di dalam
ruangan kaca lebih panas dibandingkan dengan luar ruangan, hal ini dikarenakan
panas yang masuk keruangan secara radiasi terjebak oleh lapisan kaca.
1. Mula-mula
energy sinar matahari diradiasikan ke bumi, sinar matahari yang diradiasikan
berupa sinar energy tinggi (UV), sinar tampak (VIS),
energy rendah (IR). Radiasi sinar tersebut kemudian akan sampai kebumi dan
sebagian akan dipantulkan (Sinar energy rendah), sebagian lagi akan diserap
(Sinar energy tinggi dan sinar tampak).
2. Bumi
memilki lapisan pelindung yang dinamakan atmosfer, bagian terpenting dari
artmosfer guna melindungi dari radiasi UV adalah O3 (Ozone), sinar energy
tinggi akan diubah menjadi sinar dengan panjang gelombang lebih panjang yaitu
berupa Infra Red.
3. Sinar
matahari tampak dan infrared akan mencapai permukaan bumi, kemudian sebagian
diserap, sebagian lagi dipantulkan, radiasi sinar IR lebih banyak dipantulkan
dari pada sinar Vissible.
4. Radiasi
sinar IR yang dipantulkan akan kembali ke Atmosfer, akibat dari akumulasi CO2
dan gas rumah kaca lainnya, radiasi sinar IR ini terjebak, karena lapisan gas
rumah kaca memiliki sifat tidak dapat ditembus oleh radiasi sinar gelombang
panjang (IR).
5. Akibatnya
radiasi sinar IR akan terjebak di troposfer yang kemudian mengakibatkan
akumulasi energy panas, akumulasi energy panas inilah yang menyebabkan suhu
permukaan bumi terus naik. Yang kemudian dinamakan Global Warming.
Gambar.
5 Skema efek Gloabal warming
- Efek umpan balik
Salah satu penyebab pemanasan global juga
dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh
adalah pada penguapan air.
Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2,
pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke
atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus
berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih
besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan
balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau
bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya
berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang
panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi
objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan
kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek
pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan
sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan
tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian
awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim,
antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara
batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km
untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun
demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan
umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model
yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya
kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur
global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang
terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di
bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan
cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap
lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan
lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2
dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost)
adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es
yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik
positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga
akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat
nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton
yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
- Variasi Matahari
Gambar. 6 grafik variasi sinar matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa
variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan,
dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme
ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas
Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan
stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati
sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi
kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan
ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan
tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari
dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek
pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan
sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari
mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke
University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi
terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode
1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya
mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi
berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh
Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik
dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka
menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap
pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada
dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika
Serikat, Jerman
dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat
"keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus
Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat
"keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil
untuk berkontribusi terhadap pemansan global.[12][13] Sebuah
penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara
pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi
dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis
C.
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP
Pemanasan global yang terjadi di
bumi kita ini memberikan dampak yang signifikan terhadap kelangsungan hidup,
dampak tersebut dapat berupa dampak positif dan dampak negatif bagi kehidupan.
Pemanasan global berpengaruh besar terhadap perubahan iklim global yang
berimbas pada permasalahan lingkungan yang semakin besar.
DAMPAK NEGATIF
Pemanasan global memberikan dampak
negative terhadap kelangsungan makhluk hidup di bumi, dampak negative tersebut
diantaranya:
I. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian
Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih
dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan
daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara
tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak
akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim
dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab
karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para
ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban
tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh
lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas
rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada
atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang
lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa
luar, dimana hal
ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar
1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh
dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi
lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya
beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup
lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar.
Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin
mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Satidaknya ada 10 bencana besar yang diperkirakan terjadi akibat pemanasan
global.
II. kenaikan permukaan air laut
Salah satu akibat pemanasan global adalah
dapat mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Pencairan es tersebut
menyebabkan naiknya permukaan air laut. Peningkatan permukaan air laut
memperbesar resiko banjir. Hal ini terutama berlaku jika pemanasan global
dikaitkan dengan terjadinya badai dan topan yang ganas.
Banyak negara berkembang sangat bergantung
pada industri pariwisata. Salah satu daya tariknya ialah pantai-pantai pasir
yang luas dan bersih. Untuk gambaran kasarnya, jika terjadi peningkatan
permukaan air laut setinggi 10 cm, berarti hilangnya sekitar 10 m pantai.
Meningkatnya permukaan air laut mendorong batas antara air asin dan air tawar di muara sungai lebih jauh ke daratan. Peningkatan setinggi 10 cm akan cenderung mengakibatkan penembusan air laut sekitar satu kilometer lebih jauh ke darat dalam muara datar. Penembusan air asin ke dalam cadangan air tawar dapat menjadi masalah serius ketika permukaan air laut naik.
Meningkatnya permukaan air laut mendorong batas antara air asin dan air tawar di muara sungai lebih jauh ke daratan. Peningkatan setinggi 10 cm akan cenderung mengakibatkan penembusan air laut sekitar satu kilometer lebih jauh ke darat dalam muara datar. Penembusan air asin ke dalam cadangan air tawar dapat menjadi masalah serius ketika permukaan air laut naik.
Gambar. 7 perubahan tinggi rata-rata air
laut dari tahun 1880-2000
III. Penurunan Hasil Panen Pertanian dan Perikanan
Dengan terjadinya pemanasan global ini maka
akan terjadi perubahan iklim, dimana Jika iklim berubah seperti yang
diramalkan, kemungkinannya bermacam-macam dan bahkan bisa suram. Penurunan
curah hujan jelas akan merupakan bencana bagi petani miskin di daerah kering,
misalnya di Afrika, Brasil, Pakistan serta India, dan dampak tersebut tidak
terbatas pada daerah kering saja. Sebagai contoh:
Pemanasan global dapat membuat daerah
Barat-Tengah Amerika Serikat menjadi lebih panas dan berangin. Apa yang dapat
terjadi sudah dirasakan ketika kekeringan dan suhu tinggi pada 1988 menurunkan
hasil panen gabah sebesar 30 persen. Penurunan hasil panen seperti ini, jika
berlangsung terus, hampir pasti akan berakibat serius bagi negara berkembang
serta negara-negara lain yang bergantung pada impor gabah dari Amerika Serikat.
Para petani dimanapun telah menunjukkan diri mampu melakukan penyesuaian diri untuk menanggapi perubahan keadaan. Mereka bersiap mengganti tanaman ketika pasar berubah, menerapkan jenis biji baru ketika mereka melihat bahwa jenis tersebut lebih menguntungkan, mengubah teknik bertani, atau mengambil langkah apapun yang mungkin meningkatkan keamanan atau pendapatan mereka. Tetapi penyesuaian diri demikian memerlukan waktu dan uang. Jika dunia sedang menuju ke abad yang suhu globalnya meningkat terus, kecepatan dan kelanjutan perubahan akan meletakkan beban berat pada para petani di mana-mana.
Walaupun begitu, tidak seluruh kemungkinan negatif. Misalnya, ada kemungkinan bahwa kondisi di beberapa daerah akan menjadi lebih menguntungkan bagi tanaman pertanian daripada sekarang. Sebagai contoh:
Para petani dimanapun telah menunjukkan diri mampu melakukan penyesuaian diri untuk menanggapi perubahan keadaan. Mereka bersiap mengganti tanaman ketika pasar berubah, menerapkan jenis biji baru ketika mereka melihat bahwa jenis tersebut lebih menguntungkan, mengubah teknik bertani, atau mengambil langkah apapun yang mungkin meningkatkan keamanan atau pendapatan mereka. Tetapi penyesuaian diri demikian memerlukan waktu dan uang. Jika dunia sedang menuju ke abad yang suhu globalnya meningkat terus, kecepatan dan kelanjutan perubahan akan meletakkan beban berat pada para petani di mana-mana.
Walaupun begitu, tidak seluruh kemungkinan negatif. Misalnya, ada kemungkinan bahwa kondisi di beberapa daerah akan menjadi lebih menguntungkan bagi tanaman pertanian daripada sekarang. Sebagai contoh:
Satu calon bagi perbaikan iklim demikian
adalah Republik Rusia, bekas bagian dari Uni Soviet. Diperkirakan bahwa suhu
yang lebih tinggi disertai peningkatan curah hujan yang mungkin terjadi akan
meningkatkan hasil gabah sampai 50 persen. Ini akan memungkinkan bagi Uni
Soviet untuk menjadi salah satu pengekspor gabah terbesar, dan tidak lagi
bergantung pada impor dari Amerika Serikat.
Terumbu karang merupakan ekosistem planet
yang paling beragam. Satu terumbu dapat mendukung sebanyak 3000 spesies
kehidupan laut. Terumbu terutama rentan terhadap perubahan apapun dalam
lingkungannya. Kondisi ekstrem dapat menyebabkan ganggang simbiotik yang peka,
pemberi warna dan makanan pada karang akan terlepas keluar. Jika hal ini
terjadi, kerangka kapur dari karang akan terkelupas, sehingga memberi warna
keputihan. Karang biasanya mendapatkan kembali ganggang setelah kejadian
tersebut, tetapi kejadian yang berulang dan lama akan mencegah pertumbuhan dan
reproduksi karang dan lambat-laun akan membunuh mereka.
IV. perubahan keanekaragaman hayati
Setiap jenis tumbuhan dan hewan hanya dapat
hidup dalam satu wilayah atau iklim yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai
contoh:
Jenis pohon tertentu sesuai tumbuh di daerah
curah hujan dan suhu savana. Jika iklim menjadi lebih panas dan lebih kering,
pohon ini kalah dibandingkan semak rendah yang jarang tumbuhnya dan dapat hidup
dalam iklim lebih keras. Jenis pohon ini akan digantikan secara alami oleh
jenis lain yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan iklim baru.
Jika perubahannya lambat, akan terjadi penyesuaian diri secara bertahap terhadap iklim baru, seperti yang telah terjadi masa lalu. Diperkirakan jika kondisi yang lain tetap, tumbuh-tumbuhan perlu pindah 100 – 150 km ke arah kutub untuk mengatasi peningkatan suhu sebesar 1°C.
Jika perubahannya lambat, akan terjadi penyesuaian diri secara bertahap terhadap iklim baru, seperti yang telah terjadi masa lalu. Diperkirakan jika kondisi yang lain tetap, tumbuh-tumbuhan perlu pindah 100 – 150 km ke arah kutub untuk mengatasi peningkatan suhu sebesar 1°C.
V. Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat
mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian.
Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul
kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan
permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai
dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering
muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak
pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases)
maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena
munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan
adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes
Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat
tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa
spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan
ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim
(Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu
seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan
tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh
pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan
vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas
pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap
penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain
VI. Pulau Tenggelam
Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara
yang paling terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah
hilang tenggelam. Ini disebabkan mencairnya permukaan gletser di kutub yang
membuat volume air laut meningkat drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah
pasangnya air laut. Sekarang saja pasang air laut Pantai Kuta telah
membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib sama ,
sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi
terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi ,
Penjaringan , Cilincing , Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.
VII. Badai
Badai memang bisa terjadi karena kehendak
alam. Tapi suhu air yang menghangat akibat global warming mendukung
terjadinya badai yang jauh lebih kuat dan besar. Beberapa tahun belakangan ini
, negara-negara di Eropa, Amerika, dan Karibia telah mengalami begitu
banyak badai dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan
cuma badai biasa, namun masuk kategori badai mematikan , seperti badai
katrina,badai ike, badai nargis, badai rita,dll.
VIII. Gelombang Panas
Tahun 2003 lalu, Eropa diserang gelombang
panas alias heat wave , yang menewaskan banyak orang. Mengejutkan
! Tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan tahun yang lalu , tepatnya tahun
1900 oleh para ilmuwan di masa itu . Gelombang panas memang pernah terjad
beberapa kali di bumi , namun belakangan ini makin sering terjadi. Dan
diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali lipat.
IX. Kekeringan
Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih
parah ! Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi,
hingga suplai makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani
negara-negara Afrika akan menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan
di dunia meningkat 66 % . Tak terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di
bumi ini.
X. Perang dan Konflik
Negara yang kekurangan air dan bahan pangan
kemungkinan besar akan mengalami panik dan berubah jadi agresif. Lalu bukan tak
mungkin mereka berusaha saling merebut lahan yang belum rusak.
XI. Ekosistem Hancur
Perubahan iklim yang terjadi akibat
global warming akan menghancurkan ekosistem yang ada. Setelah sebagian
mahkluk hidup di bumi musnah akibat bencana kekeringan, banjir , badai, atau
ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup yang tersisa bakal mengalami kesulitan
untuk bertahan hidup. Penyebabnya adalah berkurangnya sumber air , udara
bersih, bahan bakar , sumber energi , bahan makanan, obat-obatan yang
dibutuhkan untuk survive.
XII. Mahkluk Hidup Punah
Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada
sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau temperatur bumi terus naik. Spesies yang
punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat dingin . Hewan-hewan laut
diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut jadi
menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas manusia akhirnya
terancam karena kekurangan bahan makanan. Katak Atelopus sp misalnya, punah
akibat infeksi fungi patogen Batrachocytrium dendrobatridis yang terus
meningkat akibat peningkatan suhu di sekitar pegunungan Amerika Selatan
DAMPAK POSITIF
Selama ini ketika
orang mendengar istilah pemanasan global, maka dibenaknya hanya ada dampak yang
negative dan negative, padahal menurut kajian beberapa peneliti, global warming
memberikan beberapa dampak positif. IPCC (The Intergovernmental Panel on Climate Change)
didirikan oleh World Meteorological Organisation (WMO) dan The United
Nations Environment Programme (UNEP) adalah suatu lembaga panel yang
terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia yang tugas utamanya adalah
menganalisa bukti-bukti scientific mengenai pemanasan global dan
perubahan iklim.
IPCC dibentuk guna mengatasi isu yang sangat pelik mengenai
perubahan iklim. Para pengambil kebijakan (policy
makers) membutuhkan suatu sumber informasi yang obyektif dan akurat tentang
sebab-sebab perubahan iklim, dampaknya terhadap lingkungan, sosial ekonomi
serta alternatif penanggulangannya dan cara beradaptasi terhadap perubahan
iklim.
Menurut
mereka, dampak positifnya antara lain:
- Potensi yang lebih tinggi pada hasil pertanian di daerah yang terletak pada posisi lintang tengah.
- Potensi penambahan kayu global pada hutan yang dikelola dengan baik dan benar.
- Peningkatan ketersediaan air untuk populasi pada beberapa wilayah yang relatif kering, sebagai contoh di sebagian wilayah Asia Tenggara.
- Pengurangan angka kematian pada musim dingin pada bumi di belahan lintang tengah dan lintang tinggi.
- Pengurangan permintaan energi untuk pemanas ruangan akibat suhu udara pada musim dingin tidak terlalu dingin.
IPCC mensimulasi perubahan iklim menggunakan pemrograman
komputer yang disebut model numerik iklim global (numerical global climatemodel) atau model sirkulasi global (global circulation models atau GCMs).
Model numerik ini digunakan untuk mensimulasi perubahan iklim rata-rata global
dan membandingkannya dengan pengukuran regional secara aktual.
Menurut IPCC sendiri, mereka mengakui bahwa masih ada
ketidakpastian yang melekat pada hasil simulasi tersebut, karena hasil
pemodelan hanya merupakan proyeksi dan bukan prediksi, dan masih ada kelemahan
dalam simulasi dan pemodelan yang tidak mempunyai kemampuan (inability)
untuk memasukkan variabel radiasi sinar matahari dan debu gunung berapi dalam
persamaan matematika di dalam model.
Penting dicatat,
bahwa IPCC hanya membuat skenario dari berbagai faktor yang kemungkinan terjadi
di masa depan berdasarkan pada kecenderungan yang telah terjadi di masa lalu
dan yang sedang terjadi pada saat ini. Dan sekali lagi, skenario hanya
merupakan proyeksi (projection) dan bukan prediksi (prediction).
Karena itu, proyeksi dan skenario ini bisa berubah tergantung pada ada tidaknya
perubahan yang terjadi seperti perkembangan pengetahuan, perubahan perilaku
sosial ekonomi manusia, kondisi ekonomi, dan lain-lain.
Meskipun pemanasan global memiliki dampak
positif dan negative, namun dirasa dampak negative dari peamanasan global lebih
dominant, seyogyanya kita sebagai penghuni bumi yang indah ini menjaga supaya
hal-hal yang diprediksikan diatas dapat diminimalisasi. dengan berkehidupan
berwawasan lingkungan dan bersikap bijaksana terhadap lingkungan akan
mengurangi resiko bahaya akibat dari pemanasan global.
D.
UPAYA PENCEGAHAN DAN
MENGURANGI ANCAMAN PEMANASAN GLOBAL
1)
Mengurangi konsumsi bahan bakar fosil
Konsumsi total bahan
bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah
yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat
mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah
mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah
semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan
berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang
untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu
populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara,
seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap
menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari
selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah
sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas
rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan
menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini
disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi
produksi gas rumah kaca.
Realisasi untuk menguarangi pemakaian bahan baker fosil dapat
digunakan cara :
Konservasi Energi
Banyak orang khawatir bahwa konservasi
energi akan berarti penurunan taraf hidup. Hal ini merupakan isu belaka. Justru
konservasi energi atau efisiensi penggunaan energi secara lebih baik sering
dinyatakan sebagai usaha pelestarian sumber energi dengan biaya murah.
Di negara-negara maju, potensi terbesar untuk penghematan terdapat
pada sektor industri dimana sebagian besar energi di konsumsi. Hal yang sama
juga ada dalam sektor industri, perdagangan dan rumah tangga kelas atas di
negara-negara berkembang.
Sejumlah besar bahan bakar dapat dihemat
pemakaiannya pada gedung-gedung pencakar langit berdinding kaca di kota-kota
besar beriklim tropis yang membentuk sebuah rumah kaca raksasa, sehingga
memerlukan biaya besar dari pemilik dan penyewa untuk mendinginkan ruangan.
Kesalahan ini tidak perlu diulangi, bangunan-bangunan baru dapat dengan mudah
dirancang untuk mengurangi penyerapan panas.
Konsumsi listrik untuk penerangan dapat
dikurangi dengan drastis melalui penggunaan lampu yang lebih efisien. Sebuah
lampu neon kompak 18 watt yang dipasang di lubang lampu biasa dapat
menghasilkan cahaya setara dengan lampu biasa 75 watt. Selama masa pakai
sekitar 10.000 jam, lampu ini dapat mengurangi emisi lebih dari 0,5 ton karbon
dioksida (> 500 kg karbon dioksida)!
Transportasi menggunakan sepertiga dari
keseluruhan konsumsi bahan bakar minyak dunia. Pada 1993 terdapat sekitar 500
juta kendaraan di jalan-jalan raya dunia, sekitar 400 juta adalah mobil.
Seluruh sektor transportasi memerlukan peningkatan dalam efisiensi.
Mobil ‘peminum bensin’ buatan Amerika Serikat mempunyai angka
konsumsi bahan bakar dua atau tiga kali lebih tinggi daripada mobil buatan
Eropa atau Jepang. Peraturan perpajakan dan bea masuk untuk mencegah masuknya
mobil yang boros, dapat membantu mengurangi emisi karbon dioksida sekaligus
membantu negara-negara berkembang mengurangi beban impor bahan bakar minyak.
Eliminasi Chlorofluorocarbon
Dalam hal chlorofluorocarbon, karena sebuah
kesepakatan internasional untuk menghentikan penggunaannya pada 2000 telah
ditandatangani, tingkat emisi di masa datang akan bergantung terutama pada
sejauh mana kesepakatan tersebut dipatuhi èdengan ketat Perusakan
Lapisan Ozon.
Mengurangi Emisi Metana dan Dinitrogen oksida
Hingga saat ini belum ada strategi yang
tepat untuk mengurangi emisi metana maupun dinitrogen oksida. Masih diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk sampai pada sebuah strategi pengurangan yang
sesuai.
Bahan Bakar Biomassa
Bahan bakar biomassa berasal dari kayu atau
sisa-sisa tanaman pertanian. Bahan ini dapat digunakan secara berkelanjutan,
dengan jumlah penggunaan setara dengan jumlah penanaman. Jika hal ini
dilakukan, tidak ada emisi karbon dioksida karena tumbuhan yang ditanam akan
mengkonsumsi karbon dioksida sebanyak yang dilepaskan ketika bahan dibakar.
Jika energi yang dihasilkan digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil, maka
ada pula pengurangan emisi karbon dioksida.
Bahan bakar biomassa sudah digunakan secara
berkelanjutan di berbagai industri pedesaan pada negara-negara berkembang.
Pabrik gula dan penggilingan padi, minyak kelapa sawit dan agro-industri
lainnya, secara berkala mengandalkan limbah mereka sendiri untuk menghasilkan
energi yang diperlukan. Industri penggergajian kayu sering menggunakan potongan
kayu dan limbah kayu lainnya untuk menghasilkan energi panas guna mengeringkan
kayu. Usaha-usaha seperti ini harus didorong untuk beralih dari penggunaan
bahan bakar fosil ke bahan bakar biomassa.
Teknologi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarui
Pemanfaatan sumber energi terbarui diyakini tidak menghasilkan emisi
karbon dioksida. Karena itu, peningkatan pemanfaatan energi dari sumber-sumber
energi terbarui harus dianggap sebagai unsur utama dalam strategi mengurangi
emisi karbon dioksida. Namun sejauh ini, sumbangan sumber-sumber energi
terbarui terhadap pemasokan energi dunia amat kecil, kecuali dari tenaga air.
Selain ètenaga air, dapat digunakan energi
matahari dan tenaga angin Energi.
Penanaman Hutan
Menanam pohon bahkan pada skala besar sekalipun, tidak dapat
mengimbangi keseluruhan laju penambahan gas-gas rumah kaca ke atmosfer.
Walaupun demikian, peningkatan penanaman pohon oleh setiap negara
akan memperlambat penimbunan gas-gas rumah kaca.
Gambar . Pemanfaatan Sumber-sumber
Energi Terbarui
2)
Pajak Karbon
Harga merupakan salah satu faktor penentu
jenis bahan bakar apa yang dipilih orang dan berapa jumlah konsumsinya. Para ahli ekonomi menyarankan bahwa harga bahan bakar
dapat dinaikkan dengan menambah ‘pajak karbon’, sebagai cara mengurangi
pemanasan global. Pajak karbon akan dikenakan pada bahan bakar sesuai dengan
jumlah karbon dioksida yang dipancarkan. Dengan rancangan ini, batu bara akan dikenakan
pajak yang lebih tinggi daripada bahan bakar bensin karena batu bara merupakan
sumber energi fosil yang menghasilkan emisi gas karbon dioksida paling ötinggi saat dibakar, dan gas bumi dikenakan pajak paling rendah.
Gagasan lain yang dikemukakan oleh para ahli
ekonomi adalah penggunaan "ijin yang dapat dipertukarkan" atau tradable
permits dalam emisi karbon dioksida. Ijin ini membolehkan sebuah negara
atau sebuah organisasi untuk mengemisi karbon dioksida dalam jumlah tertentu.
Jumlah tingkat emisi global karbon dioksida akan ditentukan oleh sebuah badan
internasional. Di dalam sebuah negara, ijin tersebut akan dibagi di antara
pengguna bahan bakar.
3)
Strategi Antisipasi di
Indonesia
Untuk mengantisipasi dampak dari pemanasan
global, pemerintah Indonesia membentuk Komisi Nasional untuk Evaluasi dan
Monitoring Dampak Perubahan Iklim pada Lingkungan pada tahun 1990.
Komisi tersebut pernah merangkum satu "Strategi Antisipasi
Dampak Perubahan iklim".
Selain itu sudah dikeluarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang "Ambang Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor" (KEP-35/MENLH/10/93), "Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak" (KEP-13/MENLH/3/95), dan "Program Langit Biru"
(KEP-15/MENLH/4/96) yang dimaksudkan mencegah terjadinya pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar lingkungan.
(KEP-15/MENLH/4/96) yang dimaksudkan mencegah terjadinya pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar lingkungan.
Berbagai kebijakan tersebut sudah
menampakkan hasilnya tetapi langkah tersebut belum cukup, diperlukan tindakan
menyeluruh misalnya dalam bidang konservasi energi, penggunaan sumber energi
terbarui, penghutanan kembali dan penerapan teknologi ramah lingkungan guna
mengatasi serta mengurangi ancaman pemanasan global.
Gambar . Negara-negara Penyebab Emisi
Gas Rumah Kaca Tertinggi(Total dan per Kapita)
4)
Menetapkan Konsentrasi Gas
Rumah Kaca
Untuk menghilangkan ancaman pemanasan global
secara menyeluruh, konsentrasi gas-gas rumah kaca harus dikurangi sampai
tingkat masa pra-industri. Ini merupakan tujuan yang saat ini tidak mungkin
tercapai.
IPCC (Panel Antar-pemerintah tentangPerubahan Iklim) menghitung beberapa penghematan yang diperlukan untuk
mempertahankan tingkat emisi yang ada saat ini. Data ini disajikan pada tabel 4
dan memperlihatkan bahwa penghematan-penghematan tersebut harus drastis. Emisi
karbon dioksida, misalnya, harus turun 60 persen, yang berarti bahwa penggunaan
bahan bakar fosil untuk transportasi, industri dan listrik pada tingkat global
harus dikurangi sampai tingkat setengah.
Sebuah skenario, berdasarkan penelitian Dr.
Mick Kelly, Universitas East Anglia di Inggris, dirancang untuk menetapkan
konsentrasi gas rumah kaca tahun 2030 pada kadar sedikit lebih tinggi dari pada
kadar saat ini. Hal ini memerlukan perubahan mendasar. Beberapa ciri kuncinya
adalah sebagai berikut:
·
Penghapusan produksi
chlorofluorocarbon sejak 1995 dan mungkin juga bahan-bahan penggantinya yang
mempunyai efek rumah kaca;
·
Menghentikan penggundulan hutan
pada 2000, diikuti dengan penanaman kembali hutan-hutan secara intensif;
·
Pengurangan emisi karbon
dioksida dari bahan bakar fosil sampai 30 persen dari kadar saat ini pada 2020;
·
Pengurangan dalam peningkatan
konsentrasi tahunan metana dan dinitrogen oksida sampai 25 persen dari nilai
saat ini.
·
Semua perubahan-perubahan ini
pun tidak akan menghapuskan ancaman pemanasan global secara menyeluruh.
·
Dalam mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,
sebaiknya diikuti strategi ‘tanpa penyesalan’ atau ‘no regrets’ yang
dinyatakan pada 1990 oleh Menteri Ilmu Pengetahuan Australia, Barry Jones:
·
"Jika kita bertindak dan
bencana terhindarkan, maka kita mencegah penderitaan berat manusia. Jika kita
bertindak dan tidak ada masalah, maka kita tidak rugi melainkan mendapat
keuntungan berupa lingkungan yang lebih bersih. Jika kita tidak bertindak dan
terjadi bencana, akan ada tragedi global. Jika kita tidak bertindak dan tidak
ada bencana, akibatnya kita akan tergantung semata-mata pada
keberuntungan/nasib".
Tabel. Pengurangan Emisi yang Diperlukan untuk
Menetapkan Konsentrasi Gas Rumah Kaca pada Tingkat Sekarang
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
pemanasan global telah
benar-benar terbukti secara ilmiah keberadaanya, pwningkatan suhu rata-rata
atmosfer tiap tahunnya menjadi bukti nyata pemanasan global, serta perubahan
iklim secara ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini.
2.
pemanasan global telah terjadi
sejal lama, tercatat 10 tahun terakhir merupakan peningkatan pemanasan global
yang paling tajam, diperkirakan tahun-tahun kedepan dapat mencapai dua kali
lipat dari pada tahun sekarang apabila tidak ada perbaikan dan pelestarian
lingkungan.
3.
penyebab utama pemanasan global
adalah adalah emisi gas-gas rumah kaca yang terakumulasi di atmosfer, seperti
gas CO2, N2O, CH4, CFC. Meskipun penyebab
lain seperti efek umpan balik dan variasi sinar matahari juga berperan sebagai
penyebab global warming.
4.
akumulasi gas-gas rumah kaca
(CO2, N2O, CH4, CFC) membentuk suatu lapisan
yang bersifat seperti kaca yaitu tidak dapat ditembus oleh radiasi sinar dengan
panjang gelombang yang panjang (Infra red). Yang menyebabkan energi panas
terjebak di dalam atmosfer, sehingga menyeababkan panas permukaan bumi
meningkat.
5.
selain berdampak negative,
pemanasan global juga berdampak positif pada suatu wilayah tertentu. Akan
tetapi dampak negative dai pemanasan global lebih dominant disbandingkan dampak
positif.
6.
untuk mengurangi ancaman bahaya
pemanasan global, dapat dilakukan dengan upaya mengurangi emisi gas ruamah
kaca, menanam pohon serta memperluas hutan, dengan begitu konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfer akan berkurang.
B.
SARAN
1.
hendaknya generasi muda
sekarang memberikan perhatian yang lebih terhadap fenomena pemanasan global
yang berimbas pada kelangsungan hidup manusia serta lingkungan.
2.
sebaiknya pemerintah membuat
peraturan tertentu akan pentingnya memelihara lingkungan.
3.
dilakukan pemantauan rutin
terhadap keadaan jumlah gas rumah di atmosfer oleh instansi terkait, gunamengetahui sejauh mana emisi fosil masih diambang batas aman
DAFATAR
PUSTAKA
www.wikipedia.com/indonesia
www.yudhi’m.blogger.com
www.kompasiana.com
www.wapedia.co
0 Response to "KUMPULAN KARYA ILMIAH MENYINGKAP KEBENARAN PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING)"
Posting Komentar