1. Latar Belakang
Keberhasilan program pendidikan melalui prosesbelajar mengajar di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : siswa, kurikulum, tenaga kependidikan,
biaya, sarana dan prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor
tersebut dapat terpenuhi sudah tentu akan memperlancar proses belajar-mengajar,
yang akan menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal yang pada akhirnya
akan meningkatkan mutu pendidikan.
Berbagai
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, antara
lain dengan perbaikan mutu belajar-mengajar. Belajar mengajar di sekolah
merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya
perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha perencanaan
pengajaran diupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan maksimal dan
meningkatkan motifasi, tantangan dan kepuasan sehingga mampu memenuhi harapan
baik oleh guru sebagai pembawa materi maupun peserta didik sebagai penggarap
ilmu pengetahuan.
Salah satu
upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran
di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan. Usaha
meningkatkan kemampuan guru dalam belajar-mengajar, perlu pemahaman ulang.
Mengajar tidak sekedar mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi
mengajar juga berarti usaha menolong si pelajar agar mampu memahami
konsep-konsep dan dapat menerapkan konsep yang dipahami.
SMAMuhammadiyah Kendari adalah salah satu SMA swasta yang statusnya disejajarkan
dengan SMA negeri dan diakui oleh pemerintah. Sejak tahun pelajaran 2006/2007
SMA Muhammadiyah, seperti halnya SMA lainnya telah menerapkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), namun menurut hasil wawancara dengan guru diketahui
bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan KTSP. Salah satu kendala
utama adalah kurangnya antusias siswa untuk belajar siswa lebih cenderung
menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam
mengemukakan pertanyaan maupun pendapat. Hal ini dikarenakan oleh pembelajaran
yang dilakukan oleh guru cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional
yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Padahal dalam kerangka
pembelajaran matematika, siswa mesti dilibatkan secara mental, fisik dan sosial
untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran dari teori-teori dan hukum-hukum
matematika yang telah dipelajarinya melalui proses ilmiah. Jika hal ini tidak
tercakup dalam proses pembelajaran dapat dipastikan penguasaan konsep
matematika akan kurang dan akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa
yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan.
Berdasarkan
informasi tersebut, dilakukan observasi di SMA Muhammadiyah Kendari pada
tanggal 18 Desember 2006 dan diperoleh keterangan bahwa prestasi belajar
matematika siswa kelas XIIA-1 di sekolah tersebut
masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan
harian siswa hanya mencapai 4,5. Nilai rata-rata ini jika dibandingkan dengan
ketuntasan belajar menurut kurikulum, yakni sebesar 6,5 atau 65 % dapat
dikatakan bahwa nilai tersebut berada dibawah standar ketuntasan yang diharapkan.
Dari hasil wawancara ini pula diperoleh informasi dari guru matematika bahwa
pokok bahasan yang dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa adalah pokok
bahasan Limit Fungsi. Dalam hal ini siswa seringkali mengalami kesulitan dan
kekeliruan dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Misalnya:
Tentukan jika . Sebagian besar siswa lansung
mensubstitusikan ke sehingga . Dengan cara penyelesaian seperti
itu, maka tidak mempunyai nilai karena pembagian dengan
0 tidak terdefinisi. Untuk kasus limit seperti ini penyelesaiannya adalah
sebagai berikut :
Jika , maka : , sehingga jawaban yang benar dari = . Dari gambaran jawaban, terlihat
bahwa siswa tidak memiliki keterampilan untuk menyelesaikan soal. Hal ini
disebabkan karena siswa hanya bekerja sendiri dimana kemampuan mereka dalam
menyelesaikan soal sangat minim. Selama ini mereka hanya menerima apa saja yang
diberikan oleh guru dan tidak pernah bertanya kepada guru atau teman yang lebih
tahu jika mereka mengalamai kesulitan dan siswa yang bisa menjawab tidak mau
memberikan penjelasan kepada siswa lain yang belum mengerti. Terlebih lagi guru
jarang memberikan soal-soal latihan. Guru hanya menjelaskan materi dan membuat
rangkuman. Oleh karena itu jika siswa diberi soal-soal latihan mereka tidak bisa
menjawab. Yang bisa mereka jawab hanya soal-soal yang sama persis dengan yang
dicontohkan oleh guru. Guru dan peneliti menduga model pembelajaran yang
digunakan selama ini belum efektif. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya
prestasi belajar matematika siswa khususnya siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari pada pokok bahasan
limit fungsi.
Atas dugaan
di atas maka peneliti bersama-sama dengan guru sepakat untuk menawarkan suatu
tindakan alternatif untuk mengatasi untuk mengatasi masalah yang ada berupa
penerapan model pembelajaran lain yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan
memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Model
pembelajaran yang dimaksud adalah model pemebelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu
tradisi pendidikan yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis,
pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam
masyarakat multibudaya. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat
merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas
kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton
akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Beberapa
peneliti yang terdahulu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut dengan beberapa tipe telah
memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru dan terutama siswa dalam
meningkatkan prestasi. Olehnya itu lebih lanjut guru bersama peneliti ingin
melihat pembelajaran kooperatif melalui pendekatan struktural tipe NumberedHeads Together (NHT).
Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa
lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran
kooperatif tipe NHT siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Setiap
siswa dibebankan untuk menyelesaikan soal yang sesuai dengan nomor anggota
mereka. Tetapi pada umumnya mereka harus mampu mengetahui dan menyelesaikan
semua soal yang ada dalam LKS.
Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Siswa aktif bekerja dalam kelompok. Mereka bertanggungjawab penuh terhadap soal
yang diberikan. Misalnya siswa yang bernomor urut 2 dalam kelompoknya
mempertanggungjawabkan soal nomor 2 dan seterusnya. Walaupun pada saat
persentase mereka bisa ditunjuk untuk mengerjakan nomor lain. Sedangkan pada
model pembelajaran kooperatif yang lain terkadang siswa saling berharap kepada
teman kelompok lain yang lebih pintar. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
misalnya, siswa hanya disuruh bekerja dalam kelompok dan pertanggungjawabannya
secara kelompok pula. Siswa kurang aktif dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dinilai
lebih memudahkan siswa berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan
dengan model pembelajaran langsung yang selama ini diterapkan oleh guru. Pada
model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa perlu berkomunikasi satu sama
lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan
dengan guru dan terus memperhatikan gurunya.
Dengan dasar inilah yang mendorong peneliti dan
guru bersama-sama mencoba mengadakan penelitian dalam bentuk penelitian
tindakan kelas dengan judul ”Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari Pada Pokok Bahasan
Limit Fungsi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT”
2.
Batasan Masalah
Pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan
Limit Fungsi kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah
Kendari semester Genap Tahun Ajaran 2006/2007.
3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT hasil belajar matematika siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari pada pokok bahasan Limit Fungsi dapat ditingkatkan?”.
4. Tujuan
Penelitian
Sejalan
dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari pada pokok bahasan
Limit Fungsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
5. Manfaat
Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Dengan
adanya penelitian ini diharapkan guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran matematika
2.
Siswa
semakin termotivasi untuk belajar karena partisipasi aktif dalam proses
pembelajaran dan suasana pembelajaran semakin variatif dan tidak monoton
3.
Dapat
memberikan masukan yang berarti/bermakna pada sekolah dalam rangka perbaikan
atau peningkatan pembelajaran
4.
Peneliti
dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan dapat menambah pengalaman peneliti
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Kajian
Pustaka
1. Proses
Belajar - Mengajar
1. Pengertian
Belajar
Belajar
adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam
bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian
diri, pendeknya mengenai segala aspek atau pribadi seseorang (Nasution, 1995:
35). Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003: 2).
Selanjutnya
Winkel (1989: 15) mengemukakan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu
proses siklus yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan
lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan yang bersifat menetap/ konstan. Selain itu Sardiman
(1992: 22) menyatakan bahwa belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku
atau keterampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati,
mendengarkan dan lain sebagainya.
Dari
uraian beberapa pendapat di atas maka dapat dirumuskan defenisi belajar yaitu
suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah yang lebih
baik. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
sikap dan tingkah laku yang bersifat menetap.
2. Pengertian
Mengajar.
MenurutSlameto (1995: 29) mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan
kecakapan kepada anak didik kita. Adapun defenisi lain di negara-negara modern
yang sudah maju mengatakan bahwa mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam
proses belajar. Defenisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang
mengalami proses belajar. Guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan
memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir
lebih banyak diberikan kepada siswa.
Mengajar
didefinisikan oleh Sudjana (2000: 37) sebagai alat yang direncanakan melalui
pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar seoptimal mungkin. Pasaribu
(1983: 7) mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisir (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
(1983: 7) mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisir (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan
membimbing dan mengorganisasikan lingkungan sekitar anak didik, agar tercipta
lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan terjadinya proses belajar
yang optimal.
Berdasarkan pengertian belajar dan mengajar di atas, dapat
dikatakan bahwa kegiatan belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Belajar merupakan proses perubahan sedangkan belajar merupakan proses
pengaturan agar perubahan itu terjadi. Proses belajar mengajar untuk mata
pelajaran matematika harus memperhatikan karakteristik matematika. Sumarmo
(2002: 2) mengemukakan beberapa karakteristik matematika yaitu : materi
matematika menekankan penalaran yang bersifat deduktif materi matematika
bersifat hirarkis dan terstruktur dan dalam mempelajari matematika dibutuhkan
ketekunan, keuletan, serta rasa cinta terhadap matematika. Karena materi
matematika bersifat hirarkis dan terstruktur maka dalam belajar matematika,
tidak boleh terputus-putus dan urutan materi harus diperhatikan. Artinya, perlu
mendahulukan belajar tentang konsep matematika yang mempunyai daya bantu
terhadap konsep matematika yang lain.
2. Prestasi
Belajar Matematika
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 895) prestasi diartikan sebagai yang telah
dicapai (telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Menurut Arifin (1991: 3),
prestasi berarti hasil usaha. Dalam hubungannya dengan usaha belajar, prestasi
berarti hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan
belajar pada kurun waktu tertentu. Prestasi belajar siswa mampu memperlihatkan
perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman dalam bidang
ketrampilan, nilai dan sikap.
Dari
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil
usaha yang telah dicapai oleh seseorang sedang prestasi belajar adalah hasil
yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dalam
kurun waktu tertentu.
Seorang
siswa yang telah melakukan kegiatan belajar matematika, dapat diukur
prestasinya setelah melakukan kegiatan belajar tersebut dengan menggunakan
suatu alat evaluasi. Jadi prestasi belajar matematika merupakan hasil belajar
yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari matematika dalam kurun waktu
tertentu dan diukur dengan menggunakan alat evaluasi (tes).
3. Pembelajaran
Kooperatif
Konsep pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bukanlah suatu
konsep baru, melainkan telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Pada awal abad
pertama, seorang filosofi berpendapat bahwa agar seseorang belajar harus
memiliki pasangan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa
dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dan Johnson dalam
Ismail, 2002: 12). Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal
ini sebagaian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni
mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas).
Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan
kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam
kegiatan belajar mengajar.
Model pembelajaran koopertif tidak sama dengan
sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan.
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif.
Roger dan David Johnson dalam Lie (2002: 30)
mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran
kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model
pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur tersebut yaitu : 1)
saling ketergantungan positif,
2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok.
2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok.
Untuk memenuhi kelima unsur tersebut harus
dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat para anggota kelompok para
peserta didik harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam
kegiatan belajar kelompok yang akan saling menguntungkan. Selain niat, peserta
didik juga harus menguasai kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang
lain. Salah satu cara untuk mengembangkan niat dan kerja sama antar peserta
didik dalam model pembelajaran kooperatif adalah melalui pengelolaan kelas. Ada
tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model
pembelajaran kooperatif, yakni pengelompokan semangat kerja sama dan penataan
ruang kelas.
1.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Menurut
Stahl dalam Ismail (2002: 12) bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah :
1.
Belajar
dengan teman
2.
Tatap muka
antar teman
3.
Mendengarkan
diantara anggota
4.
Belajar
dari teman sendiri dalam kelompok
5.
Belajar
dalam kelompok kecil
6.
Produktif
berbicara atau mengemukakan pendapat
7.
Siswa
membuat keputusan
8.
Siswa aktif
Sedangkan
menurut Johnson dalam Ismail (2002: 12) belajar dengan koopertif mempunyai ciri
:
1.
Saling
ketergantungan yang positif
2.
Dapat
dipertanggungjawabkan secara individu
3.
Heterogen
4.
Berbagi
kepemimpinan
5.
Berbagi
tanggung jawab
6.
Ditekankan
pada tugas dan kebersamaan
7.
Mempunyai
ketrampilan dalam berhubungan sosial
8.
Guru
mengamati
9.
Efektifitas
tergantung kepada kelompok
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa belajar dalam kelompok, produktif
mendengar, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan secara bersama.
2. Kelompok siswa yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin, dan
kemampuan belajar.
3. Panghargaan lebih diutamakan pada kerja
kelompok.
Menurut
Ibrahim (2000: 6) unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut :
1.
Siswa harus
memiliki persepsi bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.
2.
Siswa
bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik
mereka sendiri.
3.
Siswa harus
melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4.
Siswa
haruslah berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota
kelompoknya.
5.
Siswa akan
dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan
untuk semua anggota kelompok.
6.
Siswa
berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
dalam proses belajarnya.
7.
Siswa akan
diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
2.
Tujuan pembelajaran kooperatif
Pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan yang
hendak dicapai :
1.
Hasil
belajar akademik
Pembelajarankooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif
unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
2.
Pengakuan
adanya keragaman
Model
pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.
teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.
3.
Pengembangan
keterampilan sosial
Pembelajaran
kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan social siswa.
Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.
Fase-Fase Pembelajaran kooperatif
Fase-Fase Pembelajaran kooperatif
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Fase – 2
Menyajikan informasi
Fase – 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
Fase – 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase – 5
Evaluasi
Fase – 6
Memberikan penghargaan
|
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasekan hasil
kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya hasil belajar individu maupun kelompok
|
(Ibrahim, 2000: 10)
4.
Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Manfaat-manfaat
model pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah,
antara lain Linda Lundgren dalam Ibrahim
(2000 : 18) adalah :
(2000 : 18) adalah :
1.
Rasa harga
diri menjadi lebih tinggi
2.
Memperbaiki
kehadiran
3.
Penerimaan
terhadap individu menjadi lebih besar
4.
Perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil
5.
Konflik
antar pribadi berkurang
6.
Pemahaman
yang lebih mendalam
7.
Meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8.
Hasil
belajar lebih tinggi
5.
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajarankooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
isi akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) dengan
melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam
Ibrahim (2000 : 28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai
isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh
kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : (a) Penomoran, (b) Pengajuan
pertanyaan,
(c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban.
(c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban.
Langkah-langkah
tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam
tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. pembentukan kelompok
Dalam
pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5
orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Sebelum
kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif
dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu :
1.
Tetap
berada dalam kelas
2.
Mengajukan
pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru
3.
Memberikan
umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesama siswa
dalam kelompok
Langkah 3. Diskusi masalah
Dalam
kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau
pemberian jawaban
Dalam
tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah
5. Memberi kesimpulan
Guru
memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
Langkah
6. Memberikan penghargaan
Pada
tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan
memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih
baik.
2.
Kerangka Berpikir
Untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika, guru harus
mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan berbagai model
pembelajaran.
Dalam
pelajaran matematika, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam
mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan, karena melihat kondisi siswa yang mempunyai
karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima
materi pelajaran yang disajikan guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya
serap cepat dan ada pula siswa yang mempunyai siswa yang mempunyai daya tanggap
yang lama.
Menyikapi
kenyataan ini, penulis menilai perlu digunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT, yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang
siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang beragam, ada yang
pintar, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap
anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal
dalam kelompoknya dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa merasa
takut salah. Oleh karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul karena semuanya
berbaur dalam satu kelompok dan
sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompok tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari khususnya pada pokok bahasan Limit Fungsi , guru perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan tersebut karena daya serap siswa dalam menerima materi pada pokok bahasan Limit Fungsi tidak sama dan diharapkan dengan model pembelajaran tipe NHT setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relative sama terhadap materi Limit Fungsi dan pada akhirnya prestasi belajar siswa akan lebih baik.
sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompok tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari khususnya pada pokok bahasan Limit Fungsi , guru perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan tersebut karena daya serap siswa dalam menerima materi pada pokok bahasan Limit Fungsi tidak sama dan diharapkan dengan model pembelajaran tipe NHT setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relative sama terhadap materi Limit Fungsi dan pada akhirnya prestasi belajar siswa akan lebih baik.
3.
Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruslan
(2004), yang menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas I SMP Negeri 1 Sampolawa pada pokok
bahasan bilangan bulat dalam belajar matematika.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wa Sinar
(2003), yang menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas I5 SMP
Negeri 1 Kendari dalam belajar matematika.
4.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka, maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) maka hasil
belajar siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah
Kendari pada pokok bahasan limit fungsi dapat ditingkatkan”.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
tindakan kelas. Karakteristik yang khas dari penelitian tindakan kelas yakni
adanya
tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (Muhtar, 2007 : 7).
tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (Muhtar, 2007 : 7).
2.
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada di SMA
Muhammadiyah Kendari. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Maret
2007 sampai tanggal 12 April 2007 di kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari.
3. Subyek
Penelitian
Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari yang berjumlah 25
orang yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 19 orang perempuan, dengan
kemampuan yang heterogen
4.
Instrumen Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Lembar
observasi, untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT di kelas
2.
Tes hasil
belajar, untuk memperoleh data tenteng prestasi belajar siswa setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3.
Jurnal
refleksi diri, untuk memperoleh data tentang refleksi diri.
5.
Defenisi Operasional
1.
Hasil
belajar matematika adalah suatu hasil yang dicapai oleh siswa setelah
mempelajari matematika dalam kurun waktu tertentu, yang diukur dengan
menggunakan alat evaluasi tertentu (tes).
2.
Pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran
yang menekankan adanya kerjasama antar siswa. Siswa dibagi ke dalam kelompok
dimana setiap kelompok terdiri dari 4 siswa heterogen. Setiap siswa dalam
kelompoknya diberi nomor yang berbeda.
6. Faktor
yang diselidiki
Untuk mampu menjawab permasalahan, ada beberapa
faktor yang ingin diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Faktor
siswa : yaitu melihat aktivitas/kegiatan siswa dalam mempelajari matematika
khususnya pada saat mempelajari pokok bahasan
2.
Faktor guru
: yaitu melihat atau memperhatikan guru dalam menyajikan materi pelajaran serta
teknik yang digunakan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
3.
Faktor
sumber pelajaran : yaitu melihat sumber atau bahan pelajaran yang digunakan,
apakah sudah dapat mendukung pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan.
2. Prosedur
Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini
direncanakan terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang diselidiki. Untuk dapat
mengetahui prestasi siswa dalam belajar matematika sebelum diberikan tindakan,
terlebih dahulu diberikan tes awal sedangkan observasi awal (18 Desember 2006)
adalah untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dimana tindakan yang akan dilakukan yaitu
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT).
Dalam pelaksanaan tindakan pada tiap siklus
mencakup tahap-tahap sebagai berikut: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan
tindakan, (3) Observasi dan evaluasi, (4) Refleksi.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas
tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1.
Perencanaan
: adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :
1. Membuat perangkat pembelajaran (RPP dan LKS).
2. Membuat instrumen penelitian yang meliputi alat
evaluasi berupa tes disertai jawaban dan panduan penskoran.
3. Membuat lembar observasi
4. Membuat jurnal untuk mengetahui data refleksi
diri.
2.
Pelaksanaan
tindakan: kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini disesuaikan dengan rencana
yang telah disusun dalam rencana pembelajaran.
3.
Observasi
dan evaluasi: kegiatannya adalah melaksanakan proses observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan
melakukan evaluasi hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan.
4.
Refleksi:
pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Dari hasil tersebut akan dilihat apakah telah
memenuhi target yang ditetapkan pada indikator kerja. Jika belum memenuhi
target, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Kelemahan atau
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada
siklus berikutnya.
8. Data
dan Teknik Pengambilan Data
1.
Sumber
data: yaitu guru dan siswa.
2.
Jenis data:
jenis data yang akan diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif diperoleh dari tes prestasi belajar, sedangkan data kualitatif
diperoleh dari lembar observasi dan jurnal.
3.
Teknik
pengambilan data :
·
Data
mengenai kondisi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diambil
dengan menggunakan lembar observasi
·
Data
mengenai refleksi diri diambil dengan menggunakan jurnal.
·
Data
mengenai hasil belajar matematika diambil dengan menggunakan tes.
9. Indikator
Kerja
Sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian
kelas ini adalah bila minimal 75% siswa telah memperoleh nilai minimal 6,0
(ketetapan dari sekolah).
Desain dan Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Desain dan Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
1. Kegiatan Pendahuluan
Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan
observasi awal dan wawancara singkat dengan guru matematika kelas XI SMA
Muhammadiyah Kendari. Hasil observasi menunjukan bahwa prestasi belajar
matematika siswa khususnya kelas XI masih tergolong rendah dan model
pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran yang konvensional.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut,diputuskan untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan limit fungsi
dikelas IX 1A-1.
Pada tanggal 14 maret 2007 diadakan tes awal pada siswa kelas IX 1A-1. Untuk
mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi limit fungsi. Nilai tes awal
dijadikan acuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika siswa
kelas IX1A-1 SMA Muhammadiyah Kendari setelah diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Soal-soal tes awal berupa materi yang berhubungan dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan dalam hal ini materi untuk soal tes awal adalah
materi fungsi,pemfaktoran,komposisi fungsi,sebagaimana terlihat pada lampiran
4. Dari tes awal tersebut,terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai lebih dari
atau sama dengan 6,0 mencapai (6 orang siswa) dengan nilai rata-rata 4,86.
Halini memberikan gambaran bahwa prestasi belajar matematika siswa masih
tergolong rendah.
2.
Siklus I
1. Perencanaan
Setelah ditetapkan untuk menerapkan model pembelajaran model
kooperatif tipe NHT dalam mengajar matematika pokok bahasan limit fungsi, maka
kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat
pelaksanaan tindakan. Setelah berkonsultasi dengan guru bidang studi matematika
kelas IX1A-1 SMA Muhammadiyah Kendari, peneliti melakukan
hal-hal sebagai berikut :
1. Membuat skenario pembelajaran untuk tindakan siklus I
2. Membuat lembaran observasi terhadap guru dan siswa selama proses
pembelajaran di kelas
3. Membuat LKS
4. Membuat alat evaluasi
5. Membuat jurnal untuk refleksi diri
2.
Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru matematika sedangkan
peneliti bertindak sebagai pengamat. Tindakan siklus I untuk pertemuan pertama
dilakukan pada hari kamis, 15 maret 2007. Kegiatan pembelajaran diawali dengan
guru menginformasikan model pembelajaran yang digunakan yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe NHT selama 2 menit. Guru tidak memotivasi siswa
dan tidak memberikan apersepsi kepada siswa sebelum memasuki materi pelajaran.
Guru juga tidak menyampaikan tujuan dan indikator yang harus dicapai dalam
proses pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh kehadiran peneliti. Guru merasa
canggung dalam mengajar.
Memasuki kegiatan inti, guru berkolaborasi dengan peneliti melakukan
pembagian kelompok sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT selama
5 menit. Kelompok yang terbentuk sebanyak 5 kelompok dan setiap kelompok
terdiri dari 5 orang siswa yang heterogen. Setelah terbentuk kelompok dan siswa
berada dalam kelompoknya masing-masing, guru membagikan LKS 1.1 yang terdiri
dari 4 nomor soal yang dapat dilihat pada lampiran 7 dan menjelaskan secara
singkat cara kerja dalam LKS selama 25 menit. Guru menjelaskan bahwa jika
suatu limit atau maka limit tersebut harus disederhanakan
terlebih dahulu dengan cara pemfaktoran atau merasionalkan bentuk akar. Setelah
itu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan soal-soal dalam
LKS. Guru memantau siswa dan sesekali keluar ruangan. Selama proses ini
berlangsung para siswa tidak bertanya kepada guru tentang hal-hal yang mereka
tidak mengerti. Setelah 13 menit guru memastikan semua siswa telah
menyelesaikan soal yang diberikan dan mengumpulkan lembar jawaban siswa secara
kelompok. Kemudian guru secara acak memanggil nomor anggota siswa dalam
kelompok untuk mempersentasekan hasil kerja kelompoknya. Pada kesempatan ini
guru memanggil siswa bernomor 2 untuk menyelesaikan soal nomor 1. Semua siswa
yang bernomor 2 unjuk jari dan kemudian guru menunjuk perwakilan dari kelompok
II. Soal yang dikerjakan sebagai berikut:
Tentukan limit fungsi f(x) untuk x = 1 jika
Jawaban dari siswa adalah sebagai berikut:
Karena jawaban siswa dari kelompok II sudah benar maka tidak ada
sanggahan dari kelompok lain, kemudian guru melanjutkan kenomor lain sampai
selesai. Masing-masing kelompok diberi waktu 2 menit untuk mempersentasekan
hasil kerja kelompoknya.
Pada saat persentase, guru mengetahui bahwa ada satu nomor soal yang
tidak dapat dijawab oleh siswa yaitu soal nomor 4. Oleh karena itu guru
menjelaskan cara penyelesaiannya. Soal tersebut sebagai berikut:
Tentukan nilai limit berikut:
Guru menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan soal seperti di atas kita
harus merasionalkannya terlebih dahulu dengan cara mengalikan dengan akar
sekawannya.
Jadi
Setelah menyimpulkan jawaban siswa yang tadi sebenarnya guru masih
akan memberikan PR kepada siswa tapi karena waktu telah habis akhirnya guru
menutup pelajaran
2. Pertemuan Kedua.
Pertemuan kedua adalah lanjutan dari pertemuan pertama. Pertemuan
ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Maret 2007. Kegiatan pembelajaran diawali
dengan guru menginformasikan kepada siswa model pembelajaran yang akan digunakan
yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT serta menyampaikan indikator
pembelajaran.
Selanjutnya masuk pada kegiatan inti guru menyajikan materi”
Penggunaan Konsep Limit Fungsi Untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu Fungsi Aljabar
dan Trigonometri”. Kemudian guru menyuruh siswa bergabung dengan kelompoknya
masing-masing dan membagikan LKS 1.2 dan menyuruh siswa menyelesaikan soal-soal
yang ada dalam LKS. Selama siswa menyelesaikan soal dalam LKS guru memantau
kerja dari tiap-tiap kelompok. Sesekali guru menegur siswa yang kedapatan
bermain-main atau tidak aktif dalam diskusi kelompok. Ada sebagian siswa yang
merasa kesulitan menyelesaikan soal yang ada dalam LKS. Hal ini disebabkan
siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Setelah siswa menyelesaikan soal
dalam LKS guru secara acak memanggil nomor anggota siswa dalam kelompok untuk
mempersentasikan hasil kerja kelompoknya. Pada tahap ini masih terjadi
keributan dalam kelas namun tidak seperti pertemuan pertama, hanya sebagian
siswa yang masih takut jika nomornya yang dipanggil maju ke depan kelas.
Selanjutnya siswa yang ditunjuk untuk mewakili kelompoknya maju ke depan kelas
untuk mempersentasikan jawabannya wlaupun jawaban mereka belum sepenuhnya
benar. Hal ini menjadi tugas guru menyimpulkan jawaban siswa dan memberikan
penghargaan berupa tepuk tangan kepada kelompok yang memperoleh hasil terbaik.
Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan membimbing siswa
merangkum materi yang telah dibahas. Guru tidak sampai memberikan PR kepada
siswa karena waktu yang terbatas.
3. Observasi
Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah
cara guru menyajikan materi pelajaran apakah sudah sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah dibuat atau belum. Selain itu juga dilihat aktivitas
siswa dalam mengikuti pelajaran.
Hasil observasi
terhadap guru menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Guru tidak memberi motivasi dan
tidak memberi apersepsi
2.
Guru tidak secara merata
memberikan bimbingan kepada siswa.
3.
Guru belum mampu mengelola
waktu dengan baik, akibatnya ada tahapan-tahapan dalam skenario pembelajaran
yang tidak terlaksana karena kehabisan waktu.
Setelah peneliti berkonfirmasi kepada guru hal-hal diatas disebakan
oleh:
·
Kehadiran peneliti mempengaruhi
kinerja guru sehingga guru menjadi canggung dan suasana kelas menjadi kaku, hal
ini nampak pada saat guru memberikan penjelasan, suara kurang jelas dan gerakan
kurang leluasa.
·
Model pembelajaran kooperatif
tipe NHT dianggap hal yang baru bagi pribadi guru mata pelajaran matematika di
SMA Muhammadiyah Kendari maupun bagi sekolah sehingga guru masih canggung dalam
melaksanakan skenario yang telah dibuat.
Hasil observasi terhadap siswa menunjukkan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Siswa terlihat masih kaku jika
berada dalam kelompoknya
2.
Masih banyak siswa yang kurang
aktif dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS yang telah diberikan
3.
Siswa masih ragu mengemukakan
pendapat
4.
Hanya beberapa siswa yang mampu
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan banyak siswa yang merasa gugup
ketika nomornya terpanggil untuk maju kedepan kelas
Hal-hal
tersebut di atas disebakan oleh:
·
Sebagian siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru
·
Sebagian besar siswa belum
dapat menyampaikan pendapat atau pertanyaan karena merasa asing dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
4. Evaluasi
Setelah pelaksanaan tindakan siklus I selama 2 kali pertemuan ,
diadakan evaluasi dengan tes seperti yang ada pada lampiran 4. Hasil tes siklus
I menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes awal
yaitu dari 24%
(6 orang) siswa memperoleh nilai ≥ 6,0 pada tes awal dan meningkat menjadi 48% (12 orang) siswa memperoleh nilai ≥ 6,0. Walaupun hasil tes siklus I menunjukkan peningkatan, tapi karena belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Hasil tes tindakan siklus I selengkapnya terdapat pada lampiran I.
(6 orang) siswa memperoleh nilai ≥ 6,0 pada tes awal dan meningkat menjadi 48% (12 orang) siswa memperoleh nilai ≥ 6,0. Walaupun hasil tes siklus I menunjukkan peningkatan, tapi karena belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Hasil tes tindakan siklus I selengkapnya terdapat pada lampiran I.
5. Refleksi
Pada tindakan siklus I ini penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan limit fungsi belum sempurna sesuai
dengan yang diharapkan.
Analisis terhadap observasi dijadikan sebagai bahan untuk menentukan
tindakan selanjutnya. Setelah diadakan refleksi antara guru dan peneliti maka
pada pertemuan selanjutnya guru harus:
1.
Memberi motivasi dan apersepsi
kepada siswa sebelum memulai proses pembelajaran
2.
Membeti bimbingan kepada setiap
kelompok yang mengalami kesulitan
3.
Mampu mengelola waktu dengan
efisien agar semua tahapan kegiatan dalam skenario pembelajaran dapat
terlaksana
3. Siklus II
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, pelaksanaan tindakan
siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga
peneliti bersama guru merencanakan tindakan siklus II. Kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam memperbaiki kelemahan dan
kekurangan pada siklus I untuk diperbaiki pada siklus II adalah :
1.
Guru harus memotivasi siswa
agar siswa bersemangat dalam belajar serta guru harus memberikan apersepsi.
2.
Guru harus bersikap tegas dengan
menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
3.
Guru harus selalu memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak
dimengerti.
4.
Guru harus mampu mengelola
waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam skenario pembelajaran
dapat terlaksana.
Selain hal-hal yang merupakan rencana perbaikan untuk tindakan
siklus I, peneliti harus mempersiapkan juga scenario pembelajaran, lembar
observasi untuk guru dan siswa, alat evaluasi dan jurnal refleksi diri untuk
tindakan siklus II.
2. Pelaksanaan tindakan
1.
Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Maret
2007. kegiatan pembelajaran diawali dengan guru menyampaikan indikator
pencapaian hasil belajar dan menginformasikan model pembelajaran yang akan
digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru juga memotivasi
siswa agar lebih aktif dan banyak latihan sehingga mudah menyelesaikan
soal-soal latihan yang berkaitan dengan materi limit fungsi karena ujian
semester sudah dekat. Guru memberi apersepsi kepada siswa dengan mengadakan
tanya jawab tentang materi yang sudah dipelajari.
Memasuki kegiatan inti guru menjelaskan cara membagi pembilang dan
penyebut dengan variabel pangkat tertinggi untuk memudahkan proses pencarian
limitnya. Kemudian guru menyuruh siswa untuk bergabung dalam kelompoknya
masing-masing. Setelah siswa berada dalam kelompoknya masing-masing guru
membagikan LKS 2.1 dan memina siswa secara kelompok menyelesaikan soal-soal
dalam LKS. Ada yang mengalami kesulitan dan siswa tersebut langsung bertanya
kepada guru tentang kesulitannya. Guru memberikan bimbingan kepada kelompok
atau siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal LKS. Kemudian guru
memanggil secara acak nomor anggota siswa untuk menjawab atau mempersentasikan
hasil kerja kelompoknya. Setelah persentasi selesai guru menyimpulkan jawaban
siswa dengan memberikan penghargaan pada kelompok yang memperoleh skor
tertinggi.
Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan PR sebanyak 1 nomor.
Guru tidak membimbing siswa merangkum materi pelajaran.
2. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua adalah lanjutan dari pertemuan sebelumnya. Pertemuan
ini dilaksanakan pada hari kamis, 29 Maret 2007. Pada awal pertemuan guru
membahas PR yang dianggap sulit oleh siswa dan menginformasikan kepada siswa
model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
NHT. Kemudian guru menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar serta
memberikan motivasi kepada siswa suapaya sering mengerjakan soal-soal latihan
agar bisa berhasil dalam ujian.
Masuk pada kegiatan inti guru menyajikan materi cara menentukan
limit suku banyak dan menjelaskan teorema-teorema limit. Kemudian guru menyuruh
siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Setelah berada dalam
kelompoknya guru membagikan LKS 2.2 dan meminta siswa menyelesaikan soal-soal
dalam LKS. Selama siswa menyelesaikan soal dalam LKS guru memantau kerja dari
tiap-tiap kelompok . sesekali keluar ruangan dan mengobrol dengan peneliti.
Ternyata ada soal yang mereka anggap sulit dan langsung bertanya kepada
gurunya. Guru kemudian menjelaskannya. Setelah semua siswa telah menyelesaikan
soal yang diberikan, guru secara acak memanggil nomor anggota siswa dalam
kelompok untuk menjawab atau mempersentasikan hasil kerja kelompoknya. Siswa
sudah tidak lagi ketika nomor anggotanya terpanggil. Siswa sudah mampu
persentasi walaupun hasilnya belum terlalu bagus. Selanjutnya guru menyimpulkan
jawaban sisiwa dan memberikan penghargaan berupa tepuk tangan pada kelompok
yang memperoleh skor tertinggi.
Selanjutnya guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah
dibahas kemudian guru memberikan PR sebanyak 2 nomor dan selanjutnya mengakhiri
pembelajaran.
3. Observasi
Secara umum pada pelaksanaan tindakan siklus II ini telah ada
peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Hal ini terlihat pada hasil observasi
guru dan siswa.
Hasil observasi terhadap guru menunjukan bahwa :
1.
Guru selalu menjelaskan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa.
2.
Guru sudah bersikap tegas
dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan
guru.
3.
Guru memberikan
bantuan/bimbingan kepada kelompok atau siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal dalam LKS dan memberikan penghargaan kepada kelompok
/siswa yang menjawab dengan benar.
4.
Guru sudah dapat melaksanakan
hampir semua tahapan kegiatan dalam skenario pembelajaran pada siklus II.
Hasil observasi terhadap siswa menunjukan bahwa :
1.
Siswa memperhatikan dengan baik
penjelasan guru
2.
Sebagian siswa sudah berani
menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti yang ada kaitannya dengan materi yang
diajarkan.
3.
Sebagian besar siswa sudah
mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Hasil observasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.
4. Evaluasi
Setelah 2 kali pertemuan yang membahas materi mengenai limit fungsi
di suatu titik, kembali diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan prestasi
belajar matematika siswa. Soal tes tindakan siklus II selengkapnya terdapat
pada lampiran 4.
Hasil tes siklus II menunjukkan peningkatan prestasi belajar
matematika siswa dibandingkan dengan siklus I yaitu dari 48% (12 orang) siswa
yang telah memperoleh nilai pada siklus I meningkat menjadi 68% (17 orang)
siswa telah memperoleh nilai pada siklus II. Dari hasil tes siklus II,
walaupun menunjukkan peningkatan tetapi karena belum mencapai indikator
keberhasilan maka penelitian dilanjutkan pada siklus III. Hasil evaluasi
pelaksanaan tindakan siklus II dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 1.
5. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus
II, hal yang masih perlu diperhatikan adalah bimbingan terhadap siswa yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan perlu ditingkatkan.
Kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus
II akan diperbaiki pada pelaksanaan tindakan siklusIII.
Hasil
refleksi diri pada pelaksanaan tindakan siklus II selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 6.
4. Tindakan siklus III
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi, evaluasi dan refleksi diri pada
tindakan siklusII, maka peneliti bersama dengan guru merencanakan tindakan
siklus III agar
kekurangan-kekurangan pada tindakan siklus II dapat diperbaiki.
kekurangan-kekurangan pada tindakan siklus II dapat diperbaiki.
Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki
tindakan siklus II adalah guru harus selalu membimbing siswa dalam mengerjakan
soal-soal LKS yang telah diberikan. Selain itu, pada tahap perencanaan ini
peneliti tetap membuat skenario pembelajaran, lembar observasi terhadap guru
dan siswa, alat evaluasi dan jurnal refleksi diri untuk tindakan siklus III.
b. Pelaksanaan tindakan
1.
Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama siklus III dilaksankan pada hari Kamis, 5 April
2007. Pada awal pertemuan guru membahas PR yang dianggap sulit oleh siswa.
Kemudian guru menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan menyampaikan indikator dan tujuan
pembelajaran. Guru juga memotivasi siswa agar mempersiapkan diri dalam
menghadapi ujian semester.
Masuk pada kegiatan inti guru mengecek pemahaman dasar siswa tentang
trigonometri. Kemudian guru menjelaskan materi limit fungsi trigonometri di
satu titik dengan menggunakan metode ceramah. Selanjutnya guru menyuruyh siswa
untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing dan membagikan LKS 3.1, serta
menyuruh siswa mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS yang telah dibagikan.
Kemudian siswa berdiskusi dengan teman-teman dalam kelompoknya dan ternyata
,masih ada satu soal yang sulit mereka kerjakan. Mereka lalu bertanya kepada
guru dan guru membantu menjelaskannya. Setelah siswa menyelesaikan soal dalam
LKS, guru secara acak memanngil nomor anggota siswa adalam kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan kelompok yang lain
menanggapinya. Disini siswa sudah tidak takut lagi ketika nomornya dipanggil.
Siswa sudah aktif bekerja dalam kelompok dan menjawab soal dengan benar.
Selanjutnya guru menyimpulkan jawabn siswa dan memberikan penghargaan pada
kelompok yang memperoleh skor tertinggi.
Setelah jeda kurang lebih 1 menit guru mengakhiri pelajaran dengan
membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dibahas dan
memberikan latihan soal-soal untuk dikerjakan di rumah.
2.
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua adalah lanjutan dari pertemuan sebelumnya. Pertemuan
ini dilaksanakan pada hari Rabu, 11 April 2007. Pada awal pertemuan guru selalu
membahas PR yang tidak dimengerti oleh siswa. Selanjutnya guru menyampaikan
indikator pembelajaran dan memotivasi siswa agar lebih semangat dalam belajar.
Guru tidak lupa menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Memasuki kegiatan inti guru mengawali pembelajaran dengan
menjelaskan arti bentuk tak tentu dari limit fungsi. Kemudian guru meminta
siswa bergabung dalam kelompoknya masing-masing dan membagikan LKS 3.2 serta
menyuruh siswa mengerjakan soal-soal dalam LKS yang telah dibagikan.
Selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan soal-soal
dalam LKS. Hal ini sangat membantu siswa untuk memahami materi yang diajarkan.
Sehingga siswa tidak kesulitan lagi dalam menyelesaikan soal. Setelah
memastikan semua siswa telah menyelesaikan soal yang diberikan guru meminta
wakil dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di
depan kelas dan memandu jalannya diskusi. Selanjutnya guru dan siswa merumuskan
jawaban yang benar dan memberi kesimpulan.
Pada akhir pelajaran guru memberikan soal-soal untuk dikerjakan di
rumah. Karena masih ada waktu yang tersisa guru menyarankan siswa untuk
mengerjakan
soal-soal yang ada dalam buku paket.
soal-soal yang ada dalam buku paket.
c. Observasi
Peneliti kembali melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan siklus III dan hasil observasi terhadap guru menunjukkan bahwa guru
telah mampu melaksanakan skenario pembelajaran dengan baik. Hasil observasi
terhadap siswa menunjukkan hal-hal berikut:
1.
Semua siswa sudah memperhatikan
penjelasan guru
2.
Siswa sudah mampu
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
3.
Siswa sudah mampu mengemukakan
pendapat.
Hasil observasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.
Secara umum pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah dibuat. Semua tahapan kegiatan dalam skenario
pembelajaran telah dilaksanakan dengan sempurna oleh guru. Hanya masih ada
sedikit kelemahan-kelemahan pada pihak siswa yaitu ada beberapa siswa yang
belun mampu mengemukakan pendapat.
d. Evaluasi
Setelah 2 kali pertemuan, maka kembali diadakan tes tindakan siklus
III untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika siswa. Hasil tes
menunjukkan adanya peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu dari 68% (17 0rang)
siswa telah memperoleh nilai pada siklus II meningkat menjadi 80% (20
orang) siswa telah memperoleh nilai pada siklus III.
Dari hasil tes siklus III menunjukkan adanya peningkatan dan telah
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka pelaksanaan
tindakan dihentikan hanya sanpai pada siklus III. Hasil evaluasinya dapat
dilihat pada lampiran 1.
e. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus III
menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan baik bagi guru mata pelajaran
maupun bagi peneliti. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang
belum dapat menyampaikan pendapat tetapi siswa tersebut aktif melibatkan diri
dalam melaksanakan tugas kelompok.
Jika dilihat dari hasil tes pada evaluasi pelaksanaan tindakan
siklus III, yaitu telah mencapai 80% (20 orang) siswa yag telah memperoleh
nilai atau dengan kata lain telah mencapai indikator
keberhasilan, maka penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai rencana
pelaksanaan penelitian dengan tiga siklus tindakan.
Pembahasan
Pembahasan
Penelitian ini berakhir setelah pelaksanaan siklus III karena telah
mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Pada siklus I, perolehan nilai siswa berdasarkan ketuntasan belajar
hanya 48%
(12 orang) siswa yang telah memperoleh nilai . Nilai evaluasi hasil tes siklus I meningkat 24% dari hasil tes awal. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, guru dan siswa telah melakukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dimana kekurangan itu ada yang berasal dari guru dan ada juga yang berasal dari siswa. Diantaranya ada sebagian siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat menyampaikan materi, dan kekurangan yang berasal dari guru adalah belum terlaksananya semua komponen dalam skenario pembelajaran. Hal itu dikarenakan guru belum dapat mengatur waktu sebaik mungkin, guru terlalu banyak memberikan waktu pada siswa untuk bekerja menyelesaikan soal-soal yang diberikan, dan guru merasa canggung dalam mengajar karena kehadiran peneliti. Melihat kekurangan yang masih ada serta prestasi belajar matematika siswa terhadap pokok bahasan limit fungsi pada tindakan siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus II. Hal-hal yang harus diperbaiki pada tindakan siklus II adalah guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerja sama dengan teman kelompoknya. Guru juga harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam skenario pembelajaran dapat terlaksana.
(12 orang) siswa yang telah memperoleh nilai . Nilai evaluasi hasil tes siklus I meningkat 24% dari hasil tes awal. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, guru dan siswa telah melakukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dimana kekurangan itu ada yang berasal dari guru dan ada juga yang berasal dari siswa. Diantaranya ada sebagian siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat menyampaikan materi, dan kekurangan yang berasal dari guru adalah belum terlaksananya semua komponen dalam skenario pembelajaran. Hal itu dikarenakan guru belum dapat mengatur waktu sebaik mungkin, guru terlalu banyak memberikan waktu pada siswa untuk bekerja menyelesaikan soal-soal yang diberikan, dan guru merasa canggung dalam mengajar karena kehadiran peneliti. Melihat kekurangan yang masih ada serta prestasi belajar matematika siswa terhadap pokok bahasan limit fungsi pada tindakan siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus II. Hal-hal yang harus diperbaiki pada tindakan siklus II adalah guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerja sama dengan teman kelompoknya. Guru juga harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam skenario pembelajaran dapat terlaksana.
Pada tindakan siklus II, model pembelajaran kooperatif tipe NHT
kembali dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus II, kegiatan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran telah meningkat. Dimana
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat diperbaiki sedikit
demi sedikit. Siswa sudah lebih memperhatikan penjelasan guru walaupun hanya
beberapa siswa mampu dan mau mengajukan pertanyaan jika mendapat masalah dalam
menyelesaikan soal-soal LKS yang diberikan. Berdasarkan hasil evaluasi yang
dilakukan pada siklus II, siswa yang memperoleh nilai sebanyak 16 orang atau 68%. Ini berarti
mengalami peningkatan dibanding hasil evaluasi pada siklus I. Melihat hasil tes
tindakan siklus II ini belum mencapai indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan maka penelitian dilanjutkan kembali pada siklus berikutnya. Hal-hal
yang harus diperbaiki pada siklus III adalah guru harus selalu membimbing siswa
dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan.
Setelah siklus III, nilai siswa menunjukkan lagi peningkatan menjadi
80% siswa telah memperoleh nilai dan secara rata-rata juga meningkat menjadi
6,82. Hal ini berarti telah mencapai indikator yang telah ditetapkan. Karena
indikator keberhasilan dalam penelitian telah tercapai, ini berarti hipotesis
tindakan telah tercapai yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT prestasi belajar matematika siswa kelas IX1A-1 SMA Muhammadiah Kendari pada pokok bahasan
limit fungsi dapat ditingkatkan.
i.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
1994. Kurikulum 1994. Jakarta :
Depdiknas.
_______,
1999. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Proyek PGSM Dikti.
Hudojo,
Herman, 1990. Mengajar Belajar
Matematika. Malang : IKIP Malang.
Ibrahim,
M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press.
Ismail,
2002. Model-model Pembelajaran.
Jakarta : Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas.
Lie,
2002. Cooperative Learning. Jakarta :
PT Grasindo.
Pasaribu,
I. L. dan Simandjuntak, B. 1983. Proses
Belajar Mengajar Edisi II. Bandung : Tarsito.
Ruseffendi,
E.T. 1980. Pengajaran Matematika Modern
Untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG. Bandung : Tarsito.
Sardiman,
A. M. 1992. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta : Rajawali
Press.
Slameto,
1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana,
N. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sumarmo,
Utari. 2002. Alaternatif Pembelajaran
Matematika Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung :
FMIPA-UPI.
Winkel,
W. S. 1989. Psikologi Pendidikan dan
Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedi
0 Response to "SKRIPSI MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XIIA-1 SMA MUHAMMADIYAH KENDARI "
Posting Komentar