KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM HUBUNGAN CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP N 1 KALIBENING TAHUN 2007/2008



A. Judul Penelitian
B. Latar Belakang  Masalah
Ilmu pengetahuan adalah harta yang paling berharga, dan pendidikan yang baik adalah warisan yang paling bermanfaat.
Secara formal ilmupengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah. Untuk itu media, metode dan proses belajar-mengajar yang baik di sekolah sangat berkorelasi dengan keberhasilan anak didiknya.
Dari segi metode, seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan mencari dan mempergunakan metode pengajaran yang sesuai dan seefektif mungkin. Begitu juga, seorang siswa manakala ia mengetahui, mengamalkan, dan membiasakan dirinya untuk mempergunakan metode atau cara-cara metode yang efektif, maka ia akan menjadi seorang siswa yang unggul.
Siswa yang unggul menurut Choirudin Hadhiri Suprapto (2003: 14), memiliki tiga ciri yang utama, yaitu memiliki hasrat, sikap dan sigap dalam belajar.
Hasrat yaitu keinginan siswa dengan niat yang membaja, semangat yang membara, gairah yang menggebu-gebu untuk melakukan konsentrasi sepenuhnya dalam belajar. Sikap yaitu tindakan yang peduli, sehingga ilmunya bertambah dan pengetahuannya menjadi luas. Kemudian siswa yang unggul ia akan sigap, tangkas dalam belajar dan dapat menggunakan alat dan sarana yang ada dengan hasil yang maksimal.
Berbeda dengan siswa yang tidak unggul, yaitu siswa yang keropos akan memiliki hasrat belajar yang rendah, sikap belajarnya acak-acakan dan tidak terencana dengan baik, kesigapan belajarnya asal-asalan dan tidak berupaya menggunakan cara belajar yang efektif.
Sekolah menengah(SMP) sebagai lembaga pendidikan lanjutan dari sekolah dasar (SD), seharusnya dapat mencetak siswa dan siswi yang unggul, baik dari segi kualitas belajarnya maupun dari segi prestasi belajarnya yang berupa pengetahuan, pemahaman, penghayatan, keyakinan dan pengamalan.
Demikian pula dengan adanya mata pelajaran Agama Islam (PAI) sebagai program materi pelajaran di sekolah yang mengandung nilai-nilai religius, tujuan akan mudah dicapai, apabila setiap siswa memiliki keinginan untuk berusaha melakukan cara-cara belajar yang lebih efektif, disamping faktor-faktor yang berpengaruh lainnya.
Faktor-faktorpendidikan agama itu dapat dikelompokkan menjadi lima macam, dimana antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya saling berhubungan dengan erat. Faktor-faktor tersebut adalah : peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, alat pendidikan dan faktor lingkungan (mileu). (Zuhairini dkk, 1983:22).
Peserta didik atausiswa adalah merupakan faktor yang penting, karena tanpa adanya faktor ini, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Yang mendidik adalah pendidik atau guru. Faktor guru juga penting karena pendidik itulah yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi peserta didik. Pendidik harus memiliki kepribadian baik, taat beribadah, memiliki jiwa pendidik, ikhlas dalam mendidik, mempunyai dasar-dasar ilmu pengetahuan mendidik, menguasai ilmu pengetahuan agama dan jehat jasmani dan rohani.
Selain itu bertemunya siswa dengan guru di sekolah harus mempunyai tujuan tertentu, karena tujuan tersebut merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh pendidikan. Dalam mencapai tujuan itu pasti memerlukan alat-alat. Alat-alat pendidikan iu meliputi sarana dan prasarana yang diperlukan untuk kelancaran program belajar-mengajar maupun kelancaran administrasi pendidikan.
Khusus berkaitan dengan peserta didik (siswa), peneliti mengadakan observasi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal. 1 Mei  sampai dengan 1 20 Juli 2008 dan diperoleh informasi bahwa cara belajar siswa beragam, ada yang sudah efektif, cukup efektif dan kurang efektif, ini tergantung kepada kondisi siswa. Prestasi belajar terutama mata pelajaran PAI tidak merata, ada yang prestasinya tinggi, sedang dan rendah. (Wawancara dengan guru bidang studi PAI kelas VIII, Ibu Giyanti, Amd. Senin, 1 Juli 2008).
Masalah tersebut mendorong pihak sekolah untuk melakukan semacam pengawasan yang cukup ketat.
Cara belajar siswa yang berbeda itu dapat diketahui efektif dan tidak efektifnya salah satunya dengan mengadakan penelitian, yaitu dengan menggunakan indikator-indikator tertentu yang sudah dikemukakan oleh para pemikir pendidikan.
Siswa yang elah teridentifikasi memiliki cara belajar yang sudah efektif, siswa tersebut perlu mempertahankannya, dan bagi siswa yang memiliki cara belajar yang tidak efektif, maka siswa tersebut mengikuti bimbingan yang diadakan di sekolah maupun di rumah.
Siswa yang sudah terlanjur memiliki kebiasaan yang buruk ada dua cara untuk mengatasinya, yaitu dengan menunjukkan akibat pengaruh kebiasaan yang salah itu terhadap prestasi belajar dan kehidupan seseorang, juga dengan memberikan kesempatan untuk berlatih dengan pola-pola kebiasaan baru pada masa transisi dan meninggalkan kebiasaan yang salah itu (Abin Syamsuddin Makmun, 2001 : 352).
Penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa suatu cara yang diulang-ulang  akan menjadikan suatu kebiasaan, dan dari kebiasaan akan membawa pengaruh bagi sipelakunya, maka sangat rugi bagi siapa saja termasuk siswa, jika memiliki kebiasaan yang buruk akibat dari suatu cara yang salah tanpa disadarinya.
Prestasi belajarsiswa sebagai salah satu cermin keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah penting untuk diselidiki melalui sudut pandang siswa sebagai objek sekaligus subjek dalam pendidikan. Siswa ketika akan belajar, namun tidak memiliki keterampilan dalam menangkap ilmu yang disampaikan oleh guru atau dalam rangka belajar mandiri atau kelompok, maka hasilnya akan kurang efektif. Langkah pertama adalah mengadakan penelitian tentang cara belajar siswa, kemudian adakah hubungannya dengan prestasi belajar mata pelajaran PAI.
Berkaitan dengan masalah tersebut di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian yang berkenaan dengan hubungan cara belajar yang dilakukan siswa dengan prestasi belajarnya, yaitu prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. Sehingga secara ringkas penulis mengambil judul :
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1.    Prestasi belajar mata pelajaran PAI, tahun ajaran 2007-2008, tidak merata ada yang tinggi, cukup dan rendah.
2.    Cara belajar siswa beragam ada yang sudah efektif, kurang efektif dan tidak efektif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan penegasan istilah, maka peneliti dapat merumuskan masalah yaitu : ” Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa SMPN 1 Kalibening Banjarnegara?”.
E. Penegasan Masalah
Adapun judul skripsi ini adalah ” HUBUNGAN CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”
( Analisis komparatif terhadap upaya peningkatan prestasi belajar PAI di SMPN I Kalibening ).
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan yang mungkin terjadi dalam interpreasi judul, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada pada judul di atas, yaitu :
1. Cara Belajar Siswa
Dalam kamus Belajar Bahasa Indonesia, cara adalah jalan (aturan, sistem) melakukan (berbuat) sesuatu, gaya, ragam, adat kebiasaan, usaha atau ikhtiar[1]
Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[2]
Dengan demikian cara belajar siswa yang dimaksud oleh penulis, adalah perilaku individu siswa yang lebih khusus berkaitan dengan usaha yang sedang atau sudah biasa dilakukan oleh siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, penghayatan dan keterampilan baik ketika di rumah, di sekolah secara mandiri maupun kelompok. Cara belajar siswa tersebut meliputi cara belajar mandiri di rumah, yaitu memenuhi fasilitas belajar, mengatur waktu belajar, membaca bahan pelajaran, membuat ringkasan, menghafal bahan pelajaran, mengulangi bahan pelajaran, mengerjakan tugas, mempersiapkan ujian dan menempuh ujian. Cara belajar di sekolah yaitu mengenai masuk kelas tepat waktu, memperhatikan penjelasan guru, bertanya dan menjawab pertanyaan guru serta memanfaatkan perpustakaan. Sedangkan cara belajar bersama (kelompok), yaitu mengenai persiapan belajar kelopok, proses belajar kelompok dan pengambilan kesimpulan.
2. Prestasi Belajar Agama Islam (PAI)
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru[3].
Sedangkan yang dimaksud penulis dengan prestasi belajar PAI disini adalah hasil belajar siswa berupa nilai angka yang sudah tercantum di dalam daftar nilai siswa khusus pada mata pelajaran PAI, siswa kelas VIII, semester genap, tahun ajaran 2007-2008.



3. SMPN 1 Kalibening Banjarnegara.
SMPN 1 Kalibening Banjarnegara, merupakan tempat dimana Penulis melakukan penelitian,yang berlokasi di Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara.
Melalui batasan-batasan tersebut, maka yang dimaksud judul penelitian ini adalah suatu penelitian yang menyelidiki ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara usaha, jalan atau ikhtiar yang ditempuh oleh siswa dalam belajar atau dalam memperoleh ilmu pengetahuan dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, lebih khusus nilai siswa semester genap kelas VIII, SMPN 1 Kalibening Banjarnegara.
F. Tujuan Penelitian
        Adapun tujuan yang penulis lakukan dalam skripsi ini adalah ” untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP N 1 Kalibening Banjarnegara”.
G. Kegunaan Penelitian
a.     Untuk memberikan informasi ilmiah, khususnya bagi guru bidang studi PAI dan guru BP.
b.    Berkenaan dengan instrumen, yaitu berupa angket dapat digunakan untuk menganalisis tentang masalah yang ada pada siswa terutama tentang cara belajarnya, kemudian dapat diarahkan melalui masa orientasi pada hari-hari pertama masuk sekolah. Menurut hemat penulis siswa pada mulai masuk sekolah pada usia SMP perlu dikenalkan tentang bagaimana cara belajar (How to learn) yang efektif untuk peningkatan mutu belajar dan kualitas hidupnya.
c.    Menambah pengetahuan bagi penulis tantang hal baru yang ditemukan dalam penelitian untuk dipahami secara objektif.


                                                  
BAB  II
KERANGKA TEORITIS
A. Landasan Teori
1.    Pengertian Cara Belajar
Dalam kamus bahasa Indonesia, cara adalah jalan ( aturan, sistem ) melakukan ( berbuat ) sesuatu, gaya, ragam, adat kebiasaan, usaha atau ikhtiar. [4] sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[5]
Dengan demikian cara belajar siswa yang di maksud oleh penulis, adalah perilaku individu siswa yang lebih khusus berkaitan dengan usaha yang sedang atau sudah biasa dilakukan oleh siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Pada umumnya setiap orang dalam melakukan suatu usaha terpengaruh oleh efisiensi. Efisiensi adalah sebuah pengertaian atau konsepsi yanag mengggambarkan perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya, yaitu kalau hasil yang diinginkan dapat tercapai dengan usaha terkecil, atau dengan usaha tertentu memberikan kwalitas dan kwantitas hasil terbesar
Pengertian tersebut dapat  diterapkan dalam berbagai bidang kegiatan termasuk usaha belajar. Apabila diterapkan dalam belajar, maka terdapatlah efisiensi belajar, yaitu perbandingan terbaik antara suatu usaha belajar dengan hasilnya yang dicapai. ( The Liang Gie, 1985:14 ).
Adapun menurut Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam ( 1980 : 220 ) mengartikan cara belajar yang efisien, yaitu cara belajar yang tepat, praktis, ekonomis, terarah, sesuai dengan situasi dan tuntutan yang ada guna mencapai tujuan belajar.
Masing masing siswa mempunyai potensi, kemampuan, situasi, kondisi dan latar belakang individu yang berbeda beda. Dengan kata lain, siswa itu merupakan individualitas yang unik. Sehingga cara belajarpun menjadi berbeda beda pula sesuai dengan apa adanya siswa. Tugas siswa selanjutnya adalah mengembangkan dirinya, sehingga menemukan cara belajar yang cocok bagi dirinya. Bimbingan guru dalam hal ini amat di perlukan. Dengan pemberian bimbingan dari guru, siswa akan mengenal dirinya serta segala yang memungkinkan dirinya dapat berkembang secara utuh dan menemukan gaya belajarnya sendiri. Penemuan itu harus secepatnya ia peroleh karena tuntutan belajar itu makin lama makin meningkat dan makin kompleks.
Supaya cara belajar yang efisien tersebut  dapat di terapkan pada masing masing siswa, maka siswa perlu untuk terus dimotivasi baik secara mental maupun psikomotorik oleh guru atau orang tua. Karena Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 9 ) menjelaskan, bahwa rahasia sukses belajar terletak pada pemikiran sikap mental cendekia dan satu kata kunci, yaitu penguasaan cara belajar yang baik sebagai penuntun ke arah penguasaan ilmu yang optimal.
Setelah siswa dapat memilih dan memposisikan dirinya dalam kondisi yang kondusif, maka siswa perlu menggunakan cara belajar yang efektif.
Berdasarkan kondisi belajarnya, cara belajar meliputi cara belajar di rumah, di sekolah dan cara belajar bersama (kelompok)
a. Cara belajar mandiri di rumah
1. Pemenuhan fasilitas dan perabot belajar
Fasilitas dan perabot belajar merupakan alat perlengkapan belajar yang penting untuk dipenuhi oleh seorang pelajar, karena jika tidak terpenuhi dapat menimbulkan efek negatif bagi kelancaran proses belajar. Proses belajar dapat berhenti dan setidaknya mengganggu motivasi dan konsentrasi dalam belajar.
Fasilitas belajar ini menurut The Liang Gie (1985 :43), terdiri dari peralatan tulis dan perabot untuk kamar yaitu meja, kursi dan lemari buku.
2. Mengatur waktu belajar
Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil, perlulah siswa mempunyai jadwal yang baik dan dapat melaksanakannya dengan teratur dan disiplin. Adapun cara untuk membuat jadwal yang baik, adalah :
3. Membaca buku
Kegiatan membaca adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan selama belajar. Dan persoalannya yang utama ketika ia sudah dapat membaca ialah bagaimana cara membaca yang baik dan efisien.
Hary dexter Kitson dalam bukunya How to use Your Mind, Yang dikutip the Liang Gie (1985; 94), mengemukakan ketentuan-ketentuan tentang reading hygiene :
a.    Sewaktu membaca hendaknya pembaca sekali-kali memejamkan matanya atau melihat ke tempat yang jauh.
b.    Cahaya penerang hendaknya datang dari arah belakang
c.    Pada pagina buku tidak terdapat bayangan
d.   Buku dipegang oleh tangan dan tidak terletak mendatar diatas permukaan meja.
Terhadap ketentuan-ketentuan diatas ditambahkan hal-hal berikut ini
e.    Ada cahaya penerangan yang cukup, tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang sehingga menyilaukan serta bergetar.
f.     Jarak antara mata dan yang dibaca kira-kira 25-30 cm
g.    Tidak sambil tiduran
h.    Beristirahat sebentar, kira-kira seperempat jam setelah membaca selama satu sampai satu setengah jam.
Langkah pertama (survei), siswa memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Tujuannya agar siswa mengetahui panjangnya teks, judul bagian, judul sub bagian, istilah dan kata kunci, dan sebagainya. Dalam melakukan survei ini siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas dan alat pembuat ciri, seperti stabilo untuk menandai bagian-bagian tertentu yang penting.
Langkah kedua (question), siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat dan relevan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama.
Langkah yang ketiga (Read), siswa membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Membaca secara aktif berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan tadi.
Langkah selanjutnya recite, siswa menyebutkan lagi jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun.
Dan langkah terakhir review, siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. (Muhibbin Syah, 2004: 141). Jika materi telah tersusun dalam sebuah modul, maka hal ini lebih memudahkan bagi siswa, karena materi telah tersusun dalam sebuah ringkasan, namun untuk menguatkan pemahaman dan memotivasi keingintahuan tentang materi itu, maka boleh menggunakan metode tersebut.
4. Membuat Ringkasan
Kegiatan ini tidak kalah pentingnya dari semua kegiatan belajar siswa. Siswa membuat ringkasan adalah bertujuan untuk memudahkannya dalam menghafal dan mengulangi pelajaran.
Adapun langkah-langkah membuat ringkasan yang baik, adalah :
a.    Membaca pelajaran yang akan diringkas dengan penuh perhatian, pengertian dan konsentrasi sambil memberi tanda-tanda pada hal-hal yang dianggap pokok dan penting. Dalam hal ini siswa dapat menggarisbawahi kalimat-kalimat penting atau menggunakan stabilo atau menuliskan kata-kata kunci di pinggir paragraf.
b.    Membuat kerangka ringkasan dengan membaca sekali lagi dan menuliskan di atas kertas hal-hal yang sudah ditandai.
c.    Membaca kalimat-kalimat yang sudah ditulis di kertas tadi sambil menyelipkan kata-kata atau tanda-tanda penghubung yang perlu, sehingga ada pertalian yang erat antara kalimat-kalimat itu.
d.   Kalu masih tebal halaman luas dan banyak, maka tulisan tadi dapat dipersempit dengan mengambil pokok-pokoknya saja dan menghilangkan hal-hal yang dianggap kecil atau kurang penting. (Judi Al Falansani dan Fauzan Naif,2002: 38).
5. Menghafal Bahan Pelajaran
Dalam belajar, menghafal merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penguasaan bahan pelajaran.
Ada beberapa syarat untuk dapat menghafal dengan baik, yaitu:
a.    Menyadari sepenuhnya tujuan belajar
b.    Mengetahui betul-betul tentang makna bahan yang dihafal
c.    Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu menghafal
d.   Menghafal secara teratur sesuai kondisi badan yang sebaik-baiknya serta daya serap otak terhadap bahan yang harus dihafal. (Slamento, 1995: 86).
Sedangkan berkaitan dengan metode menghafal[6] supaya sesuai dengan karakter siswa dibagi menjadi tiga macam :
a.    Menghafal melalui pandangan. Bahan pelajaran dibaca di dalam batin penuh perhatian sambil otak bekerja untuk mengingat-ingat. Dapat pula dengan cara membuat catatan besar yang menarik, kemudian disampingkan atau ditempelkan pada tempat-tempat yang sering dilihat.
b.    Menghafal dengan pendengaran melalui penyimakan sendiri. Siswa dapat menggunakan cara lain yang bertujuan sama, seperti menyuruh temannya membacakan ringkasan atau mendengarkan rekaman kaset yang dibuat sendiri.
c.    Menghafal malalui gerakan-gerakan tangan, yatu dengan menulis-nulis ringkasan berulang-ulang sampai hafal atau menggerakkan jari tangan sambil berfikir.
Ada pula metode yang lain, yaitu metode cantol, metode lokasi, akronim dan kalimat-kalimat kreatif [7]
Metode cantol digunakan untuk menghafal daftar apa saja. Caranya, yaitu dengan mencocokkan angka-angka dengan kata-kata berirama sama atau petunjuk-petunjuk visual tertentu. Contohnya paku mirip dengan bunyi satu dan paku menyerupai angka satu.
Metode lokasi adalah metode yang menggunakan tempat yang paling dikenal dan paling mengesankan sebagai contoh (1) pendahuluan tentang hal yang akan dipelajari (dituliskan di pintu depan), (2) Tombol lampu membicarakan dan meyoroti tentang ciri-ciri khusus suatu fakta, konsep atau suatu prinsip dalam materi yang sedang dipelajari, dan seterusnya.
Akronim atau singkatan adalah kata yang dibentuk dari huruf atau huruf-huruf awal atau masing-masing bagian dari sekelompok kata atau istilah gabungan Misalnya, Program Pembangunan Lima Tahun di Indonesia disebut PELITA. PSSI adalah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
Sedangkan kalimat-kalimat kreatif digunakan untuk menghafal kata-kata yang berurutan, contoh : untuk menghafal susunan planet maka dapat menggunakan kalimat kreatif yaitu Memainkan Violin Bisa Memunculkan Jalinan Suara Unik Namun Pasti (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Uranus, Neptunus, Pluto).
6. Mengulangi Bahan Pelajaran
Siswa sepulang sekolah jangan lupa untuk mengulangi bahan pelajarannya di rumah, karena tidak semua materi pelajaran yang disampaikan guru terkesan dengan baik.
Cara mengulangi bahan pelajaran adalah dengan cara membaca kembali catatan yang telah ditulis ketika guru sedang menerangkan pelajran, atau jika bahan pelajaran berupa tatacara, cara menghafalnya adalah dengan cara mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari agar pelajaran tetap dalam ingatan.
7. Mengerjakan Tugas
Selama belajar, siswa tidak akan pernah terlepas dari keharusan mengerjakan tugas-tugas belajar, baik itu tugas harian, pekerjaan rumah, tugas semesteran, tugas kelompok maupun tugas individu. Siswa harus mengerjakan sesuai perintah guru dengan tepat waktu. Mengabaikan tugas tersebut boleh jadi siswa akan mendapatkan sangsi dari guru.
8. Persiapan Menghadapi Ujian
Dalam menghadapi ujian, siswa harus mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah-masalah perbaikan untuk mengingat kembali bahan-bahan yang telah dipelajari dengan cara membaca kembali, memperbaiki catatan, membuat ikhtisar dan menyusun pengetahuan yang lengkap dan akhirnya tinggal menghafal. Pada saat-saat menjelang ujian siswa sebaiknya menghindari belajarterlalu banyak karena dapat mengganggu kondisi kesehatan. Siswa juga tidak boleh lupa mempersiapkan semua alat tulis untuk kelancaran ujian.


9. Menempuh Ujian
Setelah siswa melaksanakan persiapan menghadapi ujian dengan matang, selanjutnya sampailah pada waktu ujian. Maka pada saat hari ujian, siswa seharusnya datang lebih awal dan menunggu dengan tenang. Masuklah dengan tertib dan duduk di tempat yang telah ditentukan, kemudian baca dan pahami petunjuk soal dengan baik dan menjawabnya sesuai petunjuk tersebut. Jangan lupa siswa memperhitungkan waktu yang disediakan, agar lebih menghemat waktu soal-soal yang mudah sebaiknya dikerjakan lebih dahulu. Tulisan harus jelas, baik dan rapi. Jika sudah selesai siswa harus mempertimbangkan lagi apakah jawaban yang sudah dikerjakan sesuai dengan permintaannya.  Segera kumpulkan jawaban, jika waktu ujian telah habis.
Siswa dalam menempuh ujian haruslah mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Dan rasa percaya diri itu timbul ketika mereka melakukan persiapan yang matang jauh sebelum ujian dan penyempurnaan ketika mendekati ujian. Sehingga tidak ada kecurangan-kecurangan seperti menyontek atau melihat pekerjaan orang.
b. Cara Belajar di Sekolah
Adapun beberapa hal yang berkenaan dengan cara belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah.
1.    Masuk kelas tepat waktu
Masuk kelas tepat waktu adalah suatu sikap mental yang banyak mendatangkan keuntungan. Guru memuji karena disiplin, kawan-kawan tidak terganggu ketika sedang memperhatikan pelajaran guru, konsentrasi pun akan terpelihara dengan baik. Kondisi tubuh akan tenang, jauh dari keringat dan alam pikiran siswa telah siap menerima pelajaran dari guru Oleh karena itu kedisiplinan masuk kelas mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
2.    Memperhatikan penjelasan guru
Setelah pelajaran dimulai, siswa harus sudah siap untuk memperhatikan semua pelajaran guru, yaitu dengan melihat gerak-geriknya, mendengarkan penjelasannya dan jangan lupa menulis kata-kata penting dari penjelasan itu.
3.    Bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas dan menjawab setiap pertanyaan dari guru.
Bertanya mengenai hal yang belum jelas adalah salah satu cara untuk dapat mengerti bahan pelajaran yang belum dimengerti. Siswa jangan malu untuk bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran atau keterangan guru yang belum jelas, sebab malu akan menghambat penguasaan bahan yang akan diterima dari guru pada pertemuan yang akan datang. Bertanyalah dengan spesifik jangan berbelit-belit, jika perlu pertanyaan ditulis terlebih dahulu dengan singkat dan jelas, lalu dibacakan atau dihafalkan.
Berkaitan dengan semua pertanyaan yang diutarakan oleh guru pada saat proses belajar mengajar, siswa harus berani menjawab semua pertanyaan itu dengan baik dan jelas sebagai bukti bahwa dirinya memperhatikan pelajaran. Cara menjawabnya dengan sistematis sesuai apa yang telah diterangkan oleh guru dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
4.    Memanfaatkan waktu istirahat
Di sekolah terdapat bebarapa saat untuk istirahat agar kondisi siswa segar kembali. Menghilangkan kelelahan mata dan pengalihan konsentrasi siswa untuk sementara. Untuk itu siswa harus memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan cara bersantai, mengarahkan pandangan mata ke angkasa biru, mengerak-gerakkan badan agar dapat memperlancar peredaran darah di dalam tubuh, sehingga rasa lelah dan rasa kantuk dapat diusir dengan segera. Jika haus atau lapar maka segera pergi ke kantin untuk minum atau makan secukupnya agar kesehatan tubuh tetap terjaga. Atau waktu istirahat itu dimanfaatkan untuk berkunjung ke perpustakaan.

5.    Memanfaatkan perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah mempunyai tiga manfaat, yaitu :
a.    Sebagai sumber belajar,
b.    Sebagai sumber informasi,
c.    Sebagai sumber rekreasi (Choiruddin Hadhiri Suprapto, 2003 : 68)
 Perpustakaan dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dan pengahayatan pengetahuan yang diperoleh siswa dari guru, memeperluas cakrawala pengetahuan dan keterampilan siswa dan untuk memberikan hiburan, memupuk keterampilan, nilai dan sikap hidup melaluli koleksi ringan dan segar,
Sedangkan cara memanfaatkan perpustakaan tergantung pula pada kesempatan atau waktu-waktu tertentu, misalnya ketika jam-jam istirahat kalu masih ada waktu lebih dari kepentingan yang lain, seperti makan dan minum, jam-jam kosong dan jika ada tugas dari guru.
c. Cara Belajar Bersama (kelompok)
            Belajar bersama bisa dilakukan di rumah atau di tempat lain misalnya di perpustakaan, di sekolah atau di tempat tertentu yang disepakati bersama.
            Belajar bersama pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama, artinya setiap anggota turut memberikan sumbangan pikiran dalam memecahkan persoalan tersebut, sehingga diperoleh hasil atau jawaban yang lebih baik. Pikiran dari banyak orang biasanya lebih sempurna daripada satu orang.
”Ada beberapa petunjuk untuk belajar bersama yang lebih efektif, yaitu :
a.    Pilih teman yang cocok untuk bergabung dalam satu kelompok yang terdidri dari 3-5 orang. Anggota yang terlalu banyak biasanya kurang efektif.
b.    Tentukan dan sepakati kapan, di mana dan apa yang akan di bahas serta apa yang diperlukan dalam diskusi itu. Lakukan secara rutin minimal satu kali dalam seminggu.
c.    Setelah berkumpul secara bergilir, tetapkan siapa pemimpin kelompok yang akan mengatur diskusi dan siapa penulis yang akan mencatat diskusi.
d.   Rumuskan pertanyaan atau permasalahan yang akan dipecahkan bersama dan batasi ruang lingkupnya agar pembahasan tidak menyimpang.
e.    Bahas dan pecahkan setiap persoalan satu persatu sampai tuntas, dengan cara memberi kesempatan setiap anggota mengajukan pendapat. Dari setiap pendapat yang muncul dikaji secara bersama manakah yang paling tepat. Kesimpulan jawaban yang telah disepakati bersama dicatat oleh penulis.
f.     Bila ada persoalan yang tidak dapat dipecahkan, tangguhkan persoalan itu untuk dimintakan pendapatnya kepada guru. Lanjutkan saja pada persoalan berikutnya supaya tidak membuang waktu.
g.    Kesimpulan hasil diskusi dicatat oleh penulis, lalu dibagikan kepada anggota kelompok untuk dipelajaridirumah masing-masing.” (Nana Sudjana, 1989: 168-169).
2. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh suatu pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. (Depdikbud, 1993 : 700).
Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan siswa setelah mengikuti suatu mata pelajaran tertentu yang ditunjukkan dengan nilai tes berupa angka yang diberikan oleh guru, sebagai contoh nilai mid semester, nilai semester, nilai tugas, nilai ulangan, nilai raport dan sebagainya.
Prestasi dalam arti luas merupakan kemampuan siswa setelah mengalami belajar. Hal ini dapat diperoleh atau diketahui dari akhir kegiatan dan diperoleh atau diketahui dari akhir kegiatan dan diperoleh bukan karena kebetulan, namun prestasi diperoleh dengan penuh dengan kesadaran dan mengalami proses tertentu.
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar meliputi tiga ranah, yaitu ranah cipta, rasa maupun karsa (kognitif, afektif, psikomotorik). Walaupun pengungkapan tingkah laku seluruh ranah tersebut, khususnya ranah rasa siswa, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba), namun yang dapat dilakukan oleh guru adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa.
Secara global, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, adalah :
a.    Faktor intern siswa
1)   Fisiologis, seperti kesehatan mata dan telinga.
2)   Fsikologis, seperti intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa
b.    Faktor ekstern siswa
1). Lingkungan sosial, seperti: guru, teman-tema sekelas, tetangga, orang tua dan keadaan masyarakat.
2). Lingkungan non sosial, seperti: rumah, gedung sekolah, sarana dan prasarana, dan sebagainya.
c.    Faktor pendekatan belajar (approach to learn), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.

Pendekatan belajar ada tiga yaitu :
1)   Pendekatan surface. Manusia belajar karena dorongan dari luar antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal dan tidak mementingkan pemahaman yang mudah.
2)   Pendekatan deep. Siswa ini dimotivasi dari dalam dirinya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. bagi siswa ini yang lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya dibanding lulus dengan nilai baik.
3)   Pendekatan achieving. Pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-enhanchment, yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi stinggi-tingginya. Gaya belajarnya lebih serius, memiliki keterampilan belajar (study skill) dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja dan perangkat silabus. Baginya, berkompetisi dengan temannya dalam meraih nilai tertinggi adalah penting, sehingga ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencanauntuk terus maju ke depan (plans ahead).


3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam menurut ahli pendidikan, yaitu :
a.    Chabib Thoha (1999: 4), Pendidikan Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada slaah satu pelajaran siswa muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu.
b.    Ahmad D. Marimba (1986: 47), Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
c.    Zuhairini dkk. (1983 : 27), Pendidikan agama berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai denagn ajaran Islam.
Jadi, Pendidikan Agama Islam, adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis yang sudah terbentuk mata pelajaran berisi bimbingan jasmani  rohani yang berdasarkan hukum-hukum Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim sejati.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Skripsi yang di tulis oleh Sri Rahayu ( 2005. UMP ) dengan judul ”Studi Korelasi Cara Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 1 Sokaraja”. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara cara belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, tetapi derajat hubungannya tidak bermakna atau sangat rendah.
Dari penelitian diatas, sebenarnya belum dapat ditentukan secara pasti apakah ada hubungan yang positif antara cara belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. Maka penulis ingin melakukan penelitian yang sama yaitu adakah hubungan antara cara belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMP N I Kalibening.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi, melalui data-data sampel. Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nihil. Hipotesis kerja adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau adanya perbedaan adanya kedua kelompok. Sedangkan hipotesis nihil adalah yang menyatakan tidak adanya hubungan dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.4 Adapun hipotesis kerja yang penulis ajukan adalah ”ada hubungan positif dan signifikan antara cara belajar siswa dengan prestasi belajar PAI siswa SMPN 1 Kalibening Banjarnegara”.
Agar penulisan ini objektif, maka penulis mengajukan hipotesis nihil sebagai landasan penelitian yang berbunyi ”tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar siswa dengan prestasi belajar PAI siswa SMPN 1 Kalibening Banjarnegara”.
Apabila hipotesis nihil tidak terbukti, maka hipotesis kerja diterima yang berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar siswa dengan prestasi belajar PAI siswa SMPN 1 Kalibening Banjarnegara. Jika hipotesis kerja tidak terbukti, maka hipotesis nihil diterima yang berarti tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar dengan prestasi belajar PAI siswa SMPN 1 Kalibening Banjarnegara.
Mengingat bahwa hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah, maka akan dilakukan pengkajian pada bab IV (bagian analisis data) untuk membuktikan apakah hipotesis kerja dapat diterima.
D. Instrumen Penelitian
                 Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang dipergunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis ehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa instrumen dalam mengumpulkan data yang penulis sesuaikan dengan fariabel peneliutian antara lain :

1.       Cara belajar
             Untuk mengetahui cara belajar siswa penulis menggunakan sumber data berupa respon siswa. Dimana dalam menangkap respon siswa, penulis menggunakan instrumen berupa angket.
2.       Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
       Untuk mengetahui hasil prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, penulis menggunakan sumber dokumentasi dimana instrumen yang digunakan adalah nilai rapot.
3.   Hubungan
       Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara cara belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, penulis menggunakan sumber data berupa dokumentasi dan respon siswa. Sedangkan instrumen yang digunakan adalah perhitungan statistik.







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
             Penelitian ini mengambil lokasi di SMPN 1 Kalibening, selama 3 bulan  yaitu mulai bulan Juni sampai Agustus 2008.
A. Pendekatan Penelitian
                   Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu dimana dituntut banyak menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran data, serta penampilan dari hasinya. 1
B. Desain Penelitian
                 Jenis penelitian ini bersifat korelasi. Dalam penelitian ini penulis ingin memaparkan korelasi atau hubungan antara cara  belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP N 1 Kalibening.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang ada di SMPN 1 Kalibening. Alasannya karena siswa kelas VIII berada dipertengahan jenjang sekolah ini (SMP), sehingga dapat untuk ajang evaluasi pada kelas VIII dan sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan di masa depan. Jangka pendek siswa lulus dengan nilai memuaskan setelah kelas IX kelak.
1. Populasi
            Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 115), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
            Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Kalibening tahun ajaran 2007-2008 yang berjumlah 365 siswa yang memiliki proporsi dengan kelas VIII dan IX yaitu kurang lebih 30%. Sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 1
Siswa kelas VIII SMPN 1 Kalibening
Tahun ajaran 2007-2008
Kelas VIII
Pria
Wanita
Jumlah
1
2
3
4
A
19
24
42
B
18
22
40
C
19
22
40
D
18
22
40
E
19
23
41
F
22
22
40
G
22
20
42
H
22
20
40
I
18
20
40
Jumlah
170
195
365
             (Sumber dokumentasi SMPN 1 Kalibening 1 Juli 2008)
2. Sampel
            Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto, 1998 :  ).
            Mengenai berapa banyak sampel yang akan diambil dari populasi yang ada dalam hal ini penulis mengacu pada perhitungan sampel minimal oleh Robert Kretjie dan Daryle Morgan yang ditulis oleh Rohmad Qomari (1999 : 26) dengan rumus sebagai berikut.
           
Keterangan :
S    =  Jumlah sampel yang diperoleh
X2   =              nilai kali kuadrat yang diperoleh dari tabel x dengan derajat 
           kebebasan (d.b / d.f) = 1 dan taraf kepercayaan 90% nilai X 
           sebesar 2,706.
P   =   proporsi populasi jika tidak diketahui proporsinya, penulis 
           menerapkan P (1-P)
d 2 =   derajat akurasi yang dinyatakan sebagai proporsi, dalam penelitian 
           sosial besarnya diambil 5 % atau d : 0,50 (α : 0,05 menunjukkan 
           tingkat kekeliruan 5 % atau tingkat kepercayaan 90% (Rohmad 
           Qomari : 1999: 26)
Dengan formula tersebut, dapat dicari sampel sebagai berikut :
N : 365                                  X : 0,05 dengan d.b = 1 - 2,706
P : 30% = 0,30                      d  : 0,05 = 0,025
Jadi, sampel yang diambil adalah :






 



Jika dibulatkan menjadi 171


Tabel 2
Perincian Pengambilan Sample perkelas
Tahun ajaran 2007-2008

Kelas VIII
Jumlah
171 / 365 x jml Siswa
Pembulatan
A
42
19,67671
20
B
40
18,73972
19
C
40
18,73972
19
D
40
18,73972
19
E
41
19,20821
19
F
40
18,73972
19
G
42
19,67671
20
H
40
18,73972
19
I
40
18,73972
19
Jumlah
365
17,099995
173*
  (Sumber dokumentasi SMPN 1 Kalibening 1 Juli 2008)
            Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam pengambilan sampel ini adalah :
1.    Membuat gulungan kertas sebanyak jumlah siswa dalam masing-masing kelas yang jumlah semuanya kelas
2.    Membuat angka dari 1 sampai dengan jumlah siswa pada gulungan kertas tadi, setelah selesai dimasukkan ke dalam gelas.
3.    Mengundi sebanyak jumlah sampel perkelas, kemudian menulis nomor yang keluar tersebut dicocokkan dengan nama siswa, mulai dari kelas VIII
D. Tehnik Pengumpulan Data
              Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu :
1. Observasi
Yaitu metode ilmiah yang biasanya diartikan sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperlihatkan sesuatu dengan menggunakan mata (Suharsimi Arikunto, 1998: 146).
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai letak geografis, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah dan mengetahui kegiatan siswa di kelas untuk memperkuat instrumen data primer, yaitu angket.
             2. Interview
Interview sering disebut pula dengan wawancara dalam sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari wawancara. (Suharsimi Arikunto, 1998 : 145)
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah berdirinya SMPN 1 Kalibening, keadaan umum sekolah, gambaran umum hasil belajar siswa pada bidang studi PAI. Dengan metode ini penulis mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yaitu guru PAI kelas VIII, guru BP dan koordinator TU.
3.      Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan buku, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 1998: 236).
4.      Angket
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui ( Suharsimi Arikunto, 1998: 140).
Metode angket ini digunakan penulis untuk memperoleh data tertentu tentang cara belajar siswa. Jenis angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek atau jawaban yang diberikan dengan membutuhkan tanda tertentu.
Sifat dari angket ini adalah langsung artinya angket langsung diberikan kepada responden (siswa) untuk memperoleh data yang diperlukan.
Bentuk angket yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pilihan. Dengan demikian responden diminta untuk memilih salah satujawaban yang sudah disediakan. Penulis menyusun angket yang terdiri dari 30 item yang masing-masing itemnya terdiri dari 4 pilihan yang semuanya memiliki tingkatan skor atu nilai. Pilihan kesatu (a) memiliki skor 3, pilihan kedua (b) memiliki skor 2, pilihan ketiga (c) memiliki skor 1 dan pilihankeempat (d) memiliki skor 0.
Supaya angket yang digunakan untuk mengumpulkan data memberikan hasil yang objektif, maka peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas angket.
1.    Pengujian Validitas Angket
Ada beberapa langkah yang dilakukan peneliti dalam pengujian validitas angket ini :
a.    Peneliti mengkonstruk teori tentang cara belajar siswa dan menyusun kisi-kisi untuk kemudian dibuat sebuah angket.
2.    Konstruk teori, kisi-kisi angket sebagai indikator, dan angket yang sudah dibuat itu kemudian dikonsultasikan oleh penulis kepada para ahli untuk mendapatkan koreksi secukupnya.
3.    Pengujian Reliabilitas Angket
Pada pengujian reliabilitas angket, peneliti menggunakan tehnik test-testan, cara mencoba instrumen beberapa kali pada responden yang sama dan pada waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah ditanyakan reliabel. (Sugiono, 2004 : 274).
Setelah peneliti membagikan angket yaitu pada tanggal 1 Mei 2008 maka dihasilkan data seperti tabel berikut ini :


Tabel 3.
Tabel Penolong Untuk Menghitung
Reliabilitas Angket dengan Menggunakan Uji Tes-Ratest
No
X
X2
X12
X22
X1X2
1
47
44
2209
1936
2068
2
43
43
1849
1849
1849
3
44
44
1936
1936
1936
4
36
37
1296
1369
1332
5
44
44
1936
1936
1936
6
33
34
1089
1156
1122
7
44
43
1936
1849
1892
8
44
44
1936
1936
1936
9
32
33
1024
1089
1056
10
39
39
1521
1521
1521
11
43
41
1849
1681
1763
12
49
48
2401
2304
2352
13
43
44
1849
1936
1892
14
27
30
729
900
810
15
34
35
1156
1225
1190
16
43
44
1849
1936
1892
17
34
34
1156
1156
1156
18
46
47
2116
2209
2162
19
43
45
1849
2025
1935
20
41
41
1681
1681
1681
21
43
41
1849
1681
1763
22
33
35
1089
1225
1155
23
42
42
1764
1764
1764
24
40
41
1600
1681
1640
25
31
31
961
961
961
Jumlah
996
1004
40630
40942
40764

Keterangan :
X1  : Hasil angket 1 Juli 2008
X2   : Hasil angket 25 Juli 2008
Sehingga hasilnya dapat dihitung dengan rumus korelasi berikut ini :

        Setelah diperoleh harga r hitung, selanjutnya harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r tabel. Dengan n = 25 taraf kesalahan 5% diperoleh 0,396dan taraf kesalahan 1% =0,505. karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% maupun 5% (0,775 > 0,505 > 0,396). Maka dapat disimpulkan, bahwa angket cara belajar siswa tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.
E.Tehnik Analisis Data
Adapun penyajian data meliputi :
a.    Data tentang cara belajar siswa
Data ini diperoleh dari angket cara belajar yang disebarkan kepada siswa, kemudian setelah dikumpulkan peneliti mengadakan langkah-langkah sebagai berikut :
1)   Menyajikan dalam bentuk tabel
2)   Menentukan kategori berdasarkan jumlah skor untuk mengetahui tingkat cara belajar siswa.
                   b. Data tentang prestasi belajar.
Data prestasi belajar PAI diambil dari daftar nilai siswa kelas VIII semester genap tahun ajaran 2007 – 2008. khususnya nilai mata pelajaran PAI yang terdapat dalam daftar nilai yang diisi oleh guru mata pelajaran PAI yaitu Ibu Giyanti, Amd. Peneliti sudah mendapatkan data tersebut kemudian menjajikan dalam bentuk Tabel.
Adapun tehnik untuk menganalisis data meliputi :
                                  i.          Data tentang  cara belajasr sisiwa dianalisis skor nilai dan skor angket . kategori cara belajar di prosentasekan  dengan rumus :
Keterangan
P : Angka prosentase
F : Frekuensi yang sedang dicari prosentase
N : Jumlah frekuensi (Anas Sudijono,1987 : 40).
Sedangkan untuk mencari rata-rata cara belajar siswa, peneliti menggunakan rumus :
Keterangan :
Me                    = Mean untuk data bergolong
                    = Jumlah data / sampel
           = Produk perkalian antara  pada tiap interval data 
                            dengan tanda    kelas (Xi). (Sugiono, 2004: 47)
                                ii.          Cara menganalisis prestasi belahar siswa, adalah dengan cara mencocokkannya dengan petunjuk penilaian raport, sebagai berikut
Tabel 4.
Kategori Nilai Prestasi Belajar
Kategori
Nilai
Istimewa
Baik sekali
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Kurang
10
9
8
7
6
5
(Sumber dari buku petunjuk penelitian raport tahun ajaran 2001-2002)
c. Cara menganalisis hubungan antara cara belajar dengan prestasi belajar adalah menggunakan persamaan regresi dan analis korelasi . persamaan regresi di gunakan untuk menghitung setiap anggka perubahan pada masing masing variabel  rumusnya adalah :
Ý = a + bX . dimana harga a dan b dapat dicari dengan rumus :
Dimana ;
Ý         = Subyek dari variabel dependen yang di prediksikan.
a           = harga Y bila X = 0
b          = angka arah / koefisien Regresi.
X         = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu, ( Sugiyono, 2004 : 244 – 245 ).
Kemudian untuk menghitung hubungan atau (korelasi) dari kedua variabel adalah dengan rumus :
Setelah nilai r diperoleh, untuk menolak atau menerima hipotesis, peneliti selanjutnya mengkonsultasikan harga r tersebut dengan harga r tabel. Dengan ketentuan, jika r hitung lebih besar dari r tabel dalam taraf kesalahan 5% dan 1% maka dapat disimpulkan, bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar siswa dengan prestasi belajar PAI, begitu juga sebaliknya.
Sedangkan untuk mengetahui tingkat hubungan, maka bisa diketahui oleh tabel berikut ini :


Tabel 5
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap
Koefisien Relasi

Interval koefisien
Tingkat hubungan
0.000 – 0,199
0.200 – 0,399
0.400 – 0,599
0.600 – 0,799
0.800 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
(Sugiono, 2004 : 216)
   Setelah nilai r diperoleh, untuk menolak atau menerima hipotesis, peneliti selanjutnya mengkonsultasikan harga r tersebut dengan harga r tabel. Dengan ketentuan, jika r hitung lebih besar dari r tabel dalam taraf kesalahan 5% dan 1%, maka dapat disimpulkan, bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara belajar siswa denagn prestasi belajar PAI begitu pula sebaliknya.
F. Sistematika Skripsi
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami skripsi,  yang penulis susun maka dalam pembahasannya penulis membagi menjadi beberapa bab,  yaitu:
1. Bagian awal skripsi terdiri dari: Halaman sampul, halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar gambar.
2. Bagian utama sripsi terdiri dari beberapa bab yaitu:
Bab pertama adalah Pendahuluan,  yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab I yaitu Pendahuluan terdiri dari: Latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, penegasan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.
 Bab II yaitu Kerangka teoritis terdiri dar landasan teori, hasil penelitian terdahulu, hipotesis penelitian dan instrumen penelitian
Bab III yaitu Metodologi penelitian terdiri dari: pendekatan penelitian, desain penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
Bab IV yaitu Hasil penelitian terdiri dari: gambaran umum SMP N 1 Kalibening meliputi: sejarah berdiri SMP N 1 Kalibening, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru, siswa dan pegawai, kedaan fasilitas, usaha meningkatkan cara belajar siswa di SMP N 1 Kalibening. Serta Analisis tentang hubungan cara belajar dengan prestasi belajar pendidikan agama islam siswa SMP N 1 Kalibening, meliputi: cara belajar siswa SMP N 1 Kalibening, prestasi belajar pendidikan agama islam SMP N 1 Kalibening, hubungan cara belajar dengan prestasi belajar pendidikan agama islam siswa SMP N 1 Kalibening. 
Bab V yaitu Penutup terdiri dari: kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
3. Bagian akhir skripsi terdiri dari: daftar pustaka dan lampiran-lampiran


NB : BAB IV DAN V SILAHKAN REQUEST DIKOLOM KOMENTAR, DAN TINGGALKAN ALAMAT E-MAILNYA......................


2 Responses to "KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM HUBUNGAN CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP N 1 KALIBENING TAHUN 2007/2008"

wdcfawqafwef

BACKLINK OTOMATIS GRATIS JURAGAN.