A. Judul Penelitian
HubunganCara Belajar Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMP N 1Kalibening Tahun 2007/2008
B.
Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan adalah harta yang paling berharga,
dan pendidikan yang baik adalah warisan yang paling bermanfaat.
Secara formal ilmupengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengajaran di
sekolah-sekolah. Untuk itu media, metode dan proses belajar-mengajar yang baik
di sekolah sangat berkorelasi dengan keberhasilan anak didiknya.
Dari segi metode,
seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan mencari dan
mempergunakan metode pengajaran yang sesuai dan seefektif mungkin. Begitu juga,
seorang siswa manakala ia mengetahui, mengamalkan, dan membiasakan dirinya
untuk mempergunakan metode atau cara-cara metode yang efektif, maka ia akan
menjadi seorang siswa yang unggul.
Siswa yang unggul
menurut Choirudin Hadhiri Suprapto (2003: 14), memiliki tiga ciri yang utama,
yaitu memiliki hasrat, sikap dan sigap dalam belajar.
Hasrat yaitu
keinginan siswa dengan niat yang membaja, semangat yang membara, gairah yang
menggebu-gebu untuk melakukan konsentrasi sepenuhnya dalam belajar. Sikap yaitu
tindakan yang peduli, sehingga ilmunya bertambah dan pengetahuannya menjadi
luas. Kemudian siswa yang unggul ia akan sigap, tangkas dalam belajar dan dapat
menggunakan alat dan sarana yang ada dengan hasil yang maksimal.
Berbeda dengan
siswa yang tidak unggul, yaitu siswa yang keropos akan memiliki hasrat belajar
yang rendah, sikap belajarnya acak-acakan dan tidak terencana dengan baik,
kesigapan belajarnya asal-asalan dan tidak berupaya menggunakan cara belajar
yang efektif.
Sekolah menengah(SMP) sebagai lembaga pendidikan lanjutan dari sekolah dasar (SD), seharusnya
dapat mencetak siswa dan siswi yang unggul, baik dari segi kualitas belajarnya
maupun dari segi prestasi belajarnya yang berupa pengetahuan, pemahaman,
penghayatan, keyakinan dan pengamalan.
Demikian pula
dengan adanya mata pelajaran Agama Islam (PAI) sebagai program materi pelajaran
di sekolah yang mengandung nilai-nilai religius, tujuan akan mudah dicapai,
apabila setiap siswa memiliki keinginan untuk berusaha melakukan cara-cara
belajar yang lebih efektif, disamping faktor-faktor yang berpengaruh lainnya.
Faktor-faktorpendidikan agama itu dapat dikelompokkan menjadi lima macam, dimana antara
faktor yang satu dengan faktor yang lainnya saling berhubungan dengan erat.
Faktor-faktor tersebut adalah : peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan,
alat pendidikan dan faktor lingkungan (mileu). (Zuhairini dkk, 1983:22).
Peserta didik atausiswa adalah merupakan faktor yang penting, karena tanpa adanya faktor ini,
maka pendidikan tidak akan berlangsung. Yang mendidik adalah pendidik atau
guru. Faktor guru juga penting karena pendidik itulah yang akan bertanggung
jawab dalam pembentukan pribadi peserta didik. Pendidik harus memiliki
kepribadian baik, taat beribadah, memiliki jiwa pendidik, ikhlas dalam
mendidik, mempunyai dasar-dasar ilmu pengetahuan mendidik, menguasai ilmu pengetahuan
agama dan jehat jasmani dan rohani.
Selain itu
bertemunya siswa dengan guru di sekolah harus mempunyai tujuan tertentu, karena
tujuan tersebut merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh pendidikan. Dalam
mencapai tujuan itu pasti memerlukan alat-alat. Alat-alat pendidikan iu
meliputi sarana dan prasarana yang diperlukan untuk kelancaran program
belajar-mengajar maupun kelancaran administrasi pendidikan.
Khusus berkaitan
dengan peserta didik (siswa), peneliti mengadakan observasi pendahuluan yang dilaksanakan
pada tanggal. 1 Mei sampai dengan 1 20
Juli 2008 dan diperoleh informasi bahwa cara belajar siswa beragam, ada yang
sudah efektif, cukup efektif dan kurang efektif, ini tergantung kepada kondisi
siswa. Prestasi belajar terutama mata pelajaran PAI tidak merata, ada yang
prestasinya tinggi, sedang dan rendah. (Wawancara dengan guru bidang studi PAI
kelas VIII, Ibu Giyanti, Amd. Senin, 1 Juli 2008).
Masalah tersebut
mendorong pihak sekolah untuk melakukan semacam pengawasan yang cukup ketat.
Cara belajar siswa
yang berbeda itu dapat diketahui efektif dan tidak efektifnya salah satunya
dengan mengadakan penelitian, yaitu dengan menggunakan indikator-indikator
tertentu yang sudah dikemukakan oleh para pemikir pendidikan.
Siswa yang elah
teridentifikasi memiliki cara belajar yang sudah efektif, siswa tersebut perlu
mempertahankannya, dan bagi siswa yang memiliki cara belajar yang tidak
efektif, maka siswa tersebut mengikuti bimbingan yang diadakan di sekolah
maupun di rumah.
Siswa yang sudah
terlanjur memiliki kebiasaan yang buruk ada dua cara untuk mengatasinya, yaitu
dengan menunjukkan akibat pengaruh kebiasaan yang salah itu terhadap prestasi
belajar dan kehidupan seseorang, juga dengan memberikan kesempatan untuk
berlatih dengan pola-pola kebiasaan baru pada masa transisi dan meninggalkan
kebiasaan yang salah itu (Abin Syamsuddin Makmun, 2001 : 352).
Penjelasan diatas,
dapat dipahami bahwa suatu cara yang diulang-ulang akan menjadikan suatu kebiasaan, dan dari
kebiasaan akan membawa pengaruh bagi sipelakunya, maka sangat rugi bagi siapa
saja termasuk siswa, jika memiliki kebiasaan yang buruk akibat dari suatu cara
yang salah tanpa disadarinya.
Prestasi belajarsiswa sebagai salah satu cermin keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah
penting untuk diselidiki melalui sudut pandang siswa sebagai objek sekaligus
subjek dalam pendidikan. Siswa ketika akan belajar, namun tidak memiliki
keterampilan dalam menangkap ilmu yang disampaikan oleh guru atau dalam rangka
belajar mandiri atau kelompok, maka hasilnya akan kurang efektif. Langkah
pertama adalah mengadakan penelitian tentang cara belajar siswa, kemudian
adakah hubungannya dengan prestasi belajar mata pelajaran PAI.
Berkaitan dengan
masalah tersebut di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian yang
berkenaan dengan hubungan cara belajar yang dilakukan siswa dengan prestasi
belajarnya, yaitu prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. Sehingga secara
ringkas penulis mengambil judul :
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian
dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis membatasi masalah
dalam penelitian ini adalah :
1.
Prestasi
belajar mata pelajaran PAI, tahun ajaran 2007-2008, tidak merata ada yang
tinggi, cukup dan rendah.
2.
Cara
belajar siswa beragam ada yang sudah efektif, kurang efektif dan tidak efektif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah dan penegasan istilah, maka peneliti dapat merumuskan masalah
yaitu : ” Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar siswa
dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa SMPN 1 Kalibening
Banjarnegara?”.
E. Penegasan Masalah
Adapun judul
skripsi ini adalah ” HUBUNGAN CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM”
( Analisis komparatif terhadap upaya peningkatan prestasi
belajar PAI di SMPN I Kalibening ).
Untuk menghindari
kesalahpahaman dan kekeliruan yang mungkin terjadi dalam interpreasi judul,
maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada pada judul di atas,
yaitu :
1. Cara Belajar
Siswa
Dalam kamus Belajar
Bahasa Indonesia, cara adalah jalan (aturan, sistem) melakukan (berbuat)
sesuatu, gaya, ragam, adat kebiasaan, usaha atau ikhtiar[1]
Sedangkan belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[2]
Dengan demikian
cara belajar siswa yang dimaksud oleh penulis, adalah perilaku individu siswa
yang lebih khusus berkaitan dengan usaha yang sedang atau sudah biasa dilakukan
oleh siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, penghayatan dan keterampilan baik
ketika di rumah, di sekolah secara mandiri maupun kelompok. Cara belajar siswa
tersebut meliputi cara belajar mandiri di rumah, yaitu memenuhi fasilitas
belajar, mengatur waktu belajar, membaca bahan pelajaran, membuat ringkasan,
menghafal bahan pelajaran, mengulangi bahan pelajaran, mengerjakan tugas,
mempersiapkan ujian dan menempuh ujian. Cara belajar di sekolah yaitu mengenai
masuk kelas tepat waktu, memperhatikan penjelasan guru, bertanya dan menjawab
pertanyaan guru serta memanfaatkan perpustakaan. Sedangkan cara belajar bersama
(kelompok), yaitu mengenai persiapan belajar kelopok, proses belajar kelompok
dan pengambilan kesimpulan.
2. Prestasi Belajar
Agama Islam (PAI)
Prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh
guru[3].
Sedangkan yang dimaksud penulis dengan prestasi belajar
PAI disini adalah hasil belajar siswa berupa nilai angka yang sudah tercantum
di dalam daftar nilai siswa khusus pada mata pelajaran PAI, siswa kelas VIII,
semester genap, tahun ajaran 2007-2008.
3. SMPN 1
Kalibening Banjarnegara.
SMPN 1 Kalibening
Banjarnegara, merupakan tempat dimana Penulis melakukan penelitian,yang
berlokasi di Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara.
Melalui
batasan-batasan tersebut, maka yang dimaksud judul penelitian ini adalah suatu
penelitian yang menyelidiki ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara
usaha, jalan atau ikhtiar yang ditempuh oleh siswa dalam belajar atau dalam
memperoleh ilmu pengetahuan dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam,
lebih khusus nilai siswa semester genap kelas VIII, SMPN 1 Kalibening
Banjarnegara.
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang penulis lakukan dalam skripsi ini
adalah ” untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara cara
belajar siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP N 1
Kalibening Banjarnegara”.
G. Kegunaan Penelitian
a.
Untuk memberikan informasi ilmiah, khususnya bagi guru
bidang studi PAI dan guru BP.
b.
Berkenaan
dengan instrumen, yaitu berupa angket dapat digunakan untuk menganalisis
tentang masalah yang ada pada siswa terutama tentang cara belajarnya, kemudian
dapat diarahkan melalui masa orientasi pada hari-hari pertama masuk sekolah.
Menurut hemat penulis siswa pada mulai masuk sekolah pada usia SMP perlu
dikenalkan tentang bagaimana cara belajar (How to learn) yang efektif untuk
peningkatan mutu belajar dan kualitas hidupnya.
c.
Menambah
pengetahuan bagi penulis tantang hal baru yang ditemukan dalam penelitian untuk
dipahami secara objektif.
BAB II
KERANGKA
TEORITIS
A. Landasan Teori
1.
Pengertian
Cara Belajar
Dalam kamus bahasa
Indonesia, cara adalah jalan ( aturan, sistem ) melakukan ( berbuat ) sesuatu,
gaya, ragam, adat kebiasaan, usaha atau ikhtiar. [4]
sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[5]
Dengan demikian
cara belajar siswa yang di maksud oleh penulis, adalah perilaku individu siswa
yang lebih khusus berkaitan dengan usaha yang sedang atau sudah biasa dilakukan
oleh siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Pada umumnya setiap
orang dalam melakukan suatu usaha terpengaruh oleh efisiensi. Efisiensi adalah
sebuah pengertaian atau konsepsi yanag mengggambarkan perbandingan terbaik
antara suatu usaha dengan hasilnya, yaitu kalau hasil yang diinginkan dapat
tercapai dengan usaha terkecil, atau dengan usaha tertentu memberikan kwalitas
dan kwantitas hasil terbesar
Pengertian tersebut
dapat diterapkan dalam berbagai bidang
kegiatan termasuk usaha belajar. Apabila diterapkan dalam belajar, maka
terdapatlah efisiensi belajar, yaitu perbandingan terbaik antara suatu usaha
belajar dengan hasilnya yang dicapai. ( The Liang Gie, 1985:14 ).
Adapun menurut
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam ( 1980 : 220 ) mengartikan
cara belajar yang efisien, yaitu cara belajar yang tepat, praktis, ekonomis,
terarah, sesuai dengan situasi dan tuntutan yang ada guna mencapai tujuan
belajar.
Masing masing siswa
mempunyai potensi, kemampuan, situasi, kondisi dan latar belakang individu yang
berbeda beda. Dengan kata lain, siswa itu merupakan individualitas yang unik.
Sehingga cara belajarpun menjadi berbeda beda pula sesuai dengan apa adanya
siswa. Tugas siswa selanjutnya adalah mengembangkan dirinya, sehingga menemukan
cara belajar yang cocok bagi dirinya. Bimbingan guru dalam hal ini amat di
perlukan. Dengan pemberian bimbingan dari guru, siswa akan mengenal dirinya
serta segala yang memungkinkan dirinya dapat berkembang secara utuh dan
menemukan gaya belajarnya sendiri. Penemuan
itu harus secepatnya ia peroleh karena tuntutan belajar itu makin lama makin
meningkat dan makin kompleks.
Supaya cara belajar
yang efisien tersebut dapat di terapkan
pada masing masing siswa, maka siswa perlu untuk terus dimotivasi baik secara
mental maupun psikomotorik oleh guru atau orang tua. Karena Syaiful Bahri Djamarah
(2002 : 9 ) menjelaskan, bahwa rahasia sukses belajar terletak pada pemikiran
sikap mental cendekia dan satu kata kunci, yaitu penguasaan cara belajar yang
baik sebagai penuntun ke arah penguasaan ilmu yang optimal.
Setelah siswa dapat
memilih dan memposisikan dirinya dalam kondisi yang kondusif, maka siswa perlu
menggunakan cara belajar yang efektif.
Berdasarkan kondisi
belajarnya, cara belajar meliputi cara belajar di rumah, di sekolah dan cara
belajar bersama (kelompok)
a. Cara belajar mandiri di rumah
1. Pemenuhan fasilitas dan perabot belajar
Fasilitas dan perabot belajar merupakan alat perlengkapan belajar yang
penting untuk dipenuhi oleh seorang pelajar, karena jika tidak terpenuhi dapat
menimbulkan efek negatif bagi kelancaran proses belajar. Proses belajar dapat berhenti dan setidaknya
mengganggu motivasi dan konsentrasi dalam belajar.
Fasilitas belajar ini menurut The Liang Gie (1985 :43), terdiri dari
peralatan tulis dan perabot untuk kamar yaitu meja, kursi dan lemari buku.
2. Mengatur waktu belajar
Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil, perlulah siswa
mempunyai jadwal yang baik dan dapat melaksanakannya dengan teratur dan
disiplin. Adapun cara untuk membuat jadwal yang baik, adalah :
3. Membaca buku
Kegiatan membaca adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan selama
belajar. Dan persoalannya yang utama ketika ia sudah dapat membaca ialah
bagaimana cara membaca yang baik dan efisien.
Hary dexter Kitson dalam bukunya How to use Your
Mind, Yang dikutip the Liang Gie (1985; 94), mengemukakan ketentuan-ketentuan
tentang reading hygiene :
a.
Sewaktu membaca hendaknya pembaca sekali-kali
memejamkan matanya atau melihat ke tempat yang jauh.
b. Cahaya penerang hendaknya datang dari arah
belakang
c. Pada pagina buku tidak terdapat bayangan
d. Buku dipegang oleh tangan dan tidak
terletak mendatar diatas permukaan meja.
Terhadap
ketentuan-ketentuan diatas ditambahkan hal-hal berikut ini
e. Ada cahaya penerangan yang cukup, tidak
terlalu gelap dan tidak terlalu terang sehingga menyilaukan serta bergetar.
f. Jarak antara mata dan yang dibaca
kira-kira 25-30 cm
g. Tidak sambil tiduran
h. Beristirahat sebentar, kira-kira
seperempat jam setelah membaca selama satu sampai satu setengah jam.
Langkah pertama
(survei), siswa memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks.
Tujuannya agar siswa mengetahui panjangnya teks, judul bagian, judul sub
bagian, istilah dan kata kunci, dan sebagainya. Dalam melakukan survei ini
siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas dan alat pembuat ciri, seperti
stabilo untuk menandai bagian-bagian tertentu yang penting.
Langkah kedua (question),
siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat dan relevan dengan
bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama.
Langkah yang ketiga
(Read), siswa membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Membaca secara aktif berarti membaca
yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan relevan dengan
pertanyaan tadi.
Langkah selanjutnya
recite, siswa menyebutkan lagi jawaban atas pertanyaan yang telah
tersusun.
Dan langkah terakhir
review, siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara
singkat. (Muhibbin Syah, 2004: 141). Jika materi telah tersusun dalam sebuah
modul, maka hal ini lebih memudahkan bagi siswa, karena materi telah tersusun
dalam sebuah ringkasan, namun untuk menguatkan pemahaman dan memotivasi
keingintahuan tentang materi itu, maka boleh menggunakan metode tersebut.
4. Membuat
Ringkasan
Kegiatan ini tidak
kalah pentingnya dari semua kegiatan belajar siswa. Siswa membuat ringkasan
adalah bertujuan untuk memudahkannya dalam menghafal dan mengulangi pelajaran.
Adapun langkah-langkah membuat ringkasan yang baik,
adalah :
a.
Membaca
pelajaran yang akan diringkas dengan penuh perhatian, pengertian dan
konsentrasi sambil memberi tanda-tanda pada hal-hal yang dianggap pokok dan
penting. Dalam hal ini siswa dapat menggarisbawahi kalimat-kalimat penting atau
menggunakan stabilo atau menuliskan kata-kata kunci di pinggir paragraf.
b.
Membuat
kerangka ringkasan dengan membaca sekali lagi dan menuliskan di atas kertas
hal-hal yang sudah ditandai.
c.
Membaca
kalimat-kalimat yang sudah ditulis di kertas tadi sambil menyelipkan kata-kata
atau tanda-tanda penghubung yang perlu, sehingga ada pertalian yang erat antara
kalimat-kalimat itu.
d.
Kalu
masih tebal halaman luas dan banyak, maka tulisan tadi dapat dipersempit dengan
mengambil pokok-pokoknya saja dan menghilangkan hal-hal yang dianggap kecil
atau kurang penting. (Judi Al Falansani dan Fauzan Naif,2002: 38).
5. Menghafal Bahan
Pelajaran
Dalam belajar,
menghafal merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penguasaan bahan
pelajaran.
Ada beberapa syarat untuk dapat menghafal dengan baik,
yaitu:
a.
Menyadari
sepenuhnya tujuan belajar
b.
Mengetahui
betul-betul tentang makna bahan yang dihafal
c.
Mencurahkan
perhatian sepenuhnya sewaktu menghafal
d.
Menghafal
secara teratur sesuai kondisi badan yang sebaik-baiknya serta daya serap otak
terhadap bahan yang harus dihafal. (Slamento, 1995: 86).
Sedangkan berkaitan
dengan metode menghafal[6]
supaya sesuai dengan karakter siswa dibagi menjadi tiga macam :
a.
Menghafal
melalui pandangan. Bahan pelajaran dibaca di dalam batin penuh perhatian sambil
otak bekerja untuk mengingat-ingat. Dapat pula dengan cara membuat catatan
besar yang menarik, kemudian disampingkan atau ditempelkan pada tempat-tempat
yang sering dilihat.
b.
Menghafal
dengan pendengaran melalui penyimakan sendiri. Siswa dapat menggunakan cara
lain yang bertujuan sama, seperti menyuruh temannya membacakan ringkasan atau
mendengarkan rekaman kaset yang dibuat sendiri.
c.
Menghafal
malalui gerakan-gerakan tangan, yatu dengan menulis-nulis ringkasan
berulang-ulang sampai hafal atau menggerakkan jari tangan sambil berfikir.
Ada pula metode
yang lain, yaitu metode cantol, metode lokasi, akronim dan kalimat-kalimat
kreatif [7]
Metode cantol
digunakan untuk menghafal daftar apa saja. Caranya, yaitu dengan mencocokkan
angka-angka dengan kata-kata berirama sama atau petunjuk-petunjuk visual
tertentu. Contohnya paku mirip dengan bunyi satu dan paku menyerupai angka
satu.
Metode lokasi
adalah metode yang menggunakan tempat yang paling dikenal dan paling
mengesankan sebagai contoh (1) pendahuluan tentang hal yang akan dipelajari
(dituliskan di pintu depan), (2) Tombol lampu membicarakan dan meyoroti tentang
ciri-ciri khusus suatu fakta, konsep atau suatu prinsip dalam materi yang
sedang dipelajari, dan seterusnya.
Akronim atau
singkatan adalah kata yang dibentuk dari huruf atau huruf-huruf awal atau
masing-masing bagian dari sekelompok kata atau istilah gabungan Misalnya,
Program Pembangunan Lima Tahun di Indonesia disebut PELITA. PSSI adalah
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
Sedangkan
kalimat-kalimat kreatif digunakan untuk menghafal kata-kata yang berurutan,
contoh : untuk menghafal susunan planet maka dapat menggunakan kalimat kreatif
yaitu Memainkan Violin Bisa Memunculkan Jalinan
Suara Unik Namun Pasti (Merkurius, Venus,
Bumi, Mars, Jupiter, Uranus, Neptunus, Pluto).
6. Mengulangi Bahan
Pelajaran
Siswa sepulang
sekolah jangan lupa untuk mengulangi bahan pelajarannya di rumah, karena tidak
semua materi pelajaran yang disampaikan guru terkesan dengan baik.
Cara mengulangi
bahan pelajaran adalah dengan cara membaca kembali catatan yang telah ditulis
ketika guru sedang menerangkan pelajran, atau jika bahan pelajaran berupa tatacara,
cara menghafalnya adalah dengan cara mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari agar pelajaran tetap dalam ingatan.
7. Mengerjakan
Tugas
Selama belajar,
siswa tidak akan pernah terlepas dari keharusan mengerjakan tugas-tugas
belajar, baik itu tugas harian, pekerjaan rumah, tugas semesteran, tugas
kelompok maupun tugas individu. Siswa harus mengerjakan sesuai perintah guru
dengan tepat waktu. Mengabaikan tugas tersebut boleh jadi siswa akan
mendapatkan sangsi dari guru.
8. Persiapan
Menghadapi Ujian
Dalam menghadapi
ujian, siswa harus mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
masalah-masalah perbaikan untuk mengingat kembali bahan-bahan yang telah
dipelajari dengan cara membaca kembali, memperbaiki catatan, membuat ikhtisar
dan menyusun pengetahuan yang lengkap dan akhirnya tinggal menghafal. Pada
saat-saat menjelang ujian siswa sebaiknya menghindari belajarterlalu banyak
karena dapat mengganggu kondisi kesehatan. Siswa juga tidak boleh lupa mempersiapkan semua alat
tulis untuk kelancaran ujian.
9. Menempuh Ujian
Setelah siswa
melaksanakan persiapan menghadapi ujian dengan matang, selanjutnya sampailah
pada waktu ujian. Maka pada saat hari ujian, siswa seharusnya datang lebih awal
dan menunggu dengan tenang. Masuklah dengan tertib dan duduk di tempat yang
telah ditentukan, kemudian baca dan pahami petunjuk soal dengan baik dan
menjawabnya sesuai petunjuk tersebut. Jangan lupa siswa memperhitungkan waktu
yang disediakan, agar lebih menghemat waktu soal-soal yang mudah sebaiknya
dikerjakan lebih dahulu. Tulisan harus jelas, baik dan rapi. Jika sudah selesai
siswa harus mempertimbangkan lagi apakah jawaban yang sudah dikerjakan sesuai
dengan permintaannya. Segera kumpulkan
jawaban, jika waktu ujian telah habis.
Siswa dalam
menempuh ujian haruslah mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Dan rasa
percaya diri itu timbul ketika mereka melakukan persiapan yang matang jauh
sebelum ujian dan penyempurnaan ketika mendekati ujian. Sehingga tidak ada
kecurangan-kecurangan seperti menyontek atau melihat pekerjaan orang.
b.
Cara Belajar di Sekolah
Adapun beberapa hal
yang berkenaan dengan cara belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah.
1.
Masuk
kelas tepat waktu
Masuk
kelas tepat waktu adalah suatu sikap mental yang banyak mendatangkan
keuntungan. Guru memuji karena disiplin, kawan-kawan tidak terganggu ketika
sedang memperhatikan pelajaran guru, konsentrasi pun akan terpelihara dengan
baik. Kondisi tubuh akan tenang, jauh dari keringat dan alam pikiran siswa
telah siap menerima pelajaran dari guru Oleh karena itu kedisiplinan masuk
kelas mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
2.
Memperhatikan
penjelasan guru
Setelah
pelajaran dimulai, siswa harus sudah siap untuk memperhatikan semua pelajaran
guru, yaitu dengan melihat gerak-geriknya, mendengarkan penjelasannya dan
jangan lupa menulis kata-kata penting dari penjelasan itu.
3.
Bertanya
mengenai hal-hal yang belum jelas dan menjawab setiap pertanyaan dari guru.
Bertanya
mengenai hal yang belum jelas adalah salah satu cara untuk dapat mengerti bahan
pelajaran yang belum dimengerti. Siswa jangan malu untuk bertanya kepada guru
mengenai bahan pelajaran atau keterangan guru yang belum jelas, sebab malu akan
menghambat penguasaan bahan yang akan diterima dari guru pada pertemuan yang
akan datang. Bertanyalah dengan spesifik jangan berbelit-belit, jika perlu
pertanyaan ditulis terlebih dahulu dengan singkat dan jelas, lalu dibacakan
atau dihafalkan.
Berkaitan
dengan semua pertanyaan yang diutarakan oleh guru pada saat proses belajar
mengajar, siswa harus berani menjawab semua pertanyaan itu dengan baik dan
jelas sebagai bukti bahwa dirinya memperhatikan pelajaran. Cara menjawabnya
dengan sistematis sesuai apa yang telah diterangkan oleh guru dengan bahasa
yang sederhana dan mudah dimengerti.
4.
Memanfaatkan
waktu istirahat
Di
sekolah terdapat bebarapa saat untuk istirahat agar kondisi siswa segar
kembali. Menghilangkan kelelahan mata dan pengalihan konsentrasi siswa untuk
sementara. Untuk itu siswa harus memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya,
yaitu dengan cara bersantai, mengarahkan pandangan mata ke angkasa biru,
mengerak-gerakkan badan agar dapat memperlancar peredaran darah di dalam tubuh,
sehingga rasa lelah dan rasa kantuk dapat diusir dengan segera. Jika haus atau
lapar maka segera pergi ke kantin untuk minum atau makan secukupnya agar
kesehatan tubuh tetap terjaga. Atau waktu istirahat itu dimanfaatkan untuk
berkunjung ke perpustakaan.
5.
Memanfaatkan
perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah mempunyai tiga manfaat, yaitu :
a.
Sebagai
sumber belajar,
b.
Sebagai
sumber informasi,
c.
Sebagai
sumber rekreasi (Choiruddin Hadhiri Suprapto, 2003 : 68)
Perpustakaan dapat digunakan untuk memperdalam
pemahaman dan pengahayatan pengetahuan yang diperoleh siswa dari guru,
memeperluas cakrawala pengetahuan dan keterampilan siswa dan untuk memberikan
hiburan, memupuk keterampilan, nilai dan sikap hidup melaluli koleksi ringan
dan segar,
Sedangkan
cara memanfaatkan perpustakaan tergantung pula pada kesempatan atau waktu-waktu
tertentu, misalnya ketika jam-jam istirahat kalu masih ada waktu lebih dari
kepentingan yang lain, seperti makan dan minum, jam-jam kosong dan jika ada
tugas dari guru.
c.
Cara Belajar Bersama (kelompok)
Belajar bersama bisa dilakukan di
rumah atau di tempat lain misalnya di perpustakaan, di sekolah atau di tempat
tertentu yang disepakati bersama.
Belajar bersama pada dasarnya
memecahkan persoalan secara bersama, artinya setiap anggota turut memberikan
sumbangan pikiran dalam memecahkan persoalan tersebut, sehingga diperoleh hasil
atau jawaban yang lebih baik. Pikiran
dari banyak orang biasanya lebih sempurna daripada satu orang.
”Ada beberapa petunjuk untuk belajar bersama yang lebih
efektif, yaitu :
a.
Pilih
teman yang cocok untuk bergabung dalam satu kelompok yang terdidri dari 3-5
orang. Anggota yang terlalu banyak biasanya kurang efektif.
b.
Tentukan
dan sepakati kapan, di mana dan apa yang akan di bahas serta apa yang
diperlukan dalam diskusi itu. Lakukan secara rutin minimal satu kali dalam
seminggu.
c.
Setelah
berkumpul secara bergilir, tetapkan siapa pemimpin kelompok yang akan mengatur
diskusi dan siapa penulis yang akan mencatat diskusi.
d.
Rumuskan
pertanyaan atau permasalahan yang akan dipecahkan bersama dan batasi ruang
lingkupnya agar pembahasan tidak menyimpang.
e.
Bahas
dan pecahkan setiap persoalan satu persatu sampai tuntas, dengan cara memberi
kesempatan setiap anggota mengajukan pendapat. Dari setiap pendapat yang muncul
dikaji secara bersama manakah yang paling tepat. Kesimpulan jawaban yang telah
disepakati bersama dicatat oleh penulis.
f.
Bila
ada persoalan yang tidak dapat dipecahkan, tangguhkan persoalan itu untuk
dimintakan pendapatnya kepada guru. Lanjutkan saja pada persoalan berikutnya
supaya tidak membuang waktu.
g.
Kesimpulan
hasil diskusi dicatat oleh penulis, lalu dibagikan kepada anggota kelompok
untuk dipelajaridirumah masing-masing.” (Nana Sudjana, 1989: 168-169).
2. Pengertian
Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
suatu pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang
diberikan oleh guru. (Depdikbud, 1993 : 700).
Prestasi belajar
merupakan ukuran keberhasilan siswa setelah mengikuti suatu mata pelajaran
tertentu yang ditunjukkan dengan nilai tes berupa angka yang diberikan oleh
guru, sebagai contoh nilai mid semester, nilai semester, nilai tugas, nilai
ulangan, nilai raport dan sebagainya.
Prestasi dalam arti
luas merupakan kemampuan siswa setelah mengalami belajar. Hal ini dapat
diperoleh atau diketahui dari akhir kegiatan dan diperoleh atau diketahui dari
akhir kegiatan dan diperoleh bukan karena kebetulan, namun prestasi diperoleh
dengan penuh dengan kesadaran dan mengalami proses tertentu.
Pada prinsipnya,
pengungkapan hasil belajar meliputi tiga ranah, yaitu ranah cipta, rasa maupun
karsa (kognitif, afektif, psikomotorik).
Walaupun pengungkapan tingkah laku seluruh ranah tersebut, khususnya ranah rasa
siswa, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang
bersifat intangible (tak dapat
diraba), namun yang dapat dilakukan oleh guru adalah hanya mengambil cuplikan
perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan dapat mencerminkan perubahan
yang terjadi sebagai hasil belajar siswa.
Secara global, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa, adalah :
a.
Faktor
intern siswa
1)
Fisiologis,
seperti kesehatan mata dan telinga.
2)
Fsikologis,
seperti intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa
b.
Faktor
ekstern siswa
1). Lingkungan
sosial, seperti: guru, teman-tema sekelas, tetangga, orang tua dan keadaan
masyarakat.
2). Lingkungan non
sosial, seperti: rumah, gedung sekolah, sarana dan prasarana, dan sebagainya.
c.
Faktor
pendekatan belajar (approach to learn),
yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pembelajaran.
Pendekatan belajar ada tiga yaitu :
1)
Pendekatan
surface. Manusia belajar karena
dorongan dari luar antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu.
Oleh karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal dan tidak mementingkan
pemahaman yang mudah.
2)
Pendekatan
deep. Siswa ini dimotivasi dari dalam
dirinya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha
memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. bagi
siswa ini yang lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan
bermanfaat bagi kehidupannya dibanding lulus dengan nilai baik.
3)
Pendekatan
achieving. Pada umumnya dilandasi
oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-enhanchment, yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan
prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi stinggi-tingginya.
Gaya belajarnya lebih serius, memiliki keterampilan belajar (study skill) dalam arti sangat cerdik
dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja dan perangkat silabus. Baginya,
berkompetisi dengan temannya dalam meraih nilai tertinggi adalah penting,
sehingga ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencanauntuk terus
maju ke depan (plans ahead).
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa
pengertian Pendidikan Agama Islam menurut ahli pendidikan, yaitu :
a.
Chabib
Thoha (1999: 4), Pendidikan Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada
slaah satu pelajaran siswa muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada
tingkat tertentu.
b.
Ahmad
D. Marimba (1986: 47), Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam.
c.
Zuhairini
dkk. (1983 : 27), Pendidikan agama berarti usaha-usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai denagn
ajaran Islam.
Jadi, Pendidikan
Agama Islam, adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis yang sudah
terbentuk mata pelajaran berisi bimbingan jasmani rohani yang berdasarkan hukum-hukum Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim sejati.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Skripsi yang di
tulis oleh Sri Rahayu ( 2005. UMP ) dengan judul ”Studi Korelasi Cara Belajar
Dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
N 1 Sokaraja”. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara cara belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam,
tetapi derajat hubungannya tidak bermakna atau sangat rendah.
Dari penelitian
diatas, sebenarnya belum dapat ditentukan secara pasti apakah ada hubungan yang
positif antara cara belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.
Maka penulis ingin melakukan penelitian yang sama yaitu adakah hubungan antara
cara belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMP N I
Kalibening.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah
taksiran terhadap parameter populasi, melalui data-data sampel. Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nihil. Hipotesis kerja adalah
hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau adanya
perbedaan adanya kedua kelompok. Sedangkan hipotesis nihil adalah yang
menyatakan tidak adanya hubungan dua variabel atau tidak adanya pengaruh
variabel X terhadap variabel Y.4 Adapun hipotesis kerja yang penulis
ajukan adalah ”ada hubungan positif dan signifikan antara cara belajar siswa
dengan prestasi belajar PAI siswa SMPN 1 Kalibening Banjarnegara”.
Agar penulisan ini
objektif, maka penulis mengajukan hipotesis nihil sebagai landasan penelitian
yang berbunyi ”tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara cara
belajar siswa dengan prestasi belajar PAI siswa SMPN 1 Kalibening
Banjarnegara”.
Apabila hipotesis
nihil tidak terbukti, maka hipotesis kerja diterima yang berarti ada hubungan
yang positif dan signifikan antara cara belajar siswa dengan prestasi belajar
PAI siswa SMPN 1 Kalibening Banjarnegara. Jika hipotesis kerja tidak terbukti,
maka hipotesis nihil diterima yang berarti tidak ada hubungan yang positif dan
signifikan antara cara belajar dengan prestasi belajar PAI siswa SMPN 1
Kalibening Banjarnegara.
Mengingat bahwa
hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah, maka
akan dilakukan pengkajian pada bab IV (bagian analisis data) untuk membuktikan
apakah hipotesis kerja dapat diterima.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah
alat atau fasilitas yang dipergunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis ehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan beberapa instrumen dalam mengumpulkan data yang penulis
sesuaikan dengan fariabel peneliutian antara lain :
1.
Cara
belajar
Untuk mengetahui cara belajar
siswa penulis menggunakan sumber data berupa respon siswa. Dimana dalam
menangkap respon siswa, penulis menggunakan instrumen berupa angket.
2.
Prestasi
belajar Pendidikan Agama Islam
Untuk
mengetahui hasil prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, penulis menggunakan
sumber dokumentasi dimana instrumen yang digunakan adalah nilai rapot.
3. Hubungan
Untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara cara belajar dengan prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam, penulis menggunakan sumber data berupa dokumentasi dan
respon siswa. Sedangkan instrumen yang digunakan adalah perhitungan statistik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian
ini mengambil lokasi di SMPN 1 Kalibening, selama 3 bulan yaitu mulai bulan Juni sampai Agustus 2008.
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu dimana dituntut
banyak menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran data, serta
penampilan dari hasinya. 1
B. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat korelasi. Dalam penelitian
ini penulis ingin memaparkan korelasi atau hubungan antara cara belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Agama
Islam siswa SMP N 1 Kalibening.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang ada di SMPN 1
Kalibening. Alasannya karena siswa kelas VIII berada dipertengahan jenjang
sekolah ini (SMP), sehingga dapat untuk ajang evaluasi pada kelas VIII dan
sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan di masa depan. Jangka pendek
siswa lulus dengan nilai memuaskan setelah kelas IX kelak.
1.
Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:
115), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Kalibening tahun ajaran 2007-2008 yang
berjumlah 365 siswa yang memiliki proporsi dengan kelas VIII dan IX yaitu
kurang lebih 30%. Sebagaimana
terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 1
Siswa kelas VIII
SMPN 1 Kalibening
Tahun
ajaran 2007-2008
Kelas VIII
|
Pria
|
Wanita
|
Jumlah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
A
|
19
|
24
|
42
|
B
|
18
|
22
|
40
|
C
|
19
|
22
|
40
|
D
|
18
|
22
|
40
|
E
|
19
|
23
|
41
|
F
|
22
|
22
|
40
|
G
|
22
|
20
|
42
|
H
|
22
|
20
|
40
|
I
|
18
|
20
|
40
|
Jumlah
|
170
|
195
|
365
|
(Sumber dokumentasi SMPN 1 Kalibening 1
Juli 2008)
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto, 1998 : ).
Mengenai berapa banyak sampel yang
akan diambil dari populasi yang ada dalam hal ini penulis mengacu pada
perhitungan sampel minimal oleh Robert Kretjie dan Daryle Morgan yang ditulis
oleh Rohmad Qomari (1999 : 26) dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan :
S =
Jumlah sampel yang diperoleh
X2 = nilai kali kuadrat yang diperoleh dari tabel x
dengan derajat
kebebasan (d.b / d.f) = 1 dan taraf kepercayaan 90% nilai
X
sebesar 2,706.
P =
proporsi populasi jika tidak diketahui proporsinya, penulis
menerapkan P (1-P)
d 2
= derajat akurasi yang dinyatakan
sebagai proporsi, dalam penelitian
sosial besarnya diambil 5 % atau d :
0,50 (α : 0,05 menunjukkan
tingkat kekeliruan 5 % atau tingkat
kepercayaan 90% (Rohmad
Qomari : 1999: 26)
Dengan formula tersebut, dapat dicari sampel sebagai
berikut :
N : 365 X
: 0,05 dengan d.b = 1 - 2,706
P : 30% = 0,30 d : 0,05 = 0,025
Jadi, sampel yang diambil adalah :
Jika
dibulatkan menjadi 171
Tabel 2
Perincian
Pengambilan Sample perkelas
Tahun ajaran
2007-2008
Kelas VIII
|
Jumlah
|
171 / 365 x jml
Siswa
|
Pembulatan
|
A
|
42
|
19,67671
|
20
|
B
|
40
|
18,73972
|
19
|
C
|
40
|
18,73972
|
19
|
D
|
40
|
18,73972
|
19
|
E
|
41
|
19,20821
|
19
|
F
|
40
|
18,73972
|
19
|
G
|
42
|
19,67671
|
20
|
H
|
40
|
18,73972
|
19
|
I
|
40
|
18,73972
|
19
|
Jumlah
|
365
|
17,099995
|
173*
|
(Sumber dokumentasi SMPN 1
Kalibening 1 Juli 2008)
Adapun langkah-langkah yang penulis
tempuh dalam pengambilan sampel ini adalah :
1.
Membuat
gulungan kertas sebanyak jumlah siswa dalam masing-masing kelas yang jumlah
semuanya kelas
2.
Membuat
angka dari 1 sampai dengan jumlah siswa pada gulungan kertas tadi, setelah
selesai dimasukkan ke dalam gelas.
3.
Mengundi
sebanyak jumlah sampel perkelas, kemudian menulis nomor yang keluar tersebut
dicocokkan dengan nama siswa, mulai dari kelas VIII
D. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian, penulis menggunakan
beberapa metode, yaitu :
1. Observasi
Yaitu metode ilmiah
yang biasanya diartikan sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperlihatkan
sesuatu dengan menggunakan mata (Suharsimi Arikunto, 1998: 146).
Metode ini
digunakan untuk mendapatkan data mengenai letak geografis, sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh sekolah dan mengetahui kegiatan siswa di kelas untuk
memperkuat instrumen data primer, yaitu angket.
2. Interview
Interview sering
disebut pula dengan wawancara dalam sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari wawancara. (Suharsimi Arikunto,
1998 : 145)
Metode ini
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah berdirinya SMPN 1
Kalibening, keadaan umum sekolah, gambaran umum hasil belajar siswa pada bidang
studi PAI. Dengan metode ini penulis mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak
tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yaitu guru PAI
kelas VIII, guru BP dan koordinator TU.
3.
Dokumentasi
Metode dokumentasi
digunakan untuk mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan buku,
agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 1998: 236).
4.
Angket
Angket atau
kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal
yang ia ketahui ( Suharsimi Arikunto, 1998: 140).
Metode angket ini
digunakan penulis untuk memperoleh data tertentu tentang cara belajar siswa.
Jenis angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang
menghendaki jawaban pendek atau jawaban yang diberikan dengan membutuhkan tanda
tertentu.
Sifat dari angket
ini adalah langsung artinya angket langsung diberikan kepada responden (siswa)
untuk memperoleh data yang diperlukan.
Bentuk angket yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pilihan. Dengan demikian responden
diminta untuk memilih salah satujawaban yang sudah disediakan. Penulis menyusun
angket yang terdiri dari 30 item yang masing-masing itemnya terdiri dari 4
pilihan yang semuanya memiliki tingkatan skor atu nilai. Pilihan kesatu (a)
memiliki skor 3, pilihan kedua (b) memiliki skor 2, pilihan ketiga (c) memiliki
skor 1 dan pilihankeempat (d) memiliki skor 0.
Supaya angket yang
digunakan untuk mengumpulkan data memberikan hasil yang objektif, maka peneliti
melakukan uji validitas dan reliabilitas angket.
1.
Pengujian
Validitas Angket
Ada beberapa
langkah yang dilakukan peneliti dalam pengujian validitas angket ini :
a.
Peneliti
mengkonstruk teori tentang cara belajar siswa dan menyusun kisi-kisi untuk
kemudian dibuat sebuah angket.
2.
Konstruk
teori, kisi-kisi angket sebagai indikator, dan angket yang sudah dibuat itu
kemudian dikonsultasikan oleh penulis kepada para ahli untuk mendapatkan
koreksi secukupnya.
3.
Pengujian
Reliabilitas Angket
Pada pengujian
reliabilitas angket, peneliti menggunakan tehnik test-testan, cara mencoba
instrumen beberapa kali pada responden yang sama dan pada waktu yang berbeda.
Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan
berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen
tersebut sudah ditanyakan reliabel. (Sugiono, 2004 : 274).
Setelah peneliti
membagikan angket yaitu pada tanggal 1 Mei 2008 maka dihasilkan data seperti
tabel berikut ini :
Tabel 3.
Tabel Penolong
Untuk Menghitung
Reliabilitas
Angket dengan Menggunakan Uji Tes-Ratest
No
|
X
|
X2
|
X12
|
X22
|
X1X2
|
1
|
47
|
44
|
2209
|
1936
|
2068
|
2
|
43
|
43
|
1849
|
1849
|
1849
|
3
|
44
|
44
|
1936
|
1936
|
1936
|
4
|
36
|
37
|
1296
|
1369
|
1332
|
5
|
44
|
44
|
1936
|
1936
|
1936
|
6
|
33
|
34
|
1089
|
1156
|
1122
|
7
|
44
|
43
|
1936
|
1849
|
1892
|
8
|
44
|
44
|
1936
|
1936
|
1936
|
9
|
32
|
33
|
1024
|
1089
|
1056
|
10
|
39
|
39
|
1521
|
1521
|
1521
|
11
|
43
|
41
|
1849
|
1681
|
1763
|
12
|
49
|
48
|
2401
|
2304
|
2352
|
13
|
43
|
44
|
1849
|
1936
|
1892
|
14
|
27
|
30
|
729
|
900
|
810
|
15
|
34
|
35
|
1156
|
1225
|
1190
|
16
|
43
|
44
|
1849
|
1936
|
1892
|
17
|
34
|
34
|
1156
|
1156
|
1156
|
18
|
46
|
47
|
2116
|
2209
|
2162
|
19
|
43
|
45
|
1849
|
2025
|
1935
|
20
|
41
|
41
|
1681
|
1681
|
1681
|
21
|
43
|
41
|
1849
|
1681
|
1763
|
22
|
33
|
35
|
1089
|
1225
|
1155
|
23
|
42
|
42
|
1764
|
1764
|
1764
|
24
|
40
|
41
|
1600
|
1681
|
1640
|
25
|
31
|
31
|
961
|
961
|
961
|
Jumlah
|
996
|
1004
|
40630
|
40942
|
40764
|
Keterangan :
X1 : Hasil angket 1 Juli 2008
X2 : Hasil angket 25 Juli 2008
Sehingga hasilnya dapat
dihitung dengan rumus korelasi berikut ini :
Setelah diperoleh harga r hitung,
selanjutnya harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r tabel. Dengan n = 25
taraf kesalahan 5% diperoleh 0,396dan taraf kesalahan 1% =0,505. karena r
hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% maupun 5% (0,775 >
0,505 > 0,396). Maka dapat disimpulkan, bahwa angket cara belajar siswa
tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.
E.Tehnik Analisis Data
Adapun penyajian data meliputi :
a.
Data
tentang cara belajar siswa
Data ini diperoleh
dari angket cara belajar yang disebarkan kepada siswa, kemudian setelah
dikumpulkan peneliti mengadakan langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Menyajikan
dalam bentuk tabel
2)
Menentukan
kategori berdasarkan jumlah skor untuk mengetahui tingkat cara belajar siswa.
b. Data tentang prestasi
belajar.
Data prestasi
belajar PAI diambil dari daftar nilai siswa kelas VIII semester genap tahun
ajaran 2007 – 2008. khususnya nilai mata pelajaran PAI yang terdapat dalam
daftar nilai yang diisi oleh guru mata pelajaran PAI yaitu Ibu Giyanti, Amd. Peneliti sudah mendapatkan data tersebut kemudian
menjajikan dalam bentuk Tabel.
Adapun tehnik untuk
menganalisis data meliputi :
i.
Data
tentang cara belajasr sisiwa dianalisis
skor nilai dan skor angket . kategori cara belajar di prosentasekan dengan rumus :
Keterangan
P : Angka prosentase
F : Frekuensi yang sedang dicari prosentase
N : Jumlah frekuensi (Anas Sudijono,1987 : 40).
Sedangkan untuk mencari rata-rata cara belajar siswa,
peneliti menggunakan rumus :
Keterangan :
Me = Mean untuk data bergolong
=
Jumlah data / sampel
= Produk perkalian antara pada tiap interval data
dengan tanda kelas (Xi). (Sugiono,
2004: 47)
ii.
Cara
menganalisis prestasi belahar siswa, adalah dengan cara mencocokkannya dengan
petunjuk penilaian raport, sebagai berikut
Tabel 4.
Kategori Nilai
Prestasi Belajar
Kategori
|
Nilai
|
Istimewa
Baik sekali
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Kurang
|
10
9
8
7
6
5
|
(Sumber dari buku petunjuk
penelitian raport tahun ajaran 2001-2002)
c. Cara
menganalisis hubungan antara cara belajar dengan prestasi belajar adalah
menggunakan persamaan regresi dan analis korelasi . persamaan regresi di
gunakan untuk menghitung setiap anggka perubahan pada masing masing
variabel rumusnya adalah :
Ý = a + bX . dimana harga a dan b dapat dicari dengan
rumus :
Dimana ;
Ý = Subyek
dari variabel dependen yang di prediksikan.
a = harga
Y bila X = 0
b = angka
arah / koefisien Regresi.
X = Subyek
pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu, ( Sugiyono, 2004 : 244
– 245 ).
Kemudian untuk menghitung hubungan atau (korelasi) dari
kedua variabel adalah dengan rumus :
Setelah nilai r diperoleh, untuk menolak atau
menerima hipotesis, peneliti selanjutnya mengkonsultasikan harga r tersebut
dengan harga r tabel. Dengan ketentuan, jika r hitung lebih besar dari r tabel
dalam taraf kesalahan 5% dan 1% maka dapat disimpulkan, bahwa terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara cara belajar siswa dengan prestasi belajar
PAI, begitu juga sebaliknya.
Sedangkan untuk
mengetahui tingkat hubungan, maka bisa diketahui oleh tabel berikut ini :
Tabel
5
Pedoman Untuk
Memberikan Interpretasi Terhadap
Koefisien Relasi
Interval
koefisien
|
Tingkat hubungan
|
0.000 – 0,199
0.200 – 0,399
0.400 – 0,599
0.600 – 0,799
0.800 – 1,000
|
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
|
(Sugiono, 2004 : 216)
Setelah nilai r diperoleh, untuk menolak atau
menerima hipotesis, peneliti selanjutnya mengkonsultasikan harga r tersebut
dengan harga r tabel. Dengan ketentuan, jika r hitung lebih besar dari r tabel
dalam taraf kesalahan 5% dan 1%, maka dapat disimpulkan, bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara belajar siswa denagn prestasi
belajar PAI begitu pula sebaliknya.
F. Sistematika Skripsi
Untuk mempermudah
pembaca dalam memahami skripsi, yang
penulis susun maka dalam pembahasannya penulis membagi menjadi beberapa
bab, yaitu:
1. Bagian awal
skripsi terdiri dari: Halaman sampul, halaman judul, halaman pengesahan,
halaman pernyataan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel dan daftar gambar.
2. Bagian utama
sripsi terdiri dari beberapa bab yaitu:
Bab pertama adalah
Pendahuluan, yang berisi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, hipotesis, telaah pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab I yaitu Pendahuluan
terdiri dari: Latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,
penegasan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.
Bab II yaitu Kerangka teoritis terdiri dar
landasan teori, hasil penelitian terdahulu, hipotesis penelitian dan instrumen
penelitian
Bab III yaitu
Metodologi penelitian terdiri dari: pendekatan penelitian, desain penelitian,
subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
Bab IV yaitu Hasil
penelitian terdiri dari: gambaran umum SMP N 1 Kalibening meliputi: sejarah
berdiri SMP N 1 Kalibening, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru,
siswa dan pegawai, kedaan fasilitas, usaha meningkatkan cara belajar siswa di
SMP N 1 Kalibening. Serta Analisis tentang hubungan cara belajar dengan
prestasi belajar pendidikan agama islam siswa SMP N 1 Kalibening, meliputi: cara
belajar siswa SMP N 1 Kalibening, prestasi belajar pendidikan agama islam SMP N
1 Kalibening, hubungan cara belajar dengan prestasi belajar pendidikan agama
islam siswa SMP N 1 Kalibening.
Bab V yaitu Penutup
terdiri dari: kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
3. Bagian akhir
skripsi terdiri dari: daftar pustaka dan lampiran-lampiran
NB : BAB IV DAN V SILAHKAN REQUEST DIKOLOM KOMENTAR, DAN TINGGALKAN ALAMAT E-MAILNYA......................
bisa kirimi bab iv da v nya
BalasHapusaku bab iv dan v dong kak
BalasHapusthx b4
sulistyani55@yahoo.co.id