BAB I
Pengantar Ilmu Filsafat
A.
Pengertian Filsafat
B.
Objek Filsafat
1.
Objek Material filsafat
Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di oandang atau di sorot oleh suatu
disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang
abstrak.
Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang
ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam
kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
a.
Ada yang
bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya.
b.
Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada
secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia
(antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
2.
Objek Formal filsafat
Yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot.
Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia
ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu
yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan
lain sebagainya.
C.
Metode Filsafat
Sebenarnya jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan defenisi
dari para ahli dan filsuf sendiri karena metode ini adalah suatu alat
pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf itu
sendiri. Penjelasan secara singkat metode-metode filsafat yang khas adlah
sebagai berikut:
1.
Metode Kritis : Socrates dan plato
Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-aturan yang
di kemukakan orang. Merupakan hermeneutika, yangmenjelaskan keyakinan dan
memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog), membedakan,
membersihkan, menyisihkan dan menolak yang akhirnya di temukan hakikat.
2.
Metode Intuitif : Plotinus dan bergson
Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian
simbol-simbol di usahakan membersihkan intelektual (bersama dengan pencucian
moral), sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran. Sedangkan bergson dengan
jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman
langsung mengenai kenyataan.
3.
Metode Skolastik : aristoteles, thomas aquinas,
filsafat abad pertengahan.
Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik tolak dari
defenisi-defenisi atau prindip-prinsip yang jelas dengan sendirinya di tarik
kesimpulan-kesimpulan.
4.
Metode Geometris : rene descartes dan pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi akan
hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari
hakikat-hakikat itu di dedukasikan secara matematis segala pengertian lainnya.
5.
Metode Empiris :Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian
(ide-ide ) dalam intropeksi di bandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan
kemudian di susun bersama secara geometris.
6.
Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo skolastik
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan
analisis di selidiki syarat-syarat apriori
bagi pengertian demikian.
7.
Metode fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme
Yakni dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi
atau fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.
Fenomelogi adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang
menampakkan diri, atau yang membicarakan gejala. Hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau
penyaringan dan menurut Husserl ada tiga macam reduksi yaitu:
a.
reduksi fenomologis, kita harus menyaring
pengalaman-pengalaman kita agar mendapat fenomena semurni-murninya.
b.
Reduksi eidetis.
c.
Reduksi transendental
8.
Metode Dialektis : Hegel dan Mark
Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri menurut triade
tesis, antitetis, sistesis di capai hakikat kenyataan. Dialektis itu di
ungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua pengertian yang bertentangan kemudian
di damaikan (tesis-antitesis-sintesis).
9.
Metode Non-positivistis
Kenyataan yang di pahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan
aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
10. Metode
analitika bahasa : Wittgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau
tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Metode ini di nilai cukup netral sebab tidak
sama sekali mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya adalah semua
kesimpulan dan hasilnya senantiasa di dasarkan kepada penelitian bahasa yang
logis.
D.
Ciri-ciri Filsafat
Menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri suprapto widodonongrat ciri filsafat
adalah menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Sedangkan Sunoto menyebutkan
ciri-cirinya adalah deskriptip, kritik atau analitik, evaluatif atau normativ,
spekulatif dan sistematik.
E.
Asal dan Peranan filsafat
1.
Asal filsafat
Ada tiga peranan yang mendorong manusia untuk
berfilsafat, yaitu:
a.
Keheranan
b.
Kesangsian
c.
Kesadaran akan keterbatasan
2.
Peranan filsafat
- Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara
tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik
yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai
mitos dan mite. Keadaan tersebut berlangsung cukup lama dan kehadiran filsafat
telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral yang selama itu
tidak boleh digugat. Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup
panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar-benar telah
berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.
- Pembebas
Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan
kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite itu melainkan juga
merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari
ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula filsafat membebaskan manusia dari
belenggu cara berpikiryang mistis dan mitis.
- Pembimbing
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistik mitis
denganmembimbing manusiauntuk berpikir secara rasional. Membebaskan manusia
dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membbimbing untuk berpikir
lebih luas dan mendalam.
F.
Kegunaan filsafat
Pada umumnya dapat dikatakan bahawa dengan belajar filsafat semakin
menjadikan orang mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia
yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat
membantu untuk mendalami berbagai
pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya.
Kemampuan itu dipelajarinya dari dua jalur yakni secara sistematis dan
historis.
G.
Pembagian ( cabang-cabang) filsafat
Pembagian secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kelompok, yakni
filsafat sistematis dan sejarah filsafat. Filsafat sistematis bertujuan dalam
pembentukan dan pemberian landasan pemikiran. Didalamnya meliputi logika,
metodelogi, epistimologi, filsafat ilmu, etika, estetika metafisika, teologi
(filsafat ketuhanan), filsafat manusia,
dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, hukum, komunikasi dan
lain-lain.
Adapun sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran
filsafat sepanjang masa. Sejak zaman kuno hingga zaman modern, bagian ini
meliputi sejarah filsafat yunani (barat), india, cina dan sejarah filsafat
islam.
Berikut ini pengertian ari cabang-cabang filsafat yang utama:
-
Logika, adala cabang filsafat yang menyelildiki lurus
tidaknya pemikran kita. Lapamngan dalam logika adlah asa-asas yang menentukan
pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan
dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat menaarik kesimpulan dengan tepat.
-
Epistemologi, adlah bagian filasfat yang membicarakan
tentang terjadinya pengetauan, sumber pengetahuan, asla mula pengetahuan,
batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.
-
Etika, adlah cabang filsafat yang membicarakan tingkah
laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk.
-
Estetika, adlah cabang filsafat yang membicarakan
tentang keindahan
-
Metafisika, adalah cabang filsafat yang membicarakan
tentang yang ada atau membicarakan sesuatu di sebalik yang tampak. Persoalan
metafisis di bedakan menjadi tiga yaitu ontologi, kosmologi dan antropologi.
BAB
II
FILSAFAT
PENGETAHUAN (EPISTEMOLOGI)
A.
Pengertian Epistemologi
B.
Arti pengetahuan
Pengetahuan adlah suatu istilah yang di pergunakan untuk menuturkan
apabila seseorang mengenal tentang sesuatu.suatu hal yang menjadi
penggetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan diketahui
serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu.oleh karna itu
penggetahuan selalu menuutut adanya subjek yang mempunyai kesdaran untuk
mengetahui tentang sesuatu objek dan objek yang merupakan sesuatu yang
dihadapinya sebagai hal ingin diketahuinya.jadi bisa dikatakan penggetahuan
adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu,atau segala perbuatan manusia untuk
memahami suatu objek yang dihadapinya,atau asil usaha manusia untuk memahami
suatu objek.
C.
Terjadinya suatu pengetahuan
Alat untuk mengetahui terjadinya penggetahuan menurut jhon horpers ada
enam yaitu
1. Pengalaman indera
2. Nalar
3. Otoritas
4. Intuisi
5. Wahyu
6. Keyakinan
D.
Jenis-jenis penggetahuan
Penggetahuan menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas : 1. Penggetahuan
non-ilmiah.
2. Penggetahuan ilmiah
Sedangkan menurut plato dan
aristoteles.plato membagi penggetahuan menurut tingkatan-tingkatan penggetahuan
sesuai dengan karakteristik objeknya.pembagiannya adalah sebagai berikut :
1. Penggetahuan eikasia (khayalan)
2. Penggetahuan fistis
3. Penggetahuan dianoya(metematik)
4. Penggetahuan neosis(filsafat)
Aristoteles mempunyai pendapat yang
berbeda, menurut aristoteles penggetahuan harus merupakan kenyataan yang dpat
dihindari dan kenyataan adalah sesuatu yang merangsang budi kita kemudian
mengolahnya.penggetahuan yang umumnya merupakan kumpulan yang dinamakan
rational knowledge dipisahkan dalam 3 jenis kumpulan yaitu
(1) Penggetahuan produksi (seni)
(2) Penggetahuan praktis (etika, ekonomi, politik)
(3) Penggetahuan teoretis (fisika, matematika ,dan metafisika)
E.
Asal usul penggetahuan
1. Aliran-aliran dalam penggetahuan
a. Rasoinalisme
Aliran
ini berpendapat bahwa sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat
dipercaya adalah rasio (akal)
b. Empirisme
Aliran
ini berpendapat, bahwa empiris atau pengalamlah yang menjadi sumber
penggetahuan baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah.
c. Kritisme
Penyelesaian
pertentangan antara rasionalisme danempirisme hnedak diselesaikan oleh umanuel
kant dengan kritismenya.
d. Positivisme
Positivisme
berpangkal dari apa yang telah di ketahui, yanng faktual dan yang positif.
2.Metode ilmiah
Menurut soejono soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada
dua macam,yaitu sebagai berikut
a.
Metode ilmiah yang bersifat umum
Metode
ilmiah yang bersifat umum masih dapat dibagi dua,yaitu metode
analitiko-sintesis dan metode nono deduksi
b. Metode penyelidikan
ilmiah
Metode
penyelidikan dibagi menjadi dua,yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur atau metode siklus empiris dan metode
vertikal yang berbentuk garis lempang atau metode linier.
3.Sarana berpikir ilmiah
Sarana berpikir ilmiah pada
dasarnya ada tiga yakni;
a.
Bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan atau
pendapat-pendapat.
b.
Bahasa logika dan matematika, merupakan dua pengetahuan yang selalu berhubungan
erat, yang keduanya sebagai sarana berpikir deduktif. Baik logika maupun matematika
lebihh mementingkan bentuk logis pernyataan-pernyataannya mempunyai sifat yang
jelas.
c.
Logika dan statistika, mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk
konsep yang berlaku umum.
BAB III
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
A.
Pengertian filsafat ilmu
B.
Objek filsafat ilmu
1.
Objek Material Filsafat Ilmu
Objek material adalah objek yang di
jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang yang di pelajari
oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri,
yaitu pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
2.
Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang
dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu
adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh
perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu
pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu
bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu
pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
C.
Lingkupan filsafat ilmu menurut para filsuf
D.
Problema filsafat ilmu
E.
Manfaat belajar filsafat ilmu
1.
Sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
2.
Merupakan usaha merepleksi, menguji, mengkritik asumsi
dan metode keilmuan.
3.
Memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
BAB
IV
APA ITU ILMU PENGETAHUAN
A.
Defenisi Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan di ambil dari bahasa inggris science, yang berasal dari
bahasa latin scientie dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari,
mengetahui.pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti
sehingga menunjuk segenap pengetahuan sistematik. Adapun menurut Bahm defenisi
ilmmu pengetahuan paling tidak melibatkan enam macam komponen yaitu masalah,
sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan pengaruh.
B.
Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan
C.
Keragaman Dan Pengelompokan Ilmu Pengetahuan
Berikut ini merupakan penggolongan
ilmu-ilmu, yaitu:
-
Ilmu formal dan ilmu non formal (non empiris)
Dua contoh ilmu formal atau non empiris yaitu matematika dan filsafat.
-
Ilmu murni dan ilmu terapan
Ilmu terapan atau praktis ialah ilmu yang bertujuan untuk di aplikasikan
atau di ambil manfaatnya. Contoh : ilmu kedokteran
-
Ilmu nomotesis dan idiografis
Yang termasuk ilmu nomotesis adlah ilmu-ilmu alam yang objeknya adlah
gejala pengalaman yang dapat di ulangi terus menerus dan hanya merupakan
kasus-kasus yang mempunyai hubungan dengan suatu hukum alam. Sedangkan ilmu
idiografis yakni ilmu-ilmu budaya yang objeknya bersifat individual yang
terjadi sekali untuk di pahami dan di mengerti menurut keunikannya.
-
Ilmu deduktif dan induktif
Deduktif adalah proses pemikiran dimana akal budi manusia dari
pengetahuan yang umum yang abstrak menyimpulkan hal yang bersifat khusus dan
individual. Contoh : ilmu deduktif matematika sedangkan ilmu induktif adalah
bertolak belakang dari ilmu deduktif yakni dari khusus menjadi umum dan
abstrak.
-
Naturwissenschaften dan geisteswissenschaften
-
Ilmu-ilmu empiris secara lebih khusus
D.
Susunan ilmu pengetahuan
1. langkah-langkah dalam ilmu pengetahuan :
-
perumusan masalah, dirumuskan secara tepat dan jelas
dalam bentuk pertanyaan agar ilmuwan mempunyai jalan unuttuk mengetahu
fakta-fakta apa saja yang di kumpulkan.
-
Pengamatan dan pengumpulan data (observasi)
-
Pengamatan dan klasifikasi data
-
Perumusan pengetahuan (defenisi)
-
Tahap ramalan (prediksi)
-
Pengujian kebenaran hipotesis
2. limas ilmu
3. siklus empiris
a.
Observasi
b.
Induksi
c.
Deduksi
d.
Kajian (eksperimentasi)
e.
Hasil-hasil kajian membawa kepada ahap evaluasi yang di
susun secara deduksi dan induksi.
4.
penjelasan dan ramalan
a.
penjelasan logis
b.
penjelasan probabilistik
c.
penjelasan finalistik
d.
penjelasan historis atau genetik
e.
penjelasan fungsional
untuk ramalan
E.
Ilmu Dan Teknologi
F.
Wujud ilmu
BAB
V
SEJARAH
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
A.
Pengantar
Pemikiran filsafat banyak
dipengaruhi oleh lingkungan.namun pada dasarnya filsafat baik dibarat, india
dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara periodesasi
filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa
kini. Periodesasi filsafat cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman
neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita,
sutra-sutra dan sekolastik. Dalam filsafat india yang penting adalah bagaimana
manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat
islam hanya ada 2 periode yaitu: periode mutakalimin dan filsafat islam.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan
sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak melainkan berlangsung secara
bertahap. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus
melakukan pembagian secara periode yang menampilkan ciri khas tertentu.
B.
Zaman Pra Yunani Kuno(zaman batu)
Pada abad VI SM yunani muncul
lahirnya filsafat dan mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali
berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional tentang problem alam
semesta.dengan demikian filsafat dilahirkan.
C.
Zaman yunani kuno
1.
Zaman keemasan yunani
Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada
masa ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya.
Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu
tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.
2.
Masa Helinistis Romawi
Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai
berikut:
a. stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa
yang disebut logos. Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak
dapat dihindari.
b. epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom.
c. skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak
sanggup mencapai kebenaran
d. eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur
filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang
sungguh-sungguh.
e. neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat
plato.
D.
Zaman Abad Pertengahan
Pada abad
pertengahan mengalami 2 periode, yaitu:
1.
periode patriktis; mengalami 2 tahap:
a.
permulaan agama kristen
b.
filsafat agustinus; yang terkenal pada masa patristik
2.
periode skolastik; menjadi 3 tahap yakni:
a.
periode awal, ditandai dengan pembentukan metode yang
lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat
b.
periode puncak, ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi
oleh aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat arab dan yahudi
c.
periode akhir, ditandai dengan pemikiran kefilsafatan
yang berkembang kearah nominalisme.
E.
Zaman Renaissance
Ialah zaman peralihan ketika
kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi kebudayaan modern. Manusia
pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia
ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur
tangan Illahi.
F.
Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan
berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern
sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.
G.
Zaman Kontemporer (Abad XX Dan Seterus)
Fisi kawan termashur adalah Albert
Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan kata lain tidak mengakui
adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan
teknologi canggih.
BAB
VI
PRINSIP-PRINSIP
METODOLOGI
A.
Pengantar
Metodologi merupakan hal yang
mengkaji perurutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang
diperoleh memenuhi pengetahuan yang ilmiah. Untuk memahami perinsip-perinsip
metode filsafat perlu dibahas pengertian metodologi, unsur-unsur metodologi,
dan beberapa pandangan tentang prinsip metodologi bagi para filsuf.
B.
Pengertian Metodologi
Metodologi dapat diartikan sebagai
ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Metode ialah cara bertindak
menurut aturan tertentu.
C.
Unsur-Unsur Metodelogi
Menurut anton
Baker dan ahmad charris zubair adalah
1.
Interpretasi (menafsirkan)
2.
Induksi dan deduksi
3.
Koherensi intern
4.
Holistis
5.
Kesinambungan historis
6.
Idealisasi
7.
Komperasi
8.
Heuristika
9.
Analogi
10. Deskripsi
BAB
VII
PENEMUAN
KEBENARAN
A.
Cara Penemuan Kebenaran
Cara penemuan kebenaran
berbeda-beda, kebenaran dapat dilihat secara ilmiah dan non ilmiah. Menurut
hartono kasmadi dkk (1960) adalah sebagai berikut:
1.
penemuan secara kebetulan, adalah penemuan yang
berlangsung secara tanpa disengaja.
2.
penemuan coba dan ralat ( trial dan error), terjadi
tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran yang dicari.
3.
penemuan melalui otoritas atau kewibawaan, misalnya
orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering di terima sebagai
kebenaran meskipun pendapatnya tidak di dasarkan pada pembuktian ilmiah.
4.
lpenemuan secara spekulatif, cara ini mirip dengan cara
coba dan ralat. Akan tetapi, perbedaannya dengan coba dan ralat memang ada.
5.
penemuan kebenaran lewat cara berpikir, kritis dan
rasional. Cara berpikir yang di tempuh pada tingkat permulaan dalam memecahkan
masalah adlah dengan cara berpikir analitis dan sintetis.
6.
penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah, cara
mencari kebenaran yang di pandang ilmiah adlah yang dilakukan melalui
penelitian. Penelitian adlah penyaluran hasrat ingin tahu pada manusia dalam
teraf keilmuan.
B.
Defenisi kebenaran
Hal kebenaran sesungguhnya memang
merupakan tema sentral dalam filsafat ilmu. Problematik mengenai kebenaran,
sebenarnya seperti halnya problematik tentang pengetahuan, merupakan
masalah-maslah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu.
C.
Jenis-jenis kebenaran
Telaah dalam filsafat ilmu
membawa orang kepada kebenaran di bagi dalam tiga jenis menurut A.M.W.Pranarka
(1987) yaitu:
1.
Kebenaran epistemologikal
2.
Kebenaran ontologikal
3.
Kebenaran semantikal
D.
Sifat Kebenaran
Menurut Abbas hamami
mintaredja (1983), kata kebenaran dapat di gunakan sebagai suatu kata benda
konkrit maupun abstrak. Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya
proposisi yang benar.
E.
Teori kebenaran dan kehilafan
1.
Teori Kebenaran Saling Berhubungan (coherence theory
of truth)
Teori koherensi dibangun oleh para
pemikir rationalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel, dan Bradley. Menurut
Kattsoff (1986) dalam bukunya Elements of Philosophy teori koherensi
dijelaskan “...suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam
keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau
jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman
kita.
2.
Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian (Correspondence
Theory of Truth)
Teori ini berpandangan bahwa suatu
proposisi bernilai kebenaran apabila berkesesuaian dengan dunia kenyataan.
Kebenaran demikian dapat dibuktikan secara langsung pada dunia kenyataan.
3.
Teori Kebenaran Inherensi (inherent theory of truth)
Kadang-kadang teori ini disebut juga
teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar apabila
mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau bermanfaat.
4.
Teori Kebenaran Berdasarkan Arti (semantic theory of
truth)
Teori kebenaran semantik dianut oleh
paham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan paska filsafat bertrand
Russell sebagai tokoh pemula dari filsafat Analitika Bahasa.
5.
Teori Kebenaran Sintaktis
Teori berkembang diantara filsuf
analisis bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatika.
6.
Teori Kebenaran Nondeskripsi
Teori ini dikembangkan oleh penganut
filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan
akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung pada peran dan fungsi dari
pernyataan itu.
7.
Teori Kebenaran Logik Yang Berlebihan (logical
superfluity of truth)
Teori ini dikembangkan oleh kaum
positivistik yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini,
problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahsa saja dan hal ini
mengakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan
kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang masing-masing saling
melingkupinya.
BAB
VIII
DEFINISI
DAN PENALARAN
Dalam penalaran ada dua
proposisi pokok yang dinalar, yakni proposisi kategoris dan proposisi majemuk.
A.
Definisi
Definisi terdiri atas dua bagian,
yakni bagian pangkal disebut defeniendum yang berisi istilah yang harus
diberi penjelasan, dan bagian pembatas disebut disebut definiens yang
berisi uraian mengenai arti dari bagian pangkal.
1.
Macam-macam Definisi
a.
Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata dengan
kata lain lebih umum dimengerti.
b.
Definisi Realis
Ialah penjelasan tentang hal yang
ditandai oleh suatu term.
c.
Definisi Praktis
Ialah
penjelasan tentang hal sesuatu ditinjau dari segi penggunaan dan tujuan yang
sederhana.
2.
Syarat-Syarat Definisi
a.
sebuah definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari
apa yang didefinisikan.
b.
sebuah definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti
dengan yang didefinisikan.
c.
sebuah definisi harus menghindarkan pernyataan yang
memuat term yang didefinisikan.
d.
sebuah definisi harus sedapat mungkin dinyatakan secara
rumusan positif.
e.
sebuah definisi harus dinyatakan secara singkat dan
jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau bahsa kiasan.
B.
PENALARAN
1.
Prinsip-prinsip Penalaran
-
Prinsip Identitas
-
Prinsip Kontradiksi
-
Prinsip Eksklusif.
2.
Penalaran Proposisi
Penalaran adalah suatu proses
penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi. Penalaran ada dua:
-
Penalaran Langsung
-
Penalaran tidak langsung
C.
Silogisme Kategoris
Silogisme adalah proses
menggabungkan tiga proposisi, dua menjadi dasar penyimpulan, satu menjadi
kesimpulan.
D.
Proposisi Majemuk
Proposisi majemuk adalah pernyataan
yang terdiri atas dua bagian yang dapat dinilai benar atau salah.
E.
Silogisme Majemuk dan Dilema
1.
Silogisme disjungtif inklusif
2.
Silogisme disjungtif ekskutif
3.
Silogisme disjungtif alternatif
4.
Silogisme hipotesis kondisional
5.
Silogisme hipotesis bikondisional
F.
Sesat Pikir
Sesat pikir dapat terjadi ketika
menyimpulkan sesuatu lebih luas daripada dasarnya (latinus hos).
BAB
IX
HUBUNGAN
DAN PERANAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP
PENGEMBANGAN
KEBUDAYAAN NASIONAL
A.
Ilmu Masyarakat
Dewasa ini ilmu menjadi sangat
berguna dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah manusia sekarang tidak dapat
hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kebutuhan manusia yang paling sederhana pun
sekarang memerlukan ilmu.
B.
Pengertian dan Unsur-Unsur Kebudayaan
Ki Hajar Dewantara; kebudayaan
berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh
kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam
hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
lahirnya bersifat tertib dan damai.
C.
Pengaruh Timbal Balik Antara Ilmu dan Kebudayaan
Ilmu adalah dari pengetahuan. Untuk
mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara tertentu, ialah adanya suatu metode dan
mempergunakan sistem, mempunyai objek formal dan objek material.
D.
Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan
Nasional
Istilah kebudayaan diartikan sebagai
hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat.
E.
Strategi Kebudayaan
Strategi kebudayaan merupakan upaya
bagaimana menangani kebudayaan khususnya di Indonesia yang beragam budaya.
BAB
X
ETIKA
KEILMUAN
A.
Pengantar
Ilmu berupaya mengungkapkan realitas
sebagaimana adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa
yang seharusnya dilakukan manusia.
B.
Antara, Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan
Menurut Sunoto (1982) etika dapat
dibagi menjadi dua yaitu etika deskripsi yaitu menggambarkan, dan etika
normatif yaitu etika prinsif-prinsif.
Moral artinya adat atau cara hidup
yang pakai dalam masyarakat.
Norma adalah alat tukang kayu atau
tukang batu yang berupa segitiga. Kemudian
norma adalah sebuah ukuran.
Kesusilaan adalah hasil suatu
menjadi yang terjadi didalam jiwa.
C.
Problema Etika Ilmu Pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan menghambat ataupun meningkatkan keberadaan manusia tergantung
pada menusianya itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan
oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dan kebudayaannya.
D.
Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai
Bebas nilai atau tidak bebas nilai
yang dimaksudkan adalah tuntunan setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada
hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.
E.
Pendekatan Ontologis
Ontologis adalah cabang filsafat
yang membicarakan tentang yang ada. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup
penelaah keilmuannya hanya pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan
pengalaman manusia.
F.
Pendekatan Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur, dan validitas
atau kebenaran pengetahuan.
G.
Pendekatan Akseologis
Aksiologis adalah cabang filsafat
yang mempelajari tentang nilai secara umum
H.
Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki Ilmuwan
Ilmu bukanlah merupakan
pengetahuan yang datang demikian saja sebagai barang yang sudah jadi dan datang
dari dunia khayal.
BAB
XI
STRATEGI
PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA
A.
Pengantar
Pancasila digali dari budaya bangsa
Indonesia sendiri, sehingga Pancasila mempunyai fungsi dan peranan yang sangat
luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B.
Pengertian Paradigma
Paradigma menurut Thomas S. Kuhn
adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber
nilai), sehingga menjadi suatu sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri.
C.
Landasan Ontologis, Epistemologis, axiologis,
dan Antropologis Pancasila
Landasan ontologis dimaksudkan
untuk mengungkapkan jenis keberadaan yang diterapkan pancasila. Landasan
epistemologis dimaksudkan untuk mengungkapkan sumber pengetahuan dan kebenaran
tentang pancasila sebagai sistem filsafat dari ideologi. Landasan aksiologis
dimaksudkan untuk mengungkapkan jenis nilai dasar yang terkandung dalam
pancasila. Landasan antropologis dimaksudkan untuk mengungkapkan hakikat
manusia dalam rangka pengembangan sistem filsafat pancasila.
D.
Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Pembangunan nasional adalah upaya
bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya sebagaimana yang dunyatakan dalam
pembukaan UUD 1945.
DAFTAR
PUSTAKA BUKU
Abbas Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar
Logika Formal-Filsafat Pengatahuan). Yogyakarta : Yayasan Pembinaan
Fakultas Filsafat UGM.
.
1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta:
Fakultas Filsafat UGM.
.
1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.
.
Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.
0 Response to "CONTOH MAKALAH FILSAFAT FILSAFAT ILMU DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA"
Posting Komentar