1.1
Latar
Belakang
Bahasa Inggris memilik peranan yang
penting dalam upaya untuk berkomunikasi dan sebagai penjembatan dengan dunia
luar. Dalam kaitannya dengan bidang pendidikan dasar, bahasa Inggris memiliki
peranan yang strategis. Untuk menentukan keberhasilan pendidikan maka mutu
belajar dan mengajar harus ditingkatkan. Pembelajaran bahasa Inggris yang baik
dan benar harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan kata
lain peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat berdampak positif terhadap
peningkatan pembelajaran bahasa Inggris. Untuk itu, perlu dikembangkan berbagai
pilihan model pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan minat berbahasaInggris.
Saat ini pembelajaran bahasa Inggris dirasa
perlu dan penting di mulai usia dini, mengingat penting dan perannya, maka mutu
pembelajarannya harus ditingkatkan. Model - model pembelajaran bahasa Inggris
yang dapat meningkatkan keterampilan bahasa anak usia dini sangat perlu untuk
dibuat dan diteliti. Jika sejak usia dini dibekali kemampuan bahasa Inggris
yang baik dan benar, dapat dipastikan kemampuannya tersebut akan terpakai di
jenjang pendidikan selanjutnya. Terutama di era globalisasi ini dimana bahasaInggris merupakan salah satu bahasa komunikasi internasional dan menuntut
setiap individu untuk dapat berbahasa Inggris baik dan benar secara lisan dan
tulisan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi.
Anak-
anak usia dini pada umumnya tidak dapat berbicara secara fasih dikarenakan tidak
dirancang untuk dibangun rasa kepercayaan diri sehingga mengalami kesulitan
untuk berbahasa Inggris secara alami. Pondasi terpenting dalam berbahasa
Inggris adalah membaca, menulis, mendengar, berbicara, tata bahasa dan
kosakata. Untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain, kualitas berbahasa
Inggris yang baik dan benar harus terus diupayakan untuk ditingkatkan, terutama
di mulai sejak dini. Untuk itu proses pembelajaran menjadi suatu hal yang
sangat penting demi terciptanya pembelajaran yang efektif dan tepat sesuai
Peraturan Pemerintah Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV Pasal 19 ayat 1
yang mengatakan: ‘bahwa prosespembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untukberpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik sertapsikologis peserta didik’.
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan
seberapa pentingnya bahasa Inggris dan hendaknya sudah diperkenalkan pada
anak-anak di usia dini, sehingga dengan sedemikian rupa ada ketertarikan dari
anak - anak untuk belajar mengeksplorasi kemampuan sendiri dalam menggunakan
bahasa sebagai media perantara. Saat ini Kebijakan Pemerintah dalam hal peningkatan kemampuan berbahasa
Inggris lebih difokuskan ke anak-anak sekolah dasar. Untuk itu diterbitkan SK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993
tentang dimungkinkannya program bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan
lokal SD, dan dapat dimulai pada kelas 4 SD. Sekolah dalam hal ini mempunyai
kewenangan mengenai mata pelajaran bahasa Inggris untuk dimasukkan sebagai
salah satu muatan lokal yang diajarkan di sekolah dasar berdasarkan
pertimbangan dan kebutuhan situasi dan kondisi baik dari orang tua maupun
lingkungan masyarakat itu sendiri. Namun untuk pendidikan dasar, belum ada
semacam Kebijakan/Peraturan Pemerintah mengenai pembelajaran bahasa Inggris
ini.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian
diatas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Model
pembelajaran bahasa Inggris seperti apakah yang mampu meningkatkan kemampuan berbahasa
Inggris pada anak usia dini.
1.3 Tujuan
Penelitian
ini bertujuan:
Mengetahui
model pembelajaran yang tepat dan efektif yang mampu meningkatkan kemampuan berbahasa
Inggris pada anak usia dini.
2.
KAJIAN
LITERATUR DAN PEMBAHASAN
2.1
Pembelajaran
Pembelajaran
berasal dari kata dasar “belajar”
yang berarti sebuah proses, cara, perbuatan sehingga orang atau siswa belajar
dan memperoleh ilmu pengetahuan. Jadi kata pembelajaran adalah suatu proses
belajar mengajar (PBM) yang merupakan keterpaduan antar kegiatan guru sebagai
pengajar dan kegiatan siswa sebagai pelajar sehingga terjadi saling interaksi
keduanya dalam situasi instruksional yang bersifat pengajaran.
Dilihat dari makna dan konsep
pembelajaran tersebut diatas, maka model pembelajaran merupakan sebuah model
proses belajar mengajar yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik yang
digunakan guru dalam kelas sehingga siswa mampu memahami materi yang diajarkan.
Dalam kaitan dengan konsep pembelajaran tersebut, perlu dikemukakan mengenai
konsep atau definisi pendekatan, metode, dan teknik. Oleh karena itu, agar
proses belajar mengajar di dalam kelas berjalan dengan baik, maka diperlukan
sebuah strategi pembelajaran yang secara teknis menguraikan langkah-langkah
belajar secara teratur. Sejalan dengan konsep tersebut Dick and Carey
(1978:162) mengatakan bahwa strategi pembelajaran (instructional strategy) menguraikan komponen umum mengenai
separangkat materi dan prosedur yang digunakan dalam menyampaikan materi untuk
mendapatkan hasil belajar siswa.
2.2 Model-model
Pembelajaran Bahasa Inggris
2.2.1 Grammar
Translation Method
Pada metode Grammar (the Grammar Method) siswa
mempelajari kaidah-kaidah gramatika bersama-sama dengan daftar atau
kelompok-kelompok kosakata. Kata-kata tersebut kemudian dijadikan frase atau
kalimat berdasarkan kaidah yang telah dipelajari. Pada metode ini penguasaan
kaidah - kaidah lebih diutamakan daripada penerapannya. Keterampilan lisan,
seperti pelafalan, tidak dilakukan. Metode ini mudah penerapannya karena guru
tidak harus fasih berbicara bahasa yang harus dipelajari, sedangkan evaluasi
dan pengawasannya juga tidak sulit. Metode Translation (the TranslationMethod) berisi kegiatan - kegiatan penerjemahan teks yang dilakukan dari
hal mudah ke hal yang sulit. Pertama dari bahasa sasaran ke bahasa ibu dan
sebaliknya. Penerjemahan teks dilakukan dengan cara penerjemahan kata per kata
maupun gagasan per gagasan termasuk ungkapan - ungkapan idiomatic. Perpaduan
dua metode tersebut di atas melahirkan metode Grammar-Translation (the Grammar
Translation Method / GTM) yang memiliki ciri - ciri sebagai berikut:
1.
Pengajaran dimulai dengan pemberian
kaidah - kaidah gramatika dan mengacu pada kerangka gramatika formal.
2.
Kosakata yang diajarkan bergantung pada
teks yang dipilih sehingga tidak ada kesinambungan antara kelompok atau daftar
kosakata yang satu dengan yang lainnya.
3.
Penghafalan dan penerjemahan merupakan
ciri kegiatan yang menonjol, yaitu menghafal dan menerjemahkan kosakata dan
kaidah gramatika.
4.
Pelafalan tidak diajarkan atau sangat
dibatasi hanya pada beberapa aspek saja.
5.
Lebih menekankan pada ketrampilan
membaca dan menulis daripada menyimak dan berbicara.
Dari uraian di atas, GTM dapat didefinisikan sebagai
metode pengajaran bahasa melalui analisis kaidah-kaidah bahasa secara rinci dan
diikuti dengan penerapan pengetahuan tentang kaidah - kaidah tersebut untuk
tujuan penerjemahan kalimat-klimat dan teks-teks, baik dari bahasa sasaran ke
bahasa ibu atau sebaliknya.
Ø Ciri-ciri GTM:
1.
Menekankan ketepatan; anak diharapkan
dapat mencapai standar yang tinggi dalam penerjamahan.
2.
Meruntutkan butir atau kaidah - kaidah
gramatika bahasa sasaran dengan ketat dalam silabus.
3.
Menggunakan bahasa ibu pelajar sebagai
medium instruksi.
Ø Teknik - teknik
dalam Grammar Translation Method:
1. Translation of
a literary
passage
6. Fill-in-the-blanks
2. Reading
comprehension questions
7.
Memorization
3. Antonyms/Synonyms
8. Use words in sentences
4. Cognates
9.
Composition
5. Deductive
application of rule
2.2.2 Direct
Method (DM)
Pengajaran langsung merupakan revisi dari Grammar
Translation Method karena metode ini dianggap tidak dapat membuat anak dapat
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing yang sedang dipelajari. Dalam
proses pembelajaran, penerjemahan dilarang digunakan. Proses pembelajaran
dengan DM, guru menyuruh sank untuk membaca nyaring. Kemudian, guru memberi
pertanyaan dalam bahasa yang sedang dipelajari. Selama proses pembelajaran
berlangsung, objek seperti peta atau benda yang sesungguhnya bisa dipergunakan.
Guru bisa menggambar atau mendemonstrasikan.
Ø Teknik-teknik
dalam Direct Method:
1. Reading
aloud
2. Question and
answer exercise
3. Getting
students to self-correct
4. Conversation
practice
5.
Fill-in-the-blanks
6. Dictation
7. Map drawing
8. Paragraph
writing
2.2.3 The Audio -
Lingual Method
Istilah audio-lingualisme pertama-tama dikemukakan oleh
Prof. Nelson Brooks pada tahun 1964. Metode ini menyatakan diri sebagai metode
yang paling efektif dan efisien dalam pembelajaran bahasa asing dan mengklaim
sebagai metode yang telah mengubah pengajaran bahasa dari hanya sebuah kiat ke
sebuah ilmu. Audio - Lingual Method (ALM) merupakan hasil kombinasi pandangan dan
prinsip-prinsip Linguistik Struktural, Analisis Kontrastif, pendekatan Aural - Oral,
dan psikologi Behavioristik.
Dasar pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan pembelajaran
bahasa adalah sebagai berikut:
1.
Bahasa adalah lisan, bukan tulisan
2.
Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
3.
Ajarkan bahasa dan bukan tentang bahasa
4.
Bahasa adalah seperti yang diucapkan
oleh penutur asli
5.
Bahasa satu dengan yang lainnya itu
berbeda
Richards & Rodgers (1986;51) dan Prayogo (1998:9)
menambahkan beberapa prinsip pembelajaran yang telah menjadi dasar psikologi
audio - lingualisme dan penerapannya sebagai berikut:
Pembelajaran bahasa asing pada dasarnya adalah suatu
proses pembentukan kebiasaan yang mekanistik bahasa sasaran disajikan
dalam bentuk lisan sebelum dilihat dalam bentuk tulis.
Bentuk - bentuk analogi memberikan dasar yang lebih baik
bagi pembelajar bahasa daripada bentuk analisis, generalisasi, dan pembedaan - pembedaan
lebih baik daripada penjelasan tentang kaidah-kaidah.
2.2.4
TPR (Totally
Physical Response)
Ada beberapa macam metode yang biasa digunakan seorang
guru atau instruktur dalam meningkatkan kemampuan belajar peserta didiknya
seperti metode diskusi, ceramah, dan lain-lain. Salah satu metode yakni metode TPR (Total Physical Response) sebagai
salah satu teknik penyajian dalam pengajaran khususnya dalam pembelajaran
bahasa asing, baik itu bahasa Inggris, Jepang, Perancis, dan lain-lain. Metode pembelajaran adalah suatu ilmu
yang membicarakan tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran, sehingga
dikuasai oleh peserta didik dengan kata lain ilmu tentang guru mengajar dan murid belajar.
Metode ini juga disebut ‘the comprehension approach’yang mendekatkan pada pentingnya ‘listening comprehension’. Pada
tahap awal pembelajaran bahasa asing terfokus pada pemahaman mendengarkan. Hal
ini berdasarkan pada hasil observasi bagaimana anak-anak belajar bahasa ibu.
Seorang bayi mendengarkan suara disekelilingnya selama berbulan-bulan sebelum
ia dapat menyebut satu kata. Tidak ada seorangpun yang menyuruh bayi untuk
berbicara. Seorang anak berbicara ketika ia sudah siap melakukannya.
Pada Natural Approach (yang dikembangkan oleh
Krashen & Terrel), siswa mendengarkan guru yang berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa asing mulai awal proses pembelajaran. Guru dapat membantu
siswa untuk memahami materi dengan menggunakan gambar dan beberapa kata dalam
bahasa ibu. Natural Approach hampir sama dengan Direct Method. Pada TotalPhysical Response (TPR), siswa mendengarkan dan merespon instruksi lisan
guru. Bentuk instruksi yang diberikan seperti ‘Turn around’, ‘Sit down’,
‘Walk’, ‘Stop’, ‘Jump’, dsb.
2.2.4.1 Pengertian
Metode TPR (Total Physical Response)
Menurut Richards J dalam bukunya Approaches
and Methods in Language
Teaching, TPR
didefinisikan:
“a language teaching method built around the coordination
of speech and action; it attempts to teach language through physical (motor)
activity”. Jadi metode TPR
(Total Physical Response) merupakan suatu metode pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah
(command), ucapan (speech) dan gerak (action); dan berusaha untuk mengajarkan
bahasa melalui aktivitas fisik (motor). Sedangkan menurut Larsen dan Diane dalam Technique
and Principles in Language Teaching, TPR atau disebut juga ”the
comprehension approach” atau pendekatan pemahaman yaitu suatu metode
pendekatan bahasa asing dengan instruksi atau perintah. Metode ini dikembangkan oleh seorang
professor psikologi di Universitas San Jose California yang bernama Prof.
Dr. James J. Asher yang telah sukses dalam pengembangan metode ini pada
pembelajaran bahasa asing pada anak-anak. Ia berpendapat bahwa pengucapan
langsung pada anak atau siswa mengandung suatu perintah, dan selanjutnya anak
atau siswa akan merespon kepada fisiknya sebelum mereka memulai untuk menghasilkan
respon verbal atau ucapan.
Metode TPR ini
sangat mudah dan ringan dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur
gerakan permainan sehingga dapat menghilangkan stress pada peserta didik karena
masalah-masalah yang dihadapi dalam pelajarannya terutama pada saat mempelajari
bahasa asing, dan juga dapat menciptakan suasana hati yang positif pada peserta
didik yang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi siswa dalam pelajaran tersebut. Makna atau arti dari
bahasa sasaran dipelajari selama melakukan aksi. Guru atau instruktur memiliki peran aktif dan langsung
dalam menerapkan metode TPR ini. Menurut Asher ”The instructor is thedirector of a stage play in which the students are the actors”, yang
berarti bahwa guru (instruktur) adalah sutradara dalam pertunjukan cerita dan
di dalamnya siswa sebagai pelaku atau pemerannya. Guru yang memutuskan tentang
apa yang akan dipelajari, siapa yang memerankan dan menampilkan materi
pelajaran. Siswa dalam TPR
mempunyai peran utama sebagai pendengar dan pelaku. Siswa mendengarkan dengan
penuh perhatian dan merespon secara fisik pada perintah yang diberikan guru
baik secara individu maupun kelompok.
2.2.4.2 Bentuk
Aktivitas dengan Metode TPR dalam PBM (Proses Belajar Mengajar).
Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode TPR ini banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa antara lain:
a. Latihan dengan menggunakan perintah (Imperative Drill ), merupakan aktivitas utama yang dilakukan guru di dalam kelas dari metode TPR. Latihan berguna untuk memperoleh gerakan fisik dan aktivitas dari siswa.
b. Dialog atau percakapan (conversational dialogue).
c. Bermain peran (Role Play), dapat dipusatkan pada aktivitas sehari-hari seperti di sekolah, restoran, pasar, dll.
d. Presentasi dengan OHP atau LCD
e. Aktivitas membaca (Reading) dan menulis (Writing) untuk menambah perbendaharaan kata (vocabularies) dan juga melatih pada susunan kalimat berdasarkan tenses dan sebagainya.
2.2.4.3 Teori pembelajaran TPR
Teori pembelajaran bahasa TPR yang diterapkan pertama kali oleh Asher ini mengingatkan pada beberapa pandangan para psikolog, misalnya Arthur Jensen yang pernah mengusulkan sebuah model 7 langkah untuk mendeskripsikan perkembangan pembelajaran verbal anak. Model ini sangat mirip dengan pandangan Asher tentang penguasaan bahasa anak. Asher menyajikan 3 hipotesa pembelajaran yang berpengaruh yaitu: Terdapat bio-program bawaan yang spesifik untuk pembelajaran bahasa yang menggambarkan sebuah alur yang optimal untuk pengembangan bahasa pertama dan kedua. Lateralisasi otak menggambarkan fungsi pembelajaran yang berbeda pada otak kiri dan kanan. Stres mempengaruhi aktivitas pembelajaran dan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, stress yang lebih rendah kapasitasnya maka pembelajaran menjadi lebih baik.
Ø Teknik - teknik
dalam the Total Physical Response Method:
1.
Using Commands to Direct Method
2.
Role Reversal
3.
Action sequence
2.2.5
The Silent Way
Ahli-ahli psikologi kognitif dan bahasa
transformasi-generatif beranggapan bahwa belajar bahasa tidak perlu melalui
pengulangan. Mereka percaya bahwa pembelajar dapat menciptakan ungkapan - ungkapan
yang belum pernah didengar. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa pembelajaran
bahasa tidak hanya menirukan tapi aturan-aturan berbahasa dapat membantu mereka
menggunakan bahasa yang dipelajari.
Dalam proses pembelajarannya, guru hanya menunjuk ke
suatu chart yang berisi dengan vocal konsonan. Guru menunjuk beberapa kali
dengan diam. Setelah beberapa saat guru hanya memberi contoh cara
pengucapannya. Kemudian menunjuk siswa untuk melafalkan sampai benar. Dalam
proses pembelajaran guru banyak berdiam diri, dia hanya mengarahkan/menunjuk
pada materi pembelajaran.
Ø Teknik-teknik
The Silent Way:
1.
Sound-Color
Chart
6. Word Chart
2.
Teacher’s
Silence
7. Fidel Chart
3.
Peer
Correction
8. Structured Feedback
4.
Rods
5.
Self-Correction Gestures
2.2.6 Suggestopedia
Georgi Losanov percaya bahwa dalam proses pembelajaran
ada kendala psikologi. Suggestopedia
merupakan aplikasi sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pembelajar mengalami
kegagalan dapat dihilangkan. Dalam model pembelajaran suggestopedia, kendala
psikologi pembelajar dapat diatasi..
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran ini, ruang kelas
ditata sedemikian rupa sehingga berbeda dengan kelas biasa. Siswa duduk di sofa
dalam bentuk setengah lingkaran dengan penerangan yang remang - remang.
Beberapa poster yang berhubungan dengan materi pembelajaran dipasang di tembok.
Guru menyapa dalam bahasa ibu kemudian meyakinkan pembelajar kalau nereka tidak
perlu berusaha untuk belajar tapi pembelajaran akan berlangsung secara alami.
Guru memutar musik klasik kemudian mengarahkan pebelajar untuk rileks dengan
cara menarik nafas panjang. Selanjutnya guru mengajak pembelajar berimajinasi
tentang materi yang sedang dipelajari. Ketika mereka membuka mata, mereka
bermain peran. Setelah itu, guru membaca sambil memperdengarkan musik. Guru
tidak memberi pekerjaan rumah.
Ø Teknik - teknik
dalam Suggestopedia:
1.
Classroom
Set-up
6. Role-Play
2.
Peripheral
Learning
7. First Concert
3.
Positive
Suggestion
8. Second Concert
4.
Visualization
9. Primary Activation
5.
Choose a New
Identity
10.Secondary Activation
2.2.7 Community
Language Learning
Metode ini mempercayai prinsip ‘whole persons’ yang artinya guru tidak hanya memperhatikan
perasaan dan kepandaian siswa tapi juga hubungan dengan sesama siswa. Menurut
Curran (1986:89) siswa merasa tidak nyaman pada situasi yang baru. Dengan
memahami prasaan ketakutan dan sensitif siswa guru dapat menghilangkan perasaan
negatif siswa menjadi energi positif untuk belajar.
Kursi disusun melingkar dengan sebuah meja di tengah. Ada
sebuah tape recorder di atas meja. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru menyuruh
siswa membuat dialog dalam bahasa Inggris. Jika siswa tidak mengetahui guru
membantu. Percakapan siswa direkam. Kemudian, hasil rekaman di tulis dalam
bentuk transkrip dalam bahasa Inggris dan bahasa ibu. Setelah itu kaidah - kaidah
kebahasaan didiskusikan.
Ø Teknik - teknik
Community Language Learning:
1.
Tape - recording Student Conversation 4.
Reflective Listening
2.
Transcription
5. Human Computer
3.
Reflection on
Experience 6.
Small Group Tasks
2.2.8 The
Communicative Approach (Communicative Language Teaching)
Mumbly (1978) menyebut Pendekatan Komunikatif sebagai ‘Communicative Syllabus’. Widdowson
menyebutnya sebagai ‘Communicative
Approach’, sedangkan Richards & Rogers menyebutnya ‘Communicative
Language Teaching’ (CLT). Istilah-istilah seperti Notionol - Functional
Approach atau Functional Approach.
Communicative Aproach/ CA (Communicative Language
Teaching) berasal dari perubahan pada tradisi pengajaran bahasa di Inggris pada
akhir tahun 1960 dan kemunculannya dipertegas oleh:
1.
Kegagalan Audio Lingual Method yang
menghasilkan penutur-penutur bahasa asing atau baha ysa kedua yang baik dan
fasih tetapi tidak mampu menggunakan bahasa yang dipelajari dalam interaksi
yang bermakna.
2.
Pandangan Chomsky tentang kreatifitas
dan keunikan kalimat sebagai ciri dasar sebuah bahasa.
CA bertujuan untuk menjadikan kompetensi komunikatif
(communicative competence) sebagai tujuan pengajaran bahasa dan untuk
mengembangkan teknik-teknik dan prosedur pengajaran ketrampilan bahasa yang
didasarkan atas aspek saling bergantung antara bahasa dan komunikasi.
Kompetensi Komunikatif mencakup kompetensi gramatika, sosiolinguistik, dan
strategi. Kemampuan komunikatif berbahasa (communicative language ability) meliputi
pengetahuan atau kompetensi dan kecakapan dalam penerapan kompetensi tersebut
dalam penggunaan bahasa yang komunikatif, kontekstual, dan sesuai.
Beberapa pemerian mengenai kompetensi komunikatif
secara umum berpandangan bahwa makna profisiensi dalam sebuah bahasa tidak
hanya sekedar mengetahui sistem kaidah-kaidah gramatikal (fonologi, sintaksis,
kosakata, dan semantik). Fokus metode ini pada dasarnya adalah elaborasi dan
implementasi program dan metodologi yang menunjang kemampuan bahasa fungsional
melalui pertisipasi pembelajaran dalam kegiatan-kegiatan komunikatif.
Di bawah ini adalah perbandingan antara Audio Lingual
Method dan Communicative Approach:
Audio Lingual
Method
Communicative Approach
- Lebih memperhatikan struktur dan
bentuk daripada makna.
|
- Makna adalah yang utama
|
- Menuntut penghafalan dialog yang
berisi struktur-struktur tertentu.
|
- Jika dialog digunakan, maka
difokuskan pada fungsi-fungsi komunikatif dan tidak dihafal.
|
- Butir-butir bahasa tidak harus
kontekstual
|
- Kontekstualisasi menjadi premis
dasar.
|
- Pembelajaran bahasa adalah
pembelajaran struktur, bunyi, dan kosakata.
|
- Belajar bahasa adalah belajar
untuk berkomunikasi.
|
- Penguasaan atau overlearning
menjadi tujuan.
|
- Komunikasi efektif menjadi
tujuan.
|
- Drilling menjadi teknik utama
pengajaran.
|
- Driling dapat dilakukan tetapi
tidak menjadi yang utama dalam pembelajaran.
|
- Pelafalan seperti penutur asli
menjadi tujuan.
|
- Pelafalan yang dapat dipahami
menjadi tujuan
|
- Penjelasan tentang gramatika
dihindari.
|
- Asalkan membantu pebelajar cara
atau teknik apapun dapat digunakan; bervariasi berdasarkan umur, minat,
motivasi pebelajar, dll.
|
- Kegiatan komunikatif
dilaksanakan setelah proses panjang drilling dan latihan-latihan.
|
- Usaha pebelajar untuk
berkomunikasi didorong dari saat awal pembelajaran.
|
- Penggunaan bahasa ibu dihindari.
|
- Jika diperlukan penggunaan
bahasa ibu pebelajar dibenarkan.
|
- Penerjemahan dihindari pada
tingkat-tingkat awal.
|
- Penerjemahan dapat dilakukan
bila pebelajar mendapatkan manfaat dari pelaksanaannya.
|
- Membaca dan menulis ditunda
sampai ketrampilan berbicara dikuasai.
|
- Membaca dan menulis dapat
dimulai dari hari pertama pembelajaran jika dikehendaki.
|
- Sistem bahasa sasaran dipelajari
melalui pengajaran nyata tentang pola-pola system bahasa tersebut.
|
- Sistem bahasa sasaran paling
baik dipelajari melalui proses usaha untuk berkomunikasi.
|
- Kompetensi bahasa menjadi tujuan
yang ingin dicapai.
|
- Kompetensi komunikatif menjadi
tujuan yang ingin dicapai, yaitu kemampuan untuk menggunakan system bahasa
secara efektif dan efisien.
|
- Variasi-variasi bahasa
ditekankan, tetapi cukup diketahui oleh pebelajar.
|
- Variasi bahasa menjadi konsep
utama di dalam bahan dan metode yang dipakai.
|
- Urutan penyajian unit-unit
pelajaran ditentukan hanya berdasarkan pada prinsip-prinsip kerumitan bahasa.
|
- Urutan penyajian unit-unit
ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, dan makna yang dapat tetap
menjaga minat pebelajar.
|
- Guru mengawasi siswa dan menjaga
agar mereka tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan teori
pembelajaran.
|
- Guru membantu pebelajar dengan
berbagai cara yang dapat memberi motivasi kepada mereka dalam belajar bahasa.
|
- Bahasa itu adalah kebiasaan,
sehingga kesalahan harus dihindari sama sekali.
|
- Bahasa diperoleh oleh seseorang
sering melalui ‘trial and error’.
|
- Ketepatan penggunaan bahasa
formal menjadi tujuan utama.
|
- Kefasihan dan bahasa yang dapat
diterima merupakan tujuan pembelajaran.
|
- Siswa diharapkan berinteraksi
dengan system bahasa.
|
- Siswa diharapkan berinteraksi
dengan orang lain.
|
- Guru harus menyatakan bahasa
yang harus digunakan oleh siswa.
|
- Guru tidak dapat mengetahui
bahasa yang akan digunakan oleh siswa.
|
- Motivasi intrinsic akan timbul
dari munculnya minat pada struktur bahasa sasaran.
|
- Motivasi intrinsic akan timbul
dari minat terhadap apa yang dikomunikasikan oleh bahasa sasaran.
|
Dalam pengenalan Bahasa Inggris untuk anak di usia dini, penggunaan bahasa ibu yaitu Bahasa Indonesia, hendaknya
kita menganggap anak tersebut adalah seorang bayi yang baru lahir dan mencoba
belajar bahasa. Pengenalan belajar bahasa dengan cara menghafal kata, arti
kemudian pengenalan bentuk kata dan yang lainnya seperti sewaktu kita melakukan
pembelajaran di pendidikan menengah tidak dapat dengan mudahnya untuk
diterapkan kepada anak-anak di usia dini. Saat ini begitu banyak buku – buku pelajaran
bahasa Inggris khususnya untuk anak – anak di pendidikan dasar yang ditulis sedemikian
rupa namun tidak dapat mencapai hasil yang maksimal. Dalam hal pola
pembelajaran bahasa Inggris untuk level pengenalan, diharapkan dapat tercipta
situasi dan kondisi yang menampilkan segala bentuk tampilan berbahasa yang
menggunakan bahasa Inggris.
Bahasa Inggris sama halnya dengan bahasa Indonesia adalah merupakan
alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yaitu sistemik, manasuka, ujar,
manusiawi, dan komunikatif. Disebut sistemik karena bahasa merupakan sebuh
sistem yang terdiri dari sistem bunyi dan sistem makna. Manasuka karena antara
makna dan bunyi tidak ada hubungan logis. Disebut ujaran karena dalam bahasa
yang terpenting adalah bunyi, karna walaupun ada yang ditemukan dalam media
tulisan tapi pada akhirnya dibaca dan menimbulkan bunyi. Disebut manusiawi karena
bahasa ada jika manusia masih ada dan memerlukannya, Santosa (2005).
Dalam pembelajaran
bahasa khususnya bahasa Inggris harus dikembalikan sebagai pembelajaran bahasa
yang manusiawi. Kita mungkin masih ingat bagaimana orang tua kita mengajarkan
bahasa pada adik kita, demikaian juga halnya saat kita belajar bahasa, tak
terkecuali belajar bahasa Inggris. Tanpa metode apapun mereka mengajarkan
bahasa tetapi kita akhirnya dapat berbahasa dengan baik dan lancar.
3.
SIMPULAN
DAN SARAN
3.1
Simpulan
Pembelajaran bahasa Inggris sejak usia dini memberikan dampak
positif sebagai tahap pengenalan bahasa asing sebelum mereka melanjutkan ke pendidikan
dasar dan pendidikan tinggi selanjutnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa
Inggris dapat menggunakan metode whole language, komunikatif, dan ketrampilan
proses. Namun para pendidik dan orangtua dapat menerapkan model – model
pembelajaran bahasa Inggris yang berkembang saat ini yang kita ketahui ada 7
model yaitu: Grammar Translation Method, Direct Method (DM), The Audio - Lingual
Method, TPR (Totally
Physical Response), The Silent Way, Suggestopedia, Community Language Learning, The
Communicative Approach.
3.2 Saran
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, sebaiknya di
munculkan kesadaran bahwa pendidikan bahasa Inggris yang baik dan benar sejak
usia dini. Bahasa Inggris mempunyai
peranan yang sangat penting untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Dengan fondasi yang kuat dalam penerapan dan pengembangan, maka kemampuan
belajar bahasa Inggris akan memungkinkan anak - anak mencapai tingkat kemampuan
belajar berbahasa Inggris pada level yang sangat baik dan pastinya dapat
berkompetisi dengan anak - anak di
negara lain.
Dalam hal model yang akan digunakan dalam pembelajaran
bahasa Inggris, diharapkan hasilnya dapat berguna bagi kehidupan masa kini dan
masa yang datang. Pemerintah dalam hal ini diharapkan terus mendorong sarana
dan prasarana, seperti: penyediaan tenaga pendidik, buku pengajaran, strategi
belajar - mengajar dan kegiatan belajar - mengajar yang memberikan rasa nyaman dan
termotivasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifah, Muin. 2011. Pentingnya Pembelajaran Bahasa Inggris di SD. Jakarta: Universita negeri
Semarang.
Blair, Robert W. (ed). 1982. Innovative Approach to Language Teaching.
Massachusetts: Heinle & Heinle Publisher.
Depdiknas. 2007. Model Pembelajaran Bahasa Inggris Terpadu. Jakarta: Puslitjaknov Balitbang.
Depdiknas. 2008. Ringkasan Eksekutif Penelitian dan Inovasi Terpilih Puslitjaknov 2006.
Jakarta: Puslitjaknov Balitbang.
Listia
Rina dan Sirajuddin Kamal. 2009. Kendala Pengajaran Bahasa Inggris
di Sekolah Dasar. Jakarta.
Nababan,
S.U. Subiyanto. 1999. Analisis Wacana dan
Pengajaran Bahasa. Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri
Jakarta.
Supangat,
M. A. 2002. Metode Pembelajaran Bahasa
Inggris. Diambil pada tanggal 24 Mei 2011 dari http://www.scribd.com/doc/8142002/Metode-Pembelajaran-Bahasa-Inggris.
Suyanto, Kasihani K.E. 2001. Kegiatan Komunikatif dalam Pembelajaran
bahasa Inggris (Makalah). Surabaya: Depdiknas
Richards, J.C. and Rodgers, Theodore, S.
1986. Approaches and Methods in Language
Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Undang – Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003. 2003. Peraturan
Undang – Undang Republik Indonesia: Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: BP
panca Usaha Putra
______. 2010. Model
– Model Pembelajaran Bahasa Inggris. Diambil pada tanggal 24 Mei 2011 dari http://luluvikar.wordpress.com/2010/11/10/model-model-pembelajaran-bahasa-inggris.
______. 2011 . Metode Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak – Anak dan Remaja. Diambil
pada tanggal 24 Mei 2011 dari http://www.englishfirst.co.id/englishfirst/whyef/methods.aspx.
Frans. 2006.
Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah. Diambil pada tanggal 24 Mei 2011 dari http://kursusinggris.wordpress.com/2006/11/28/bahasa-inggris-harus-dikuasai-secara-acktif/
0 Response to "SKRIPSI BAHASA INGGRIS MODEL - MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS YANG INOVATIF UNTUK ANAK USIA DINI "
Posting Komentar