DiIndonesia perkembangan kebidanan tidak begitu pesat, hal ini dapat dilihat dari
sejak dimulainya pelayanan kebidanan pada tahun 1853 sampai saat ini
perkembangan pelayanan belum dapat mencapai tingkat yang professional.
Pelayanan kebidanan yang diberikan lebih banyak ditujukan pada kesehatan ibu
dan anak, baik kesehatan fisik maupun psikologisnya. Ibu dan anak ini berada
didalam suatu keluarga yang ada didalam suatu masyarakat. Bidan sebagai
pelaksana utama yang memberikan pelayanan kebidanan, diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Bidan juga
tinggal didalam suatu masyarakat dikomunitas tertentu oleh karena itu dalam
memberikan pelayanan tidak hanya memandang ibu dan anak sebagai individu tetapi
juga mempertimbangkan factor lingkungan dimana ibu tinggal. Lingkungan ini
dapat berupa social, politik, dan keadaan ekonomi. Disini terlihat jelas bahwa
kebidanan komunitas sangat diperlukan, agar bidan dapat mengenal kehidupan
social dari ibu dan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatannya.
PENGERTIAN KEBIDANAN KOMUNITAS
|
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang
tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan
dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat,
Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
|
Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia,
maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah:
seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang
tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan
dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat,
Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
Kebidanan
adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan
kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan
pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,
fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada
perempuan, keluarga dan komunitasnya
Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service)
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang
dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan
yang bersifat otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari
etika dan kode etik bidan.
Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan
data, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah
dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah
lahir serta keluarga berencana.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BIDAN DALAM
NEGERI
Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan
pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan
tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan. Yang dimaksud dengan pendidikan
ini adalah pendidikan formal dan non formal.
Tahun 1851
Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan hindia belanda. Seorang
dokter militer Belanda (DR. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita
pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya
peserta didik karena adanya larangan bagi wanita untuk keluar rumah.
Tahun 1902
Pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di Rumah Sakit
militer di Batavia dan tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita Indo dibuka di Makasar. Lulusan dari pendidikan ini harus
bersedia ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong
msyarakat yang tidak/kurang mampu secara cuma-cuma. Lulusan
ini mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih 15-25 Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan
menjadi 40 Gulden perbulan (tahun 1922).
Tahun
1911/1912
Dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBZ (RSUP)
Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari HIS ( SD 7 Tahun) dengan
pendidikan keperawatan 4 tahun dan pada awalnya hanya menerima peserta didik
pria pada tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama , bagi
perawat wanita yang lulus bisa melanjutkan kependidikan bidan selama 2 tahun.
Untuk perawat pria dapat meneruskan pendidikan keperawatan lanjutan selama dua
tahun juga.
Tahun 1935-1938
Pemerintah colonial Belanda mulai mendidik bidan lulusan Mulo
(setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan di buka sekolah bidan di
beberapa kota besar antara lain : di Jakarta di Rumah Sakit BersalinBudi
Kemulyaan, RSB Palang Dua, dan RSB mardi Waluyo di Semarang. Pada tahun itu
dikeluarkan peraturan yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang
pendidikan.
-
Bidan dengan latar pendidikannya Mulo dan pendidikan
kebidanan selam 3 tahun disebut bidan kelas satu.
-
Bidan dari lulusan perawat (mantri) disebut bidan
kelas dua
Perbedaan ini menyangkut gaji pokok dan tunjangan bagi bidan.
Tahun
1550-1953
Dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17
tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat tenaga untuk menolong persalinan
cukup banyak maka dibuka pendidikan pembantu bidan disebut penjenang kesehatan
E atau pembantu bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan sekolah
itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun kebidanan
dasar. Lulusan PK/E sebagian besar melanjutkan ke pendidikan bidan selam 2
tahun.
Tahun 1953
Dibuka kursus tambahan bidan (KTB) di Yogya karta. Lamanya kursus
antara7-12 minggu. Tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan TKB adalah
untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA
dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum lulusan memulai tugasnya sebagi
bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Tahun 1967 KTB ditutup.
Tahun
1954
Dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat
dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidikan ini
berlangsung satu tahun kemudian menjadi 2 tahun dan terakhir berkembang menjadi
3 tahun. Pada awal tahun 1972, institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah
Guru Perawat (SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat
dan sekolah bidan.
Tahun 1970
program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari sekolah pengatur
rawat (SPR) ditambah dengan 2 tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah
Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK) pendidikan ini tidak dilaksanakan
merata di seluruh provinsi.
Tahun 1974
Mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak (24
katergori), Depkes melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non
sarjana. Setalah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)
dengan tujuan adanya tenaga muti porpose dilapangan dimana salah satu tugasnya
adalah menolong persalinan normal. Namun
karena adanya perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan
kemampuan seorang bidan , maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong
perasalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil.
Tahun 1975-1984
Institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga dalan 10 tahun tidak
menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada dan hidup
secara wajar
Tahun 1981
Untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan
ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan diploma I Kesehatan Ibu dan
Anak. ini hanya berlangsung 1 tahun
dan tidak diberlakukan oleh seluruh institusi.
Tahun
1985
Dibuka lagi program
pendidikan bidan yang disebut dengan PPB yang menerima lulusan dari SPR dan
SPK. Pada saat itu dibutuhkan bidan yang memiliki kewenangan dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana di masyarakat. Lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya dikembalikan kepada institusi
yang mengirim.
Tahun
1989
Dibuka crash program
pendidikan bidan secara nasional yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung
masuk program pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai program pendidikan
bidan A (PPB/A). lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya ditempatkan di
desa-desa, dengan tujuan untuk menberikan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak di daerah pedesaan dalam rangka
meningkatkan sesejahteraan keluarga dan menurunkan angka kematian ibu dan anak,
untuk itu pemerintah menempatkan bidan di setiap desa sebagai PNS golongan II.
Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebagai pegawai tidak tetap (bidan PTT)
dengan kontrak selama 3 tahun dengan pemerintah, yang kemudian dapat
diperpanjang dua kali tiga tahun lagi.
Penempatan bidan ini menyebabkan orientasi sebagai tenaga kesehatan
berubah. Bidan harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya tidak hanya kemampuan
klinik sebagai bidan tapi juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling dan
kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan taraf kesehatan
ibu dan anak. Program Pendidikan Bidan (A) diselenggarakan dengan peserta didik
cukup besar. Diharapkan tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki minimal
seorang bidan. Lulusan pendidikan ini kenyataannya juga tidak memiliki
kemampuan dan keterampilan yang diharapkan seorang bidan profesional, karena
pendidikan terlalu singkat dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam kurun
waktu satu tahun akademik, sehingga kesempatan peserta didik untuk praktik
klinik kebidanan sangat kurang, sehingga tingkat kemampuan yang dimiliki
seorang bidan juga kurang.
Tahun 1993
Dibuka program pendidikan bidan B (PBB/B) yang peserta didiknya
lulusan AKPER dengan lama pendidkan 1 tahun. Tujuan penidikan ini dalah untuk
mempersiapkan tenaga pengajaran pada PPB A. berdasarkan penelitian terhadap
kamapuan klinik kebidanan dari lulusan ini tidak menunjukkan kompetensi yang
diharapkan karena lama pendidikan yang hanya 1 tahun. Pendidikan ini hanya
berlangsung 2 angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.
Tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan program C
(PPB/C) yang menerima masukan dari lulusan SMP. Pendidikan
ini dilakukan di 11 provinsi yaitu Aceh, Bengkulu, Lampung dan Riau (untuk
wilayah Sumatra) Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan
(wilayah selatan) Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya.
Pendidikan
ini memerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam 6 semester.
Selain pendidikan
bidan diatas sejak tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelnggarakan uji coba
pendidkan bidan jarak jauh (Distance Laerning) di tiga provinsi yaitu Jawa
barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilakukan untuk memperluas
cakupan upaya peningkatan mutu tenaga
kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Pengaturan penyelenggaraan ini telah diatur dalam SK Menkes No.
1247/Menkes/SK/XII/1994
Diklat jarah Jauh
bidan (DJJ) adalah DJJ kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan
berdampak pada penurunan AKI dan AKB. DJJ bidan dilaksanakan dengan menggunakan
modul sebanyak 22 buah. Pendidikan ini dikoordinasikan oleh Pusdiklat Depkes
dan dilaksanakan oleh bapelkes di propinsi.
·
DJJ
I (1995-1996) dilaksanakan di 15 propinsi
·
DJJ
II (1996-1997) dilaksnakan di 16 propinsi
·
DJJ
III (1997-1998) dilaksnakan di 26 propinsi
Secara komulatif
dari tahap I-III diikuti oleh 6.306 dan 3.439 (55%) dinyatakan lulus.
·
DJJ
tahap IV (1998-1999) dilaksanakan di 26 propinsi dengan jumlah setiap
propinsinya adalah 60 orang kecuali Maluku, Irian Jaya dan Sulawesi Tengah
masing-masing hanya 40 orangdan propinsi
Jambi 50 orang.
Selain pelatihan DJJ
tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawat daruratan maternal dan
neonatal (LSS; Life Saving Skill) dengan materi pembelajaran berbentuk 10
modul. Ditinjau dari proses penyelenggaraan ini dinilai tidak efektif.
Tahun
1996
IBI bekerjasama
dengan Depkes dan American College of Nursing Midwife (ANCM) dan Rumah Sakit
swasta mengadakan training of trainer kepada anggota IBI sebanyak 8 orang untuk
LSS yang kemudian menjadi ti pelatihan inti LSS di PP IBI. Tom peltihan LSS ini mengadakan TOT dan pelatihan baik untuk bidan di
desa maupun bidan praktek swasta. Pelathan praktek dilaksanakan di 14 propinsi
dan selanjutnya melatih BPS secara swadaya, begitu juga guru atau dosen dari D3
kebidanan.
Tahun 1995-1998
IBI bekerja langsung dengan Mother Caremelakukan peltihan dan peer review
bagi bidan RS, bidan Puskesmas, dan bidan di desa di propinsi Kalimantan
selatan.
Tahun 2000
Telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang
dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Health (MNH) yang sampai saat ini telah
melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten. Peltihan LSS dan APN tidak hanya
untuk pelatohan pelayanan, tetapi juga guru, dosen-dosen dari Akademi
Kebidanan.
Selain melaui pendidikan formal dan pelatihan, untuk meningkatkan kualitas
pelayanan juga diadakan seminar dan lokakarya organisasi (Organization
Development : OD) dilaksanakan setiap tahun sebanyak 2 kali mulai tahin 1996
sampai dengan 200 dengan baiaya dari UNICEF.
Perkembangan
Pendidikan Bidan Sekarang
Mengingat besarnya
tanggung jawab dan beban kerja bidan dalam melayani masyarakat, pemerintah
bersama dengan IBI telah mengupayakan pendidikan bagi bidan agar dapat
menghasilkan lulusan yang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan dapat
berperan sebagai tenaga kesehatan professional.
Berdasarkan hal
tersebut maka mulai tahun 1996 telah dibuka pendidikan diploma III kebidanan
dengan menggunakan kurikulum nasional yang telah ditetapkan melalui surat
keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan RI No. 009/U/1996 di enam provinsi
dengan menerima calon peserta didik dari SMA. Saat ini kurikulum D III
Kebidanan telah direvisi mengacu pada Kep Mendiknas 232 tahun 2000 tentang
pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan hasil revisi tersebut telah
disahkan dengan keputusan menteri kesehatan RI No. HK.006.06.2.4.1583.
Pada tahun 2001 tercatat ada 65 institusi yang menyelenggarakan
pendidikan diploma III kebidanan di seluruh Indonesia. Dalam tiga tahun
terakhir minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan diploma III
Kebidanan sangat tinggi. Hal ini terlihat sampai saat ini jumlah institusi
penyelenggara D III Kebidanan sudah mencapai 147 dengan 44 milik Depkes dan
sisanya kepemilikan pemerintah daerah, TNI dan swasta. Hal ini perlu kita
cermati bersama bahwa apabila peluang seperti akan tetap dipertahankan maka
tidak ditutup kemungkinan jumlah
institusi DIII kebidanan sulit untuk dibendung karena adanya aturan yang
memungkinkan untuk itu. Sekaitan dengan hal tersebut sebaiknya pihak- pihak
terkait seperti IBI melakukan studi tentang hal ini dan menyampaikan kepada
pihak terkait dan berwenang sebagai masukan untuk membatasi izin pendirian
Diploma kebidanan dan DIV Bidan pendidik.Dengan jumlah institusi yang cukup
besar tersebut dihadapi berbagai masalah antara lain jumlah dosen serta sarana
lahan praktik dan kasus yang terbatas. Untuk mengatasi kendala ini mulai tahun
2000 dibuka program diploma IV bidan pendidik yang diselenggarakan di fakultas
kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Pendidikan ini lamanya dua
semester (satu tahun) dan saat ini telah berkembang program yang sama pada
UNPAD(2001), USU(2004) dan STIKES Ngudi Waluyo Semarang, serta STIKIM Jakarta
(2003).Akhir- akhir ini minat masyarakat untuk membuka program DIV bidan
pendidik juga sudah mulai banyak seperti adanya beberapa usulan yang sudah
masuk ke Pusdiknakes dari pemprakarsa program DIV bidan pendidik pada awalnya
dilaksanankan dalam masa transisi dalam upaya pemenuhan kebutuhan dosen.
Apabila dianalisa lebih lanjut aturan yang berlaku pada Depdiknas
adalah kualifikasi dosen minimal satu tingkat program yang dilaksanakan dengan
program studi yang sesuai. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa DIV bidan
pendidik dengan masa studi satu tahun terdiri dari beban materi profesi
kebidanan kurang lebih 60 % dan 40 % beban materi kependidikan. Hal ini
sebenarnya belum belum memenuhi ketentuan yang ditetapkan Depdiknas bahwa
kualifikasi dosen minimal DIV dan S1 Kebidanan dan untuk menjadi pendidik perlu
ditambah dengan kemampuan kependidikan. Dengan memperhatikan permasalahan
tersebut mungkin sudah waktunya untuk memikirkan dan membuat rancangan
pendidikan DIV Kebidanan kilinis dan S1 Kebidanan. Tidak tertutup kemungkinan
pula untuk mengembangkan pendidikan pada jenjang S2 maupun SP1 dan SP2, apabila
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dosen, peneliti dan menejer dalam bidang
midwifery/ kebidanan disamping tetap melaksanakan pemenuhan kebutuhan tenaga
pelaksana pelayanan kebidanan oleh setiap tatanan pelayanan kesehatan. Tapi hal
ini terlebih dahulu harus disusun dan ditetapkan kompetensi untuk masing-masing
level/ jenjang pendidikan agar tidak terjadi kebingungan dikemudian hari.
Penyusunan kompetensi ini dilakukan oleh IBI bersama-sama dengan unsure terkait
lainnya seperti Depkes, organisasi profesi (POGI, IDAI, PERNASIA, dll ). Adapun
pembinaan dan pengawasan yang telah
diupayakan oleh Pusdiknakes antara lain mulai dari penyusunan dan penetapan
standar kompetensi bidan, penilaian ijin institusi baru, seleksi mahasiswa
baru, penyusunan kurikulum, akreditasi dan ujian akhir program. Serta
pengembangan beberapa standar pendidikan. Sampai saat ini dari 147 institusi
telah terakreditasi sebanyak 26 dengan status sebagai berikut : A= 4, B = 18
dan C= 4. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, ke depan kita sudah waktunya
untuk meninjau ulang dan menata kembali pola pendidikan berjenjang dan
berkelanjutan bagi bidan.
Sejarah Dan Perkembangan Pelayanan Kebidanan Dalam
Negeri
Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan
Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan
pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan
teknologi.
Pada
tahun 1907 (Zaman Gubernur Jendaral Hendrik William Deandels)
Pada zaman pemerintah Hindia Belanda. AKI dan AKB sangat tinggi, Tenaga
penolong persalinan adalah dukun . Para dukun dilatih dalam pertolongan
persalinan tapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih
kebidanan. Pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan kebidanan hanya diperuntukan bagi orang Belanda yang ada di
Indonesia.
Tahun 1849
Dibuka pendidikan dokter Jawa di Batavia (di RS Militer Belanda
sekarang RSPAD Gatot Subroto), seiring dengan dibukanya pendidikan dokter
tersebut pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia
oleh seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) lulusan ini kemudian bekerja
di RS dan di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak
dilakukan oleh dukun dan bidan.
Tahun
1952
Mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan
kualitas pertolongan persalinan. Kursus untuk dukun masih berlangsung sampai
dengan sekarang yang memberikan kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di
msyarakat dilakukan dengan kursus tambahan yang dikenal dengan istilah kursus
tambahan bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula
di kota-kota besar lain. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan
kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup palayanan antenatal.
Postnatal dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi.
Sedangkan diluar BKIA, bidan memberikan portolongan persalinan di rumah
keluarga dan pergi melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari
pasca persalinan.
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan yang
terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Puskesmas pada tahun 1957.
Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang
bertugas di puskesmas barfungsi memberikan pelayan KIA termasuk pelayanan KB
baik diluar gedung maupun didalam gedung.Pelayanan kebidanan yang diberikan di
luar gedung adalah pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan di Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu). Pelayanan di Posyandu mencakup empat kegiatan yaitu :
pemeriksaan kehamilan, pelayanan KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
Mulai
tahun 1990
Mulai tahun 1990 Pelayanan kebidanan diberikan secra merata dan dekat
masyarakat. Kebijakan ini melalui Inpres secara lisan pada sidang Kabinet tahun
1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Adapun
tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana KIA kususnya dalam palayanan
kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta pelayanan kesehatan BBL, termasuk
pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan didesa
melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan
pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan pondok bersalin
sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di
desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda
dengan halnya bidan yang bekerja di RS dimana pelayanan yang diberikan
berorientasi pada individu. Bidan di RS memberikan pelayanan poliklinik
antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di klinik KB, senam hamil, pendidikan
perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang
perinatal.
Bertitik tolak dari konferensi kependudukan dunia di Kairo pada tahun
1994 yang menekankan pada kespro, memerlukan area garapan pelayanan bidan. Area
tersebut melipuiti :
·
Family
Planning
·
PMS
termasuk infeksi saluran reproduksi
·
Safe
Motherhood termasuk bayi baru lahir dan
perawatan abortus
·
Kesehatan
Reproduksi pada remaja
·
Kesehatan
Reproduksi pada orang tua
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada
kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui
Permenkes. Permenkes yang menyangkut wewanang bidan selalu mengalami perubahan
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai
dari ;
Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas hanya pada
pertolongan persalinan normal secara mandiri didampingi tugas lain
Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes
623/1989.
Wewenang bidan dibagi dua yaitu wewenang umum dan wewenang khusus.
Dalam wewenang khusus ditetapkan bila bidan melaksanakan tindakan khusus
dibawah pengawasan dokter. Hai ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan
tugasnya tidak bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas tidakan yang dilakukan. Pelaksanaan dari Permenkes ini ,
bidan dalam melaksanakan praktek perorangan dibawah pengawasan dokter.
Permenkes
No. 572/VI/1996
Wewenang ini
mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan
prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan
kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup :
pelayanan kebidananan yang meliputi :pelayanan ibu dana anak, pelayanan KB,
pelayanan kesehatan masyarakat.
Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
registasi dan praktek bidan revisi dari Permenkes 572/VI/1996
Dalam
melakukan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai
dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Dalam keadaan keadaan
darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk
penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam
menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan,
pengalamam berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai
dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah karena kewenangan yang diberikan
oleh Depkes ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga
profesional dan mandiri.
SEJARAH PELAYANAN KEBIDANAN DI LUAR NEGERI
Yunani
Hipocrates
yang hidup antara tahun 460-370 sebelum masehi. Beliau mendapat sebutan Bapak Pengobatan karena selama hidupnya
menaruh
perhatian besar terhadap perawatan dan pengobatan serta kebidanan. Beliau
menganjurkan ibu bersalin ditolong dengan perikemanusiaan dan mengurangi
penderitaan ibu. Beliau menganjurkan agar ibu bersalin dirawat dengan
selayaknya. Sehubungan dengan anjuran itu maka di negeri Yinani dan romawi
terlebih dahulu merawat wanita nifas.
Roma
Soranus yang hidup
pada tahun 98-138 sesudah masehi. Beliau disebut Bapak Kebidanan karena dari beliaulah pertama kali menaruh perhatian
terhadap kebidanan setelah masa Hipocrates dan berpendapat bahwa seorang bidan
hendaklah seorang ibu yang telah mengalami kelahiran bayi, ibu yang tidak takut
akan hantu, setan, serta menjauhkan tahayul.
Disamping itu beliau
pertama kali menemukan dan menulis tentang Versi
Podali, tapi sayang tidak disertai keterangan yang lengkap. Setelah Soranus
meninggal usahanya diteruskan oleh muridnya Moscion. Ia menulis buku yang merupakan pengajaran bagi
bidan-bidan. Bidan-bidan dahulu seringkali tidak mendapatkan
pengajaran, hanya bekerja berdasarkan pengalaman dan keberanian. Buku yang
ditulisnya itu diberi judul Katekismus
bagi bidan-bidan Roma. Dengan adanya buku itu majulah pengetahuan bidan.
Galen (129-201 Masehi) menulis beberapa teks tentang pengobatan
termasuk Obstetri dan Gynekologi. Dia juga mengambarkan bagaimana bidan melakukan Dilatasi Servik.
Italia
Zaman setelah Moscion meninggal sampai abAd pertengahan merupakan
zaman yang galau bagi bidang perawatan, dimana perawatan pada umumnya menjadi
mundur. Pengobatan menjadi mundur sekali. Di Eropa ilmu pengobatan kuno menjadi
satu dengan astrologi sedangkan yang mesih berusaha menpertahankan perkembangan
pengobatan kebanyakan hanya tabib-tabib bangsa Arab, karena pada waktu itu
pengobatan dan perawatan diabaikan tidak heranlah jika kebidanan juga
dilalaikan, umumnya orang menganggap bahwa kebidanan adalah satu hal yang
biasa.
Pada abad ke XV waktu sekolah Italia sudah banyak dan besar,
pengobatan mulai maju lagi, terutama menganai antomi dan fisiologi tubuh
menusia. Diantara guru-guru besar Itali yang terkenal dan berjasa adalah :
1.
Vesalius
2.
Febricus
3.
Eustachius
yang menemukan tuba Eustachius (saluran yang menghubungkan hidung, telinga dan
tenggorokan).
4.
Fallopius menemukan Tuba Fallopii (saluran yang
menghubungkan ovarium dan uterus)
5.
Arantius menemukan Ductus Arantii (pembuluh darah
sementara pada janin)
Perancis
Perkembangan yang diperoleh oleh guru besar Italia kemudian mempengaruhi
pengobatan, perawatan dan kebidanan di Perancis. Setelah kebidanan dikenal, para wanita bangsawan
mempeloporinya. Apabila wanita bangsawan itu akan bersalin, terutama yang
tinggal di istana, mereka selalu memanggil Dokter atau Bidan, dicontoh oleh kaum
terpelajar dan kemudian berkembang pula diantara wanita-wanita biasa.
Tokoh yang
terkenal membawa perkembangan kebidanan di Perancis adalah :
1.
Amroise Pare (1510-1590)beliau dikenal sebagai seorang
ahli bedah, tetepi juga memberikan kontribusi dalam bidang Obstetri dan
Gynekologi. Beliau menemukan Versi
Podali < sebagai mana yang dikemukakan oleh Soranus dahulu, tetapi
beliau memberikan cara-cara dengan lengkap. Perasad
ini dikenal dengan Versi Ekstaksi (diputar) kemudian ditarik keluar.
2.
Grullemau, beliau adalah murid dari Amroise Pare
yang membantu dan meneruskan minat gurunya.
3.
Louise Bourgeois/ Boursie (1563-1636)ia dalah
seorang bidan yang cakap, juga murid dari Amroise Pare. Turut memperkenalkan
versi ektraksi pada persalinan sukar. Ia pertama kali menerbitkan buku tentang
kebidanan
4.
Francois
Mauriceau
Menemukan suatu cara untuk melahirkan kepala pada
letak sungsang agar lebih mudah yaitu dengan memasukkan dua jari ke dalam mulut
bayi agar kepala bertambah fleksi. Cara ini hingga sekarang terkanal dengan
istilah Cara Mauriceau atau Perasad Mauriceau.
Inggris
1.
William
Smellie, ( 1697-1763)
Beliau
mengubah bentuk cunam, serta menulis buku tentang pemasangan cunam dengan
karangan yang lengkap, ukuran-ukuran panggul dan perbedaan panggul sempit dan
biasa
2.
William
Hunter (1718-1783)
Murid
dari Willian Smellie, yang memeruskan usahanya.
Amerika
Serikat
Zaman dahulu kala di
AS persalinan ditolong oleh dukun beranak yang tidak berpendidikan. Biasanya
bila wanita sukar melahirkan, ahli obat menganjurkan agar wanita itu diusir
serta ditakuti agar ras sakit bertambah dan kelahiran menjadi mudah karena
kesakitan dan keseduhannya. Menurut catatan Thimas yang pertama kali praktek di
AS adalah Samuel Fuller dan Istrinya. Kemudian menyusul Anne Hutchinson, ia
menjadi bidan pada tahun 1634, pergi ke Boston dan melaporkan disana ia telah
menolong persalinan dengan baik dan menghilangkan kepercayaan lama.
Kemudian nasib
malang menimpa Anne Hutchinson ketika ia menolong sahabatnya bernama Marry
Dyer, melahirkan anak dengan Anencephalus. Orang- orang mengecam Anne sebagai
seorang ahli shir wanita. Akibat kecaman tu ia meninggalkan Boston dan pergi ke
Long Island, kemudian ke Pelham, New York. Disana ia terbunuh waktu ada
pemberontakan orang-orang Indian. Karena ia dianggap sebagai orang yang berjasa
maka ia diperingati dengan nama Hutchinson
River Parkway
Setelah orang
Amerika mendengar perkembangan di Inggris beberapa orang Amerika terpengaruh
dengan kemajuan di Inggris dan pergi kesana untuk memperdalam ilmunya. Antara
lain :
1.
Dr,
James Lloyd (1728-1810.
Beliau
berasal dari Boston, belajar di London di RS Guy dan RS Saint Thimas.
2.
Dr.
Willian Shippen (1736-1808)
Beliau
berasal dari Philadelphia, belajar di Eropa selama lima tahun kemudian belajar
pada Willian Smellie dan Jhon, William Hunter dan Mackanzie. Sekembalinya di AS
mengembangkan kebidanan di Amerika. Pada tahun 1762 Dr. W. Shippen diizinkan
mendirikan kursus kebidanan di Philadelphia Gazette. Masyarakat banyak menaruh
minat, pria maupun wanitanya , sehingga kursusnya terdiri dari dari murid-murid
pria dan wanita. Dalam praktek kebidanan murid-murid dipisahkan,
murid pria berpraktek pada praktek pratikulirnya sendiri. Kemudian didirikan
rumah sakit bersalin yang khusus untuk latihan muridnya. Kursus ini berlangsung
terus sampai tahun 1765, kemudian ditutup karena adanya sekolah kedokteran dari
Collage Philadelpjia. Dr. William Shippen diangkat menjadi professor Anatomi.
Pembedahan dan kebidanan diajarkan bersama-sama pada tahun 1810 setelah ada
pangangkatan dokter Thomas Chalkley James sebagai professor kebidanan. Ia
menganjurkan partus buatan pada bayi premature bila pinggul ibu nya sempit.
3.
Dr. Samuel Brad yang hidup pada tahun 1742-1821.
setelah menamatkan pelajarannya beliau pergi ke Eropa belajar di Edenburgh
hingga tamat. Kemudian meneruskan lagi ke London hingga pada tahun 1768 kembali
ke Amerika Serikat pada umur 26 tahun.
Beliau terkenal dengan memajukan berdirinya bagian
kedokteran di King College yang sekarang menjadi Universitas Columbia Dr.
J.V.L. Tennet yang bekerja juga pada universitas itu menyebutnya sebagai
professor kebidanan yang pertama di King College. Kemudian Dr Samuel Bard
menulis buku kebidanan yang lain dan memuat pelajaran bagi dokter dan bidan.
Isi buku tersebut antara lain sebagai berikut :
a.
Cara
pengukuran Conyungata diagonalis
b.
Kelainan-kelainan
panggul
c.
Melarang pemeriksaan dalam bila tidak ada indikasi
4.
kala I, dari permulaan persalinan sampai pembukaan
lengkap
5.
kala II, dari pembukaan lengkap sampai kepala
kelihatan di atas perineum
6.
kala III, dari tampaknya kepala bayi diatas perineum
sampai lahirnya seluruh tubuh
7.
Kala IV, dari lahirnya anak sampai lahirnya
plasenta.
a.
Menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk mencegah
terjadinya inversion uteri.
b.
Mengajarkan bahwa letak muka dapat lahir spontan
c.
Melarang pemakaian cunam yang berulan-ulang karena banyak
menimbulkan kerugian.
8.
Dr.
Walter Channing (1786-1876)
Walter
Channing mula-mula belajar kedokteran di universitas Pensylvania, kemudian
meneruskan ke Edenburgh dan London. Sekembalinya di Amerika Serikat beliau
diangkat sebagai Profesor kebidanan di Sekolah Kedokteran Harvard, di mana
sebelumnya diajarkan subjek kebidanan sebagai subjek tersendiri. Dr. Walter
Channing juga seorang dokter yang pertama kali memperhatikan keadaan nifas di
RSU Boston, Amerika Serikat.
Perkembangan Pendidikan Kebidanan Di Luar Negeri
Malaysia
Perkembangan kebidanan di Malaysia bertujuan untuk menurunkan MMR dan
IMR dengan menempatkan bidan desa. Mereka memiliki basic SMP + juru rawat + 1
tahun sekolah bidan.
Jepang
Sekolah bidan di
Jepang dimulai pada tahun 1912 pendidikan bidan disini dengan basic sekolah
perawat selama 3 tahun + 6 bulan pendidikan bidan. Tujuan pelaksanaan
pendidikan ini adalah untuk meningkaTkan pelayanan kebidanan dan neonatus tapi
pada masa itu timbul masalah karena masih kurangnya tenaga bidan dan bidan
hanya mampu melakukan pertolongan persalinan yang normal saja, tidak siap jika
terdapat kegawat daruratan sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas bidan
masih kurang memuaskan. Pada tahun 1987 ada upaya untuk meningkatkan
pelayanan dan pendidikan bidan, menata dan mulai merubah situasi.
Belanda
Negara Belanda merupakan Negara Eropa yang teguh berpendapat bahwa
pendidikan bidan harus dilakukan secara terpisah dari pendidikan perawat.
Menurut Belanda disiplin kedua bidang ini memerlukan sikap dan keterampilan
yang berbeda. Perawatan umumnya bekerja secara hirarki di RS dibawah pengawasan
sedangkan bidan diharapkan dapat bekerja secara mandiri di tengah masyarakat.
Akademi pendidikan bidan yang pertama pada tahun 1861 di RS Universitas
Amsterdam. Akademi ke dua dibuka pada tahun 1882 di Rotterdam dan yang ketiga
pada tahun 1913 di Heerlen. Pada awalnya pendidikan bidan adalah 2 tahun,
kemudian menjadi 3 tahun dan sejak 1994 menjadi 4 tahun. Pendidikannya dengan
dasar SMA. Tugas pokok bidan di belanda adalah keadaan normal dan merujuk
keadaan yang abnormal ke dokter ahli kebidanan.
Inggris
Pada tahun 1902 pelatihan dan registrasi bidan mulai
diteraturkan. Selama tahun 1930 banyak
perawat yang teregistrasi masuk kebidanan karena dari tahun 1916 mereka
melaksanakan kursus-kursus kebidanan lebih singkat dari pada perempuan tanpa
kualifikasi keperawatan. Tahun 1936 kebanyakan siswa-siswa kebidanan
teregistrasi sebagai perawat. Pelayanan
kebidanan di Inggris banyak dilakukan oleh bidan praktek swasta. Semenjak
pertengahan 1980 kurang lebih 10 orang bidan melaksanakan praktek mandiri.
Tahin 1990 bertambah sekitar 32 bidan, 1991 menjadi 44 bidan, dan 1994 sekitar
100 orang bidan dengan 80 bidan masuk dalam independent Midwives Assosiation.
Alasan
bidan di Inggris melakukan praktek mandiri :
·
Penolakan terhadap model medis dalam kelahiran (
Medicalisasi)
·
Ketidakmampuan
menyediakan perawatan yang memuaskan dalam NHS ( National Health Servis )
·
Untuk
mengurus status bidan sebagai praktisi
·
Untuk memberikan kelangsungan perawatan dan kemampuan
bidan dalam memberikan pertolongan persalinan di rumah sebagai pilihan mereka.
Pendidikan
kebidanan di inggris :
·
High
School + 3 tahun
·
Nurse
+ 18 bulan
Mayoritas bidan di Inggris adalah lulusan diploma. Sejak tahun 1995
sudah ada lulusan S1 kebidanan dengan dasar SMU + 3-4 tahun.
Australia
Australia sedang pada titik perubahan terbesar dalam pendidikan
kebidanan. System ini menunjukkan bahwa seorang bidan adalah seorang perawat
yang terlegislasi dengan kualifikasi kebidanan.
Konsekwensinya banyak bidan-bidan yang telah mengikuti pelatihan di
Amerika dan Eropa tidak dapat mendaftar tanpa pelatihan perawatan. Siswa-siswa
yang mengikuti pelatihan kebidanan pertama kali harus terdaftar sebagai
perawat. Kebidanan swasta di Australia berada pada poin kritis pada awal tahun
1990, berjuang untuk bertahan pada waktu perubahan besar.
3 faktor yang bekerja melawan kebidanan
- Medical yang dominan
- Berlawanan dengan profesi keperawatan
- Tidak mengabaikan komunitas peran bidan
Medicalisasi telah dibawa sebagian oleh dokter, melalui pelatihan
melebihi dari yang diperlukan ini adalah gambaran dari pejuangan bidan-bidan di
Negara lain. Profesi keperawatan di Australia menolak hak bidan sebagai identitas
profesi yang terpisah. Dengan kekuatan penuh bidan-bidan yang sedikit militant
tersupport untuk mencapai kembali hak-hak dan kewenangan mereka dalam menolong
persalinan
Pendidikan bidan dengan basic perawat + 2 tahun. Sejak tahin 2000
telah dibuka University of Teknology of Sydney yaitu S2 ( Doctor Of Midwifery )
Spanyol
Spanyol merupakan salah satu Negara di benua Eropa yang telah lama
mengenal profesi bidan. Dalam tahun 1752 persyaratan bahwa bidan harus lulus
ujian, dimana materi ujiannya adalah dari sebuah buku kebidanan “ A Short
Treatise on the Art Of Midwifery) pendidikan bidan di ibu kota Madrid dimulai
pada thain 1789. Bidan disiapkan untuk bekerja secara mandiri di masyarakat
terutama dikalangan petani dan buruh tingkat menengah kebawah. Bidan tidak
boleh mandiri memberikan obat-obatan , melakukan tindakan yang menggunakan
alat-alat kedokteran.
Pada tahun 1942 sebuah RS Santa Cristina menerima ibu-ibu yang hendak
bersalin. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan lebih banyak. Pada tahun 1932
pendidikan bidan disini secara resmi menjadi School of Midwife. Antara tahun
1987-1988 pendidikan bidan untuk sementara ditutup karena diadakan penyesuaian
kurikulum bidan menurut ketentuan Negara-negara masyarakat Eropa, bagi mereka
yang telah lulus sebelum itu, penyesuaian pada akhir 1992.
Ontario
Canada
Mulai
tahun 1978 wanita dan keluarga tidak puas dengan system perawatan maternity di
Ontario. Bidan di Ontario memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda
yang terbanyak adalah berasal dari pendidikan kebidanan di Britain, beberapa
memiliki pendidikan bidan formal di Belanda, Jerman dan beberapa memiliki latar
belakang perawat. Selain itu di canada pada umumnya tenaga bidan
datang dari luar. Mereka datang sebagai tenaga perawat dan pelayanan
kebidanannya disebut Maternity Nursing.
Di Canada tidak ada peraturan atau izin praktek bidan, pada tahun 1991
keberadaan bidan diakui di Canada. Di Ontario dimulai secara resmi pendidikan
di university Based, Direc Entry dan lama pendidikan 3 tahun. Dan mereka telah
menpunyai ijazah bidan diberi kesempatan untuk registrasi dan di beri izin
praktek.
Denmark
Merupakan Negara Eropa lainnya yang berpendapat bahwa profesi bidan
tersendiri. Pendidikan bidan disini mulai pada tahun 1787 dan pada tahun 1987
yang lalu merayakan 200 tahun berdirinya sekolah bidan. Kini ada 2 pendidikan
bidan di Denmark.
Setiap tahun menerima 40 siswa dengan lama pendidikan 3 tahun direct
entry. Mereka yang menjadi perawat maka pendidikan ditempuh 2 tahun. Hal ini
menimbulkan berbagai kontroversi dikalangan bidan sendiri, apakah tidak
sebaiknya pendidikan bidan didirikan atas dasar perawat sebagian besar
berpendapat tidak.
Pendidikan post gradua terbagi bidan selama 9 bulan dalam bidang pendidikan dan pengelola. Tahun
1973 disusun rangkaian pedoman bagi bidan yang mengelompokkan klien dari
berbagai resiko yang terjadi. Hal ini menimbulkan masalah kerena tidak jelas
batasan mana yang resiko rendah dan tinggi. Pada tahun 1990 diadakan perubahan
pedoman baru yang isinya sama sekali tidak menyinggung masalah resiko.
Penekanan pelayanan adalah pada kesehatan non invansi care.
New Zealand
Selama 50 tahun masalah kebidanan hanya terpaku pada medicalisasi
kelahiran bayi yang progresif. Wanita tukang sihir telah dikenal sebagai bagian
dari maternal sejak tahun 1904. Tindakan keperawatan mulai dari tahun 1971
mulai diterapkan pada setiap ibu hamil, hal ini menjadikan bidan sebagai
perawat spesialis kandungan.
Pada tahun 1970 Selandia Baru telah menerapkan medicalisasi kehamilan.
Ini didasarkan pada pendekatan mehasiswa pasca sarjana ilmu kebidanan dari
universitas Aukland untuk terjun ke rumah sakit pemerintah khusus wanita. Salah
satu konsekuensi dari pendekatan ini dalah regional jasa. Inia dalah efek dari
sentralisasi yang mengakibatkan penutupan runah sakit pedesaan dan wilayah
kota.
Dengan adanya dukungan yang kuat terhadap gerakan feminis, banyak
wanita yang berjuang untuk meningkatkan medicalisasi dan memilih persalinan di
rumah. Dengan adnya dukungan yang kuat terhadap gerakan feminis, banyak wanita
yang berjuang untuk meningkatkan medicalisasi dan memilih persalinan di rumah.
Kumpulan Homebirth di Aukland dibentuk tahun 1978. dimulai dengan keanggotaan
150 orang dan menjadi organisasi nasional selama 2 tahun yaitu NZNA ( New
Zaeland Nurses Association). Perkumpulan ini didukung oleh para langganan,
donator dan tenaga kerja suka rela atau fakultatif yang bertanggung jawab
atas banyaknya perubahan positif dalan
system RS. Tahun 1986 homebirth sangat berpengatruh dalam kemajuan melawan
penetapan yang dibuat oleh medis, akhirnya menteri pelayanan kesehatan secara
resmi mengakui homebirth tanuh 1986.
Pada tahun 1980 NZNA membuat garig besar mengenai statemen kebijakan
atas pembatasan rumah hal ini disampaikan olah penasehat panitia meternal jasa
kepada jawatan kesehatan. Panitia meternal jasa adalah suatu panitia dimana
dokter kandungan menyatakan peraturan mengenai survey maternal terutama dalam
hal memperdulikan rumah
Sekarang NZNA telah membuat kemajuan yang patut dipertimbangkan dalam
menetapkan konsep general perawat kesehatan keluarga secara berkesinambungan
menyediakan pelayanan mulai dari kelahiran sampai meninggal. Sejak tahun 1904
RS St. Hellen mengadakan pelatihan kebidanan selama 6 bulan dan ditutup tahun
1979. sebagi penggantinya sejak tahun 1978 beberapa politeknik keperawatan
berdiri, selain itu ada yang melanjutkan pendidikan di Australia untuk
memperoleh keahlian kebidanan. Tercatat 177 (86 %) bidan telah memperolah
pendidikan kebidanan di luar negeri pada tahun 1986 dari 206 bidan yang ada,
dan hanya 29 orang lulusan kebidanan Selandia Baru tahun 1987.
Tahun 1981 sebagian besar RS memasukkan bidan keperkumpulan perawat,
para bidan mengalami krisis untuk membentuk organisasi dan pemimpin dari
mereka. Kemudian muncul perkumpulan bidan yang menentang NZNA untuk mendapatkan
rekomendasi lebih lanjut langsung di bawah RS atau dibawah dokter kandungan.
Amerika Serikat
Mengenai kemajuan kebidanan dapat diceritakan sebagai berikut. Setelah
Amerika Serikat mengalami kamajuan maka Negara-negara lain menyusulnya terutama
setelah buku tentang kebidanan dicetak dan diedarkan. Yang memajukan kebidanan
itu antara lain ialah mereka yang di sebut dibawah ini :
William Harley (1578-1657)
Menyelidiki
fisiologi dari plasenta dan selaput janin, sehingga ditemukan fungus plasenta
dan selaput janin seperti yang kita ketahui sekarang ini.
Arantius
Seorang guru besar dari Italia menemukan suatu ductus/pembuluh darah
sementara pada janin yang menghubungkan vena umbilicalis dan vena cava
inferior. Ductus itu tertutup bila anak sudah lahir dan kemidian menjadi
jaringan. Ductus itru bernama sesuai dengan yang menemukannya yaitu Ductus Arabtii/ ductus yang ditemukan oleh
Arantius
Fallopius
Juga seorang guru besar dari Italia. Menemukan saluran sel telur yang
terletak antara uterus dan ovarium. Saluran itu dinamakan Tuba Fallopii
Boudelocque
dar Perancis (1745-1810)
Beliau mempelajari mengenai panggul dan menemukan ukuran-ukuran
panggul, serta memberi banyak sekali pelajaran tentang panggul. Salah seorang
muridnya adalah William Potts Dewees yang hidup antara tahun 1768-1841.
mula-mula beliau mengikuti James Llyod sebagai professor Kebidanan di
Universitas Pensylvania Amerika Serikat, kemudian balajar ke Perancis kepada
Boudelocque, terutama mempelajari panggul. Sekembalinya di Amerika Serikat beliau
memberikan pelajaran tentang panggul, hingga mendapat sebutan Boudelocque
Amerika.
Kecuali itu beliau menerbitkan buku pada tahun 1824, denan pelajaran
antara lain sebagai berikut :
a.
pengertian tentang panggul sebagai basis dalam
kebidanan
b.
persalinan dapat diperlakukan dengan tidur telentang
dan kaki dibengkokkan / sikap dorsal
recumbent, kecuali tidur miring yang biasa dilakukan.
c.
Pemasangan forcep bila perlu jangan di tunda karena
dapat membahayakan ibu dan anak. Ketentuan pemasangan forcep : kepala jangan
lebih 6 jam di dasar panggul.
Hugh
L. Hodge
Menemukan
bidang-bidang dalam panggul untuk mengetahui sampai dimana turunnya kepala
anak, bidang itu juga dinamkan bidang Hodge, kecuali itu beliau juga memberikan
pelajaran kebidanan yang antara lain sebagai berikut :
a.
letak
vertex/ belakang kepala anak, di belakang bisa disebabkan kerena putaran yang
salah
b.
mekanisme
letak sungsang sesuai dengan yang diajarkan sekarang
c.
pemasangan
forcep harus disamping kepala anak, kecuali bila kepala masih tinggi atau bila anak
melintang
d.
mengubah letak kepala dengan tangan (Inwendige
Correctie) sebelum memasang cunam
e.
membagi turunnya kepala dengan bidang-bidang dalam
panggul.
Sasaran
kebidanan komunitas
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah
Individu, Keluarga, dan Kelompok Masyarakat ( komuniti ). Individu yang
dilayani adalah bagian dari keluarga
atau komunitas. Menurut UU No. 23 tahun 1992 yang dimaksud dengan keluarga
adalah suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya Kelompok di masyarakat
adalah kelompok bayi, balita, remaja, ibu hamil, ibu nifas, ibu meneteki. Pelayanan
ini mencakup upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan,
penyembuhan serta pemulihan kesehatan.
Sasaran utama kebidanan komunitas adalah
ibu dan anak balita yang berada didalam keluarga dan masyarakat. Bidan
memandang pasiennya sebagai mahluk social yang memiliki budaya tertentu dan
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, social budaya dan lingkungan
sekitarnya.
Unsur-unsur yang tercakup dalam kebidanan komunitas adalah
bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan serta
teknologi.
TUJUAN
PELAYANAN KEBIDANAN
Pelayanan
kebidanan komunitas diarahkan “untuk
mewujudkan keluarga yang sehat sejahtera sehingga tercipta derajat kesehatan
yang optimal”. Hal ini sesuai dengan visi Indonesia Sehat 2010. Kesehatan
keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan dimasyarakat yang
ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk
mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Didalam kesehatan
keluarga, kesehatan ibu mencakup kesehatan masa pra kehamilan, kehamilan,
persalinan, pasca persalinan dan masa diluar kehamilan (masa interval).
Kesehatan
anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Upaya
kesehatan anak dilakukan melalui peningkatan kesehatan anak dalam kandungan,
masa bayi, balita, pra sekolah dan sekolah.
Peningkatan kesehatan keluarga dapat mewujudkan lingkungan keluarga yang
sehat, selanjutnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Wujud dari
kesehatan keluarga dan komunitas merupakan cita-cita bangsa Indonesia yang
berupa kesehatan untuk semua.
Kesehatan untuk semua menurut WHO adalah
semua orang memperoleh derajat kesehatan tertinggi yang memungkinkan dan secara
minimum semua orang memperoleh derajat kesehatan sehingga mereka mampu bekerja
produktif dan berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan social dimasyarakat
dimana mereka tinggal.
Kegiatan bidan dan jaringan kerja kebidanan komunitas
Sebenarnya
kegiatan kebidanan komunitas telah lama terlaksana ditengah-tengah masyarakat. Aktifitas
kebidanan komunitas terutama adalah melayani ibu dan anak balita diluar rumah
sakit. Sebelum bekerja dikomunitas seorang bidan harus mempunyai kompetensi
yaitu memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Pengetahuan
dasar yang harus dimiliki bidan
:
1.
Konsep dasar kebidanan komunitas
2.
Masalah kebidanan komunitas
3.
Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan
masyarakat
4.
Strategi pelayanan kebidanan komunitas
5.
Ruang lingkup kebidanan komunitas
6.
Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak
dalam keluarga dan masyarakat
7.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak
8.
Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak
Keterampilan
dasar yang harus dimiliki bidan:
1.
Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, bayi
balita dan KB dimasyarakat
2.
Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak
3.
Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes
4.
Mengelola polindes
5.
Melakukan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas, laktasi,
bayi dan balita
6.
Melakukan pembinaan dan penggerakan PSM
7.
Melakukan penyuluhan dan konseling kesehatan
8.
Melakukan pencatatan dan pelaporan
Dilihat
dari peran dan fungsi bidan yang sesuai dengan kode etik bidan maka peran bidan
didalam komunitas adalah sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan juga
peneliti.
Pelayanan
kebidanan komunitas mencakup pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan
Sebagian
besar kegiatan bidan komunitas adalah memberikan pelayanan kesehatan selama
kehamilan, persalinan, nifas, juga pada bayi dan anak, tetapi bidan juga
bekerja dalam keluarga berencana serta masa sebelum dan sesudah kehamilan.
Secara
garis besar kegiatan pelayanan kebidanan dimasyarakat dapat diuraikan sebagai
berikut :
1.
Pelayanan kesehatan ibu
Bertujuan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu yang
dilakukan pada :
a.
Pra hamil
b.
Hamil
c.
Persalinan
d.
Nifas
e.
Menyusui
2.
Pelayanan medik keluarga berencana
Bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dalam rangka
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pemberian
kontrasepsi. Kegiatannya meliputi :
a.
Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
b.
Pelayanan kontrasepsi
c.
Pembinaan dan pengayoman medis kontrasepsi peserta KB
d.
Pelayanan rujukan KB
e.
Pencatatan dan pelaporan
3.
Pelayanan kesehatan anak
a.
Pemeriksaan kesehatan balita secara berkala
b.
Penyuluhan pada orang tua, menyangkut pada perbaikan
gizi, kesehatan lingkungan dan pengawasan tumbuh kembang anak
c.
Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya
d.
Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin
timbul pada bayi dan balita serta cara penanngulangannya
4.
Peran serta masyarakat
a.
Pelatihan dukun
b.
Pelatihan kader kesehatan masyarakat
c.
Kursus ibu
d.
Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
e.
Posyandu
f.
Dana sehat
Pelayanan
kebidanan komunitas dapat dilakukan dirumah pasien, polindes, posyandu,
puskesmas, dan rumah bidan praktek swasta
Rangkuman
Kebidanan komunitas merupakan kegiatan pelayanan yang diberikan bidan
kepada ibu dan balita yang berada dalam suatu keluarga untuk meningkatkan
kesehatan keluarga.
Perkembangan pendidikan kebidanan sudah dimulai sejak zaman Hindia Belanda
yang dipelopori oleh seorang dokter
militer Belanda. Sampai saat ini pendidikan kebidanan di Indonesia terus
mengadakan pembenahan sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
mencapai tujuan menjadikan seorang bidan yang profesional baik dalam keilmuan
maupun praktek dalam komunitas. Sedangkan pelayanan kebidanan sudah dimulai di
luar negeri, yang dipelopori oleh bangsa Roma yaitu Soranus yang dikenal
sebagai Bapak Kebidanan, yang menemukan
dan menulis tentang versi podali yang
diikuti oleh negara-negara lain, dengan penemuan-penemuan pelayanan kebidanan
yang lebih bervariasi baik dalam penanganan kasus maupun pengobatan.
Kesehatan ibu terkait dengan masalah
kesehatan wanita. Wanita dengan perkembangan dan pertumbuhannya melalui masa
bayi, anak, remaja, ibu ( hamil, melahirkan, nifas, menyusui ) dan usia lanjut.
Walaupun kebidanan komunitas memfokuskan kegiatannya kepada ibu dan anak yang
dilahirkan, akan tetapi masa lain yang dilalui oleh wanita juga mendapat
perhatian karena masa ibu berkaitan dengan masa – masa lain dalam pertumbuhan
dan perkembangan wanita.
Kebidanan komunitas merupakan bagian kesehatan keluarga, masalah kesehatan
keluarga terutama kesehatan ibu dan anak balita
sangat terkait dengan kebidanan komunitas. Keluarga merupakan bagian
komunitas.
Indonesia Sehat 2010
Ditetapkannya Paradigma baru “PARADIGMA SEHAT”
oleh MENKES Prof. Dr. F.A Moeloek pd 15
sept 98, Merupakan upaya utk lebih meningkatkan kes.bangsa yg bersifat proaktif
dlm waktu jk.pjg mampu mendorong masyarakat utk bersikap mandiri dlm menjaga
kes.mereka sendiri melalui kesadran yg lebih tinggi pd pentingnya pelkes yg
bersifat promotif dan preventif (menghapus paradigma pembkes yg mengutamakan
pelkes yg bersifat kuratif dan rehabilitatif)
5 Fenomena Utama Yang Berpengaruh Besar Dalam Pembagunan
Kesehatan :
1. Perubahan mendasar pada dinamika kependudukan, yg mendorong lahirnya
transisi demografis dan epidemiologis
2. Temuan-temuan substansial dlm iptek kedokteran yg membuka cakrawala baru
dalam memandang proses sehat, sakit dan mati.
3. Tantangan global akibat kebijakan perdagangan bebas dan pesatnya
revolusi dalam bidang informasi, telekomunikasi dan transportasi.
4. Perubahan lingkunangan yang berpengaruh terhadap derajat dan upaya
kesehatan.
5. Demokratisasi di segala bdg yg menuntut pemberdayaan&kemitraan dlm
pembangunan kes.
Disebabkan oleh :
Adanya tuntutan Reformasi
Total Dibidang kesehatan. Disebabkan oleh :
ü Adanya ketimpangan hasil pembangunan kesehatan
antar daerah & antar golongan
ü Derkesmas yg masih tertinggal dg negara lain
ü Kurangnya kemandirian dalam pembangunan
kesehatan
|
Pada hakekatnya adalah nilai kebenaran/aturan pokok
sebagai landasan utk berpikir atau bertindak dalam pembangunan kesehatan adalah
:
Ada dua penyebab utama rendahnya derajat kesehatan
masyarakat di Indonesia. Pertama, terjadinya transisi epidemiologis dengan
adanya “ Beban ganda Penyakit “ (Doeble Burden of deases), yaitu pada saat
masalah penyakit infeksi belum hilang, sudah muncul masalah penyakit
degenerative 9 non-communicable disease), seperti penyakit kardiovaskuler,
hipertensi, diabetes mellitus, kanker yang pengobatannya memerlukan biaya
besar. Kedua, masalah pendanaan kesehatan yang disebabkan oleh, antara lain,,
oleh tariff yang tidak terjangkau, system pembayaran pelayanan kesehatan yang
ditetapkan berdasarkan pembayaran jasa per pelayanan (fee for services), serta
terbatasnya dana kesehatan, sehingga masyarakat tidak mendapatkan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan. Masyarakat, bangsa & negara yg sehat ditandai
oleh penduduknya hidup dlm lingkungan & dgn perilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan utk menjangkau pelkes yg bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derkes yg setinggi-tingginya di seluruh wilayah RI.
Misi Pembangunan Kesehatan adalah :
F Perilaku masyarakat Indonesia 2010 : perilaku proaktif utk memelihara
& meningkatkan kes, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penykt serta berpartisipasi aktif dlm gerakan kesmas. Menggerakkan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan
F Mendorong kemandirian masyarakat utk hidup sehat
F Memelihara & meningkatkan pelkes yg bermutu, merata & terjangkau
F Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga masyarakat dan
lingkungan
|
Sasaran Pembkes Menuju Indonesia Sehat 2010
§ Perilaku hidup sehat
§ Lingkungan hidup sehat
§ Upaya kesehatan
§ Manajemen pembkes
§ Derajat kesehatan
KEBIJAKSANAAN UMUM PEMBKES
utk mencapai tujuan & sasaran pembkes menuju
Indonesia Sehat 2010
§ Peningkatan perilaku, pemberdayaan & kemandirian masy.
§ Peningkatan kesehatan lingkungan
§ Peningkatan upaya kesehatan
§ Peningkatan sumber daya kesehatan
§ Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kes.
§ Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kes.
4 Strategi
Pembangunan Kesehata adalah :
1.
Pembangunan nasional
berwawasan kesehatan
Faktor penentu keberhasilan :
o Wawasan kes.sebagai azas pembangunan nasional
o Paradigma sehat sebagai komitmen gerakan nasional
o Sistem yg mendorong aspek
promotif dan preventif dlm pemeliharaan kesehatn komprehensif
o Dukungan sumber daya yg berkesinambungan
o Sosialisasi internal dan eksternal
o Restrukturisasi dan revitalisasi infrastruktur terutama yg terkait
dengan rencana desentralisasi
2.
Profesionalisme
Faktor penentu keberhasilan :
o
Pemantapan manajemen SDM
o
Pemantapan aspek ilmu
& teknologi, iman & taqwa serta etik profesi
o
Penajaman konsep
profesionalisasi kedokteran dan kesehatan
o
Penciptaan aliansi
strategis dgn pihak-pihak yg turut memainkan peranan penting dlm mewujudkan
visi Indonesia Sehat 2010
3.
Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat
Faktor penentu keberhasilan :
o komitmen & perencanaan JPKM bersama gerakan paradigma sehat
o Dukungan peraturan perundang-undangan
o Sosialisasi Internal & eksternal
o Intervensi pemerintah terutama dalam inisiasi penghimpun dana awal
o Kebijakan yg memberi keleluasaan pengelolaan secara tanggung jawab
4.
Desentralisasi
Faktor penentu keberhasilan :
o Keseimbangan & sinergi azas-azas desentralisasi dan dekonsentrasi
o Penegasan jenis dan peringkat kewenangan
o Kejelasan pedoman pengelolaan disertai dengan indikator/parameter
kinerja kota sehat/kabupaten sehat
o Pemberdayaan : kemampuan/kapasitas untuk menetapkan desentralisasi
o Sistem & kebijakan SDM yg mendukung
o Infrastruktur lintas sektoral yg mendukung
o Mekanisme pengendalian yang andal
6 Pokok program kesehatan :
§ Pemerdayaan & kemandirian masyarakat
§ Lingkungan sehat
§ Upaya kesehatan
§ Pengembangan sumberdaya kesehatan
§ Pengembangan kebijakan & manajemen pembangunan kesehatan
§ Pengembangan iptek kesehatan
10 Program kesehatan ungulan :
§ Program Perbaikan gizi
§ Program Pencegahan penyakit menulat termasuk imunisasi
§ Program Peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental
§ Program Kebijakan kesehatan pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan
§ Program Lingkungan pemukiman air & udara sehat
§ Program Keselamatan dan kesehatan kerja
§ Program Kesehatan keluarga, kesehatan produksi, KB
§ Program Anti tembakau, alkohol dan mandat
§ Program POM ( Bahan Berbahaya)
§ Program Pencegahan kecelakaan dan ruda paksa
Indikator Keberhasilan pembangunan kesehatan KIA
1.
Indikator input (masukan)
¡ Komitmen politik
¡ Alokasi sumber daya
¡ Peningkatan pendapatan perkapita
¡ Penyebaran pendapatan
¡ Angka melek huruf orang dewasa
¡ Ketersediaan sarana kesehatan
¡ Tingkat pertumbuhan penduduk
¡ Partisipasi aktif peserta KB
¡ Penduduk ikut JPKM
¡ Kerangka organisasi & manajerial
2.
Indikator
proses
¡ Keterlibatn masyarakat dlm mencapai kesehatan bagi semua
¡ Tingkat desentralisasi pengambilan keputusan
¡ K1 & K4
¡ Penduduk yg tidak merokok Dan miras
¡ Indikator output ( keluaran) Cakupan pelayanan dasar
¡ Cakupan pelayanan rujukan
¡ Status gizi
¡ Angka kematian
¡ Penurunan fertilitas
BAB II
MASALAH-MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS
|
Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global yang semakin ketat
yang menuntut kita semua untuk menyiapkan
manusia Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus
bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan
berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak janin dalam kandungan,
masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki
posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan angka kesakitan dan kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan
kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,
promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang
membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas
tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan
segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian
profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input,
proses dan output.
|
Persoalan terpenting lainya adalah persoalan
kelangsungan hidup anak. Dari 18 juta balita yang ada di Indonesia saat ini,
paling tidak 5 juta diantaranya menderita kekurangan gizi dan 1,7 juta lainnya
mengalami gizi buruk (Kompas,26/1/2007). Penyebabnya adalah faktor kemiskinan
dan faktor lain adalah budaya dan ketidaktahuan. Hal ini pula yang menyebabkan
tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Berdasarkan Human Development
Report tahun 2007, AKB
Indonesia bertengger pada posisi 43,5/1000 kelahiran hidup, dan itu
artinya dari 5 juta bayi yang lahir, 217 ribu diantaranya meninggal dunia atau
sekitar 650 anak setiap harinya.
Penyebab
kematian ibu adalah:
·
Perdarahan 42%
·
Eklampsi 13%
·
Komplikasi Aborsi 11%
·
Infeksi 10%
·
Partus lama 9%
·
Tidak diketahui
15%
Seperti :
- Sosial ekonomi
-
Pendidikan
-
Kedudukan dan peran wanita
-
Sosial budaya
-
Transportasi
Penyebab
kematian bayi adalah:
·
Derajat kesehatan hamil rendah dan komplikasi obstetri
·
Tumbuh kembang janin dalam kandungan terhambat
·
Proses persalinan (aspiksia, trauma, hipotemi)
|
Hasil survey
dilaporkan bahwa Perilaku
seksual remaja
yang mengaku terus terang pernah hubungan seks adalah Perempuan
: < 1%
dan Laki-laki : 5%,
dan hasil survey lainnya melaporkan siswa-siswi di 3 SMU DKI 2002 pernah
hubungan seks, yang
terdiri dari Laki-laki : 8,9% dan Perempuan : 7.2%.
Angka
remaja hamil di indonesia masih sulit untuk didapatkan karena masih ditutupi /
dirahasiakan. Dalam hal ini perlu
peran para bidan untuk
mensosialisasikan fungsi alat reproduksi di kalangan remaja pra puberitas
dan puberitas.
Pengalaman
seksual dan penggunaan kondom
(Susenas, 2002)
Umur
|
♀
|
♂
|
15-19
tahun
|
34,7%
|
30,9%
|
20-24
tahun
|
48,6%
|
46,5%
|
Tempat tinggal
|
|
|
Kota
|
44,2%
|
44,1%
|
Desa
|
30,3%
|
29,9%
|
Masalah yang berhubungan
dengan kehamilan remaja adalah Jumlah / proporsi besar (22,9), penanganan
belum komprehensif,
kurangnya info yang benar
dan adanya penolakan beberapa pihak sekolah terhadap pemberian pendidikan seks
kepada remaja.
Akibat yang paling
terlihat adalah meningkatkan angka arbosi yang tidak aman serta perkawinan
usia muda.
|
Berdasarkan
penjelasan pasal 15 ayat 12 UU Kes No. 23 / 1992 dinyatakan bahwa peluang untuk
beraborsi tetap terbuka, tetapi hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Pengertian Unsafe Abortion adalah pengguguran
kandungan yang dilakukan dengan tindakan yang tidak steril serta tidak aman,
secara medis.
Komplikasi
yang dapat ditimbulkan dari Aborsi adalah :
1.
Gangguan psikis
2.
Perporasi
3.
Infeksi
4.
Syok
Peran
bidan dalam
menangani Unsafe Abortion adalah memberikan
penyuluhan pada klien tentang efek-efek yang ditimbulkan dari tindakan unsafe
abortion. Untuk
bidan atau
nakes perlu disadari bahwa siapa saja yang melakukan tindakan aborsi tanpa
indikasi (ilegal) akan
dijerat hukum denda dan hukuman kurungan serta perjanjian kepada Tuhan yang
Maha Esa.
|
Berat
badan bayi < 2500 gram. Masih rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang
dilahirkan, semakin tinggi morbilitas dan mortilitas bayi. Faktor predisposisi BBLR
adalah :
1.
Faktor ibu
·
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
·
HAP
·
Malnutrisi
·
Hidramnion
·
Penyakit kronis (jantung)
·
Hipertensi
·
Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun
·
Jarak kehamilan < 2 tahun
2.
Faktor janin
·
Cacat bawaan
·
KPD
·
Hidramnion
3.
Ekonomi
yang rendah
4.
Kebiasaan
·
Pekerjaan yang melelahkan
·
Merokok
5.
Tidak diketahui
|
Tingkat fertilitas /
tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (Pasangan Usia Subur)
merupakan salah satu masalah kebidanan komunitas yang perlu mendapatkan
perhatian karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh
tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB. Peran bidan adalah memberikan
penyuluhan pada PUS tentang sistem
reproduksi dalam kehidupan suami-istri.
|
Biasanya
disebabkan oleh
tingkat kepercayaan masyarakat a/n dukun masih tinggi, rendahnya
profesionalisme bidan dalam menolong persalinan, kurangnya
pendekatan personal antara bidan dan bumi, peran bidan
dalam hal ini adalah lebih
meningkatkan kebersamaan dengan anggota masyarakat meningkatkan
profesionalisme dalam bidang pertolongan persalinan / ilmu kebidanan
|
Peran
bidan adalah memberikan
penyuluhan tentang resiko yang ditimbulkan akibat seks bebas yang dilakukan
bukan dengan pasangan yang sah terutama dengan PSK, penyuluhan
tentang penggunaan kondom dalam kondisi tertentu. Perilaku
dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan di komunitas.
Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat adalah :
o
Kurangnya pengetahuan, salah satunya dibudang kesehatan
o
Adat istiadat yang dianut / berlaku di wilayah setempat
o
Kurangnya peran serta masyarakat
o
Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan
o
Kebiasaan-kebiasaan / kepercayaan negatif yang berlaku
negatif dan
positif.
Sosial
budaya yang ada di masyarakat memberi 2 pengaruh pada masyarakat tersebut yaitu
: pengaruh negatif dan positif.
Sosial
budaya masyarakat yang bersifat positif antara lain :
§ Rasa
kekeluargaan dan semangat gotong royong
§ Mengutamakan
musyawarah dalam mengambil keputusan
§ Rasa
tolong menolong / perasaan senasib sepenanggungan
Sosial
budaya masyarakat yang bersifat negatif antara lain :
§ Membuang
sampah sembarangan sehingga timbul daerah kumuh
§ Penyalahgunaan
obat-obatan
§ Industri-industri
yang tidak memperhatikan pembuangan limbah yang baik
§ Wanita
pekerja yang tidak dapat merawat anaknya dengan baik
§ Masalah
kesehatan jiwa yang menonjol.
BAB III
STRATEGI
PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS
Pendekatan
Edukatif dalam Peran Serta Masyarakat
Pendekatan
edukatif adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana,
terarah, dengan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat secara
keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan
memperhitungkan faktor ekonomi dan budaya setempat.
Dasar
pemikiran :
1.
Pelayanan kesehatan harus dikembangkan dan bertolak dari
pola hidup dibidang kesehatan
2.
Pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem
kesehatan nasional dan pola pelayanan di masiing-masing tingkat administrasi
harus serasi dan saling menunjang
3.
Pelayanan kesehatan terintegrasi dengan kegiatan sektor
lain dan merupakan pelayanan terpadu dan terkoordinir
4.
Masyarakat setempat harus dilibatkan secara aktif dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sesuai dengan masalah dan
kebutuhan prioritas setempat. Oleh karena itu perlu interaksi yang dinamis,
timbal balik dan berkesinambunganantara masyarakat dan prosedur
5.
Pelayanan yang diberikan harus mampu memacu, menggali dan
memanfaatkan potensi yang ada
6.
Pelayanan yang diberikan hendaklah dilaksanakan oleh
petugas yang bisa diterima oleh masyarakat dengan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang sudah disiapkan
Partisipasi
diarahkan untuk :
1.
Meningkatkan pengetahuan dan awareness (kesadaran)
tentang tanda bahaya (masyarakat, tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat)
2.
Meningkatkan kesiapan keluarga dan masyarakat dalam
menghadapi persalinan dan bahaya yang mungkin terjadi (pendanaan dan
transportasi)
3.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyediaan dan
pemanfaatn pelayanan kesehatan ibu dan anak
4.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penjagaan mutu
pelayanan
Pelayanan
yang Berorientasi pada Kebutuhan Masyarakat
Kewajiban
bidan terhadap klien dan masyarakat (Kode Etik Bidan Indonesia)
1.
Sikap bidan terhadap klien, tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
2.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klie, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
Langkah-langkah
:
1.
Bersama tim kesehatan dan pemuka masayarakat mengkaji
kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerja
2.
Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian
bersama masyarakat
3.
Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta sesuai dengan rencana
Dengan
makin terlihatnya ketersediaan sumber daya termasuk pembiayaan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, penentuan kegiatan prioritas yang langsung mempengaruhi
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sangat
penting. Untuk itu,
program harus mampu merencanakan kegiatan yang cost effective berdasarkan
sumber daya yang ada dan menggali sumber daya dari sector lain, swasta dan
masyarakat.
Menggunakan
/ Memanfaatkan Fasilitas dan Potensi yang Ada di Masyarakat
1.
Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana (KB)
termasuk sumber-sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
2.
Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
BAB IV
TUGAS DAN
TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS
1.
Tugas utama bidan di komunitas
Melakukan pengolahan pelayanan ibu hamil, nifas dan
loktasi bagi bayi dan balita
Ø Mengidentifikasi
status ibu dan anak
Ø Melakukan
pertolongan persalinan di rumah dan polindes
Ø Mengelola
polindes
Ø Melaksanakan
kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas, dan loktasi bayi serta balita
Ø Melakukan
penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat
Ø Untuk
menolong upaya-upaya kesehatan ubu dan anak
Ø Melaksanakan
penyuluhan dan konseling kesehatan
Ø Melaksanakan
pencatatan dan pelapukan
2.
Tugas tambahan bidan di komunitas
Ø Melakukan
pemantauan KIA dengan menggunakan plus-KIA
Ø Melaksanakan
pelatihan dan pembinaan dukun bayi
Ø Mengelola
dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya
Ø Menggunakan
teknologi kebidanan tepat guna
3.
Tanggung jawagb bidan di komunitas
Ø Menjaga
agar pengetahuannya tetap up-to-date. Terus mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan kemahirannya agar bertambah luas serta mencakup semua aspek
dari peran seorang bidan
Ø Mengenali
batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya melampaui
wewenangan dalam praktek kliniknya
Ø Menerima
tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta konsekwensi dari keputusan itu
Ø Berkomunitas
dengan pekerja kesehatan professional lainnya (bidan, Dokter, dan perawat)
dengan bias hormat dan martabat
Ø Memelihara
kerja sama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit pendukung untuk
memastikan sistem penyuluhan yang optimal
Ø Kegiatan
memantau mutu, yang bisa mencakup penilaian sejawat, pendidikan
berkesinambungan, kaji ulang kasus-kasus, dan audit maksimal / perinatal
Ø Bekerja
sama dengan masyarakat dimana ia berpantau meningkatkan aksis dan mutu asuhan
kesehatan
Ø Menjadi
bagian dari upaya untuk meningkat status wanita serta kondisi hidup mereka
serta menghilangkan prakte-praktek kultur yang sudah terbukti merugikan kaum
wanita
a.
Bidan praktek swata
Petunjuk pelaksanaan praktek bidan
1.
Pendahuluan
Umum
Ø Bidan
sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan terdepan kepada
masyarakat mempunyai kedudukan penting oleh karena itu perlu selalu
meningkatkan mutu pelayanannya
Ø Agar bidan
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik perlu adanya pengaturan
yang mudah dipahami oleh bidan
b.
Tujuan
Ø Mempermudah
bidan untuk memahami dam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang sudah yang sudah
ditetapkan serta memberikan kejelasan batas-batas kewenangannya. Dalam
menjalankan praktek sehingga meningkatkan mutu pelayanan
Yang diberikan serta meningkatkan citra yang baik bagi
bidan
Ø Memberikan
kepastian dan perlindungan hukum bagi bidan sebagai pemberi pelayanan serta
masyarakat penerima pelayanan
II.
Penyelenggaraan praktek
1.
Bidan dalam menjalankan prakteknya harus :
a.
Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi
persyaratan kesehatan
b.
Menyediakan tempat tidur untuk persalianan 1 (satu)
maksimal 5 (lima) tempat tidur
c.
Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan
melaksanakan prosedurnya tetap (protap) yang berlaku
d.
Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peraturan
yang berlalu
2.
Bidan yang menjalankan praktek harus mencantumkan surat
izin praktek bidannya atau fotocopy izin praktek bidannya atau fotocopy izin
prakteknya diruang praktek atau tempat yang mudah dilihat
3.
Bidan dalam prakteknya menyediakan lebih dari 5 tempat
tidur harus memperkerjakan tenaga bidan yang lain memiliki SIPB untuk membantu
tugas pelayanannya
4.
Bidan yang menjalankan praktek harus mempunyai peralatan
minimal sesuatu dengan ketentuan yang berlalu dan harus tersedia tempat
prakteknya
5.
Peralatan yang wajib dimiliki dalam menjalankan praktek
bidan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan
6.
Dalam menjalankan tugas bidan haru senantiasa
mempertahankan dan meningkatkan keterampilan prosesnya antara lain dengan :
a.
Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling
tukar informasi dengan sesama bidan
b.
Mengikuti kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh
organisasi prosesi
c.
Memelihara dan mearawat peralatan yang digunakan untuk
praktek agar tetap siap dan berfungsi dengan baik
Daftar
pustaka
Syahlan,
JH, Dr. 1996. Kebidanan Komunitas, Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan. Jakarta
PPIBI.
2003. Bidan Menyongsong Masa Depan Jakarta. PPIBI
Kepmenkes
No. 900/Menkes/SK/VII/2002
Mery Cronk, Caroline F. 1994. Community Midwifery.
London
HornGreen, Datar,
and Foster. Cost Accounting, A Managerial Emphasis, Prentice Hall, 2003.
AZRUL AZWAR, DR,.
dr, MPH,. Pengantar administrasi kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta Barat,
1996
0 Response to "SKRIPSI KEBIDANAN LENGKAP KONSEP KEBIDANAN KOMUNITAS"
Posting Komentar