Assalamualaikum
wr wb,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Selamat sore rekan-rekan guru semua,,,,,,,,,, Sedikitnya jumlah siswa serta lokasinya yang
jauh dari pusat pemerintahan kabupaten atau kecamatan, menyebabkan minimnya
guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS) mengajar di tempat tersebut.
Akibatnya di sekolah sekolah negeri daerah tertinggal, lebih banyak diajar oleh
guru honor.
Dari sekian
banyak sekolah di daerah tertinggal di wilayah tatar galuh Ciamis adalah di
Kecamatan Sukamantri, khususnya di Desa Tenggerraharja. Jumlah guru PNS yang
mengajar di sekolah terpencil itu bisa dihitung dengan jari.
Guru PNS tak
Tertarik Mengajar di Daerah Terpencil
Misalnya,
SDN 2 Tenggerraharja hanya ada dua guru PNS, yang satunya merangkap sebagai
kepala sekolah. Sedangkan di SDN 1 Tenggerraharja, ada 3 guru PNS, salah
satunya merangkap sebagai kepala sekolah, dibantu 4 guru honorer.
Lebih
memeperihatinkan lagi di SMP Negeri Satu Atap, yang sebelumnya melaksanakan
proses belajar mengajar di SDN 1 Tegnggerraharja, hanya ada 1 guru PNS,
merangkap sebagai kepala sekolah. Bahkan Kepala SMPN Satu Atap, Elon Suherlan,
pada Juli 2015 memasuki masa pensiun.
Hal itu
terungkap saat Ketua DPRD Kabupaten Ciamis Asep Roni mendatangi tiga sekolah di
daerah terpencil di Kecamatan Sukamantri tidak jauh dari wilayah perbatasan
dengan Kabupaten Majalengka. Asep Roni didampingi Kepala Bidang Pemuda dan
Olahraga Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, Hermawan serta Kepala Unit
Pelaksana teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Sukamantri, Endang Sudrajat. Ikut mengantar
Kepala Desa Tenggerraharja, Endang Dahrimin.
Di sekolah
yang didatangani secara mendadak itu, Ketua DPRD Ciamis Asep Roni banyak
mendapat keluhan serta masukkan dari kepala sekolah maupun guru yang mengajar
di tempat itu. Misanya SDN 1 Tenggerraharja yang tidak memiliki perpustakaan,
serta membutuhkan ruang kelas baru. Demikian pula yang ada di SDN 2
Tenggerraharja. Sedangkan SMPN 1 Tenggerraharja membutuhkan sedikitnya dua
ruang kelas baru, saat ini sekolah yang melahirkan banyak prestasi bidang olahraga,
hanya memiliki 4 ruang kelas.
Perbedaan
status antara PNS dengan guru honorer tersebut, juga memunculkan persoalan
tersendiri, meskipun hal itu tidak begitu tampak ke permukaan. Setidaknya
kepala SDN 1 Tenggerraharja, Negsih mengaku agak segan memberi beban pekerjaan
berat terhadap guru honorer.
"Saya
kadang merasa tidak enak, segan memberi beban kerja berat kepada guru honor,
yang terbayang dalam pikiran saya adalah sudah mendapat beban kerja berat,
sementara honor yang diterimanya sangat kecil. jadi kadang saya berpikir ulang
sebelum memberi tambahan pekerjaan," ujar Nengsih.
Berkenaan
dengan nasih sekolah dan guru honor daerah terpencil, Ketua DPRD Ciamis Asep
Roni mengaku prihatin dengan keadaan tersebut. Pihaknya juga bakal
memerjuangkan aspirasi untuk sekolah maupun guru honor daerah terpencil.
"Saya
trenyuh, ternyata guru honor di daerah terpencil penghasilnya sangat kecil.
Kami akan berupaya sekuat tenaga untuk meningkatkan kesejahteraan guru honor.
Saya berandai-andai, minimal honornya sesuai UMK sebesar Rp 1.130.86. Termasuk
memperjuangkan penambahan sarana dan prasarana," katanya.
Dia
menyatakan bahwa keberadaan sekolah di daerah terpencil, harus mendapat
dukungan dari semua pihak. Selainuntuk mendukung wajib belajar, keberadaan
sekolah tersebut juga mengantisipasi tingginya angka anak putus sekolah atau
drop out.
(Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/ )
Demikian
berita dan informasi yang dapat kami sampaikan, semoga ada manfaatnya untuk
kita semua, sekian dan terima kasih atas kunjungan bapak dan ibu guru
semua,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, :)
0 Response to "GURU PNS TAK TERTARIK MENGAJAR DI DAERAH TERPENCIL"
Posting Komentar