BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan
sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai
alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan
reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi
dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar,
sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media
penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau
materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut
secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa,
disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku
warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan
Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi
dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam
mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut
dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam
prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian
Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan
secara baik dan benar.
1.2
Tujuan
Tujuan penulis menyusun makalah ini yaitu
:
s Memahami Konsep EYD
s Ruang Lingkup EYD
s Penulisan Huruf
Kapital dan Huruf Miring
s Penulisan Kata
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai
sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang
jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus
dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama
dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan
kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu
lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi
rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti
itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan
Ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD muali diberlakukan pada tanggal 16 Agustus
1972. Ejaan ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya
penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun
yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K
Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan
van Ophuijsen (nama seorang guru besar belanda yang juga pemerhati bahasa),
diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia
pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari
Ejaan Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka.
Untuk sekedar memperoleh gambaran tentang
ejaan yang pernah berlaku pada masa lalu itu dan sekaligus untuk
membandingkannya dengan ejaan sekarang, perhtaikan pemakaian huruf dan
kata-kata yang ditulis dengan ketiga macam ejaan itu seperti berikut ini.
PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF
DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
(mulai 16 Agustus 1972)
|
Ejaan Republik
(Ejaan Soewandi)
(1947-1972)
|
Ejaan Van Ophuijsen
(1901-1947)
|
khusus
Jumat
yakni
|
chusus
Djum’at
Jakni
|
choesoes
Djoem’at
ja’ni
|
2.2 Ruang Lingkup
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Ruang
lingkup EYD mencakupi lima aspek, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan
huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda
baca.
1)
Pemakaian huruf membicarakan masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu
(1)
abjad (4) pemenggalan
(2)
vokal (5) nama diri,
(3)
konsonan
2)
Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf
dari ejaan sebelumnya yang meliputi
(1)
huruf kapital
(2)
huruf miring
3)
Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan
segala bentuk dan jenisnya berupa
(1)
kata dasar (6) kata depan di, ke, dan dari
(2)
kata turunan (7) kata
sandang si, dan sang
(3)
kata ulang (8) partikel
(4)
gabungan kata (9) singkatan dan akronim
(5)
kata ganti kau, ku, mu, dan nya (10) angka dan
lambang bilangan.
4)
Penulisan unsur serapan membicarakan
kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa
asing.
5)
Pemakaian tanda baca (pugtuasi) membicarakan
teknik penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan. Tanda baca itu adalah
(1)
Tanda titik (.) (9) tanda seru (!)
(2)
Tanda koma (,) (10) tanda kurung ((…))
(3)
Tanda titik koma (;) (11) tanda kurung siku ([ ])
(4)
Tanda titik dua (:) (12) tanda petik ganda (“…”)
(5)
Tanda hubung (-) (13)
tanda petik tunggal (‘…’)
(6)
Tanda pisah (--) (14) tanda garis miring (/)
(7)
Tanda elipsis (…) (15)
tanda penyingkat (‘)
(8)
Tanda tanya (?)
2.3 Pemakaian Huruf
1) Abjad, Vokal
dan Konsonan
Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26
huruf sebagai berikut. Perhatikan lafal setiap huruf.
Huruf
|
Lafal
|
Huruf
|
Lafal
|
Huruf
|
Lafal
|
Aa
|
[a]
|
Jj
|
[je]
|
Ss
|
[es]
|
Bb
|
[be]
|
Kk
|
[k]
|
Tt
|
[te]
|
Cc
|
[ce]
|
Ll
|
[el]
|
Uu
|
[u]
|
Dd
|
[de]
|
Mm
|
[em]
|
Vv
|
[fe]
|
Ee
|
[e]
|
Nn
|
[en]
|
Ww
|
[we]
|
Ff
|
[ef]
|
Oo
|
[o]
|
Xx
|
[eks]
|
Gg
|
[ge]
|
Pp
|
[pe]
|
Yy
|
[ye[
|
Hh
|
[ha]
|
Qq
|
[ki]
|
Zz
|
[zet]
|
Ii
|
[i]
|
Rr
|
[er]
|
|
|
Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal
(v), yaitu a,i,u,e,o sisanya adalah konsonan (k) sebanyak 21 huruf. Disamping
26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia juga digunakan gabungan konsonan (diagraf)
sebanyak empat pasang :
kh seperti dalam kata khusus,
akhir
ng seperti dalam kata ngilu,
bangun
ny seperti dalam kata nyata,
anyam
sy seperti dalam kata syair,
asyik
setiap pasangan itu menghasilkan satu fonem atau
satu bunyi yang dapat membedakan arti. Karena itu, kh,ng,ny,sy masing-masing dihitung sebagai satu k (konsonan).
Contoh :
akhir = vkvk ngilu =
kvkv
anyam
= vkvk syair = kvkv
Dalam uraian diatas v-k di atas terlihat meskipun
jumlah huruf dalam setiap kata ada lima, namun jumlah v dan k untuk setiap kata
hanya empat.
Selain
gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang berurutan-harus dalam
satu suku kata-menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya) yang
berbeda dengan lafal aslinya. Perhatikan contoh dibawah ini.
Huruf diftong
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
Ai
|
ain
|
Syaitan
|
Pandai
|
Au
|
aula
|
Saudara
|
harimau
|
Oi
|
-
|
boikot
|
amboi
|
Jika vokal berurutan ai, au, dan oi
terdapat dalam kata yang pelafalannya persis sama dengan huruf aslinya, vokal
beruntun itu bukan diftong. Contoh ai, au, dan oi yang bukan diftong adalah
yang terdapat dalam kata berikut.
mulai dilafalkan
[mulai] bukan [mulay]
namai dilafalkan
[namai] bukan [namay]
bau dilafalkan
[bau] bukan [baw]
mau dilafalkan
[mau] bukan [maw]
dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf hendaknya
mengikuti aturan yang sudah dibakukan. Untuk membaca singkatan kata (termasuk
kata asing selain akronim) yang dibaca huruf demi huruf, jika penutur sedang
berbahasa Indonesia, pelafalannya harus sesuai dengan lafal huruf bahasa
Indonesia.
Singkatan
|
Lafal yang benar
|
Lafal yang salah
|
AC
|
[a-ce]
|
[a-se]
|
ACC
|
[a-ce-ce]
|
[a-se-se]
|
CV
|
[ce-fe]
|
[se-fe], [si-fi]
|
MTQ
|
[em-te-ki]
|
[em-te-kyu]
|
RCTI
|
[er-ce-te-i]
|
[er-se-te-i]
|
TV
|
[te-fe]
|
[ti-fi]
|
TVRI
|
[te-fe-er-i]
|
[te-fi-er-i]
|
WC
|
[we-ce]
|
[we-se]
|
Jika seseorang sedang berbahasa asing, misalnya
bahasa Inggris, lafal huruf dalam singkatan itu harus mengikuti aturan
pelafalan bahasa Inggris. Demikian juga jika singkatan itu hendak dilafalkan
dalam bahasa asing lainnya.
2.4 Pemenggalan Kata
1)
Pemenggalan kata pada kata dasar
dilakukan sebagai berikut.
a.
Jika ditengah kata ada vokal yang
berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf vokal itu.
Misalnya : ma-in, sa-at, bu-ah.
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak
pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua
huruf itu.
Misalnya :
au-la bukan
a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-r-a
am-boi bukan
am-bo-i
b.
Jika di tengah kata ada huruf konsonan,
termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan
dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya :
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan,
ke-nyang, mu-ta-khir.
c.
Jika ditengah kata ada dua huruf konsonan
yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya :
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok,
Ap-ril, bang-sa, makhluk
d.
Jika di tengah kata ada tiga buah huruf
konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama
dan huruf konsonan yang kedua.
misalnya :
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut,
ben-trok, ikh-las
2)
Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan,
termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya
ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
misalnya :
Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu,
pergi-lah
catatan :
a.
Bentuk dasar pada kata turunan
sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b.
Akhiran -i tidak dipenggal. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung,
Bab V, pasal E, ayat 1 )
c.
Pada kata yang berimbuhan sisipan,
pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
misalnya : te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
3)
Jika suatu kata terdiri dari atas lebih
dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain,
pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur
gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a,1b,1c dan 1d di atas.
misalnya :
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi
intro-speksi, in-tro-spek-si
2.5 Nama Diri
Cara penulisan nama diri (nama orang,
lembaga, tempat, jalan, sungai, gunung, dan nama lainnya) harus mengikuti EYD,
kecuali jika ada pertimbangan khusus yang menyangkut segi adat, hukum, atau
sejarah.
Contoh pemakaian biasa :
Rumahnya
di Jalan Pajajaran No.5.
Ia
berkantor di Jalan Budi Utomo.
Contoh pemakaian dengan pertimbangan khusus :
Pamanku
dosen Institut Agama Islam Banten, Serang
Perkumpulan
Boedi Oetomo didirikan pada tahun 1908.
Untuk penggunaan huruf x berlaku ketentuan khusus sebagai berikut.
(1)
Untuk penulisan nama diri, unsur kimia,
istilah ilmu pengetahuan, dan lambang dalam matematika, lambang huruf yang
dipakai adalah x.
Misalnya ;
Alex, Mexico, Texas
(nama diri)
Xenon, xantat (nama
unsur kimia)
Sinar-x, (istilah ilmu
pengetahuan )
X1, x2, (lambang dalam
matematika)
(2)
Untuk penulisan kata-kata biasa yang
bukan nama diri, lambang huruf yang dipakai adalah ks. Perhatikan penulisan
dibawah ini.
Penulisan
yang salah
|
Penulisan
yang benar
|
export
extra
complex
taxi
telex
|
ekspor
ekstra
kompleks
taksi
teleks
|
Selain ketentuan diatas, untuk menulis
nama orang berlaku ketentuan khusus. Penulisan nama seseorang harus mengikuti
kebiasaan orang yang empunya nama kendatipun hasil penulisannya menyalahi EYD.
Karena itulah ketentuannya disebut ketentuan khusus. Betapa tidak, untuk
menulis nama orang yang diafalkannya [yudi], penulisannya bisa lebih dari
sepuluh macam dan semuanya sah adanya, yaitu
(1)
Judi (5)
Yudi (9) Yoedi
(2)
Judie (6)
Yudy (10) Yoedhy
(3)
Judy (7)
Yudhi (11) Yoedhie
(4)
Judhy (8)
Yudhie (12) Yoedy
Cukup banyak orang disekitar kita yang mengalami era ejaan lama (Ejaan
van Ophuijsen dan Ejaan Republik) dan sudah dewasa pada waktu EYD diberlakukan,
tetap menulis namanya memakai ejaan lama karena alasan yang bersifat pribadi.
Kita memang harus menghormati hak asasi setia idividu dalam urusan penulisan
nama, yaitu dengan cara menuliskan nama seseorang seperti yang dikehendakinya.
Penulisannya seperti contoh kasus Yudi tadi; mungkin dengan menggunakan ejaan
yang pernah berlaku bagi bahasa Indonesia seperti contoh dibawah ini.
Ejaan van Ophuijsen
|
Ejaan Republik
|
EYD
|
Soehardjo
|
Suhardjo
|
Suharjo
|
Abdoellah Tjoet
|
Abdullah Tjut
|
Abdullah Cut
|
Bagdja Waloeja Djati
|
Bagja Waluja Djati
|
Bagja Waluya Jati
|
Djoni Hoetasoehoet
|
Djoni Hutasuhut
|
Joni Hutasuhut
|
Nji Ajoe Soenji
|
Nji Aju Sunji
|
Nyi Ayu Sunyi
|
Walaupun
diatas telah dinyatakan tentang ketentuan khusus yang memberi keistimewaan menulis
nama menurut selera pribadi, namun hendaknya menulis nama harus mengikuti ejaan
yang berlaku, sehingga kesalahan pelafalan huruf untuk nama tidak akan terjadi,
yang akan terjadi justru ketertiban dalam menulis dan membaca nama.
2.6
Penulisan Huruf
A. Huruf Kapital
atau Huruf Besar
1.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama pada awal kalimat.
Misalnya :
-
Selain buku juga penggaris yang dijual
-
Dia hendak ke Sumatera
2.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama petikan langsung.
Misalnya :
-
“Ibu bertanya”
-
“Kapan Anton pergi”
3.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama agama, dan
kitab suci; termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya :
-
Allah -
Tuhan Yesus
-
Sang Pencipta -
Maha Kuasa
-
Kepada-Mulah - Yang Maha
Agung
4.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang di ikuti dengan
nama orang.
Misalnya :
-
Haji Agus Salim
bedakan : ia pergi naik haji
-
Mahaputra Yamin
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya :
-
Dia baru saja diangkat menjadi sultan
-
Tahun ini dia pergi naik haji
5.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama, jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai
sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya :
-
Gubernur Imam Utomo - Wakil Presiden
-
Ir. Hari Haryono - Nyonya
Atin Suharti
-
Jakarta - Jl. Serayu
Huruf kapital tidak dipakai sebagai hurup pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya :
-
Siapa gubernur yang baru dilantik itu
-
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik
menjadi mayor jenderal.
6.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya :
-
Bibit Slamet Riyanto - Syamsul Hidayat
-
Chandra Hamzah - Ues Kurni
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
-
mesin diesel - 5 ampere
-
10 volt
7.
Huruf kapital dipaka sebagai huruf pertama
nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya :
-
bangsa Indonesia - bahasa Inggris
-
suku Sunda -
bahasa Jepang
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya :
-
mengindonesiakan kata asing
-
keinggris-inggrisan
8.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
-
bulan September - hari Natal
-
bulan Maulid - Perang Badar
-
hari Galungan - tahun Hijriah
-
hari Jumat - tarikh Masehi
-
hari Lebaran - Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya :
-
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
-
Perlombaan senjata membawa risiko
pecahnya perang dunia.
9.
Huruf kapital dipakai sebagai nama
geografi;
Misalnya :
-
Laut Jawa - Selat
Sunda
-
Asia Tenggara - Teluk
Jakarta
-
Serang - Danau
Toba
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak dipakai menjadi unsur nama diri.
Misalnya :
-
berlayar ke teluk - menyeberangi selat
-
mandi di kali - pergi ke arah tenggara
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang dipakai sebagai
nama jenis.
Misalnya :
-
garam inggris - pisang ambon
-
gula jawa - kacang bogor
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata
seperti dan.
Misalnya :
-
Republik Indonesia
-
Mejelis Permusyawaratan Rakyat
-
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
-
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
-
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor
57, Tahun 1972
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan serta nama dokumen resmi.
Misalnya :
-
menjadi sebuah republik - kerjasama antara pemerintah dan rakyat
-
beberapa badan hukum - menurut undang-undang
yang berlaku
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
serta dokumen resmi.
Misalnya :
-
Perserikatan Bangsa Bangsa -
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
-
Yayasan Ilmu-Ilmu
Sosial - Rancangan Undang-Undang
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, yang dan untuk yang tidak terletak apda
posisi awal.
-
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
-
Bacalah majalah Sastra dan Bahasa.
-
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
-
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya :
-
Dr. =
doktor M.A. =
master of art
-
S.H. = sarjana
hukum S.S = sarjana sastra
-
Tn =
tuan Ny = nyonya
-
Prof =
profesor Sdr = saudara
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak,
adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuaan.
Misalnya :
“Kapan Bapak berangkat?”
tanya Harto.
Adik bertanya “itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya
terima.
“Silakan duduk, Dik!”
kata ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka akan pergi kerumah Pak Camat.
Para ibu
mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya :
Kita harus menghormati bapak
dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
Sudahkah Anda tahu ?
Surat Anda telah kami
terima.
B. Huruf Miring
1.
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
majalah Bahasa dan Kesusatraan
buku Negarakertagama
karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya
2.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad
ialah a.
Dia bukan menipu tapi ditipu.
Bab ini tidak
membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan kata berlepas
tangan.
3.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
Misalnya :
Nama ilmiah buah manggis adalah Garcinia
mangostana
Politik divide et impera
pernah merajalela dinegeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.
Akan
tetapi, perhatikan penulisan berikut :
Negara
itu telah megalami beberapa kali kudeta ( dari coup d’etat ).
Catatan
:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak
miring diberi satu garis dibawahnya.
2.2.3 Penulisan Kata
A. Kata dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya :
Kantor pos sangai ramai. (Kedua kalimat ini dibangun
Buku itu sudah saya baca. dengan
gabungan kata dasar)
B.
Kata Turunan
1)
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
Bergerigi
ketetapan sentuhan
Gemetar mempertanyakan terhapus
2)
Jika bentuk dasar berupa gabungan
kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti
atau mendahului.
Misalnya :
Diberi
tahu, beritahukan
Bertanda
tangan, tanda tangani
Berlipat
ganda, lipat gandakan
3)
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan
kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya :
Memberitahukan
Ditandatangani
Melipatgandakan
C. Bentuk Ulang
dan Kata Ulang
Bentuk ulang dan kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan
kata tanda hubung.
Misalnya :
Anak-anak, berjalan-jalan, biri-biri,
buku-buku, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, kupu-kupu, laba-laba,
lauk-pauk.
D. Gabungan Kata
1)
Gabungan kata yang lazim disebut kata
majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya :
duta besar, kerja sama, kereta api cepat,
meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.
2)
Gabungan kata, termasuk istilah khusus
yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung
untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
Misalnya :
alat pandang-dengar (audio-visual aid),
anak, istri, saya (keluarga), buku sejarah baru (sejarahnya yang baru),
ibu-bapak (orang tua), oarang-tua muda (ayah ibu muda), kaki-tangan penguasa
(alat penguasa)
3)
Gabungan kata berikut ditulis serangkai
karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua
kata.
Misalnya :
acapkali, apabila, bagaimana, barangkali,
bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputera, daripada,
darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga,
radioaktif, saputangan
4)
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya
dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangakai.
Misalnya :
Adibusana, anatakota, biokimia,
caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, konposer, mahasiswa, mancanegara,
multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme paripurna, prasangka,
purnawirawan, tunawisma
Jika bentuk terikat oleh kata yang huruf
awalnya kapital, diantara kedua unsur kata itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya :
non-Asia neo-Nazi
E. Kata Ganti ku, kau,
mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk sigkat dari kata aku dan engkau,
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
aku ….. =
aku bawa, aku ambil
ku ….. =
kubawa, kuambil
engkau ….. =
engkau bawa, engkau ambil
kau ….. =
kaubawa, kauambil
Misalnya :
Bolehkah
aku ambil jeruk ini satu ?
Kalau mau,
boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
Bolehkah
kuambil jeruk ini satu?
Kalau mau,
boleh kaubaca buku itu.
Kata ganti ku dan mu sebagai bentuk singkat dari aku dan kamu, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
….. kamu =
sepeda kamu
………mu = sepedamu
….. aku =
rumah aku
………ku = rumahku
Kata
ganti nya selalu ditulis dengan kata
yang mendahului.
………nya = bukunya
Misalnya
:
Bolehkah
aku pakai sepeda kamu sebentar?
Sepedamu
lebih kokoh dari sepedaku.
Gadis
ayu itu tinggal didepan rumahku.
Eva
sedang menyampul bukunya.
F.
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali didalam
gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya :
Tinggalah
bersama saya di sini.
Di mana orang tuamu?
Saya sudah
makan di restoran.
Ibuku sedang
ke luar kota.
Ia pantas
tampil ke depan
Duduklah
dulu, saya mau ke dalam sebentar.
Bram berasal
dari keluarga terpelajar.
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
Kinerja Lely
lebih baik daripada Tuti.
Kami percaya kepada Anda
G. Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya :
Salah
|
Benar
|
Sikecil
|
Si kecil
|
Sipemalu
|
Si pemalu
|
Sangdiktator
|
Sang diktator
|
Sangkancil
|
Sang kancil
|
H. Partikel
1)
Partikel -lah dan -kah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahulinya.
Misalnya :
Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang menentukan radium?
2)
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Apa
pun yang dikatakannya, aku tetap tak
percaya.
Hendak
makan pun lauknya sudah habis.
Satu
kali pun Dedy belum pernah datang ke
rumahku.
Bukan
hanya saya, melainkan dia pun turut
serta.
Catatan :
Kelompok yang dianggap padu berikut ini
ditulis serangkai, yaitu adapun,
andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya :
Adapun sebab-musababnya sampai sekarang
belum diketahui .
Bagaimanapun juga akan dicobanya
mengajukan permohonan itu.
Baik para dosen maupun
mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
Walaupun hari hujan, ia datang juga.
3)
Partikel per yang berarti ‘demi’ dan
‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya :
Mereka
masuk kelas satu per satu. (‘satu
demi satu’)
Harga
kain itu Rp 8.000,00 per meter (‘tiap
meter’)
I. Singkatan dan
Akronim
(1)
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan
yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah
sebagai berikut.
a.
Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu
tanda titik.
Misalnya :
nomor disingkat no.
ibidem
disingkat ibid.
halaman
disingkat hlm.
b.
Bila menyingkat dua kata, dipakai dua
titik .
Misalnya :
loco citato disingkat loc. cit.
opere citato disingkta op.
cit.
atas nama disingkat a.n.
Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal kata yang
disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya :
Perseroan
Terbatas disingkat PT
Perusahaan
Dagang disingkat PD
Comannditaire Venootschap disingkat CV
Comannditaire Venootschap disingkat CV
Amerika
Serikat disingkat
AS
c.
Bila menyingkat tiga kata atau lebih,
pada akhir singkatannya dipakai satu tanda titik.
Misalnya :
dan
kawan-kawan disingkat dkk.
yang
akan datang disingkat yad.
dan
lain-lain disingkat dll.
atas
nama beliau disingkat anb.
Akan tetapi singkatan nama diri yang
terbentuk dari gabungan huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya :
BUMN
(Badan Usaha Milik Negara)
DKI
(Daerah Khusus Ibukota)
BPS
(Badan Pusat Statistik)
RCTI
(Rajawali Citra Televisi
Indonesia)
d.
Penulisan lambang kimia, singkatan satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak di ikuti titik.
Misalnya :
Au aurum
TNT trinitrotoleun
cm centimeter
KVA kilovolt-ampere
Kg kilogram
Rp (5.000,00) (lima
ribu) rupiah
(2)
Akronim ialah singkatan yang
berupa gabungan huruf awal kata atau gabungan suku kata dari deret kata yang
disingkat. Akronim dibaca diperlakukan sebagai kata. Ada tiga ketentuan dalam
penulisan akronim.
a.
Akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf awal dari deret kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan
huruf kapital.
Misalnya :
FISIP (Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)
ISPA (Infeksi
Salurana Pernafasan Atas)
b.
Akronim nama diri yang berupa
gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf
awalnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik.
Misalnya :
Bappenas (Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional)
Kadin (Kamar
Dagang dan Industri)
Sespa (Sekolah
Staf dan Pemimpin Administrasi)
c.
Akronim yang bukan nama diri
yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil (lower
case).
Misalnya :
radar radio
detecting and ranging
rapim rapat
pimpinan
rudal peluru
kendali
J.
Angka dan
Lambang Bilangan
1)
Angka dipakai untuk menyatakan
lambang bilangan nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau Romawi.
Misalnya :
Angka Arab :
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi
: I, II, III, IV, V, VI, VII,
VIII, IX, X
L (50), C (100), D (500), M (1000)
2)
Angka digunakan untuk
menggunakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu, (iii)
nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya :
19 meter 4 ons 9
hektar 65 liter
Pukul 15.30 10 detik 30
meenit 5 jam
Rp 10.000,00 USS 3.50 500
Yen Y500
3)
Angka dipakai untuk
melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya :
Jalan
Sentosa III No. 152
Rumah Susun
Perumnas Klender, Blok F2, No. 10
4)
Angka digunakan juga untuk menomori
bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya :
Bab X, Pasal
5, halaman 354
Surat
Annisa: 9
5)
Penulisan lambang bilangan
dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.
Bilangan utuh
Misalnya :
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
Dua ratus dua puluh dua 222
b.
Bilangan pecahan
Misalnya :
Setengah
½
Tiga perempat ¼
6)
Penulisan lambang bilangan tingkat
dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya :
lihat
Bab II, Pasal 5 dalam bab ke-2 buku itu
7)
Lambang bilangan pada awal
kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga
susunan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya :
Lima puluh
orang tewas akibat bencana alam itu.
Bukan : 50
orang tewas akibat bencana itu.
Pak Yayat
mengundang 500 orang tamu.
Bukan : 500
orang tamu diundang Pak Yayat.
BAB 3
PENUTUP
Pada dasarnya masyarakat kita telah
memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan
tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan
kondisi berbahasa yang tidak mendukung, maksudnya ialah masyarakat masih enggan
untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan benar dalam
komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata
bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan-kesalahan tersebut dapat
menjadi kesalahan yang sangat fatal dalam mengikuti aturan-aturan ketata
bahasaan yang akhirnya kesalahan tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan parahnya
lagi hal tersebut menjadi membudaya dan di benarkan penggunaan dalam
keseharian, untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk selalu
mengingatkan kepada masyarakan untuk dapat menggunakan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar, karena bagaimanapun bahasa memiliki peran
penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi
Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan. Cetakan ke-16, revisi
(3). Jakarta : Diksi Insan Mulia
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta. : KawanPustaka
Novia, Windi._____. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko Press
0 Response to "CONTOH MAKALAH BAHASA EJAAN YANG DISEMPURNAKAN "
Posting Komentar