KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI
1.
KOMUNIKASI
A. Pengertian
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi
(Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya
berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan
yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan,
jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi
yang disetujui secara sosial. Orientasinya
bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai
tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa
yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan,
media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat,
dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah
untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi
suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan
lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi
dilancarkan.
B. Fungsi
Komunikasi
Sendjaja (1994)
menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara
lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk
membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi
di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk
melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan,
jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
2)
Fungsi
regulatif.
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a.
Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka
yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan
dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.
Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh
dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3)
Fungsi
persuasif.
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak
pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi
perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan
menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4)
Fungsi
integratif.
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua salurankomunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi
formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin,
newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal
seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan
olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan
menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.
C. Pendekatan
Komunikasi
Griffin menyadur tiga pendekatan untuk membahas komunikasi organisasi.
Ketiga pendekatan itu adalah sebagai berikut:
1) Pendekatan sistem.
Karl Weick (peloporpendekatan sistem informasi) menganggap struktur hirarkhi, garis rantai komando
komunikasi, prosedur operasi standar merupakan mungsuh dari inovasi. Ia melihat
organisasi sebagai kehidupan organis yang harus terus menerus beradaptasi
kepada suatu perubahan lingkungan dalam orde untuk mempertahankan hidup.
Pengorganisasian merupakan proses memahami informasi yang samar-samar melalui
pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan informasi. Weick meyakini organisasi akan
bertahan dan tumbuh subur hanya ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan
banyak kebebasan (free-flowing) dan komunikasi interaktif. Untuk itu,
ketika dihadapkan pada situasi yang mengacaukan, manajer harus bertumpu pada
komunikasi dari pada aturan-aturan.
Weick memandang pengorganisasian sebagai proses evolusioner yang bersandar
pada sebuah rangkaian tiga proses:
penentuan (enachment)Ã seleksi (selection)Ã penyimpanan
(retention)
2 )
Pendekatan
budaya.
Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia bertindak tentang
sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu. Mendapat dorongan besar dari antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi, peneliti budaya yang
melihat makna bersama yang unik adalah ditentukan organisasi. Organisasi
dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi merupakan sebuah cara hidup (way
of live) bagi para anggotanya, membentuk sebuah realita bersama yang
membedakannya dari budaya-budaya lainnya.
Pacanowsky dan para
teoris interpretatif lainnya menganggap bahwa budaya bukan sesuatu yang
dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya adalah sesuatu suatu organisasi.
budaya organisasi dihasilkan melalui interaksi dari anggota-anggotanya.
Tindakan-tindakan yang berorientasi tugas tidak hanya mencapai sasaran-sasaran
jangka pendek tetapi juga menciptakan atau memperkuat cara-cara yang lain
selain perilaku tugas ”resmi” dari para karyawan, karena aktivitas-aktivitas
sehari-hari yang paling membumi juga memberi kontribusi bagi budaya tersebut.
3) Pendekatan kritik.
Stan Deetz, salah seorangpenganut pendekatan ini, menganggap bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan
sudah mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam masyarakat, dan kehidupan
kita banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat atas kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme.
Bahasa adalah medium utama dimana realitas sosial diproduksi dan
direproduksi.
Manajer dapat menciptakan kesehatan organisasi dan nilai-nilai demokrasi
dengan mengkoordinasikan partisipasi stakeholder dalam
keputusan-keputusan korporat.
D. Proses
Komunikasi
Komunikasi terjadi dalam hubungan antara pengirim dengan penerima.
Komunikasi dapat mengalir dalam satu arah dan berakhir di sana. Atau sebuah
pesan dapat menimbulkan respon (yang secara formal dikenal dengan sebutan
“umpan balik”) dari penerima.
Pengirim (sumber pesan) merupakan pihak yang mengawali komunikasi. Dalam
sebuah organisasi, pengirim dapat berupa seseorang dengan informasi, kebutuhan,
atau keinginan dan dengan tujuan mengkomunikasikannya kepada satu atau beberapa
orang lain.
Penerima adalah orang yang inderanya menerima pesan dari pengirim. Mungkin
terjadi jumlah penerima banyak, seperti kalau sebuah memo dikirimkan kepada
seluruh anggota organisasi, atau hanya satu orang, seperti kalau seseorang
mendiskusikan sesuatu secara rahasia kepada seorang rekan. Pesan harus
disesuaikan dengan latar belakang penerima. Manajer produksi seyogyanya
menghindari penggunaaan istilah yang sangat teknis dalam berkomunikasi dengan
seseorang di departemen pemasaran.
Tiga faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi meliputi penyandian,
pengartian dan gangguan.
1)
Penyandian
Penyandian terjadi ketika pengirim menterjemahkan informasi untuk
dikirimkan menjadi serangkaian simbol. Penyandian itu diperlukan karena
informasi hanya dapat dikirimkan dari seseorang kepada orang lain lewat
perwakilan atau simbol.
Karena komunikasi merupakan obyek dari penyandian, pengirim berusaha
menetapkan arti “yang dapat dipahami bersama” dengan penerima dengan cara
memilih simbol, biasanya dalam bentuk kata atau gerakan tubuh, yang dipercaya
oleh pengirim mempunyai arti yang sama dengan penerimanya. Kerap dijumpai,
kurangnya kerjasama adalah merupakan salah satu penyebab umum dari salah
pengertian atau kegagalan dalam berkomunikasi.
2) Pengartian
Merupakan proses yang dilakukan oleh penerima untuk menginterprestasikan
pesan dan menterjemahkannya ke dalam informasi yang mempunyai arti. Ini
merupakan proses dua langkah, yaitu (1) menerima pesan, dan kemudian (2)
mengartikannya. Pengartian dipengaruhi oleh pengalaman penerima, penilaian
pribadi mengenai simbol dan gerakan tubuh yang dipakai, harapan (orang
cenderung mendengar apa yang ingin mereka dengar), dan kesamaan arti dengan
pengirimnya. Secara umum, semakin banyak pengartian penerima yang sama dengan
pesan yang dimaksud oleh pengirim, semakin efektif komunikasi.
3) Gangguan
Meliputi segenap faktor yang mengganggu, membingungkan, atau mencampuri
komunikasi. Gangguan dapat timbul dalam saluran komunikasi, atau metode
pengiriman. Gangguan dapat terjadi karena faktor internal (misalnya penerima
kurang mengindahkan) ataupun faktor eksternal (misalnya pesan terganggu oleh
suara lain dari lingkungan. Gangguan dapat terjadi pada tahap manapun dari
proses komunikasi, terutama pada tahap penyandian dan pengartian.
- Cara Memperbaiki Proses Komunikasi
Efektifitas komunikasi dapat dideteksi melalui “sampai seberapa jauhpihak-pihak yang terlibat menangani empat aspek komunikasi” yang meliputi :
perbedaan persepsi, emosi, ketidakkonsistenan antara komunikasi verbal dan
non-verbal, dan kepercayaan (maupun ketidakpercayaan) awal antara pihak yang
terlibat.
1) Perbedaan Persepsi
Merupakan salah satu hambatan komunikasi yang lazim dijumpai. Orang yang
mempunyai latar belakang pengetahuan dan pengalaman berbeda kerap menerima
fenomena sama dari prespektif yang berbeda. Perbedaan bahasa sering berkaitan
dengan perbedaan dalam persepsi individu. Agar suatu pesan dapat
dikomunikasikan secara tepat, kata-kata yang dipergunakan harus mempunyai arti
yang sama bagi pengirim maupun penerima. Untuk mengatasi hal tersebut, pesan
harus dijelaskan sehingga dapat dipahami oleh penerima yang mempunyai pandangan
dan pengalaman berbeda.
2) Emosi
Reaksi emosional (seperti marah, cinta, mempertahankan opini, cemburu,
takut, malu, dan lain-lain) akan berpengaruh terhadap cara orang memahami pesan
dari orang lain dan cara orang lain memahami pesan orang tersebut. Pendekatan
terbaik untuk berhubungan dengan emosi adalah menerimanya sebagai bagian dari
proses komunikasi dan mencoba memahaminya ketika emosi menimbulkan masalah.
3) Ketidakkonsistenan
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa bahasa lisan dan tertulis merupakan
medium utama komunikasi. Pada kenyataannya, pesan yang dikirimkan maupun
diterima kerap dipengaruhi oleh faktor non-verbal seperti gerakan tubuh,
pakaian, jarak fisik pelaku komunikasi, postur tubuh, gerakan anggota badan,
ekspresi wajah, gerakan mata, sentuhan badan, dan lain-lain.
Kunci untuk mengatasinya adalah dengan mewaspadainya dan berjaga-jaga agar
tidak mengirimkan pesan palsu. Untuk itu pesan verbal haruslah selalu selaras
dengan aspek non-verbalnya.
4) Ketidakpercayaan awal
Tingkat kepercayaan penerima pesan pada umumnya merupakan fungsi
kredibilitas dari pengirim dalam benak penerima pesan tersebut. Kredibilitas
pengirim pesan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dalam konteks yang bersangkutan
mengirimkan pesan. Disinilah
sejarah hubungan kerja mempunyai hubungan komunikasi. Kredibilitas merupakan hasil dari proses jangka panjang yang mana kejujuran
seseorang, niat baik dan keadilan dikenal dan dipahami oleh orang lain.
Hubungan yang baik dalam bekomunikasi hanya dapat dikembangkan melalui tindakan
yang konsisten.
F. Faktor yang
Mempengaruhi Komunikasi Organisasi
Lesikar menguraikan adanya
empat faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi organisasi yaitu meliputi
:
Merupakan cara komunikasi yang didukung, dan mungkin dikendalikan oleh
manajer. Contohnya adalah newsletter, memo reguler, laporan, rapat staf, dan
lain-lain.
2)
Struktur
wewenang.
Perbedaan status dan kekuasaan dalam organisasi membantu menentukan siapa
yang akan berkomunikasi dengan enak kepada siapa. Selain itu, isi dan akurasi
komunikasi juga dipengaruhi oleh perbedaan wewenang.
3)
Spesialisasi
pekerjaan.
Biasanya akan mempermudah komunikasi dalam kelompok yang berbeda-beda.
Anggota suatu kelompok kerja biasanya memiliki jagron, pandangan mengenai
waktu, sasaran, tugas dan gaya pribadi yang sama.
4)
Kepemilikan
informasi.
Setiap individu mempunyai informasi yang unik dan pengetahuan mengenai
pekerjaan mereka, yang merupakan semacam kekuasaan bagi
2.
NEGOSIASI
A. Pengertian
Negosiasi atau perundingan merupakansuatu proses tawar-menawar antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
Dalam perundingan ini diharapkan ada kesepakatan nilai antara dua kelompok
tersebut. Atau Robs mengatakan negosiasi dapat di definisikan sebagai proses
yang di dalamnya terdapat dua pihak/lebih bertuka barang atau jasa dan berupaya
menyepakati tingkat kerjasama tersebut bagi mereka. \
Robbins (1999) menawarkan 2 strategi
perundingan, yang meliputi:
- Tawar-menawar distributif, artinya perundingan yang berusaha untuk membagi sejumlah tetap sumberdaya (suatu situasi kalah menang).
- Tawar-menawar integratif, yaitu perundingan yang mengusahakan satu penyelesaian atau lebih yang dapat menciptakan pemecahan menang-menang.
Negosiasi adalah proses komunikasi yang kompleks, semuanya semakin jelas
kalau satu babak negosiasi hanya merupakan episode hubungan dalam jangka yang
lebih panjang. Keadaan seperti itu seringkali merupakan kasus dalam hubungan
karyawan dengan pihak manajemen.
Persiapan merupakan perhatian kunci bagi negosiator. Persiapan tersebut
harus menyertakan tinjauan proses negosiasi yang terjadi sebelumnya dan hasil
dari negosiasi tersebut. Negosiator mengambil resiko cukup besar bila dia
beranggapan bahwa sejarah tidak penting bagi pihak lain.
Kaitan antara hubungan dengan waktu dalam proses negosiasi sangatlah masif.
Strategi organisasi dan rencana fungsional akan berfungsi sebagai pedoman dan
nilai ambang yang menentukan batas mengenai apa yang harus dan tidak boleh
dilakukan oleh negosiator.
Nimran
(1999) menawarkan beberapa strategi manajemen konflik, yaitu:
1)
Strategi kompetisi, disebut strategi kalah-menang,
yaitu penyelesaian masalah dengan kekuasaan.
2)
Strategi kolaborasi atau strategi menang-menang dimana
pihak yang terlibat mencari cara penyelesaian konflik yang sama-sama
menguntungkan.
3)
Strategi penghindaran, yaitu strategi untuk menjauhi
sumber konflik dengan mengalihkan persoalan sehingga konflik itu tidak terjadi.
4)
Strategi akomodasi, adalah strategi yang menempatkan
kepentingan lawan diatas kepentingan sendiri. Strategi ini juga disebut dengan
sifat mengalah.
5)
Strategi kompromi, yaitu strategi kalah-kalah dimana
pihak-pihak yang terlibat konflik sama-sama mengorbankan sebahagian dari
sasarannya dan mendapatkan hasil yang tidak maksimal
Negosiasi
memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu:
1. senantiasa
melibatkan orang – baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
2. memiliki
ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari
awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;
3. menggunakan
cara-cara pertukaran sesuatu –baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar
menukar (barter);
4. hampir
selalu berbentuk tatap-muka –yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun
ekspresi wajah;
5. negosiasi
biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan
kita inginkan terjadi;
6. ujung
dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak,
meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak
sepakat.
C.
Langkah-langkah bernegosiasi
1) Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.
Hal kedua
dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam
kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan
relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar
(subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam
pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara
mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
2) Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:
a.
Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika
memasuki ruangan negosiasi;
b.
Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
c.
Jabat tangan dengan tegas dan singkat
d.
Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk
mengawali pembicaraan
D.
Memulai proses negosiasi
Langkah
pertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan (proposing) apa yang
menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang perlu diperhatikan dalam proses
penyampaian tujuan kita tersebut adalah:
1) Tunggu
saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok
negosiasi;
2) Sampaikan
pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan penuh
percaya diri;
3) Tekankan
bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu kesepakatan
dengan mereka;
4) Sediakan
ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat hanya
dua pilihan ya atau tidak
5) Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi anda ini
anda akan memberi mereka itu – if you’ll give us this, we’ll give you that.”
Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus mereka berikan sebagai
kompensasi dari apa yang akan kita berikan.
Langkah kedua
dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan dengan efektif apa
yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif
memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana
mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu
membangun kontak mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang
relaks namun penuh perhatian.
0 Response to "CONTOH MAKALAH KOMUNIKASI PENGANTAR MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI"
Posting Komentar