PENDAHULUAN
A.
Landasan
teori
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memungkinkan penyebaran informasi secara menyeluruh dapat memberikan pengaruh
yang besar terhadap perubahan sikap serta perilaku. Maka, masyarakat pun dapat
bersikap krisis terhadap “erosi nilai-moral-norma” dan “dehumanisasi.
Saat ini terjadi krisis kepercayaan, krisis kualitas kemandirian atau krisis
karakter, krisis nilai yang menjadi pegangan dan acuan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara (Djahiri, 2008).
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk warga negara yang secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan merupakan
proses pemberdayaan dan pembudayaan membentuk watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat, menjadikan manusia beriman dan bertakwa dan berakhlak mulia atau
aspek afektif di samping aspek kognitif dan aspek psikmotorik. Aspek afektif
atau sikap dan nilai atau aspek moral merupakan aspek yang sangat menentukan
kualitas manusia. Bagaimanapun luasnya pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki seseorang, jika moralnya kurang baik, maka ilmu dan ketrampilannya itu
tidak membawa manfaat bagi pemiliknya maupun orang di sekitarnya.
Melihat gejala kurang baiknya moral
dewasa ini, kemerosotan nilai akhlak sudah benar-benar mengkhawatirkan.
Kejujuran, ketaatan, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang
sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan
saling merugikan (Nata, 2001:189). Lebih mengkhawatirkan lagi, kemerosotan
nilai akhlak bukan hanya menimpa kalangan orang dewasa dalam berbagai jabatan,
kedudukan dan profesinya, melainkan juga telah menimpa kepada para pelajar
tunas muda yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan dengan jujur membela
kebenaran, keadilan dan perdamaian masa depan.
Seseorang
harus membekali dirinya dengan aspek pengetahuan, sikap, juga nilai iman dan
takwa. Dengan demikian, seseorang dapat berkesempatan menggunakan dan
mengomunikasikan nilai yang menjadi keyakinannya melihat alam semesta untuk
berperilaku yang baik dan jujur sesuai dengan nilai, moral, dan norma di
masyarakat.
B.
Latar
belakang masalah
Secara
operasional dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah program penanaman
nilai karakter kejujuran dan ketaatan dalam upaya membina disiplin dan
kemandirian di linkungn masyarakat?
2. Seperti apa sajakah proses
strategi penanaman nilai karakter kejujuran dalam upaya membina disiplin dan
kemandirian melalui pembelajran di lingkungan?
3. Bagaimana pengembangan strategi
penanaman nilai-nilai kejujuran dalam upaya membina disiplin dan kemandirian
seseorang?
C.
Rumusan
masalah
Menanamkan Nilai Kejujuran
Pertama, membantuseseorang mengembangkan
perangkat nilai umum yang akan membantu membimbing mereka menuju kehidupan.
Kedua, membantu seseorang lebih memahami
siapa dirinya dan untuk apa ia hidup.
Ketiga, membantu sseseorang menjadi warga negara
yang lebih baik, yang secara aktif berpartisipasi dalam proses pemerintahan.
Keempat, melatih bagaimana mengonfirmasikan
aturan, perundang-undangan dan nilai kemasyarakatan yang berlaku.
Kelima, membantu seseorang mengembangkan
urutan keterampilan berpikir yang lebih tinggi dan proses menganalisa segala
hal yang berkaitan dengan masalah nilai, baik perorangan, masyarakat, nasional
maupun internasional.
Keenam, membantu seseorang mengembangkan
nilai moral ke tingkat lebih tinggi melalui restrukturisasi kognitif menuju
nilai universal tentang keadilan. Melalui program pengembangan nilai,
diharapkan dalam diri seseorang tertanam sikap dan perilaku yang baik. Bukan
berarti bahwa selama ini sikap dan perilaku seseorang itu tidak baik, akan
tetapi sikap tersebut harus dimunculkan oleh seseorang dalam perilakunya di
lingkungan keluarga dan masyarakat secara berkelanjutan dan kesadaran yang
tinggi.
PEMBAHASAN
Nilai
yang diberikan kepada seseorang dalam pengembangannya bukan untuk mengubah
nilai karakter siswa, tetapi untuk membantu mengembangkan pribadi yang sadar
norma. Seseorang diharapkan memahami batas norma, dan mampu berperilaku sesuai
dengan batas norma tersebut. Dengan kata lain, seseorang dapat mengendalikan
diri dalam perilaku yang menyimpang dari ketentuan norma, dan
bersungguh-sungguh melakukan perbuatan yang dituntut norma.
Dari
uraian di atas, arah sasaran pendidikan nilai yang akan dicapai melalui
pengmbangan nilai yang menyertakan penanaman nilai karakter kejujuran dalam
membina disiplin dan kemandirian seseorang adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan dan memperluas tatanan
nilai dan keyakinannya.
2. Membina dan meningkatkan jati diri
peserta didik /masyarakat/bangsa.
3. Menangkal, memperkecil dan
meniadakan nilai moral yang negatif.
4. Membina dan mengupayakan
ketercapaian nilai moral dan norma yang diintegrasikan
dengan mata pelajaran.
5. Mengklarifikasikan dan
mengoperasionalkan nilai, moral dan norma dalam kehidupan sehari-hari.
6. Mengklarifikasi dan mengkaji
keberadaan nilai, moral dan norma dalam diri peserta didik dan kehidupannya
(disarikan dari Djahiri, 1996:44)
Salah
satu cara mengembangkan nilai yang ada pada diri seseorang adalah dengan
melibatkan orang itu secara aktif dalam kegiatan langsung, sehingga diharapkan
dapat menemukan konsep atau prinsip moral yang positif. Keterlibatanseseorng
merupakan faktor penting, karena moralitas tidak dapat dijadikan secara
langsung dengan ceramah.
Strategi Penanaman Kejujuran
Model
yang akan menjadi pelengkap dari pengembangan strategi penanaman nilai karakter
kejujuran.
Pertama, klarifikasi nilai yang dikembangkan oleh Djahiri (1996).
Model ini memiliki keunggulan pada pencapaian target hasil pengembangan yang
dapat dimiliki seseorang. Model Klarifikasi nilai ini juga memperhatikan aspek
keterampilan proses.
Kedua, model Analisis Nilai untuk pengembangan selanjutnya,
karena model tersebut memiliki keunggulan yang mampu mendorong seseorang untuk
melakukan analisis nilai moral.
Ketiga, model pembelajaran ‘ibrah. Keunggulan model ini pada upaya
pembinaan nilai karakter kejujuran yang bersumber dari agama Islam. Model ini
sudah sangat lazim digunakan untuk menanamkan nilai keimanan melalui objek
materi pembahasan termasuk berupa ciptaan-ciptaan Allah.
Dari
beberapa model pengembangan tersebut sebagai bahan penyempurnaan, secara
konseptual merupakan perpaduan antara model teoritik dari model pengmbangan
Analisis Nilai, Klarifikasi Nilai dan ‘Ibrah. Di mana orientasi model sebagai
pola penanaman nilai karakter kejujuran dalam membina disiplin dan kemandirian
ini menekankan perlunya keterampilan proses pada pencapaian tujuan target nilai
dan sikap (akhlak) yang harus dikembangkan.
1. Program Pembelajaran Kaitannya dengan Nilai Kejujuran
Program
pengmbangan yang menyangkut pembinaan dan penanaman nilai kejujuran bagi
seseorang harus tersedia secara khusus dan dilakukan secara sistematis dan
terencana. Program itu diimplementasikan pada setiap pengembangan, sehingga
pembimbing harus lebih banyak diarahkan kepada kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor individu yang menunjang program pengembangan dalam
rangka mencapai ketuntasan minimal.
Dalam
upaya mengembangkan kemampuan sikap ilmiah dan perilaku seseorang untuk jujur,
disiplin dan mandiri, diperlukan kajian yang menggagas inovasi model
pembelajaran berupa strategi belajar dan mengajar.
Dengan
mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif dengan menyertakan penanaman
nilai karakter kejujuran merupakan kemampuan sikap ilmiah dan perilaku yang
baik dapat dimiliki seseorang secara optimal. Jika harapan ini dapat terwujud
dalam setiap pelaksanaan proses pengembangan, setidaknya akan menjadi
konstribusi yang berarti bagi masyarakat, bahkan bangsa dan negara yang sedang
dilanda masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berkarakter jujur
dalam berperilaku, disiplin dalam beraktifitas dan mandiri dalam bekerja.
2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran yang Dilakukan Guru
Pelaksanaan
pembelajaran yang telah dikembangkan ini didasarkan pada desain model
pembelajaran yang telah disusun. Dalam pelaksanaan pembelajaran di lingkungan
ini, terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun pendekatan dan
strategi yang digunakan dalam pelaksanaan pengembangan di lingkungan yaitu
menggunakan model Analisis nilai, Klarifikasi nilai dan Ibrah.
Dalam
pendekatan ini, seseorang dibina kesadaran emosional nilainya melalui cara yang
kritis rasional dengan klarifikasi dan menguji kebenaran, kebaikan, keadilan,
dan lain-lain dalam kehidupan atau pengalamannya sehari-hari. Target nilai
karakter inilah yang akan menuntun proses atau kegiatan pengembangan nilai
kejujuran serta penentuan pilihan stimulus. Wujud pengarahan menuju target
tersebut, dilakukan melalui berbagai upaya dan di antaranya ialah melalui
pertanyaan nilai. Dan ini melahirkan tuntutan lain lagi dalam mengembangkan
nilai kejujuran.
Untuk
pembinaan disiplin dan kemandirian seseorang sebagai refleksi dari penanaman
nilai kejujuran adalah: Belajar dan bekerja secara teratur, tertib, dan
bertanggung jawab. Mematuhi ketentuan dan tata tertib yang berlaku di
lingkungan masyarakat. Menghindari diri dari tindakan dan perbuatan yang
bersifat plinplan atau tidak konsekuen. Taat terhadap orang tua, guru dan tata
tertib lingkungan. Tidak terlambat dan mengerjakan tugas sekolah tepat pada
waktunya.
3.
Dampak pengembangan strategi penanaman kejujuran
1. Sikap dan Perilaku Seseorang
Perubahan sikap atau perilaku,
khususnya terhadap kehidupannya sehari-hari baik di lingkungan tidak
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kemampuan awal seseorang. Perbedaan perubahan
sikap atau perilaku terjadi karena adanya perlakuan yang diberikan. Jadi,
perubahan sikap atau perilaku di lingkungan dan kehidupannya, pada umumnya
dipengaruhi oleh variasi perlakuan dan tidak dipengaruhi oleh kemampuan awal
seseorang.
2. Tanggapan Siswa Terhadap
Pengembangan di Lingkungan
Pertama, tanggapan yang diberikan pada
umumnya memberikan tanggapan positif terhadap pola strategi pembelajaran yang
menyertakan penanaman nilai kejujuran. Sehingga setelah mengikuti proses
pembelajarannya, seseorang memberikan tanggapan lebih bermakna dan menarik.
Kedua, pengembangan strategi penanaman
nilai yang menyertakan penanaman nilai kejujuran dalam proses pembelajaran
seperti itu dapat menciptakan pembelajaran yang bervariasi.
3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan ralita, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengembangan yang menyertakan penanaman nilai kejujuran dalam
membina disiplin dan kemandirian seseorang khususnya dalam perubahan sikap yang
diperlihatkan dan perilaku siswa di dalam lingkungan maupun di luar lingkungan
telah dapat meningkatkan nilai kejujuran.
Dalam hal proses juga dapat dilihat
bahwa dengan penanaman nilai karakter kejujuran dalam pembelajaran di kelas
telah mampu mengembangkan aspek keterampilan sosial yang dimiliki seseorang.
Sebagai contoh yaitu adanya saling menghargai dan saling tolong menolong dalam
setiap kegiatan di dalam lingkungan maupun di luar lingkungan. Timbulnya
kebersamaan ini mewujudkan pemahaman di antara peserta belajar itu sendiri
untuk jujur, disiplin dan mandiri.
Contoh lain yang tercermin dalam
diri seseorang adalah adanya keberanian untuk mengakui bila melakukan
kekeliruan. Bersikap dan berperilaku tulus hati, dan murni dalam mengerjakan
sesuatu perbuatan. Selalu melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik.
Mau mengakui bahwa prestasi yang
dicapainya bukan hanya hasil jerih payah diri sendiri, tetapi juga berkat
pertolongan Allah SWT dan peran orang lain. Dan tulus hati dalam berucap dan
bertindak serta hanya mengharap rida Allah SWT.
Selain itu, selalu memperlihatkan
untuk mau belajar dan bekerja secara teratur, tertib, dan bertanggung jawab.
Mematuhi ketentuan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan masyarakat.
Menghindari diri dari tindakan dan perbuatan yang bersifat plin plan atau tidak
konsekuen. Tidak terlambat dan mengerjakan tugas ya g diterimanya tepat pada
waktunya.
4. Kendala-kendala
Ada
beberapa kendala yang timbul dalam pelaksanaan pengembangan ini, terutama yang
dirasakan guru pada pengembangan nilai dan mengaitkannya pada konsep atau materi
ajar. Selain itu juga kurangnya waktu untuk mencapai tujuan pengembangan itu,
termasuk pencapaian target yang diinginkan.
Kendala
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan penanaman nilai dalam pengembangan
nilai kejujuran ini, yaitu:
Pertama, sebagai fasilitator, director,
maupun mediator, pembimbing kurang berperan bagi warga sebagai peserta
pengembangan nilai kejujuran.
Kedua, menuntut agar dalam merencanakan
program pengembangannya harus secara matang agar proses pengembangan yang
diharapkan dapat berjalan sesuai rencana.
Ketiga, keterampilan dalam menunjukkan
fakta sosial masyarakat yang menarik melalui media film/gambar/alat peraga.
Sehingga motivasi sebagian peserta untuk mempelajari nilai melalui pengembangan
di lingkungan belum terbangkitkan.
Keempat, tidak adanya umpan balik dari peserta tentang kemampuan
mengkaji atau menemukan nilai kehidupan dan mengaitkannya pada konsep yang
dipelajarinya.
Secara
umum permasalahan yang dihadapi peserta cukup banyak, karena telah terbiasanya
peserta mendengarkan penjelasan materi dengan ceramah yang hampir seluruhnya
dilakukan pembimbing dalam proses pengembangan nilai kejujuran. Hal ini
berakibat lemahnya keberanian seseorang, baik dalam mengajukan pertanyaan,
maupun dalam mengemukakan pendapat atau jawaban pertanyaan yang dilakukan pada
saat diskusi.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik harus dipertimbangkan. Ketiga aspek tersebut tidak dapat dicapai
pada saat persiapan karena tidak tercantum secara eksplisit. Penanaman nilai
dalam pengembangan dapat membantu mencapai tujuan pengembangan kepribadian
warga negara sesuai dengan nilai dan norma.
Pengembangan nilai kejujuran dalam
diri seseorang sengatlah penting. Dengan tinggunya tingkat kejujuran masyarakat
suatu bangsa, semakin tinggi pula tingkat kedamaian serta kesejahteraan bangsa
tersebut. Kalau saja pejabat tinggi negara Indonesia tercinta ini bersikap
jujur dalam melaksanakan tugasnya, yaitu tidak melakukan tindak pidana korupsi,
di Indonesia tidak akan ada warga miskin dan terlantar, juga tidak akan ada
fasilitas umum yang tidak memadai. Masyarakat di seluruh negeri akan merasakan
kesejahteraan jika pejabat tinggi jujur. Oleh karena itu, sebagai warna
negara yang baik, marilah kita junjung tinggi kejujuran dalam segala hal.
B.
Saran
Pendidikan kejujuran dan kedisiplinan harus dimulai dengan jujur
kepada diri sendiri dengan senantiasa meminta “fatwa kebenaran” yang bersumber
dari hati nurani. Orang yang jujur, secara psikologis hatinya akan selalu
merasa tenteram, damai, dan bahagia. Sebaliknya, orang yang biasa berdusta,
hidupnya menjadi tidak tenang, dikejar-kejar oleh “pemberontakan” hati kecilnya
yang selalu menyuarakan kebenaran. Dia selalu merasa khawatir kebohongannya itu
terbongkar.
Pendidikan kejujuran dan ketaatan dapat terwujud manakala ia
selalu belajar menjalani kehidupan ini dengan lima hal, yaitu iman, ikhlas,
ihsan, ilmu, dan istiqamah. Dengan iman, ia yakin Allah pasti mengawasi dan
mencatat seluruh amal perbuatannya. Dengan ikhlas, ia dididik untuk melakukan
sesuatu dengan mengharapkan rida Allah. Dengan ihsan, ia akan berbuat yang
terbaik untuk orang lain. Dengan ilmu, ia tahu perbuatan halal dan haram. Dan,
dengan istiqamah, ia belajar mengawal kebaikan dan kebenaran yang sudah
dibiasakannya menjadi lebih baik dan lebih diridai Allah SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim Pendidikan Karakter. 2010. Grand Design Pendidikan
Karakter. Jakarta: Kemendiknas
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Pembentukan%20Karakter%20%20PAUD%20%20%20Pengabdian%20Masyarakat.pdf
http://www.scribd.com
http://chibimandala.blogspot.com
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MEMBENTUK%20KARAKTER%20DALAM%20PENDIDIKAN%20HUKUM%20WARGA%20NEGARA.pdf
0 Response to "KUMPULAN MAKALAH BUDAYA ILMU SOSIAL & BUDAYA DASAR “PENTINGNYA KETAATAN DAN KEJUJURAN DALAM MEMBENTUK WARGA NEGARA YANG BAIK”"
Posting Komentar