Pada bagian ini memberikan gambaran tentang
berbagai situasi yang terjadi saat itu atau
sejarah dan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi pada suatu obyek penelitian
(saat penelitian akan dibuat). Beberapa hal tidak menjadi masalah dalam situasi tertentu, namun menjadi masalah
karena berada dalam situasi lain.
Situasi dan peristiwa yang dimaksud adalah peristiwa yang saat ini tampak ada penyimpangan-penyimpangan dari standard
yang ada, baik standard yang bersifat keilmuan maupun aturan-aturan.
Penyimpangan yang terjadi harus ditunjukkan
dengan data dan menuliskan mengapa hal ini perlu diteliti. Sebagai
contoh: Sistem evaluasi pendidikan
tertentu tidak menjadi masalah dalam usaha meningkatkan hasil belajar dan
lulusan, namun menjadi masalah karena kerumitan
prosedur administrasi; atau metode mengajar tertentu tidak masalah untuk
menumbuhkan kegairahan belajar, namun menjadi masalah ketika jumlah siswa terlampau banyak. Jadi,
menyampaikan informasi kepada orang lain sesuai konteksnya mutlak diperlukan.
Konteks yang menjadi latar belakang masalah bersifat hirarkis.Dilihat dari
skalanya, konteks secara bertahap mulai
yang skalanya paling luas hingga paling sempit, dapat berskala global,
nasional, regional dan lokal.Dilihat dari pengaruhnya dalam menimbulkan
masalah, konteks dapat diurutkan mulai dari konteks lokal, regional, nasional
dan global.Misalkan mahasiswa menulis skripsi dengan judul : “Hubungan Antara
Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa SMU di Jakarta Utara “.Latar
belakang masalahnya dapat memuat informasi mengenai: (a) Rendahnya prestasi
belajar mahasiswa Indonesia di tingkat dunia dan rendahnya indeks sumber daya
manusia Indonesia;(b)Tingginya angka pengangguran terdidik yang mencerminkan
rendahnya pengakuan dunia kerja terhadap lulusan sekolah;(c) Masih tingginya
angka ketidaklulusan siswa pada Ujian Nasional di Jakarta Utara; (d) Rendahnya
motivasi belajar melahirkan mental pendidikan yang asal lulus dan rendahnya
budaya kompetisi.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Semua masalah yang ada dalam
obyek, baik yang akan diteliti maupun yang tidak akan diteliti sedapat mungkin
dikemukakan. Berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut, selanjutnya
dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain. Masalah yang akan
diteliti itu kedudukannya dimana diantara masalah yang akan diteliti lainnya.
Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif terhadap masalah
yang diteliti. Selanjutnya masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
variabel. Identifikasi masalah dimaksudkan untuk mengurai kompleksitas masalah
ke dalam formulasi yang lebih sederhana dan mudah dijelaskan. Tentu saja, untuk
bisa melakukan ini semua, peneliti melakukan
studi pendahuluan ke obyek yang diteliti sehingga semua permasalahan
dapat diidenntifikasi.
Jika kita kembali pada contoh
di latar belakang di atas dari judul skripsi mahasiswa: “Hubungan antara
Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa SMU di Jakarta Utara”, maka
sejumlah masalah yang mempunyai potensi berhubungan dengan prestasi belajar
dapat diidentifikasi sebagai berikut: (a) motivasi belajar, (b) konsep diri,
(c) status sosial ekonomi,(d) gaya belajar,(e) minat belajar,(f) sikap terhadap
mata pelajaran,(g) fasilitas belajar, (h) profesionalisme guru, (i) metode
mengajar guru, (j) tipe kepribadian, (k) kemandirian, dll.
C.PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan
kegiatan memilih masalah untuk diteliti dari sejumlah masalah yang
diidentifikasi. Menurut Suryabrata (1994:64-65) sebagaimana dikutip oleh
Purwanto dalam bukunya MetodologiPenelitian Kuantitatif (2008:117), pertimbangan untuk memilih masalah yang
layak dan sesuai untuk diteliti adalah pertimbangan dari dua arah yaitu,
pertimbangan dari arah masalah(obyektif) dan pertimbangan dari arah peneliti.
Pertimbangan dari arah masalah berhubungan dengan sumbangan penelitian bagi
pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dan pemecahan masalah
praktis, serta kemungkinan pengumpulan data. Pertimbangan dari arah peneliti berhubungan
dengan biaya, waktu, alat dan perlengkapan, bekal kemampuan teoritis dan
penguasaan metode yang diperlukan.
Karena adanya keterbatasan,
waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara
lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasi akan
diteliti. Untuk itu maka peneliti memberi batasan, dimana akan dilakukan
penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti, serta bagaimana hubungan
variabel satu dengan variabel yang lain (Sugiyono:2006).
Masih terkait dengan contoh
skripsi mahasiswa “hubungan antara
motivasi belajar dengan prestasi belajar”, dari sejumlah masalah yang sudah
diidentifikasi (determinan yang mempengaruhi prestasi belajar bukan hanya
motivasi belajar, tapi juga gaya belajar, sikap terhadap mata pelajaran,
fasilitas, metode mengajar guru, tipe kepribadian, kemandirian, dan
sebagainya), penelitian membatasi padahanya “hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar”.
Berdasarkan batasan masalah
ini, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian.
2. Perumusan Masalah
Menurut Purwanto dalam bukunya Metodologi Penelitian Kuantitatif untukPsikologi dan Pendidikan (2008:118-119) perumusan masalah adalah
memformulasikan masalah penelitian ke dalam rumusan kalimat Tanya. Maksudnya
adalah agar peneliti berada dalam keadaan siap untuk melakukan kegiatan guna
memberikan pemecahan masalah. Peneliti tidak akan bisa mendapatkan jawaban yang
tepat dari suatu pertanyaan yang salah. Dengan ketepatan formulasi pertanyaan
masalah sesungguhnya merupakan separuh dari kebenaran suatu jawaban.
Oleh karena itu, Purwanto menambahkan dengan
cara mengutif pendapat Bass,Dunn,Norton,Stewart dan Tudiver (1972:20) bahwa
perumusan masalah harus memuat beberapa karakteristik, yaitu (1) memuat
hubungan variabel,(2)dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk
pertanyaan,(3)memungkinkan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan,(4)tidak
menyatakan posisi moral atau etik.
Jika kita kembali pada judul
skripsi mahasiswa di atas, sebagai contoh, “Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar”,
maka dapat dirumuskan masalah: (1) apakah terdapat hubungan antara motivasi
belajar dengan prestasi belajar? Dan (2) berapa besar sumbangan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar?
D.TUJUAN DAN SIGNIFIKASI PENELITIAN
1.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian disini tidak sama dengan tujuan yang ada pada sampul skripsi, yang
merupakan tujuan formal (misalnya untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana), tetapi tujuan disini berkenaan dengan tujuan
peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan
rumusan masalah yang dituliskan. Misalnya rumusan masalahnya: Apakah terdapat hubungan antara motivasibelajar dengan prestasi belajar? Dan berapa besar sumbangan motivasi belajarterhadap prestasi belajar? maka tujuan penelitiannya adalah: ingin
mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar,
dan kalau ada seberapa besar hubungannya.
Dengan kata
lain, tujuan penelitian berhubungan secara fungsional dengan rumusan masalah
penelitian, yang dibuat secara spesifik, terbatas, dan dapat diperiksa dengan
hasil penelitian. Secara teknis, kata kerja pembuka yang digunakan dapat
dirumuskan dalam kalimat aktif, seperti untuk
menemukan,untuk mengetahui, untuk menjelaskan, untuk menilai, untuk
membandingkan, dan untuk membuktikan, serta untuk menguraikan. Selain itu dapat
dirumuskan dalam kalimat pasif, seperti: agar
dapat diketahui, agar dapat dijelaskan, agar dapat dibandingkan, dan
sebagainya.
2.
Signifikasi Penelitian
Signifikansi
penelitian merupakan dampak dari
tercapainya tujuan penelitian. Kalau tujuan penelitian dapat tercapai, dan dari
rumusan masalah dapat terjawab secara akurat maka sekarang kegunaannya apa.
Secara garis besar, signifikansi penelitian terdiri atas signifikansi
ilmiah yang diarahkan pada
pengembangan ilmu atau kegunaan teoritis; dan signifikansi praktis, yaitu membantu memecahkan dan mengantisipasi
masalah yang ada pada obyek yang diteliti. Dengan kata lain, titik berat
penelitian untuk penulisan skripsi diarahkan pada usaha pengembangan
ilmu, terutama dalam bidang Ilmu
Pendidikan Agama Islam yang melingkupi masalah penelitian itu. Ia bersifat monodisipliner, dan
diidentifikasi sebagai penelitian murni.
Namun demikian, penelitian untuk penulisan skripsi mempunyai peluang untuk
diarahkan pada penelitian terapan
atau secara lebih operasional diarahkan pada penelitian kebijakan…
E.SISTEMATIKA PENULISAN
Outline (kerangka skripsi)
mahasiswa yang sudah disetujui oleh Pembmbing harus diuraikan secara singkat di
dalam Sistematika Penulisan ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
PENELITIAN
A.DESKRIPSI TEORI
Deskripsi teori adalah,
teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang
variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban
sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis), dan penyusunan
instrumen penelitian.
Teori-teori yang digunakan
bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang
betul-betul telah teruji kebenarannya secara empiris. Di sini juga diperlukan
dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada kaitannya
dengan variabel yang akan diteliti. Jumlah teori yang dikemukakan tergantung
pada variabel yang diteliti. Kalau variabel yang diteliti ada lima, maka jumlah
teori yang dikemukakan juga ada lima.
Menurut Sugiyono (2006) ada 6
langkah untuk dapat melakukan pendiskripsian teori:
2.
Cari sumber-sumber
bacaan(buku, kamus,ensiklopedia,journal ilmiah, laporan penelitian, Skripsi,
Tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap
variabel yang diteliti.
3.
Lihat daftar isi setiap
buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan diteliti.
(Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian,
permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sample sumber data,
teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).
4.
Cari definisi setiap
variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu
sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan.
5.
Baca seluruh isi topik
buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan,dan
buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang
dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai
sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang
dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.
Teori dalam
pemelitian kuantitatif itu dikembangkan secara deduktif. Logika deduktif adalah
logika penarikan kesimpulan yang berangkat dari kebenaran yang bersifat umum
untuk diberlakukan ke dalam kondisi yang bersifat khusus. Pada variabel
“prestasi belajar”, misalnya, teori merupakan materi yang diambil dari
kurikulum potensial. Sementara prestasi belajar merupakan kemampuan yang dimiliki
oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam materi kurikulum
yang disampaikan. Pengukuran prestasi belajar dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana siswa mencapai tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.Prestasi belajar
mencerminkan sejauh mana siswa mencapai tujuan pembelajaran.Tujuan pembelajaran
bersifat ideal atau potensial dan prestasi belajar siswa bersifat aktual. Jadi
secara teoritis, dalam kurikulum itu ada kurikulum potensial dan ada kurikulum
aktual.
B.KERANGKA BERFIKIR
Kerangka berfikir adalah
argumentasi dalam merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban yang bersifat
sementara terhadap masalah yang diajukan. Kerangka berfikir diperlukan untuk
meyakinkan sesama ilmuan dengan alur fikiran yang logis agar membuahkan
kesimpulan berupa hipotesis. Kerangka berfikir juga merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Uma sekaran,1992).
Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan (2006)
mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis
pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu
dijelaskan hubungan antar variabel
independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan
intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan
dalam penelitian. Pertautan antar
variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan
dalam bentuk paradigma penelitian.
Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan
pada kerangka berfikir.
Kerangka berfikir dalam suatu
penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua
variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau
lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi
teoris untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran
variabel yang diteliti.
Penelitian yang berkenaan dengan
dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi
maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian
yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka
berfikir
Kerangka berfikir yang dihasilkan
dapat berupa kerangka berfikir asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingn.
Kerangka berfikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan
begitu; jika komitmen kerja guru tinggi, maka produktivitas lembaga sekolah
akan tinggi pula atau jika pengawasan dilakukan dengan baik(positif), maka
kebocoran anggaran akan berkurang(negatif).
Kerangka berfikir juga dapat
dibuat dalam bentuk bagan.Tidak ada suatu standar dalam menggambarkan keangka
berfikir. Yang penting adalah pembaca dapat dengan mudah mengetahui hubungan
anatara konsep yang digambarkan. Kerangka berfikir yang digasmbarkan dengan
bagan tersebut harus diikuti dengan penjelasan seperti yang dapat dilihat pada
contoh berikut
Mahasiswa
mendapatkan pelayanan dari institusi STAISA
yang dilakukan oleh karyawan. Karyawan mendapatkan honor/gaji(reward)
dari STAISA atas apa yang dikerjakannya. Setelah mendapatkan pelayanan,
mahasiswa membayar( SPP, BPP, dll) kepada STAISA atas jasa yang
diterimanya(pelayanan akademik, administratif, kemahasiswaan, dll). Tentu saja
dalam proses inputnya, STAISA memberitahukan kepada mahasiswa tentang jasa yang
dapat STAISA berikan lewat media komunikasi (seperti radio, surat kabar,
brosur, presentasi ke sekolah, dll).
C.HIPOTESIS
Hipotesis
adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian
yang memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut. Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melelui
pengumpulan data. Misalnya, ada permasalahan menyangkut pria berkumis dan tidak
berkumis kaitannya dengan kemampuannya mengambil keputusan. Jawaban yang ingin
diketahui adalah siapa yang lebih cepat mengambil keputusan, pria berkumis atau
pria tanpa kumis. Untuk mengetahui jawaban ini, maka dikumpulkan teori-teori
dari beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan pria berkumis, pria tak
berkumis, dan kecepatan mereka dalam mengambil keputusan.Misalkan dari
teori-teori yang dikumpulkan kemudian dapat memberi indikasi yang menunjukkan
pria berkumis lebih cepat mengambil keputusan dibanding pria tak berkumis (ini
hanya contoh saja, jangan dianggap sesungguhnya). Dari teori-teori ini kemudian
dapat dibuat hipotesis yang menyatakan bahwa “pria berkumis itu lebih cepat
mengambil keputusan dibanding pria tak berkumis.”
Hipotesis yang
dibuat harus konsisten dengan masalah
penelitian yang telah dirumuskan. Jika masalah penelitiannya, misalnya, adalah mencari tahu hubungan raut muka
mahasiswa dengan jumlah uang saku yang dimilikinya, maka hipotesisnya merupakan jawaban sementara atau
dugaan atas jawaban terhadap permasalahan tersebut.
Contoh:
Perumusan
masalah penelitian berbunyi (ingat perumusan masalah harus dalam bentuk kalimat
tanya):
Apakah mahasiswa
dengan raut muka seperti ini (a.marah,b.gembira, dan c. sedih) berhubungan
dengan jumlah uang saku yang mereka miliki?
Hipotesisnya
adalah:
Ho: Tidak ada hubungan antara raut muka mahasiswa seperti ini (a.marah,b.gembira,c.sedih)
dengan jumlah uang saku yang mereka miliki.
Ha: Ada hubungan antara raut muka mahasiswa seperti ini
(a.marah,b.gembira,c.sedih) dengan jumlah uang saku yang mereka miliki.
Terdapat
perbedaan pengertian antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Bila penelitian
bekerja dengan sampel, maka hipotesis
statistik menjadi suatu keniscayaan. Namun, bila penelitian itu dilakukan pada seluruh populasi, maka bisa jadi akan
terdapat hipotesis penelitiaan tetapi tidak akan ada hipotesis statistik. Dalam hipotesis
penelitian, pada pembuktiannya, tidak
ada kata signifikansi(taraf kesalahan
atau taraf kepercayaan) karena penelitian tidak bekerja dengan data sampel.
Sedang dalam hipotesis statistik, pada pembuktiannya, akan muncul kata
signifikansi karena kata signifikan itu mengandung makna bahwa hasil penelitian
yang telah terbukti pada sampel itu(baik deskriptif,komparatif, maupun
asosiatif) dapat diberlakukan ke populasi. Selain itu, dalam suatu penelitian
bisa jadi secara bersama-sama mengandung hipotesis penelitian sekaligus juga
mengandung hipotesis statistik (Sugiyono,2009:96-104).
Contoh
hipotesis penelitian:
1.Kemampuan berbahasa arab murid SMA itu rendah(hopotesis deskriptif untuk populasi).
2.Terdapat perbedaan kemampuan berbahasa inggris antara tamatan mahasiswa
STAISA dengan tamatan UIN Jakarta(hipotesis komparatif untuk populasi).
3.Ada hubungan positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan
prestasi belajar anak(hipotesis asosiatif untuk populasi).
Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik:
1.Ada perbedaan yang signifikan
antara semangat belajar anak yang orang tuanya miskin dengan anak yang orang tuanya kaya(kata
signifikan disini mengandung makna bahwa penelitian mengambil data sampel dari
variable X dan Y untuk kemudian melakukan generalisasi yang bersifat hipotesis).
BAB III
KERANGKA METODOLOGIS
A.METODE PENELITIAN
Untuk menjawab rumusan
masalah dan menguji hipotesis, diperlukan metode penelitian. Metode penelitian
terdiri dari metode survey,expostfacto,eksperimen,naturalistic,policy
research,action research,evaluasi,histori,R&D(Sugiyono,2009:7)
Sebagai contoh,
anggaplah kita dalam penulisan skripsi akan menggunakan metode survey, maka
kita cukup menyatakan:
Metode penelitian yang
digunakan adalah Survai. Ary, Yacobs and Razavich menyatakan bahwa
metode survai dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada
saat penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melukiskan variabel atau
kondisi atau kondisi apa yang ada dalam suatu situasi. ( Introduction in Research in Education.
Sydney: Hott Rinehart and Winston, 1999, h. 382 )
Pada bagian lain
dinyatakan bahwa metode survai digunakan bukan saja untuk membandingkan
kondisi-kondisi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
atau untuk menilai keefektifan program, melainkan survai dapat juga digunakan
untuk menyelidiki hubungan atau untuk menguji hipotesis.
|
B.POPULASI,SAMPEL,DAN
TEKNIK PENARIKAN SAMPEL
1.Populasi
“Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas:obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.”
“Jadi populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karaketristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.”
“Misalnya akan melakukan
penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupakan populasi.Sekolah X
mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek yang lain.Hal ini berarti populasi dalam
arti jumlah/kuantitas.Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik
orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya,kepemimpinannya,
iklim organisasi,dan lain-lain;dan juga mempunyai karakteristik obyek yang
lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang
dihasilkan dan lain-lain.Yang terakhir berarti populasi dalam arti
karakteristik.”(Sugiyono,2009:117).
2.Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada pada populasi, (misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu) maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu. Untuk sampel yang diambil dari
populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Bila sampel tidak
representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat
menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat kesimpulan yang salah.
Secara umum, sampel yang baik adalah
yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa
pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang
seharusnya diukur. Kalau yang ingin diukur adalah seluruh siswa SMP X sedangkan
yang dijadikan sampel adalah hanya siswa kelas I saja, maka sampel tersebut
tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (seluruh
siswa). Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan.
Pertama :
Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam
sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam
sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau
kekeliruan adalah populasi.
Kedua : Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi
estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi.
3.Teknik
Penarikan Sampel
Persyaratan utama adalah bahwa sampel harus
mampu mewakili populasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penentuan jumlah
sampel dan pengambilan sampel penelitian harus ditentukan secara sistematis
agar benar-benar mampu mewakili populasi secara keseluruhan. Secara garis
besar, metode penentuan jumlah sampel terdiri dari dua ciri, yaitu metode acak
(random sampling) dan tidak acak (non random sampling). Metode acak adalah
memberikan kesempatan kepada seluruh populasi penelitian untuk menjadi sampel
penelitian tanpa melihat struktur atau karakteristik tertentu. Metode non
random sampling dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada populasi dengan
ciri atau karakteristik tertentu untuk menjadi sampel penelitian, di mana ciri
dan karakteristik tersebut harus dikaitkan dengan tujuan
Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas
mempunyai tujuan yang berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa
dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah
melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara
acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil
penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak
biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran
populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi.
Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut,
terdapat beberapa teknik yang lebih spesifik lagi. Pada sampel acak (random
sampling) dikenal dengan istilah simple random sampling, stratified random
sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area
sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara
lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball
sampling.
Dalam penelitian deskriptif, sampel
sebagai sumber data seringkali disebut responden, tergantung pada cara
pengambilan data. Besarnya sampel tergantung dari homogenitas
karakteristik populasi. Semakin homogen karakteristik populasi, semakin sedikit
sampel yang perlu diambil. Sebaliknya, semakin hiterogen karakteristik
populasi, semakin besar sampel yang harus diambil.
C.INSTRUMENTASI
PENELITIAN
Instrumentasi adalah kegiatan dalam
merencanakan,mendesain, menyusun dan menguji suatu alat pengukur. Alat pengukur
inilah yang sering kita kenal dengan sebutan instrumen. Instrumen merupakan segala macam alat bantu yang
digunakan peneliti untuk memudahkan dalam pengukuran variabel. Untuk mengukur
variabel yang bersifat eksak sudah banyak tersedia instrumen yang standar,
seperti barometer, tachometer, thermometer, timbangan, meteran, galon, dll.
Tetapi, untuk variabel yang lebih bersifat abstrak dan komplek( baca: ilmu
sosial) masih sangat jarang ditemukan instrumennya, terlebih lagi instrumen
yang standar. Oleh karena itu kita harus membuatnya sendiri.
Instrumen adalah alat
yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrumen atau alat pengumpul
data harus sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Sumber data dan jenis data
yang akan dikumpulkan harus jelas. Instrumen penelitian yang digunakan harus
memenuhi persyaratan validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan),
paling tidak ditinjau dari segi isinya sesuai dengan variabel yang diukur.
Prosedur pengembangan instrumen pengumpul data perlu dijelaskan tentang proses
uji coba, analisis butir tes, uji kesahihan dan uji keterandalan.
Ada beberapa instrumen yang bisa kita gunakan dalam penelitian
sosial, diantaranya: pedoman observasi(
tolong jangan dikaburkan makna pedoman
observasi dengan observasi itu
sendiri), pedoman wawancara, dan kuesioner.
Berikut ini saya memberikan contoh suatu
instrumentasi dengan kuesioner dari judul skripsi “Korelasi Antara Budaya
Organisasi dan Motivasi Kerja Dosen”.
Kuesioner ini dibuat dari indikator variabel
masing-masing sebagai acuan dalam mengembangkan butir-butir instrumen dalam
bentuk pernyataan yang berkaitan dengan dimensi masing-masing. Misalkan, judul
skripsi kita adalah ”Korelasi Antara Budaya Organisasi Dengan Motivasi Kerja
Dosen”, maka langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Variabel Motivasi Kerja Dosen
(Y)
a. Definisi Konseptual
Motivasi kerja dosen adalah segala sesuatu yang
menjadi pendorong dosen untuk melakukan kegiatan atau aktivitas dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang dosen yang dilaksanakan secara
sistematis, berulang-ulang, kontinyu dan progresif untuk mencapai tujuan
organisasi.
b. Definisi Operasional
Motivasi kerja adalah skor yang diperoleh
dengan menggunakan instrumen motivasi kerja untuk mengukur pemahaman dosen
akan motivasi kerjanya yang berbentuk skala dengan lima pilihan dan terdiri
dari 30 butir pernyataan. Skor
motivasi kerja diperoleh dari jumlah skor 30 butir pernyataan dengan rentang
skor terletak antara 30 sampai 150.
c. Kisi-kisi
Instrumen
Dari definisi konseptual yang telah diuraikan
di atas, maka dimensi variabel motivasi kerja adalah organisasi, efektivitas
dan efisiensi. Indikator organisasi
meliputi pengelompokkan pekerjaan dan kerja sama yang terstruktur. Indikator
efektivitas meliputi dukungan potensi yang ada, pengembangan tugas, dan
tanggung jawab. Sedangkan indikator
efisiensi meliputi hubungan kerja, standar kualitas dan insentif. Dari indikator tersebut dikembangkan
menjadi butir instrumen sebanyak 30 butir.
Penyebaran butir tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Sebaran Butir Instrumen Penelitian Motivasi Kerja Dosen
2. Variabel
Budaya Organisasi (X2)
a. Definisi Konseptual
Budaya organisasi adalah kesepakatan perilaku
dosen di dalam organisasi yang digambarkan dengan selalu berusaha menciptakan
efisiensi, bebas dari kesalahan, perhatian terfokus kepada hasil dan
kepentingan dosen, kreatif dan akurat menjalankan tugas dengan
indikator-indikator budaya organisasi yaitu; ; 1) pembagian tugas, 2)
penguasaan kerja, 3) melaporkan tugas, 4) pengawasan kerja, 5) peraturan dan
waktu bekerja, 6) interaksi, 7) menyusun program, 8) menyelesaikan tugas, 9)
mengevaluasi pekerjaan, 10) bekerjasama dengan orang lain, 11) menciptakan
suasana kerja, 12) pemberian hadiah, 13) peningkatan jenjang karier, 14)
pengakuan keberadaan dosen, dan 15) persaingan.
Budaya organisasi adalah skor yang diperoleh
dengan menggunakan instrumen budaya organisasi untuk mengukur pemahaman dosen
tentang budaya organisasinya yang berbentuk skala dengan lima pilihan dan
terdiri dari 30 butir pernyataan Skor
budaya organisasi diperoleh dari jumlah skor 30 butir pernyataan dengan
rentang skor terletak antara 30 sampai dengan 150.
c. Kisi-kisi Instrumen
Dari definisi konseptual dan definisi
operasional yang telah diuraikan di atas, indikator yang diukur dalam
variabel budaya organisasi ini adalah budaya organisasi yang bersumber dari
indikator; ; 1) pembagian tugas, 2) penguasaan kerja, 3) melaporkan tugas, 4)
pengawasan kerja, 5) peraturan dan waktu bekerja, 6) interaksi, 7) menyusun
program, 8) menyelesaikan tugas, 9) mengevaluasi pekerjaan, 10) bekerjasama
dengan orang lain, 11) menciptakan suasana kerja, 12) pemberian hadiah, 13)
peningkatan jenjang karier, 14) pengakuan keberadaan dosen, dan 15)
persaingan. Dari indikator ini
dikembangkan menjadi butir-butir instrumen ujicoba sebanyak 30 butir. Pengembangan butir tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Kisi-kisi Instrumen Budaya Organisasi
Dari kisi- kisi ini
kemudian kita dapat membuat daftar pertanyaan sebanyak jumlah butir di atas.Perlu diingat bahwa, karena instrumen penelitian akan digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang
akurat,maka setiap instrumen harus mempunyai skala. Beberapa skala pengukuran
yang kita kenal, diantaranya:skala Likert,skala Guttman,semantic
defferensial,rating scale.
Berikut ini saya
beri contoh dari rating scale
tentang kompetensi dosen:
LEMBAR PENILAIAN
Petunjuk
Sesuai dengan yang
Saudara ketahui, berilah penilaian secara jujur,objektif dan penuh tanggung
jawab terhadap dosen Saudara. Informasi yang Saudara berikan hanya akan
digunakan dalam proses sertifikasi dosen dan tidak akan berpengaruh terhadap
status Saudara sebagai mahasiswa. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek
dalam tabel berikut dengan cara melingkari angka (1-5) pada kolom skor.
1 = sangat tidak
baik/sangat rendah/tidak pernah
2 = tidak
baik/rendah/jarang
3 =
biasa/cukup/kadang-kadang
4 =
baik/tinggi/sering
5 = sangat baik/sangat
tingi/Selalu
Berikut adalah tabel
jawaban dari 8 mahasiswa,misalnya:
Diketahui bahwa:
1.Opsi tertinggi adalah 5=sangat baik/sangat tinggi,
2.Jumlah butir soal sebanyak 28 butir,
3.Jumlah mahasiswa/responden yang memberikan jawaban ada 8,
Jumlah skor kriterium ideal adalah= opsi tertinggi x jumlah butir soal x
jumlah mahasiswa yang memberikan jawaban (5 x 28 x 8 = 1120)
Jumlah skor hasil pengumpulan data = 859.
Dengan demikian kompetensi dosen A menurut persepsi 8 mahasiswa di lembaga
pendidikan X adalah: 859:1120 x
100% = 76,69%. Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut:
Nilai 859 termasuk dalam
kategori interval “cukup kompeten dan sangat kompeten”. Tetapi lebih
mendekati cukup kompeten.
|
D.TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Setelah instrumen
penelitian diperoleh, selanjutnya dilakukan pengumpulan dan penggalian data.Teknik
pengumpulan data merupakan langkah penting dalam suatu penelitian, karena
terhadap data itulah pengujian atau analisis akan dilakukan. Kualitas
data(goodness of data) akan sangat dipengaruhi oleh siapa nara sumbernya,
bagaimana dan dengan cara atau alat apa data itu
dikumpulkan(diukur).Berdasarkan siapa nara sumbernya dan bagaimana data
dikumpulkan dapat dibedakan menjadi dataprimer dan data sekunder.
Data primer, adalah data yang
diperoleh berdasarkan pengukuran secara
langsung oleh peneliti dari sumbernya(subyek penelitian). Bila seorang
peneliti, misalnya, ingin mendapatkan data mengenai rata-rata jumlah uang saku
dosen STAISA yang dikantongi setiap mereka mengajar, dan peneliti melakukan
pemeriksaan dompet dosen(sudah barang tentu minta izin) secara langsung setiap
kali mereka mengajar misalnya selama 2 bulan satu persatu, maka data yang
diperoleh merupakan data primer.
Data sekunder adalah data yang telah
dikumpulkan oleh pihak lain, dan telah terdokumentasikan, sehingga peneliti
tinggal menyalin data tersebut untuk kepentingan penelitiannya. Misalnya
seorang peneliti ingin mendapatkan data mengenai rata-rata jumlah uang saku
dosen STAISA, dan sipeneliti hanya dengan cara mendatangi kampus STAISA dengan
cara meminta data dari staf kepegawaian tentang data uang saku dosen yang sudah
ada dan terdukumentasikan, maka data yang diperoleh merupakan data sekunder.
Dalam proses mengumpulkan data mungkin melibatkan petugas,
maka harus dijelaskan kualifikasi dan jumlahnya. Petugas pengumpul data perlu
dilakukan koordinasi dan penjelasan teknis pengumpulan data. Kemudian
tetapkan jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data.
Prosedur yang dilakukan dalam proses pengumpulan data dibagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan
terdiri dari persiapan yang bersifat konseptual, teknis dan administratif.
Tahap pelaksanaan pengumpulan data disesuaikan dengan teknik pengumpulan data
yang digunakan.
Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan
observasi,wawancara, maupun kuesioner. Sedang data sekunder menggunakan
dokumentasi.
Secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan
data,yaitu: observasi, wawancara,dokumentasi dan triangulasi(gabungan). Namun
disini, untuk penelitian kuantitatif tidak menggunakan teknik triangualsi.
Dalam penelitian kuantitatif, teknik pengumpulan data cukup memilih teknik mana
yang paling tepat, sehingga betul-betul didapat data yang valid dan reliabel.
Sekiranya tidak dapat dilaksanakan, maka peneliti tidak perlu menggunakan semua
teknik pengumpulan data itu karena setiap pencantuman teknik pengumpulan data
itu berimplikasi pada penyertaan datanya.
1. Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data primer, yaitu
dengan cara melakukan pengamatan langsung secara seksama dan sistematis, dengan
menggunakan alat dria(mata,telinga,hidung, tangan dan fikiran). Dalam melakukan
pengumpulan data mengguna-kan teknik pengamatan ada beberapa yang
perlu diperhatikan. Pertama, tujuan yang yang ingin dicapai harus
ditetapkan lebih dahulu. Kedua, kegiatan pengamatan direncanakan secara
sistematis; mulai dari instrumen, pelaksanaan pengamatan, pencatatan sampai
dengan pengolahan hasil. Ketiga, perlu diperhati-kan reliabilitas, validitas
dan obyektifitas instrumen. Keempat,
diusahakan diperoleh hasil yang kuantitatif dan obyektif. (Suharsimi:
1989)
2.Wawancara (interview)
Teknik wawancara adalah merupakan teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan data primer dengan cara komunikasi dua arah. Cara
mengumpulkan data tentang siswa, misalnya, dilakukan dengan mengadakan percakapan
antara pewawancara (peneliti) dengan siswa yang sedang dikumpulkan datanya.
Dalam melaksanakan wawancara perlu diperhatikan beberapa hal
sebagai berikut. Pertama, pewawancara hendaknya dapat menciptakan hubungan yang
baik dengan yang diwawancarai agar jawaban dan pendapatnya dapat dikemukakan
secara terbuka, obyektif dan benar. Kedua, pewawancara perlu menciptakan
situasi wawancara sedemikian rupa sehingga siswa yang sedang diwawancarai
tidak merasakan seperti diinterogasi. Ketiga, agar wawancara tidak menyimpang
dari apa yang ingin diperoleh, terlebih dahulu perlu disusun materi wawancara
sebagai pedoman bagi pewawancara. (Suharsimi: 1989)
Berdasarkan peranan yang dilakukan, teknik wawancara
dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, wawancara berpedoman. Yaitu wawancara
yang telah direncanakan menggunaka suatu pedoman wawancara, sehingga wawancara
sesuai dengan tujuan. Kedua, wawancara terpusat, yaitu wawancara yang dilakukan
terhadap siswa-siswa tertentu yang diharapkan dapat diperoleh informasi yang
ber-kaitan dengan suatu obyek dan tujuan wawancara. Ketiga, wawancara berulang,
biasanya dilakukan untuk mengungkap perkembangan proses sosial pada kurun waktu
tertentu. (Suharsimi: 1989).
3.Kuesioner
Jika teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara
tidak mungkin dilakukan oleh peneliti karena berbagai alasan, maka kuesioner
atau sering juga disebut angket akan menjadi alternatif lain.
Kuesioner adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data primer
dengan menggunakan seperangkat daftar pertanyaan mengenai variabel yang diukur
melalui perencanaan yang matang, disusun dan dikemas sedemikian rupa, sehingga
jawaban dari semua pertanyaan benar-benar dapat menggambarkan keadaan variabel
yang sebenarnya.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun angket sebagai berikut. Pertama, merumuskan
tujuan yang diinginkan dari penggunaan angket sebagai alat pengumpul data
siswa. Kedua, mengidentifikasi masalah yang menjadi materi angket dan dijabarkan
ke dalam susunan kalimat-kalimat pertanyaan. Ketiga, susunan kalimat pertanyaan
harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Menggunakan kata-kata yang mudah
dimengerti, jelas dan tidak bermakna ganda. Keempat, dituntut kreatifitas
penyusun angket agar diperoleh obyektifitas jawaban.
Teknik angket dibedakan menjadi dua, yaitu angket terstruktur
dan angket tidak terstruktur. Angket terstruktur bersifat tegas, pertanyaan
yang diajukan kepada siswa menuntut jawaban yang tegas dan jawaban relatif
lebih singkat. Sedangkan angket tidak terstruktur, siswa diharapkan menguraikan
jawaban secara lengkap leluasa dan terbuka. (Kirkendal, Gruber, dan Johnson:
1980).
Berdasarkan bentuk dan jenis pertanyaan, angket dibedakan
menjadi tiga bentuk. Bentuk pertama adalah angket isian tertutup. Jawaban yang
diharapkan sudah tertentu dan diarahkan oleh pembuat angket. Bentuk angket
kedua adalah angket isian terbuka. Angket ini menghendaki jawaban yang lebih
luas dan lengkap. Bentuk ketiga adalah angket dengan daftar cek. Siswa diminta
menentukan jawaban yang sesuai dengan memberi tanda cek (Ö) pada daftar yang
telah tersedia. Bentuk keempat adalah angket pilihan ganda. Jawaban siswa
terbatas pada alternatif jawaban yang telah direncanakan penyusun angket dengan
cara memilih jawaban yang sesuai. (Suharsimi: 1989)
4.Tes
Pengumpulan data penelitian
dapat dilakukan dengan tes atau peng-ujian.
Tes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang
distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk
dikerjakan, dijawab, atau direspons,
baik dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan. Tes juga dapat diartikan
sebagai alat pengukur yang mempunyai standar obyektif sehingga dapat
dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan
keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Beberapa jenis tes yang
biasa digunakan dalam penelitian misalnya tes bakat, tes inteligensi, tes
minat, tes prestasi, tes kepribadian, dan sebagainya. Untuk menentukan jenis
tes mana yang dipakai dalam penelitian, tergantung jenis dan tujuan penelitian
itu sendiri. Tes yang baik adalah tes yang obyektif, valid dan reliabel.
5.Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari
kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode dokumentasi dalam hal
ini berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data yang sudah ada dalam dokumen atau arsip.
Metode pengumpulan data ini lebih mudah dibandingkan dengan metode pengumpulan
data yang lain.
Dalam menggunakan metode
dokumentasi ini, peneliti dapat menyusun instrumen dokumentasi berupa
variabel-variabel terpilih yang akan didokumentasikan dengan menggunakan daftar
check list sesuai dengan kebutuhan peneliti. Menurut Guba dan Lincoln (1981)
dokumen dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena memenuhi kriteria
atau alasan yang dapat dipertanggungjawabkan seperti :
(1) Dokumen merupakan sumber yang stabil.
(2) Berguna sebagai bukti untuk pengujian.
(3) Sesuai untuk penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah.
(4) Tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.
(5) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas
tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Sementara itu Moleong
(1989) menyatakan bahwa dokumen itu dapat dibagi atas dokumen pribadi dan
dokumen resmi. Dokumen pribadi berisi
catatan-catatan yang bersifat pribadi, sedangkan dokumen resmi berisi
catatan-catatan yang bersifat formal.
Berkaitan dengan instrumen
penelitian, peneliti perlu memahami bagaimana mengembangkan instrumen
penelitian yang diperlukan untuk mengumpulkan data sesuai dengan yang
dibutuhkannya. Secara umum ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menulis butir instrumen, baik instrumen dalam
bentuk skala sikap, skala penilaian, maupun tes. Hal-hal yang perlu
diperhatikan di antaranya :
(1) Butir harus langsung
mengukur indikator, yaitu penanda konsep yang berupa sesuatu kenyataan atau
fakta (das solen) seperti keadaan,
perasaan, pikiran, kualitas, kesediaan, dan sebagainya.
(2) Jawaban terhadap butir
instrumen dapat mengindikasikan ukuran indikator apakah keadaan responden
berada atau dekat ke kutub positif atau ke kutub negatif. Misalnya jika berada atau
dekat ke kutub positif menandakan sikap positif, motivasi tinggi, produktivitas
tinggi, dan seterusnya. Sedang jika berada atau dekat ke kutub negatif berarti
menandakan sikap negatif, motivasi rendah, produktivitas rendah, dan
seterusnya.
(3) Butir dapat berbentuk
pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan bahasa yang sederhana, jelas,
tidak mengandung tafsiran ganda, singkat dan komunikatif.
(4) Opsi dari setiap
pertanyaan atau pernyataan itu harus relevan menjawab pertanyaan atau
pernyataan tersebut.
(5) Banyaknya skala
menunjukkan panjang skala yang secara konseptual kontinum. Karena distribusi
jawaban responden secara teoretik
mendekati distribusi normal untuk jumlah populasi cukup besar, maka sebaiknya
menggunakan skala ganjil.
E.TEKNIK ANALISIS DATA
Setelah diperoleh data dari hasil pengumpulan data, tahap
selanjutnya adalah melakukan analisis data.
Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan, analisis data hasil
penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk data yang bersifat uraian
kalimat yang tidak dapat diubah dalam bentuk angka-angka. Sedangkan analisis
kuantitatif digunakan untuk data yang dapat diklasifikasi dalam
katagori-katagori atau diubah dalam bentuk angka-angka. Analisis kuantitatif
disebut juga analisis statistik. Analisis statistik dibedakan menjadi dua, yaitu statistik deskriptif dan statistikinferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
sifat-sifat sampel atau populasi. (Budiwanto: 1999). Statistik inferensial
digunakan untuk mengambil kesimpulan mengenai sifat-sifat populasi berdasarkan
data dari sampel.
Teknik statistik yang pada umumnya digunakan untuk analisis
data deskriptif adalah:
*tabel,
*grafik, dan
*ukuran
rata-rata.
Padastatistik inferensial terdapat
statistik parametris dan nonparametris.
Sebelum saya lebih jauh membahas perbedaan
statistik nonparametris dan parametris, maka saya sedikit akan menyinggung data berskala nominal, ordinal, interval dan rasio, sebab tanpa memahami perbedaan
jenis data tersebut kita akan mengalami kesulitan memahami konsep nonparametris
dan parametris.
*Data
bertipe Nominal adalah data yang paling “rendah” dalam level pengukuran
data. Jika suatu pengukuran data hanya menghasilkan satu dan hanya satu-satunya kategori, maka data tersebut adalah
data nominal. Misalnya, proses pendataan tempat tinggal 30 responden dalam
suatu penelitian. Berdasarkan KTP (KTP asli, bukan KTP hasil tembakan model
Gayus), alamat tempat tinggal seseorang pasti hanya satu alamat. Jadi data
seseorang menurut tempat tinggalnya berdasarkan KTP hanya punya satu dan satu-satunya, tidak bisa lebih
dari satu. Atau data jenis kelamin seseorang. Ini juga data nominal karena seorang laki-laki tidaklah
mungkin berkelamin ganda.Demikian juga ibu kandung dan ayah kandung seseorang
tidaklah mungkin lebih dari satu. Karena juga satu-satunya, maka ibu dan ayah
kandung adalah data nominal.
*Data
bertipe Ordinal adalah data kualitatif seperti halnya data nominal namun
memiliki level yang lebih tinggi dari data nominal.Jika pada data nominal,
semua data kategori dianggap sama dan satu maka pada data ordinal, ada tingkatan data. Pada data ordinal
ada data dengan urutan lebih tinggi dan urutan lebih rendah. Misalnya, data
tentang sikap mahasiswa terhadap Perguruan Tinggi tertentu: ada sikap “ suka”,
“tidak suka”, dan “sangat suka”, dan lainnya.Jadi disini ada preferensi atau
tingkatan data, dimana data yang satu berstatus lebih tinggi atau lebih rendah
dari yang lainnya. Namun, data ordinal tidak dapat dilakukan operasi matematika sepertiperkalian,penambahan,pengurangan,dan
pembagian, yang tidak beda juga seperti data nominal.
*Data
interval menempati level pengukuran data yang lebih “tinggi”
dari data ordinal karena selain bisa bertingkat urutannya, juga urutan tersebut
bisa dikuantifikasikan. Namun, disini data interval tidak mempunyai titik nol
yang absolut. Seperti pada pengukuran temperatur, misalnya pernyataan bahwa air
membeku pada 0 derajat celcius. Pernyataan di atas bersifat relatif karena 0 derajat
celcius hanya sebagai tanda saja. Data interval ini dapat dioperasikan secara
matematis.
*Data
Rasio adalah data dengan tingkat pengukuran paling “tinggi” diantara jenis data lainnya.
Data rasio adalah data bersifat angka dalam arti
sesungguhnya, dan bisa dioperasikan secara matematika. Perbedaan dengan
data interval adalah bahwa data rasio mempunyai titik nol dalam arti sesungguhnya. Misalnya, uang saku Mr.X nol.
Ini berarti Mr.X benar-benar di dalam dompetnya tidak ada uang seperakpun. Atau
kita mengatakan bahwa speedometer mobil ibu Ma’rifah menunjukkan angka nol. Ini
berarti mobil ibu Ma’rifah tidak bergerak sama sekali, alias diam.
Jenis-jenis data di atas, bila diterapkan
dalam statistik, akan berbeda untuk jenis data yang berbeda. Data nominal dan ordinal biasanya
menggunakan metode statistik nonparametrik, sedang data interval dan rasio
memakai metode parametrik. Inilah yang
menjadi salah satu sebab mengapa ada pembagian metode statistik menjadi
parametrik dan non parametrik.
Statistik parametris digunakan untuk menguji
parameter populasi melalui statistik, atau menguji
ukuran populasi melalui data sampel,
dan juga mengukur rata-rata dan proporsi, mengukur hubungan dengan pearson r,mengukur perbedaan dengan z-Test
dan t-Test, mengukur prediksi dengana regresi sederhana, dan mengukur
Goodness-of-Fit dan Dependency dengan Chi-Square. Statistik parametris
memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan
dianalisis harus berdistribusi normal.
Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio. Sebaliknya, statistik
non-parametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, artinya data yang akan
dianalisis tidak harus berdistribusi
normal. Statistik nonparametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal. Statistik
nonparametris, diantaranya mengukur
hubungan dengan spearman rank correlation, mengukur perbandingan dengan wilcoxon matched
pairs, dll.
Pada kesempatan ini saya hanya akan memberikan 4 rumus
statistik. Dua rumus statistik parametris, dan dua rumus statistik
nonparametris sekadar untuk memudahkan mahasiswa disamping juga memang keempat
rumus ini banyak digunakan.
Rumus Korelasi
Product Moment/Pearson Correlation ada 2 macam, yaitu:
1.Korelasi
Product Moment dengan simpangan:
Keterangan:
Koefisiensi korelasi anatara variabel X dan variabel Y:dua variabel
yang dikorelasikan ( x=X-M ) dan( y=
Y-M).
Jumlah perkalian x dengan y
Kuadrat dari x (deviasi x)
Kuadrat dari y (deviasi y)
2.Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar:
Keterangan:
Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
y =Jumlah perkalian antara
variabel x dan Y
|
Rumus Chi-Square
Test(Uji Kai Kuadrat):
x² = chi-square
statistics (Nilai Kai Kuadrat)
Oi = observed frequency in the ith
cell(Frekuensi Sebenarnya)
Ei = expected frequency on the ith
cell(Frekuensi Teoritik)
|
Rumus Korelasi Spearman Rank adalah:
Dimana:
=Nilai Korelasi Spearman Rank
1&6
=Merupakan angka konstan
=Selisih Ranking
n =Jumlah data(Jumlah pasangan
rank untuk speraman(5<n<30)
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.DESKRIPSI
INSTITUSI
Disini penulis hendaknya mendiskripsikan
sejarah singkat suatu institusi diantaranya, visi, misi, tujuan, dan program;
struktur organisasi,sarana dan prasarana, kurikulum yang digunakan(jika
institusi yang dimaksud adalah sekolah atau perguruan tinggi), dan kegiatan
belajar mengajar.
B.DESKRIPSI
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Responden sebagaimana kita ketahui adalah
sampel yang terseleksi dalam suatu penelitian. Dan sudah barang tentu responden
memiliki karakteristik tententu. Di sekolah, misalnya, jika yang menjadi
responden itu siswa, maka siswa pasti memiliki karakteristik tententu, seperti
usia, jenis kelamin, status sosial, kemampuan, minat & motivasinya, tingkat
ekonomi keluarga,perbedaan agama, dll. Semua ini perlu dideskripsikan agar peneliti dapat
melakukan tindakan kelas dengan tepat dan benar.
C.PENYAJIAN
ANALISI DATA
Pada Bab III di atas menganai Teknik Analisis Data, penulis telah
membedakan dengan jelas tentang analisis kuantitatif yang mencakup statistik
desktiptif dan inferensial. Namun disini penulis akan mengemukakan
penyajiannya.
Berikut ini contoh
penyajian Analisis Data Deskriptif dan
infeensial dari Rumus Korelasi Product Moment:
Data yang terkumpul
dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif dan
statistika inferensial. Statistika
deskriptif digunakan untuk menyajikan data setiap variabel secara
tunggal. Sedangkan statistika
inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Statistik deskriptif yang digunakan adalah perhitungan skor rata-rata,
median, modus, standar deviasi, tabel frekuensi dan histogram. Statistika inferensial digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan analisis korelasi sederhana.
Perhitungan analisis statistik deskriptif masing-masing variabel yang
diuraikan dalam penelitian ini meliputi; rata-rata (M), Standar Deviasi (SD),
Modus (Mo), Median (Me) dan Frekuensi Distribusi.
Rumus yang digunakan untuk memperoleh nilai
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Rata-rata
2. Standar Deviasi SD =
di mana,
3. Modus
Modus adalah data yang
memiliki frekuensi terbanyak atau data yang paling sering muncul.
4. Median (Me)
dimana:
b = batas
bawah kelas median, kelas dimana akan terletak
p = panjang
kelas median
n = banyaknya
data
F = jumlah
semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median
f = frekuensi
kelas median
5. Distribusi Frekuensi
Langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam membuat distribusi frekuensi adalah :
a. Menentukan rentang, yaitu data terbesar
dikurangi dengan data terkecil
b. Menentukan banyaknya kelas interval dengan
menggunakan aturan Sturges yaitu; 1 + 3,3 log n
c. Menentukan panjang kelas interval dengan cara membagi rentang dengan
panjang kelas
d. Memulai kelas interval pertama dengan data
terkecil
Berdasarkan petunjuk-petunjuk
tersebut, maka variabel motivasi kerja dosen (Y) dan budaya
organisasi (X1) dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
Tabulasi Data untuk
Perhitungan Statistik
Deskripsi Data Variabel Motivasi Kerja Dosen (Y)
Hasil penelitian
diketahui;
n = 30
Rentang = 118
– 89 = 29
Ã¥Y = 3198
Ã¥Y2 = 343254
Sehingga,
1.
2. SD =
2
3. Distribusi
Frekuensi
Dari data yang
telah terkumpul, maka Modus dan Median dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
4. Median (Me)
dimana :
b = 103,5
p = 5
F = 2
+ 4 + 9 = 15
f = 1
Sehingga,
5. Modus
Data yang
memiliki frekuensi terbanyak untuk variabel ini adalah 103,5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentangan
skor variabel motivasi kerja dosen berada antara 89 sampai dengan 118 dari
skor teoretik 30 hingga 150, skor rata-rata sebesar 106,60, simpangan baku
atau standar deviasi sebesar 8,99, median sebesar 104, modus sebesar
103.
Dari data yang terlihat pada tabel
distribusi frekuensi MOTIVASI KERJA DOSEN di atas, jika dibandingkan dengan harga rata-rata menunjukkan bahwa
skor motivasi kerja dosen yang berada di bawah harga rata-rata sebanyak 15
responden (50,00 %), sedang yang berada pada kelompok kelas harga rata-rata
adalah sebanyak 1 responden (3,33 %) dan yang berada di atas harga rata-rata
14 responden (46,67 %). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja dosen STAI Salahuddin
Al-Ayyubi Jakarta termasuk dalam kategori sedang.
Deskripsi Data
Variabel Budaya Organisasi (X1)
Hasil penelitian
diketahui;
n = 30
Rentang = 119
– 86 = 33
Ã¥X = 3177
Ã¥X12 = 338595
Sehingga,
1.
2. SD =
2
3. Distribusi
Frekuensi
Dari data yang
telah terkumpul, maka Modus dan Median dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
4. Median (Me)
dimana :
b = 103,5
p = 6
F = 2
+ 2 + 6 = 10
f = 8
Sehingga,
5. Modus
Data yang memiliki frekuensi
terbanyak untuk variabel ini adalah 106, 111, dan 115.
Skor teoretik yang diharapkan diperoleh
dosen dari variabel Budaya Organisasi adalah terletak pada rentangan skor antara 30 sampai 150. Ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa
budaya organisasi hanya berada antara 86 sampai dengan 119,
skor rata-rata sebesar 105,90 simpangan baku atau standar deviasi sebesar
8,62, median sebesar 109, modus sebesar 106, 111 dan 115.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi BUDAYA ORGANISASI di atas, jika dibandingkan dengan harga
rata-rata menunjukkan bahwa skor budaya organisasi yang berada di bawah harga rata-rata
sebanyak 10 responden (33,33 %), sedang yang berada pada kelompok kelas harga
rata-rata adalah sebanyak 8 responden (26,67 %) dan yang berada di atas harga
rata-rata 12 responden (40,00 %).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi STAI Salahuddin Al-Ayyubi Jakarta termasuk
dalam kategori tinggi.
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi X1
dengan Y
Hipotesis:
Kriteria:
Tolak H0 jika thitung > ttabel
Dengan perhitungan dengan SPSS for Window
adalah seperti berikut:
Dari tabel di atas diperoleh koefisien korelasi ry1= 0,736 dan thitung
= 5,754
Koefisien korelasi diperoleh dengan
menggunakan Pearson Product Moment, yaitu:
=
0,736
Jadi, dari hasil ini menunjukkan adanya
hubungan yang kuat anatara Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Dosen.
Hubungan tersebut baru berlaku untuk sampel yang 30 orang tersebut. Untuk
menguji signifikansi hubungan,
yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang
berjumlah 59 orang, maka perlu diuji signifikansinya. Untuk pengujian ini
perlu digunakan statistik Student t, dengan rumus:
Dari daftar distribusi t dengan dk = n – 2 =
30 – 2 = 28 pada taraf signifikan 0,05 diperoleh ttabel = 1,70
serta pada taraf signifikan 0,01 diperoleh ttabel = 2,47. Dengan demikian thitung = 5,754
> ttabel = 1,70 atau 2,47, sehingga H0 ditolak. Artinya, koefisien korelasi ry1
= 0,736 adalah signifikan
Berikut ini saya
juga akan memberikan contoh penyajian data secara manual(tidak dg SPSS
seperti di atas), yakni penyajian
dengan rumus korelasi product moment baik yang simpangan dan yang kasar, dan
juga contoh penyajian rumus Kai Kuadrat.
Korelasi yang sering digunakan oleh
peneliti(terutama peneliti yang mempunyai data-data interval dan rasio) adalah korelasi Pearson atau Product Moment Correlation.
Adapun beberapa persyaratan yang harus dipenuhi apabila kita
menggunakan rumus ini adalah:
1.Pengambilan
sampel dari populasi harus random(acak).
2.Data yang
dicari korelasinya harus berskala interval atau rasio.
3.Variasi
skor kedua variabel yang akan dicari
korelasinya harus sama.
4.Distribusi skor variabel yang dicari
korelasinya hendaknya merupakan distribusi unimodal.
5.Hubungan antara
variabel X dan Y hendaknya linier.
Rumus Korelasi
Product Moment/Pearson Correlation ada 2 macam, yaitu:
1.Korelasi
Product Moment dengan simpangan:
Keterangan:
Koefisiensi korelasi anatara variabel X dan variabel Y:dua variabel
yang dikorelasikan ( x=X-M ) dan( y=
Y-M).
Jumlah perkalian x dengan y
Kuadrat dari x (deviasi x)
Kuadrat dari y (deviasi y)
2.Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar:
Keterangan:
Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
y =Jumlah perkalian antara
variabel x dan Y
PENYAJIAN:
Suatu penelitian yang ingin melihat apakah ada hubungan antara
banyaknya kredit yang diambil dengan indeks prestasi yanng dicapai mahasiswa
dalam satu semester. Setelah dilakukan pengumpulan data dari 10 mahasiswa
ternyata penyebaran kredit dan indeks prestasi yang dicapai sebagai berikut:
CARA MENGHITUNG KORELASI PRODUCT MOMENT DENGAN
SIMPANGAN
Rumus ini memerlukan suatu perhitungan rata-rata dari masing-masing
kelompok, yang selanjutnya perlu perhitungan selisih masing-masing skor
dengan rata-ratanya, serta kuadrat simpangan skor dengan rata-ratanya, maupun
hasil kali simpangan masing-masing kelompok.
Cara menghitung Korelasi
Product Moment dengan Simpangan adalah sebagai berikut:
Tahapan yang harus dilalui
untuk menyelesaikan Rumus Korelasi Product Moment dengan Simpangan adalah:
1). Jika jumlah kredit mata kuliah yang diambil
mahasiswa merupakan variabel X, maka indeks prestasi merupakan variabel Y
2).Buatlah tabel penolong yang mengandung
unsur-unsur atau faktor-faktor yang diperlukan dalam perhitungan korelasi
sesuai dengan kebutuhan tabel Korelasi Product Moment dengan Simpangan.
3).Menjumlahkan subyek penelitian
4).Menjumlahkan skor X dan skor Y
5).Menghitung Mean variabel X dengan rumus:
dan hasilnya menjadi 155/10=15,5
6).Menghitung Mean variabel Y dengan rumus:
dan hasilnya menjadi 35,2/10=3,52
7)Menghitung deviasi masing-masing skor x dengan
rumus : x=X-M
X baris
ke 1,kolom ke 4 kita isi menjadi,
contohnya = 20-15,5=4,5, dan
seterusnya.
8)Menghitung deviasi masing-masing skor y dengan
rumus: y =Y-M
y baris
ke 1, kolom ke 5 kita isi menjadi, contohnya= y=3,1-3,52=-0,42,dan seterusnya
9)Mengalikan
deviasi x dengan y
10)Menguadratkan seluruh deviasi x dan
menjumlahkannya
11)Menguadratkan seluruh deviasi y dan
menjumlahkannya
12)Menyelesaikan rumus Korelasi Product Moment
dengan Simpangan, yaitu:
Hal
yang perlu diingat (sebagai bahan koreksi perhitungan) adalah jumlah
simpangan masing-masing nilai dengan rata-ratanya adalah 0. Disamping itu
kita tidak perlu menghilangkan tanda negatif (-).
Jadi,
=0,2289378023
=0,23
CARA
MENGHITUNG KORELASI PRODUCT MOMENT DENGAN
ANGKA KASAR
Tahapan yang harus dilalui untuk menyelesaikan
Rumus Korelasi Product Moment dengan
ANGKA KASAR adalah:
1). Jika jumlah kredit mata kuliah yang diambil
mahasiswa merupakan variabel X, maka indeks prestasi merupakan variabel Y
2).Buatlah tabel penolong yang mengandung
unsur-unsur atau faktor-faktor yang diperlukan dalam perhitungan korelasi
sesuai dengan kebutuhan tabel Korelasi Product Moment dengan ANGKA KASAR.
3).Menjumlahkan subyek penelitian
4).Menjumlahkan variabel X dan variabel Y
5).Mengalikan antara variabel X dan variabel Y
6).Mengkuadratkan variabel X dan menjumlahkannya
7).Mengkuadratkan variabel Y dan menjumlahkannya
8).Menyelesaikan rumus Korelasi Product
Moment dengan angka kasar untuk
mencari koefisien korelasinya, yaitu:
Hal
yang bisa diketahui berdasarkan pada soal maupun tabel di atas adalah:
N=10
Y=549
=155
=35,2
=2513
=125,90
Setelah kita inventarisir seluruh faktor yang
diperlukan dalam rumus Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar, maka
angka-angka tersebut kita masukkan dalam rumus di bawah ini. Dengan demikian,
maka hasil perhitungan Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar sebagai
berikut:
= 0,2289378023
= 0,23
Dengan demikian telah terbukti bahwa menggunakan
rumus pertama maupun kedua
menghasilkan hasil yang sama. Oleh karena kedua rumus korelasi product moment
di atas benar-benar sama, maka keduanya bisa dipakai pada kondisi yang sama,
tetapi disarankan untuk memakai rumus yang kedua karena lebih simpel
perhitungannya.
CARA MEMBERI INTERPRETASI TERHADAP
Untuk memberikan interpretasi mengenai besarnya
koefisien korelasi ada dua cara, yaitu dengan kasar atau sederhana dan dengan
berkonsultasi dengan Tabel Nilai r Product Moment. Namun sebelumnya saya
perlu mengemukakan suatu pedoman statistik yang terkait dengan interpretasi
nanti.
Hasil
perhitungan korelasi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok
besar:
1.Korelasi positif kuat,
apabila hasil perhitungan korelasi mendekati +1. Ini berarti bahwa setiap
setiap kenaikan skor/nilai pada variabel X akan diikuti dengan kenaikan
skor/nilai variabel Y. Sebaliknya, jika variabel X mengalami penurunan, maka
akan diikuti dengan penurunan variabel Y.
2.Korelasi negatif kuat,
apabila hasil perhitungan korelasi mendekati -1 atau sama dengan -1. Ini
berarti bahwa setiap kenaikan skor/nilai pada variabel X akan diikuti dengan
penurunan skor/nilai variabel Y. Sebaliknya, apabila skor/nilai dari variabel
X turun, maka skor/nilai dari variabel Y akan naik.
3.Tidak ada korelasi,
apabila hasil perhitungan korelasi( mendekati 0 atau sama dengan 0). Hal ini
berarti bahwa naik turunnya skor/nilai satu variabel tidak mempunyai kaitan
dengan naik turunnya skor/nilai variabel yang lainnya. Apabila skor/nilai
variabel X naik, maka tidak selalu diikuti dengan naik atau turunnya
skor/nilai variabel Y. Demikian juga sebaliknya.
Hasil perhitungan korelasi
product moment bergerak antara -1 sampai dengan +1. Jadi kalau ada hasil
perhitungan korelasi product moment lebih besar (>) dari pada +1 atau
kurang dari (<) -1, maka perhitungan tersebut jelas salah. Dengan
berpedoman pada pernyataan tersebut maka dapat dilakukan rincian sebagai
berikut:
Interpretasi juga dapat dilakukan dengan cara
berkonsultasi terhadap Tabel Nilai r Product Moment dengan jalan:
a.Membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis
nihil (Ho).
b.Menguji
benar tidaknya hipotesis yang dikemukakan dengan cara membandingkan antara r
diperoleh(ro) dengan cara r tabel (rt).
INTERPRETASI
SECARA KASAR/SEDERHANA
Dari perhitungan di atas diperoleh
sebesar
0,23, ini menunjukkan terdapat hubungan searah. Dan
sebesar
0,23 berada di antara 0,20 - 0,399. Berdasarkan pedoman yang telah
dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa korelasi antara variabel X dan
variabel Y tergolong rendah/lemah. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
hubungan antara banyaknya kredit yang diambil dengan indeks prestasi yanng
dicapai mahasiswa dalam satu semester di kampus X adalah lemah.
INTERPRETASI
DENGAN MENGGUNAKAN TABEL NILAI r PRODUCT
MOMENT
Interpretasi dengan cara ini dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
a.Merumuskan
hipotesis alternatif(Ha): Ada korelasi antara banyaknya kredit yang diambil
dengan indeks prestasi yanng dicapai mahasiswa dalam satu semester di kampus
X
b.Merumuskan
hipotesis nihil (Ho): Tidak ada korelasi antara banyaknya kredit yang diambil
dengan indeks prestasi yanng dicapai mahasiswa dalam satu semester di kampus
X
c.Berkonsultasi
dengan Tabel Nilai r Product Moment:
- rt pada
t.s 5%=0,666
-rt pada
t.s 1% =0,798
d.Membandingkan
besar
atau ro dengan rt. Dimana ro sebesar 0,23
sedangkan rt pada t.s 5%=0,666 dan rt pada t.s 1%=0,798. Dengan demikian
ternyata ro lebih kecil dari rt, maka hipotesis alternatif(Ha) ditolak dan
hipotesis nihil(Ho) diterima.Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa korelasi
antara banyaknya kredit yang diambil dengan indeks prestasi yanng dicapai
mahasiswa dalam satu semester di kampus X dikategorikan lemah/rendah.
|
Barikut ini contoh Penyajian Analisis Data
dengan Uji Kai Kuadrat
Chi-Square
Test(Uji Kai Kuadrat):
x² = chi-square
statistics (Nilai Kai Kuadrat)
Oi = observed frequency in the ith
cell(Frekuensi Sebenarnya)
Ei = expected frequency on the ith
cell(Frekuensi Teoritik)
Maksud dan tujuan
dari pengujian dengan menggunakan model Uji Kai Kuadrat adalah membandingkan
antara fakta yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dan fakta yang
didasarkan secara teoritis(yang diharapkan). Hal ini sejalan dengan
konsep kenyataan yang sering terjadi, bahwa hasil observasi biasanya selalu tidak
tepat dengan yang diharapkan(tidak sesuai) dengan yang direncanakan
berdasarkan konsep dari teorinya(sesuai dengan aturan-aturan teori
kemungkinan atau teori probabiltias).
Misalnya, pada saat kita melakukan
pengetosan sebuah mata uang logam yang setimbang,berdasarkan konsep
teoritisnya dinyatakan bahwa kemungkinan dapat muncul “Gambar” atau
kemungkinan dapat muncul “Huruf”. Dari hasil pengetosan tersebut adalah
sama(masing-masing punya kesempatan sama). Namun demikian, jika pengetosan
dilakukan lebih dari 1 kali(misalkan 100 kali), sesuai teori seharusnya pada
peristiwa tersebut diharapkan dapat muncul GAMBAR atau muncul HURUF
masing-masing sebanyak 50 kali. Namun, kenyataannya hasil yang persis tepat
pada perlakukan tersebut jarang sekali diperoleh. Ini berarti bahwa, selalu
terdapat perbedaan secara nyata antara teori dan prakteknya.
Di bawah ini saya akan memberikan contoh
penggunaan Uji Kai Kuadrat untuk mengetes perbedaan frekuesi variabel
tunggal. Misalkan diadakan penelitian
dengan mengajukan pertanyaan apakah waktu perkuliahan yang dipadatkan menjadi
2 hari belajar dalam seminggu menjadi
efektif, sama saja, atau tidak lebih efektif jika dibandingkan dengan
sistem 5 hari belajar dalam seminggu.
Setelah diadakan penelitian di kampus X
tentang PENDAPAT 100 MAHASISWA MENGENAI EFEKTIF TIDAKNYA PEMBERLAKUAN 2 HARI
KEGIATAN PERKULIAHAN DALAM SEMINGGU, diperoleh data seperti tertera pada
tabel berikut:
Langkah-langkah
dalam melakukan analisis sebagai berikut:
1.Merumuskan hipotesis:
Ho : Tidak
terdapat perbedaan frekuensi yang berarti antara frekuensi yang diobservasi dan frekuensi teoritisnya di kalangan mahasiswa di kampus X.
Ha : Terdapat
perbedaan frekuensi yang berarti antara frekuensi yang diobservasi dan frekuensi teoritisnya di kalangan mahasiswa di kampus X.
2. Menyiapkan Tabel Kerja dan melakukan perhitungan untuk memperoleh
Harga Kai Kuadrat.
Tabel kerja berikut berisi 4 opsi sebagaimana 4
opsi tabel di
atas. Dengan demikian, frekuensi teoritisnya masing-masing 25(100/4).
3.Melakukan
operasi hitung:
Karena frekuensi
hasil penelitian (Oi) dan frekuensi teoritis (Ei)
masing-masing telah diketahui, maka akan mudah mencari Kai Kuadratnya.
+
=
=
=
=
=
4.Interpretasi & Menarik Kesimpulan
Dari perhitungan di atas diketahui :
Dari
itu, kita dapat mengetahui bahwa nilai Kai Kuadrat hasil observasi(
) adalah 23,84, maka dapat kita analogikan bahwa
nilai Kai Kuadrat hasil observasi lebih besar dari pada nilai harga kritik
tabel Kai Kuadrat, atau: 7,815
Dengan
demikian
terdapat perbedaan yang signifikan antara
pelaksanaan perkuliahan 2 hari yang dipadatkan dengan efektifitas perkuliahan
5 hari dalam seminggu. Dan perkuliahan 2 hari dalam seminggu yang
dipadatkan lebih efektif dibanding dengan perkuliahan yang dilaksanakan 6
hari. Dengan begitu, kami merekomendasikan kepada pihak kampus X untuk
melanjutkan kebijakan pemadatan perkuliahan 2 hari dalam seminggu di masa yang
akan datang.
|
Ini adalah contoh Penyajian Analisis Data dari
KORELASI SPEARMAN RANK
Metode Korelasi
Spearman Rank(rho) bisa juga disebut Korelasi Berjenjang dengan notasi
Metode ini
dikemukakan oleh Carl Spearman tahun 1904. Kegunaannya untuk mengukur tingkat
atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat yang berskala ordinal. Metode ini tidak terikat
oleh asumsi bahwa populasi yang diselidiki harus berdistribusi normal,
populasi sampel yang diambil sebagai sampel maksimal 5<n<30 pasang.
Rumus Korelasi Spearman Rank adalah:
Dimana:
=Nilai Korelasi Spearman Rank
6 =Merupakan angka konstan
=Selisih Ranking
n =Jumlah data(Jumlah pasangan
rank untuk speraman(5<n<30)
Contoh:
Akan diteliti apakah terdapat hubungan antara
motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa. Kemudian diambil 10
mahasiswa sebagai sampel. Data motivasi belajar (X) dan prestasi belajar
Matakuliah Bahasa Inggris(Y). Buktikan
apakah data tersebut berkorelasi.
X :
70,60,55,50,89,85,75,95,90 dan 92
Y :
50,50,40,90,80,80,70,65,65, dan 50
Langkah-langka yang harus kita tempuh adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Membuat Ha dan Ho dalam bentuk
kalimat:
Ha :Ada hubugan antara motivasi
belajar dengan prestasi belajar matakuliah bahasa inggris.
Ho
:Tidak ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
matakuliah bahasa inggris.
Langkah 2. Membuat Ha dan Ho dalam bentuk
statistik:
Ha : r
Ho :
r = 0
Langkah 3.Membuat tabel penolong untuk menghitung ranking:
Langkah 4.Untuk bisa mengisi skor pada Rank ( X) di atas, maka kita harus
mengurutkan skor dari yang terbesar ke yang terkecil, seperti:
Langkah 5.Untuk bisa mengisi skor pada Rank ( Y)
di atas, maka kita harus mengurutkan skor dari yang terbesar ke yang
terkecil, seperti:
Langkah 6.Menghitung selisih setiap pasangan rank(selisih antara rank X dan rank Y(d). Misalnya: rank X=7- rank
Y=8.menjadi 7-8=-1, dst. Lalu setiap selisih yang ada dijumlahkan. Jika skor
yang diperoleh adalah 0, maka operasi hitung yang dilakukan sudah tepat.
Namun, jika total skor yang diperoleh bukan 0, ini berarti ada kesalahan
hitung.
Langkah 7.Selisih setiap pasangan rank dikuadratkan(pangkat 2),
seperti
=1, dst. Lalu,seluruh hasil kuadrat ditotal, seperti di
atas hasilnya menjadi
158 .
Langkah 8. Mencari nilai Korelasi Spearman Rank(
rumus:
= 0,0424
Interpretasi
1.
Mencari nilai
tabel Spearman:
Tabel
korelasi Spearman
tabel
dengan df=10, pada tarap signifikansi 5% dan1% kita dapatkan sebagai berikut:
-Taraf signifikansi 5%, (Rho tabel)=0,648
-Taraf signifikansi 1% (Rho tabel)=0,794
Kemudian,
bandingkan antara
tabel
(Rho tabel) dengan
hitung
, ternyata
hitung
lebih kecil dari pada
tabel
atau 0,0424 <0,648<0,794, maka Ho
diterima dan Ha ditolak.
Kesimpulan:
Berdasarkan kenyataan ini, yakni Ho diterima dan
Ha ditolak, maka kami dapat menyimpulkan bahwa tidak ada korelasi/ hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada
matakuliah bahasa inggris di Kampus X.
|
E.INTERPRETASI
HASIL ANALISIS DATA
Sebetulnya diatas
saya sudah memperlihatkan contoh-contoh interpretasi dari hasil analisis data
baik untuk pengujian rumus korelasi product moment yang simpangan dan yang
kasar, maupun untuk pengujian Kai Kuadrat.
Interpretasi
pada dasarnya adalah, suatu penafsiran atas hasil dari suatu perhitungan atau
analisis data agar data berupa angka-angka itu dapat dilihat maknanya secara verbal.
Interpretasi hasil hitung rumus korelasi product
moment yang diperoleh dari operasi SPSS di atas, misalnya, terhadap skor 0,736. Skor ini hanyalah onggokan angka
tanpa makna jika tidak diinterpretasikan sesuai kaidah-kaidah yang berlaku
secara ilmiah.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Mahasiswa
acapkali menyalin kata-kata atau kalimat atau pernyataan yang tertuang dalam
skripsinya dalam bentuk rangkuman atau ihtisar. Padahal rangkuman atau ihtisar
dalam suatu penelitian sangatlah berbeda dengan kesimpulan. Kesalahan pada
bagian ini sangat mudah diamati karena yang ditulis oleh sebagian mahasiswa
dalam kesimpulan ini bukan hasil dari penelitian yang dilakukan. Atau dengan
kata lain, mahasiswa hanya menuangkan suatu common sense, atau pengetahuan yang
sudah diketahui secara umum. Ini kesalahan yang lazim dilakukan sebagian
mahasiswa.
Seharusnya
kesimpulan itu mengikuti prosedur ilmiah. Prosedur ilmiah dimulai dengan
identifikasi masalah, kemudian membatasi maslah, dan mencari jawaban atas
permaslahan tersebut dengan membuat hipotesis, lalu menguji hipotesis tersebut,
dan berdasarkan hasil pengujian selanjutnya dibuat kesimpulan (Ronny Kountur,2009:110). Jika suatu penelitian dapat
melakukan pembuktian dari 3 rumusan masalah penelitian, misalnya, maka peneliti
hendaknya juga membuat kesimpulan menjadi 3 (tiga). Dengan kata lain, peneliti
tidak boleh menuliskan suatu kesimpulan yang bukan berasal dari jawaban rumusan
penelitian.
Sedangkan rekomendasi lebih memuat pada suatu saran yang sifatnya menganjurkan
atau meminta perhatian orang, institusi, dan pihak-pihak yang terkait untuk
dapat menindaklanjuti temuan dari hasil penelitian yang mengandung unsur-unsur
positif di dalamnya, dan atau mencegah terjadinya unsur-unsur negatif dari
hasil penelitian agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar dikemudian
hari.
DAFTAR PUSTAKA
Blalock, A. B. 1968. Methodology
in Social Research. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Blalock, H. M. 1972. Social
Statistic. 2nd ed. International Student
Edition.
Mc Graw Hill. Kogakhusa.
Blalock, Jr. H. M. 1968. Methodology
in Social Research. Mc. Grau. Hill Book. New York.
Faisal, Sanafiah, 2004, Desain
Penelitian Sosial (format kualitatif dan Kuantitatif), Metodologi Penelitian
Kualitatif,
Penerbit PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
David Nachmias and Chava Nachmias. 1986. Research
Methods in The Social Sciences. St.
Marin’s Press. New York.
Hoinville, G. & R. Jowel.1977. Survey
Research Practices. Heineman Educatiunal Books. London.
Irawati Singarimbun, 1981. “Teknik Wawancara”. Metode Penelitian Survai. (Ed. Masri Singarimbun
dan Sofyan Effendi), LP3ES. Jakarta.
Koentjaraningrat (ed.). 1977. Metode-Metode Penelitian Kemasyarakatan. PT Gramedia.
Jakarta.
Kuncaraningrat, 1977. Metode
Wawancara.
(Ed. Kuncaraningrat), Metode-
Metode Penelitian Masyarakat.Penerbit PT
Gramedia.
Jakarta.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survai. Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.
Moleong, Lexy J., , 1989).
Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Margono .1997. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Masri
Singarimbun.1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES .Jakarta.
Muhadjir,
Noeng. 2000. Metode Penelitian
Kualitatif (Yogyakarta: Rake
Sarasin).
Purwanto,2008,Metodelogi
Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi Dan Pendidikan.Cetakan
Pertama.Pustaka Pelajar.Yogyakarta
Ronny Kountur.2007.Metode
Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,Cetakan Pertama.Penerbit PPM:Jakarta
Sugiarto, et all, 2003, Teknik Sampling, cetakan kedua, PT Gramedia, Jakarta.
Sugiyono. 2006.
Metode Penelitian Bisnis, cetakan
kesembilan, CV
Alvabeta:
Bandung.
_______.2009.Metode
Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R &D,cetakan ke delapan, CVAlvabeta:
Bandung.
Sutrisno Hadi. 1971. Metodologi
Research. Jilid I s.d. IV. Yayasan
Fakultas
Psychology UGM. Yogyakarta.
----------. 1984. Metodologi
Research.
Jilid II. Cetakan XIV. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
----------. 1984. Metodologi
Research.
Jilid 2. Cet. XIV.Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Taliziduhu
Ndraha. 1981. Research: Teori,
Metodologi, Administrasi. Jil.
I
& II. Penerbit P.T. Bina Aksara. Jakarta.
Vredenbregt J.
1978. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Penerbit
PT.
Gramedia. Jakarta.
Winarno, Surachmad. 1975. Dasar dan Teknik Research.Pengantar Metodologi
Ilmiah. Penerbit “Tarsito”. Bandung.
Zetterberg H.
L. 1983. On Theory and Verification in Sociology. A Much
Revised Edition. The
Bedmister Press.
0 Response to "PENJELASAN SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI MODEL PENELITIAN KUANTITATIF"
Posting Komentar