A. Latar Belakang
Permasalahan
Era globalisasi ini dunia usaha
semakin berkembang pesat, dengan banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang
saling bermunculan, sehingga mendorong perusahaan untuk lebih efisien dan lebih
selektif dalam beroperasi sehingga \sumber dari mana perusahaan dalam mencapai laba yang tinggi
dalam jangka panjang bisa terwujud.
Namun di sisi lain
keadaan perekonomian negara Indonesia
saat ini dalam keadaan yang kurang menguntungkan, yaitu terjadinya krisis
moneter yang berkepanjangan yang sampai sekarang belum bisa terselesaikan. Hal
ini membuat banyak perusahaan yang gulung tikar akibat keadaan tersebut. Karena pada saat ini perhatian pemerintah
lebih terpusat dalam mengatasi krisis, padahal kalau dilihat perdagangan bebas
sudah di depan pintu. Dalam perdagangan bebas persaingan tidak lagi lokal namun
sudah mengglobal. Oleh karena itu sudah saatnya sektor perusahaan-perusahaan di
Indonesia untuk mengantisipasi akan terjadinya perdagangan bebas tersebut.
Fenomena diatas
menjelaskan bahwa perusahaan sebagai organisasi profit oriented bahasa asing miring untuk selalu meningkatkan
kuantitas serta kualitas usahanya sehingga keuntungan yang diharapkan akan
tercapai. Sebagai pihak manajemen dituntut untuk mengantisipasi kondisi seperti
ini dengan selalu mengintrospeksi kondisi perusahaan terutama dari segi financialnya, karena hal tersebut
memegang kunci hidup matinya perusahaan.
Kondisi perusahaan
yang harus selalu dipantau, dapat dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan
sendiri yang pada umumnya terdiri dari laporan neraca dan laporan laba/rugi.
Laporan neraca dan laba/rugi ini bersifat saling berkaitan dan melengkapi.
Neraca menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu,
sedangkan laporan laba rugi menunjukkan hasil usaha dan biaya-biaya selama
periode akutansi. Laporan keuangan tersebut akan lebih informatif dan
bermanfaat, maka pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan
harus melakukan analisa terlebih dahulu.
Melalui analisis
laporan keuangan dapat diketahui keberhasilan tercapainya prestasi yang
ditunjukkan oleh sehat tidaknya laporan keuangan tersebut, yang merupakan dasar
penilaian prestasi / hasil kerja seluruh departemen atau bagian yang ada di
perusahaan. Salah satu dasar yang dijadikan pertimbangan sebagai acuan dalam
mengukur kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan
sumber informasi yang penting bagi perusahaan. Petikan lansung Sarwoko dan Halim (1989:35) laporan keuangan
merupakan kumpulan data yang diorganisasi menurut logika dan prosedur-prosedur
akutansi yang konsisten. Dari laporan keuangan diperoleh suatu pengetahuan
tentang beberapa aspek keuangan suatu perusahaan.
Alat ukur yang
digunakan untuk menganalisa laporan keuangan diantaranya adalah analisis rasio,
analisis nilai tambah pasar (Market ValueAdded/ MVA), Analisis nilai tambah ekonomis (Economic Value Added/ EVA) dan Balance
Score Card / BSC, Analisis Capital
Asset, Management, Equity, and Liquidity (CAMEL)dan Du Pont System (Warsono,2003:24)
Dalam penelitian ini
yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan tersebut adalah Du Pont System. Analisis Du Pont System ini bersifat menyeluruh
karena mencakup tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktivanya dan
dapat mengukur tingkat keuntungan atas penjualan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut.
Tujuan analisis ini
digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektvitas perusahaan dalam memutar
modalnya, sehingga analisis ini mencakup berbagai rasio. Du Pont System ini didalamnya menggabungkan rasio aktivitas /
perputaran aktiva dengan rasio laba / profit
margin atas penjualan dan menunjukkan bagaimana keduanya berinteraksi dalam
menentukan Return On Invesment (ROI),
yaitu profitabilitas atas aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio laba atas
penjualan (profit margin) dipengaruhi
oleh tingkat penjualan dan laba bersih yang dihasilkan. Berarti profit margin
ini mencakup pula seluruh biaya yang digunakan dalam operasional perusahaan.
Rasio aktivitas sendiri dipengaruhi oleh penjualan dan total aktiva. Dapat
dikatakan bahwa analisis ini tidak hanya menfokuskan pada laba yang dicapai,
tetapi juga pada invesatasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
Semakin besar ROI
semakin baik pula perkembangan perusahaan tersebut dalam mengelola asset yang
dimilikinya dalam menghasilkan laba. Hal ini disebabkan karena ROI tersebut
terdiri dari beberapa unsur yaitu penjualan, aktiva yang digunakan, dan laba
atas penjualan yang diperoleh perusahaan. Angka ROI ini akan memberikan
informasi yang penting jika dibandingkan dengan pembanding yang digunakan
sebagai standart. Jadi perbandingan ROI selama beberapa periode berturut-turut
akan lebih akurat. Berdasar dari kecenderungan ROI ini dapat dinilai
perkembangan efektivitas operasional usaha perusahaan, apakah menunjukkan
kenaikan atau penurunan.
Du Pont System ini lebih tepat jika
diterapkan pada perusahaan cabang/ divisi/ departemen/ pusat investasi. Melalui
analisis ini perusahaan dapat menilai kinerja keuangan divisi/ departemen/
pusat investasinya dengan melihat efektivitas penggunaan aktiva dalam
memperoleh laba bersih, sehingga pada akhirnya perusahaan pusat dapat mengambil
kebijaksanaan yang tepat atas divisi/ pusat investasinya.
Guna melihat dan
menilai tingkat efektivitas operasional suatu perusahaan, tidak hanya
menggunakan kepekaan dan ketajaman para manajer secara kualitatif saja, tetapi
harus menggunakan metode secara kuantitatif. Du Pont System merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai
efektivitas operasional perusahaan tersebut, karena dalam analisis ini mencakup
unsur penjualan, aktiva yang digunalan serta laba yang dihasilkan perusahaan.
Atas dasar inilah penulis mengambil judul: “Penerapan Du Pont System Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi
PT.Aqua Golden Mississipi Tbk, PT. Mayora Indah
Tbk, PT. Ultra Jaya Milk Tbk Pada Tahun 2001-2005)
PT. Aqua Golden
Mississipi Tbk, PT Mayora Indah Tbk dan PT Ultra Jaya Milk Tbk, merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan yang memproduksi berbagai macam
jenis makanan dan minuman. Melalui penerapan Du Pont System, ketiga peusahaan tersebut dapat dinilai kinerja
keuangan perusahaannya dan pada akhirnya dapat dibandingkan perusahaan mana
yang menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi.
B. Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar
belakang yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dirumuskan Bagaimana
Kinerja Keuangan Perusahaan PT.Aqua
Golden Mississipi Tbk, PT. Mayora Indah
Tbk, PT. Ultra Jaya Milk Tbk Jika diukur dengan Du Pont System?
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih
mengarahkan pembahasan agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pemecahan
masalah, maka diperlukan adanya pembatasan masalah yang lebih terarah dan
sesuai dengan ruuang lingkup pembahasan. Pembahasan agar jelas, maka penulis
membatasi pembahasan pada masalah sebagai berikut:
- Analisis berdasarkan data laporan keuangan yang telah tersedia tanpa mempersoalkan proses penyusunan laporan keuangan tersebut.
- Data yang digunakan adalah data laporan laba rugi dan neraca mulai periode 2001-2005
D. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
- Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan
masalah maka dapat diketahui tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui
bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada PT.Aqua Golden Mississipi Tbk, PT.
Mayora Indah Tbk, PT. Ultra Jaya Milk
Tbk Pada Tahun 2001-2005
- Kegunaan Penelitian
a.
Bagi Perusahaan
Perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan
pertimbangan atau sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijaksanaannya guna
kemajuan perusahaan
b.
Bagi Investor
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan invetasi pada perusahaan makanan dan minuman yang
dianggap paling menguntungkan.
c.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk
penyusunan penelitian yang selanjutnya pada waktu yang akan datang khususnya
yang membahas topik yang sama.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian
Terdahulu
Penelitian yang dilakukan
oleh Erwien Novianto (2006) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Du Pont System
Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi kasus pada Perusahaan Tenun
Pelangi Malang).
Dari hasil penelitian tersebut, bahwa Kinerja Keuangan Tenun Pelangi Lawang
berdasarkan tabel data cross section menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan tenun pelangi baik, karena nilai
ROI yang dicapai perusahaan tenun pelangi selalu lebih tinggi dari nilai ROI
rasio industri pada tahun yang bersangkutan. Untuk kinerja perusahaan tenun
pelangi berdasarkan tabel time series
menunjukkan pada tahun 2003 sampai 2004 perkembangannya membaik karena hasil
ROI meningkat dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini dipengaruhi oleh hasil
margin laba yang meningkat yang dipengaruhi oleh HPP yang relatif rendah. Namun
pada tahun 2005 kinerja perusahaan mengalami penurunan, hal ini dipengaruhi
oleh tingginya rasio aktiva lancar untuk bank dan piutang, sehingga
mempengaruhi perputaran total aktiva yang menurun. Karena hasil ROI dari tahun
ke tahun mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa besarnya keuntungan
atau laba yang dihasilkan oleh perusahaan dari investasi yang digunakan
mengalami penurunan.
Adapun kesamaan dari
penelitian yang terdahulu dan sekarang adalah sama-sama menggunakan alat
analisis yaitu dengan metode Du Pont
System dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan perbedaan
antara peneliti terdahulu dengan peneliti yang sekarang adalah obyek
penelitian, sumber data yang digunakan dan periode data. Peneliti terdahulu
obyek penelitiannya perusahaan yang bergerak di bidang tenun/ tekstil dan
peneliti sekarang pada perusahaan makanan dan minuman. Sumber data pada
peneliti terdahulu adalah langsung pada perusahaan sedangkan sumber data
peneliti yang sekarang adalah melalui pojok Bursa Efek Jakarta Universitas
Muhammadiyah Malang.
B. Landasan Teori
1.
Laporan Keuangan
a.
Pengertian dan Arti pentingnya Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akutansi Indonesia No.1
(2004:2) dinyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan lengkap terdiri dari neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara, misalnya laporan ekuitas atau laporan arus dana). Catatan dan laporan
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Menurut Budi Rahardjo (2001:45) Laporan Keuangan adalah laporan
pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan
yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak luar perusahaan, yaitu pemilik
perusahaan (pemegang saham), pemerintah (instansi pajak), kreditor (Bank atau
lembaga keuangan), dan pihak lainnya yang berkepentingan.
b.
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akutansi Indonesia dalam PSAK No.1 (2004:4)
dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Informasi tersebut bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship)
manajemen atas pengguna sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Mamduh (2000:30) bahwa pelaporan
keuangan harus memberikan informasi yang bermanfaat untuk investor, kreditor,
dan pemakai lainnya, saat ini maupun potensial (masa mendatang), untuk membuat
keputusan unvestasi, kredit, dan investasi semacam lainnya.
c.
Komponen Laporan Keuangan
Menurut Budi rahardjo (2001:49) komponen laporan
keuangan terdiri dari:
1.
Neraca (Balance Sheet)
Adalah laporan mengenai keadaan harta atau kekayaan perusahaan, atau
keadaan posisi keuangan perusahaan pada saat (tanggal) tertentu. Neraca
memberitahu kita mengenai seberapa kuat posisi keuangan perusahaan dengan
memperlihatkan bagian yang dimiliki
perusahaan dan bagian yang dipinjam dari kreditor untuk suatu jangka waktu
tertentu. Komponen neraca sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu:
Aktiva atau Harta
Adalah sumber daya ekonomi atau harta yang dimiliki atau
dikendalikan oleh suatu perusahaan, seperti kas, bangunan, kendaraan,dan
lain-lain yang diharapkan mempunyai manfaat dimasa depan. Atau investasi yang
dilakukan perusahaan dalam aktivitasnya mengejar laba. Aktiva atau Harta yang terdapat
pada kolom sebelah kiri neraca yang mencerminkan struktur kekayaan perusahaan,
yang menunjukkan dana perusahaan ditanamkan atau dialokasikan pada pos-pos apa
saja. Aktiva biasanya terdiri dari:
-
Aktiva lancar, secara umum
aktiva lancar meliputi kas dan semua aktiva dalam jangka waktu singkat atau
jangka pendek akan kembali lagi dalam bentuk kas. Jangka waktu biasanya tidak
lebih dari satu tahun terhitung dari tanggal neraca.
Yang termasuk komponen dari aktiva lancar
adalah:
·
Kas dan Bank, adalah semua
tagihan dan uang di brankas dan uang yang tersimpan di bank. Uang yang
tersimpan di bank bisa dalam bentuk rekening, tabungan, atau giro maupun
deposito
·
Surat berharga atau
efek (Marketable Securities), aktiva
ini adalah investasi jangka pendek yang kelebihan dana yang tertanam dalam kas
, atau kas yang tidak terpakai yang tidak segera diperlukan. Biasanya
diinvestasikan dalam bentuk surat
berharga (commercial paper dan government
securities).
·
Piutang dagang, adalah suatu
nilai yang belum kita terima dari langganan atau konsumen meskipun barang sudah
kita serahkan sebelum dibayar.
·
Persediaan, Persediaan untuk
perusahaan pabrikasi (perusahaan yang menghasilkan atau memproduksi barang)
terdiri dari tiga kelompok yaitu: barang mentah yang digunakan dalam proses
produksi, barang setengah jadi yang masih perlu proses lebih lanjut, dan barang
jadi yang siap untuk dipasarkan.
·
Biaya Dibayar di Muka,
pembayaran di muka bisa muncul pada situasi sebagai berikut. Pada tahun ini
perusahaan membayar asuransi kebakaran untuk jangka waktu tiga tahun.
-
Aktiva tetap, adalah
berhubungan dengan hak milik, bangunan dan peralatan. Aktiva ini bukan untuk
dijual akan tetapi digunakan untuk kegiatan perusahaan, berproduksi, menyimpan
barang, mengirim dan memamerkan produknya. Yang termasuk dalam komponen aktiva
tetap adalah tanah, hak atas tanah, bangunan, mesin, peralatan, perabotan
kantor, mobil, truk, dsb.
-
Aktiva Tidak Berwujud, adalah
aktiva yang secara fisik tidak ada tetapi mempunyai nilai nyata bagi
perusahaan. Contoh dari aktiva ini adalah:
·
Hak patent (patent)
·
Hak cipta (copy right)
·
Goodwill
·
Franchise
·
Merek dagang (trade mark)
Kewajiban / Hutang (Liabilities)
Merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan oleh perusahaan
di masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa
yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya. Komponen
kewajiban ada tiga kelompok diantaranya adalah :
-
Kewajiban/hutang lancar (current liabilities) , merupakan
kewajiban atau hutang yang akan dibayar atau jatuh tempo dalam waktu satu tahun
buku (terhitung sejak tanggal neraca) atau kurang, atau dalam siklus operasi
normal jika lebih dari satu tahun.
Yang termasuk kewajiban lancar adalah:
·
Hutang dagang, menunjukkan
suatu jumlah dimana perusahaan meminjam dari rekan usaha atau kreditor,
darimana telah dibeli barang secara kredit.
·
Hutang wesel,
Jika uang dipinjam dari bank atau pihak lain, maka akan muncul di neraca pada
pos hutang wesel,
sebagai bukti bahwa suatu perjanjian tertulis telah diberikan kepada pihak yang
memberikan pinjaman.
·
Hutang pajak, merupakan hutang
kepada instansi pajak yang belum dibayar
-
Kewajiban jangka panjang (long term liabilities), merupakan
kewajiban yang tidak akan dibayar dengan aktiva lancar selama siklus operasi,
atau tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau lebih (terhitung sejak
tanggal neraca)
Contoh dari kewajiban jangka panjang:
·
Obligasi, merupakan suatu
perjanjian tertulis antara peminjam (perusahaan yang mengeluarkan obligasi) dan
pemberi pinjaman dalam mana peminjam sepakat untuk membayar suatu jumlah
tertentu pada tanggal tertentu di waktu mendatang (saat jatuh tempo) dan
membayar bunga secara periodik pada tanggal tertentu.
Modal atau Ekuitas
Adalah sesuatu yang bernilai yang dimiliki dan digunakan, dan
sesuatu yang bernilai yang digunakan tapi tidak dimiliki. Komponen dari modal
sendiri diantaranya adalah :
-
Modal saham, merupakan saham
yang mencerminkan kepentingan pemegangnya sebagai pemilik perusahaan. Saham ini
dinyatakan dengan sertifikat saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
diberikan kepada pemegang saham. Modal
saham sendiri terdiri dari saham preferen dan saham biasa.
-
Agio Saham, merupakan jumlah
yang dibayar oleh para pemegang saham diatas nilai pokok dari saham.
2.
Laporan Laba Rugi (Profit and
Loss Statement)
Adalah laporan mengenai kemajuan perusahaan. Pada dasarnya laporan
laba rugi memberitahu apa yang diperoleh perusahaan tahun ini, apakah laba atau
rugi dan berapa banyak laba/keuntungan atau kerugiannya. Laporan ini
menggambarkan kemajuan usaha suatu perusahaan selama satu periode tertentu atau
selama satu tahun buku.
Komponen dari perhitungan laba rugi adalah:
-
Penjualan
-
Harga Pokok Penjualan
-
Beban Usaha
-
Pendapatan dan beban lain-lain
-
Pajak penghasilan
- Laporan Perubahan Posisi Keuangan (The Statement Changes In Financial)
Adalah catatan yang melaporkan perubahan posisi keuangan yang
biasanya disajikan dalam Laporan Arus Dana atau Laporan Sumber dan Penggunaan
Dana (Funs Flow Statement) yang
melaporkan sumber (dari mana dana diperoleh) dan penggunaan dana (kemana dana
dipakai) atau disajikan dalam Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) yang melaporkan perubahan posisi keuangan
berbasis kas, yaitu suatu ringkasan kas yang diterima dan dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode.
- Catatan atas Laporan Keuangan (Footnotes or Notes to The Financial Statement)
Merupakan suatu ikhtisar yang memuat penjelasan mengenai
kebijakan-kebijakan akutansi yang mempengaruhi posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan
atau bagian integral dari suatu laporan keuangan perusahaan. Alasannya adalah
karena laporan keuangan itu sendiri singkat dan padat, sebab itu tak mungkin
menyajikan semua informasi penting yang berhubungan dengan suatu rekening
tertentu. Karena itu penjelasan yang tidak bisa diringkas dijelaskan secara
lebih terinci pada Catatan Atas Laporan Keuangan yang merupakan penjelasan
tertulis mengenai aspek-aspek penting dari berbagai item. (Budi Raharjo:84)
d.
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Beberapa sifat dan keterbatasan laporan
keuangan (Harahap,2002:74) adalah:
1.
Laporan keuangan bersifat
historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang lewat. Karenanya laporan
keuangan tidak dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi
2.
Laporan keuangan bersifat umum,
disajikan untuk pemakai dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu
saja. Misalnya untuk Pajak dan Bank
3.
Proses penyusunan laporan
keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan
4.
Akutansi hanya melaporkan
informasi material. Demikian pula penerapan prinsip akutansi terhadap suatu
fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini dianggap tidak
material atau tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap laporan
keuangan
5.
Laporan keuangan baersifat
konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan
kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian beberapa suatu pos, maka
lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva
paling kecil
6.
Laporan keuangan menekankan
pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya
(formalitas), (substance over form)
7.
Laporan keuangan dengan
menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan keuangan diasumsikan
memahami bahasa teknis akutansi dan sifat dari informasi yang diharapkan
8.
Adanya berbagai alternatif
metode akutansi yang digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran
sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan
9.
Informasi yang bersifat
kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan
e.
Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Budi Rahardjo (2001:46) ada beberapa
pengguna (baik intern maupun ekstern) yang berkepentingan dengan data-data
akutansi maupun sajian laporan keuangan perusahaan. Pengguna data akutansi
antara lain:
1.
Manajer atau pimpinan
perusahaan
Pengguna utama dari data akutansi adalah
manajer perusahaan itu sendiri. Manajer dituntut untuk mengambil keputusan
tanpa tahu masalah yang mungkin akan muncul. Untuk mengurangi tingkat
ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan, informasi akutansi sangat
berguna. Dengan melihat cacatan keuangan perusahaan tahun yang lampau dan saat
ini, manajer akan mendapatkan gambaran kecenderungan yang akan terjadi dan
indikasi kemungkinan di masa depan
2.
Pemegang saham atau Pemilik
Perusahaan
Pamakai utama data akutansi adalah pemegang
saham atau pemilik perusahaan. Pemilik yang menanamkan uangnya ke dalam
perusahaan berkepentingan langsung atas maju mundurnya perusahaan. Mereka
biasanya mendapatkan laporan tahunan perusahaan yang didalamnya mencakup
neraca, perhitungan laba rugi, dan laporan keuangan lainnya
3.
Pemerintah
Pemerintah juga merupakan pengguna atas data
akutansi perusahaan, khususnya kantor pelayanan pajak. Kantor pajak perlu tahu
laba yang diperoleh suatu perusahaan setiap tahun, untuk perhitungan pajaknya
4.
Kreditor
Kreditor baik Bank maupun lembaga keuangan
lainnya juga berkepentingan dengan data akutansi perusahaan, untuk mengetahui
kemampuan perusahaan mengembalikan kredit yang akan atau telah diambil.
Biasanya kreditor mengharapkan laporan keuangan secara periodik, untuk
mengetahui perubahan posisi keuangan perusahaan
5.
Karyawan Perusahaan
Karyawan perusahaan (diluar negeri, biasa
tergabung dalam organisasi perburuhan) biasanya juga ingin mengetahui laporan
keuangan perusahaan. Bagi organisasi buruh ini, laporan keuangan diperlukan
guna melakukan tawar-menawar kontrak kerja berikutnya.
2.
Analisis Laporan Keuangan
a. Pengertian dan Tujuan
Analisis laporan Keuangan
Seperti diketahui bahwa menghubungkan
elemen-elemen dari berbagai aktiva yang satu dengan yang lainnya, elemen-elemen
dari berbagai pasiva serta elemen dari aktiva dan pasiva akan dapat diperoleh
banyak gambaran mengenai posisi / keadaan keuangan suatu perusahaan. Guna
memperoleh gambaran mengenai perkembangan financialya,
suatu perusahaan memerlukan analisis / interpretasi terhadap data keuangan pada
perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Abdullah (2001:33) analisa keuangan
perusahaan merupakan kajian secara kritis, sistematis dan metodologis terhadap
laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan baik pada waktu yang telah
lalu, kondisi tahun berjalan maupun prediksi waktu yang akan datang.
Menurut Ridwan dan Inge (2003:128) analisa
laporan keuangan merupakan suatu informasi yang ditujukan untuk masyarakat,
pemerintah, pemasok, dan kreditur, pemilik perusahaan/pemegang saham, manajemen
perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan yang diperlukan secara tetap untuk
mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Analisa dari laporan
keuangan ini bersifat relatif karena didasarkan pada pengetahuan dan
menggunakan rasio atau nilai relatif.
Tujuan analisis laporan keuangan sendiri
menurut Budi Rahardjo (2001:85) adalah untuk membantu pemakai dalam
memperkirakan masa depan dengan cara membandingkan, mengevaluasi, dan
menganalisis kecenderungan.
b. Teknik Analisis Laporan
Keuangan
Menurut Budi Rahardjo (2001:88) ada tiga teknik analisis yang sering
digunakan, yaitu:
1.
Analisis Horisontal yaitu
perbandingan data keuangan untuk periode dua tahun atau lebih. Analisis
horisontal sangat membantu karena menyajikan perubahan antar tahun baik dalam
bentuk nilai rupiah maupun prosentase.
2.
Analisis Vertikal yaitu laporan
umum (commonzise statement), dalam
analisis ini komponen-komponen dalam laporan laba rugi dan neraca dinyatakan
dalam prosentase. Pada laporan laba rugi dipersentasekan ke penjualan,
sedangkan pada neraca dipersentasekan ke aktiva atau pasiva. Besarnya
persentase pada tahun yang dievaluasikan kemudian dibandingkan dengan tahun
yang sebelumnya.
3.
Analisis keuangan atau lebih
dikenal sebagai analisis rasio, rasio (perbandingan) dapat dilakukan untuk dan
antar sepasang pos baik dalam neraca maupun perhitungan laba rugi.
c. Pembanding Analisa
Rasio Keuangan
Menurut Mamduh dan Halim (2003:106) pada dasarnya ada dua cara yang
dapat dilakukan dalam perbandingan rasio financial perusahaan. Kedua cara
tersebut adalah:
1.
Time Series Analysis
Perbandingan rasio saat ini dengan rasio
masa lalu dan di masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Apabila
rasio keuangan dilakukan dalam beberapa tahun, maka bisa dipelajari komposisi
perubahan dan menentukan apakah ada kemajuan atau kemunduran prestasi dan
kondisi keuangan perusahaan selama beberapa tahun tersebut.
Semakin banyak observasi yang dipunyai oleh
analis, akan semakin baik. Analisis Time
Series ini bisa dilihat pengaruh variabel-variabel seperti variabel makro
ekonomi (resesi, inflasi), variabel industri (perubahan industri, peraturan),
variabel mikro ekonomi (perubahan strategi, manajemen baru) terhadap data-data
keuangan sekaligus melihat pola-pola tertentu dari keuangan yang dipunyai.
Masalah yang timbul dalam perbandingan
dengan periode lalu adalah data periode lalu barangkali berada pada posisi yang
tidak memuaskan, sehingga data perode saat ini mungkin lebih besar belum tentu
merupakan berita baik. Selain itu analis harus memperhatikan faktor-faktor yang
akan berpengaruh besar terhadap perilaku data dan bisa menjadi dasar
interpretasi keuangan perusahaan, misalnya: perubahan lini produk yang
signifikan dan perubahan prinsip / metode akutansi. Guna mengurangi masalah
seperti ini, perbandingan dengan perusahaan lain / rata-rata industri bisa
dilakukan.
2.
Cross-sectional Approach
Perbandingan rasio-rasio suatu perusahaan
dengan perusahaan lain yang sejenis dan sebanding dengan rata-rata rasio
industri. Idealnya perusahaan yang dipilih sebagai perbandingan adalah
perusahaan yang mempunyai produk serupa (memenuhi kebutuhan yang sama, atau
merupakan sustitusi saru sama lain), mempunyai strategi, ukuran dan umur yang
sama. Barangkali perbandingan dengan satu atau dua perusahaan yang serupa bisa
dilakukan, baik atas dasar kesamaan dari sisi permintaan, kesamaan dari atribut
keuangan ataupun kesamaan dari jenis bahan baku, andai data-data industri tidak ada.
Masalah yang mungkin timbul dari crosssection adalah:
-
Di Negara-negara maju,
data-data yang berkaitan dengan industri sejenis biasanya bisa dicari, tetapi
tidak demikian halnya di Negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia.
Sebagian besar perusahaan di Indonesia
masih belum Go Public, dimana
biasanya tidak memberikan laporan keuangannya ke public karena menjaga
kerahasiaan, dengan demikian perbandingan akan sulit diperoleh.
-
Tidak jelasnya industri sebagai
perbandingan. Perusahan yang besar biasanya melakukan diversifikasi pada
beberapa sektor usaha dan tidak melakukan pelaporan keuangan persegmen tetapi
pelaporan keuangan konsolidasi yang mencakup semua jenis usaha, sehingga
laporan ini kurang relevan dalam analisis perbadingan.
-
Tidak tersedianya angka
industri dalam negeri. Contohnya adalah di Indonesia, PJKA merupakan
satu-satunya angkutan kereta api. Kondisi semacam ini perbandingan rata-rata
rasio industri perusahaan domestic tidak mungkin tercapai. Di sini barangkali
bisa membandingkan dengan angka rata-rata industri luar negeri, tetapi kondisi
lingkungan yang berbeda mungkin merupakan suatu faktor yang harus
diperhitungkan.
d. Macam-macam Rasio
Keuangan
Macam atau jumlah angka-angka itu banyak
sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa, namun demikian
angka-angka rasio yang ada pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua
kelompok. Golongan pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang
merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut dan penggolongan yang
kedua adalah berdasarkan tujuan dari penganlisa.
Menurut Budi Rahardjo (2001:98) dalam
bukunya akutansi dan keuangan, rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan
menjadi lima
kelompok, diantaranya adalah:
1.
Rasio likuiditas (liquidity ratios), yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio-rasio yang
termasuk dalam kategori ini adalah:
- Rasio Lancar
- Rasio Kas
- Rasio Cepat
2.
Rasio solvabilitas (leverage atau solvency ratios), yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mmenuhi seluruh kewajibannya baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Rasio-rasio yang termasuk dalam kategori ini
adalah:
a.
Rasio hutang atas aktiva
b.
Rasio hutang jangka panjang
atas aktiva
c.
Rasio hutang jangka panjang
atas modal
d.
Rasio modal atas hutang
e.
Rasio kewajiban lancar atas
modal
f.
Rasio aktiva berwujud atas
hutang
3.
Rasio aktivitas (activity ratios), yang menunjukkan
tingkat efektivitas penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio-rasio
yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a.
Rasio perputaran piutang
b.
Rasio perputaran persediaan
c.
Rasio perputaran aktiva tetap
d.
Rasio perputaran total aktiva
e.
Rasio rata-rata hari
pengumpulan piutang
f.
Rasio rata-rata persediaan
tersimpan
g.
Rasio perputaran modal kerja
4.
Rasio profitabilitas dan rentabilitas
(profitability ratios), yang
menunjukkan tingkat imbalan atau perolehan (keuntungan) dibanding penjualan dan
aktiva.
Rasio-rasio yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a.
Laba operasi bersih terhadap
total aktiva
b.
Marjin laba bersih terhadap
penjualan
c.
Laba operasi bersih terhadap
total modal
5.
Rasio Investasi (investment ratios), menunjukkan rasio
investasi dalam surat
berharga atau efek, khususnya saham dan obligasi.
Rasio-rasio yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a.
Jaminan bunga obligasi
b.
Jaminan deviden saham preferen
c.
Penghasilan per lembar saham
d.
Nilai buku per lembar saham
biasa
e.
Persentase laba ditahan
f.
Rasio harga penghasilan
g.
Rasio pembayaran deviden
h.
Rasio hasil deviden
Penulis dalam skripsi ini menggunakan
beberapa rasio keuangan khususnya rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan, dengan menghubungkan antara keuntungan
atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau
asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.
3.
Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas
Analisis Du
Pont System menyangkut rasio profitabilitas dan rasio aktivitas, sehingga
penulis terlebih dahulu akan membahas mengenai rasio profitabilitas dan rasio
aktivitas sebagai dasar dalam pembahasan selanjutnya.
Rasio profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dari penjualan barang atau jasa yang diproduksinya. Rasio
profitabilitas meliputi:
1.
Return On Investment (ROI)/ Laba Operasi
Bersih Terhadap Total Aktiva.
ROI merupakan perbndingan antara laba bersih dengan total aktiva.
Rasio ini mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam menghasilkan
laba/keuntungan.
ROI
= Laba Operasi bersih
Total Aktiva
ROI
(Du Pont) = Margin laba x Perputaran Aktiva
= Laba Bersih x
Penjualan
Penjualan
Total Aktiva
2.
Net Profit Margin/ Marjin Laba Bersih
Terhadap Penjualan
Net profit margin merupakan persentase laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan
penjualan.
Margin
Laba Bersih = Laba Bersih X 100%
Penjualan
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas ini dapat menunjukkan tingkat efektivitas penggunaan
aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio aktivitas meliputi:
- Receivable Turnover / Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang adalah perbandingan antara jumlah penjualan
kredit selama satu tahun dengan jumlah piutang (bila penjualan kredit tidak
tersedia, biasanya digunakannilai jumlah penjualan)
Perputaran Piutang = Jumlah Penjualan
Kredit
Jumlah Piutang
- Inventory Turnover / Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan adalah perbandingan antara jumlah penjualan
dengan rata-rata jumlah persediaan dalam satu tahun
Perputaran Persediaan
= Jumlah Penjualan
Rata-rata
persediaan
Rata-rata persediaan = Persediaan awal + Persediaan akhir
2
- Fixed Assets Turnover / Perputaran aktiva tetap
Perputaran aktiva tetap adalah perbandingan antara jumlah penjualan
dengan jumlah aktiva tetap yang ada pada suatu perusahaan.
Perputaran Aktiva Tetap = Jumlah Penjualan
Total Aktiva Tetap
- Total Assets turnover / Perputaran Total Aktiva
Perputaran total aktiva adalah perbandingan antara jumlah penjualan
perusahaan dengan seluruh harta/ aktiva perusahaan.
Perputaran Total Aktiva = Jumlah Penjualan
Total Aktiva
Perputaran modal kerja adalah perbandingan antara jumlah penjualan
perusahaan dengan modal kerja (aktiva lancar) yang bekerja didalamnya.
Perputaran Modal Kerja = Jumlah Penjualan
Aktiva Lancar
4.
Analisis Du Pont System
a.
Pengertian Analisis Du Pont
System
Menurut Syamsudin (2001:64) analisis Du Pont System adalah ROI yang
dihasilkan melalui pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales
serta efisiensi penggunaan total assets di dalam menghasilkan keuntungan
tersebut.
Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256)
adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio
aktivitas dan net profit margin dan
seberapa besar pengaruhnya terhadap ROI.
Menurut Syafarudin(1993:128) analisis Du Pont penting bagi manajer untuk
mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset
turnover terhadap ROI. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini,
pengendalian biaya dapat diukur dan efisiensi perputaran aktiva sebagai akibat
turun naiknya penjualan dapat diukur.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan
bahwa analisis Du Pont System
merupakan analisis yang mencakup rasio aktivitas dan margin keuntungan atas
penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Dari
analisis ini juga dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva perusahaan.
Yang dapat diuraikan dengan menggunakan
analisis Du Pont adalah ROI (Rate Of Return On Investment) yang
merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan
dengan besarnya total aktiva perusahaan (Soedoyono,1991:137)
Analisis ini biasanya digunakan oleh
perusahaan-perusahaan besar. Diharapkan melalui Du Pon System, perusahaan pusat dapat menilai kinerja keuangan
divisi/ departemen/ pusat investasi berdasarkan ROI yang dicapai.
b.
Keunggulan dan Kelemahan
Analisis Du Pont System
Adapun keunggulan analisis Du
Pont System antara lain (Harahap,1998:333):
1.
Sebagai salah satu teknik
analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui
tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva.
2.
Dapat digunakan untuk mengukur
profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga
diketahui produk mana yang potensial.
3.
Dalam menganalisis laporan
keuangan menggunakan pendekatan yang lebih integrative dan menggunakan laporan
keuangan sebagai elemen analisisnya.
Sedangkan kelemahan dari analisis Du Pont System adalah (Harahap:1998:341):
1.
ROI suatu perusahaan sulit
dibandingkan dengan ROI perusahaan lain yang sejenis, karena adanya perbedaan
praktek akutansi yang digunakan.
2.
Dengan menggunakan ROI saja
tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua
permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.
5.
Return
On Investment
a.
Pengertian Return On
Investment
Menurut Munawir (1995:89) ROI (Return On Investment) adalah satu
bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor :
·
Tingkat perputaran aktiva yang
digunakan untuk operasi
·
Profit Margin, Yaitu besarnya keuntungan
operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit
Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan
dihubungkan dengan penjualannya.
Menurut Abdullah Faisal (2002:49) ROI ini
sering disebut Return On Total Assets
dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan menggunakan keseluruhan aktiva yang dimilikinya.
b.
Kelebihan dan Kelemahan ROI
Menurut Abdullah (2002:50) kelebihan ROI antara lain:
- Selain ROI berguna sebagai alat control juga berguna untuk keperluan perencanaan. ROI dapat digunakansebagai dasar pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan ekspansi.
- ROI dipergunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung masing-masing.
- Kegunaan ROI yang paling prinsip adalah berkaitan dengan efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktik akutansi secara benar dalam artian mematuhi sistem dan prinsip-prinsip akutansi yang ada.
Menurut Abdullah (2002:51) kelemahan ROI
antara lain:
1.
Mengingat praktek akutansi
dalam perusahaan seringkali berbeda maka kelemahan prinsip yang dihadapi adalah
kesulitan dalam membandingkan rate of
return suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
2.
Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak dapat dipakai untuk
membandingkan dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan.
Sistem
Du Pont sering dipergunakan untuk pengendalian dalam perusahaan besar. Oleh
karena itu kebijakan leverage financial
dan pajak dibuat atas dasar perusahaan secara keseluruhan bukan secara
divisional. Jika Du Pont system
digunakan untuk pengendalian divisional maka disebut dengan pengendalian ROI,
menurut Sartono (2000:344)
a.
Setiap divisi didefinisikan
sebagai profit center, dengan
investasi sendiri dan diharapkan menghasilkan return yang cukup.
b.
Jika ROI divisi yang
bersangkutan turun dibawah target, maka staff perusahaan pusat akan meneliti
kembali dengan Du Pont System untuk
mencari penyebabnya.
c.
Prestasi manajer divisi dinilai
atas dasar ROI divisi yang dipimpinnya dan dimotivasi untuk berusaha menccapai
tingkat ROI yang ditargetkan.
d. Return On Investment juga dipengaruhi oleh faktor selain kemampuan manajerial, seperti:
kebijakan depresiasi (penyusutan), nilai buku, dll.
Bagan Du
Pont adalah bagan yang dirancang untk memperlihatkan hubungan antara
pengembalian atas investasi, perputaran aktiva dan margin laba. (Weston dan
Brigham, 1990:307). Du pont tersebut
merupakan uraian dari skema ROI, yang merupakan rasio antara laba yang
diperoleh perusahaan dengan besarnya perputaran aktiva perusahaan. Perputaran
total aktiva didefinisikan sebagai hasil bagi antara penjualan dengan total
aktiva, sedangakan margin laba didefinisikan sebagai rasio antara laba bersih
dengan hasil penjualan. Selanjutnya total aktiva didefinisikan sebagai
penjumlahan antara aktiva lancar dan aktiva tetap perusahaan dan laba bersih
didapatkan dari pengurangan antara penjualan dan total biaya
(Soediyono,1991:149).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah kausal komparatif. Menurut Sigit (2001:137) penelitian komparatif adalah
penelitian yang membandingkan dua atau lebih kelompok untuk mencoba menemukan
perbedaan-perbedaan yang telah ada antara kelompok dengan kelompok. Penelitian
membandingkan kinerja keuangan PT Aqua Golden Mississipi Tbk, PT Mayora Indah
Tbk, dan PT Ultra Jaya Milk Tbk.
B. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah data skunder, yaitu data yang dipublikasikan oleh Bursa
Efek Jakarta.
Adapun data yang dibutuhkan yaitu berupa laporan
keuangan:
- Neraca per 31 Desember 2001-2005
- LaporanLaba Rugi untuk tahun berakhir 2001-2005
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentasi
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat data-data yang
dimiliki oleh perusahaan sesuai dengan keperluan pembahasan dalam penelitian
ini.
D. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasinya
adalah perusahaan-perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling. Menurut Arikunto
(2006:134) random sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
terhadap populasi tertentu sehingga semua subjek yang ada dalam populasi
tersebut dianggap sama.
Berdasarkan hal tersebut peneliti menetapkan
3 perusahaan yang dapat dijadikan sampel penelitian diantaranya adalah PT. Aqua
Golden Mississipi Tbk, PT. Mayora Indah Tbk dan PT. Ultra Jaya Milk Tbk.
E. Definisi Operasional
Variabel
·
ROI (Return On Investment) adalah satu bentuk dari rasio profitabilitas
yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan.
·
Net Profit Margin adalah perbandingan
antara laba bersih (laba sesudah biaya dan pajak) dengan penjualan bersih
perusahaan
·
Total Asset Turnover adalah perbandingan
antara jumlah penjualan perusahaan dengan seluruh harta/ aktiva perusahaan.
F. Teknik Analisa Data
Dalam menganalisis data, penulis
menggunakan metode kuantitatif, yaitu dengan melakukan perhitungan yang relevan
terhadap masalah yang diteliti. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah Du Pont System atau ROI, dengan
langkah-langkah sbb:
1)
Langkah I
Menentukan Perputaran Total Aktiva / Total Asset Turnover
Perputaran Total Aktiva adalah suatu rasio yang
bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi aktiva perusahaan didalam
menghasilkan volume penjualan tertentu.
-
Aktiva Lancar
|
-
|
-
|
2)
Langkah II
Menentukan Rasio Laba Bersih / Net Profit Margin
Rasio laba bersih mengukur besarnya laba bersih yang
dicapai dari sejumlah penjualan tertentu.
-
|
-
|
-
|
3)
Langkah III
Menentukan Return
On Investasi (ROI) Du Pont
ROI dapat mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan
dari investasi total perusahaan.
|
Menilai Kinerja
Keuangan Perusahaan
- Kriteria
perusahaan yang baik
ROI (Du Pont
System) berada di atas rata-rata industri menunjukkan bahwa perputaran
aktiva dan net profit margin sangat
tinggi
Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba semakin baik
- Kriteria perusahaan yang kurang baik
ROI (Du Pont
System) berada dibawah rata-rata industri menunjukkan bahwa perputaran
aktiva dan net profit margin sangat
rendah
Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba kurang baik.
0 Response to "SKRIPSI EKONOMI AKUNTANSI ANALISIS DU PONT SYSTEM DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Pada PT. Aqua Golden Mississipi Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Ultra Jaya Milk Tbk)"
Posting Komentar