A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Mata pelajaran Bahasa Inggris mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lain.
Perbedaan ini terletak pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Selain
diperlukan penguasaan kosa kata dan tata bahasa, juga diperlukan keterampilan
dalam mengaplikasikannya dalam kegiatan komunikasi, baik lesan maupun tulis
(Depdiknas, 2006:2). Pada pembelajaran kompetensi atau aspek writing, yang tujuan akhirnya adalah
memproduk atau menghasilkan tulisan atau teks baik fungsional maupun monolog
berdasarkan genre atau jenis teks,
diharapkan siswa dapat memahami ciri-ciri dari suatu teks, dan dapat
mengekspresikannya dengan kosa kata dan tata bahasa yang benar.
Di
SMP Negeri 15 Yogyakarta, banyak siswa khususnya kelas VII yang merasa
kesulitan dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggris khususnya pada aspek writing. Sebagai contoh, pada waktu
diberi tugas menulis teks monolog berbentuk descriptive
yang sudah ditentukan tema atau judulnya, kebanyakan siswa tidak segera
melaksanakan, bahkan malah ditinggal ngobrol dengan teman di dekatnya. Nampak
tidak serius dan malas mengerjakannya. Waktu diperingatkan dan ditanya kenapa
tidak segera dikerjakan, jawaban mereka : “Sebentar ...”, “Nanti dulu, bu,”,
“Sulit, bu,”, “Buat PR aja, bu” ...dan seterusnya yang intinya ingin
menghindari tugas itu. Padahal langkah-langkah menulis descriptive sudah peneliti berikan, seperti pola kalimat simple present tense, contoh-contoh cara
membuat kalimatnya, menentukan kosa kata yang akan digunakan, yang berkaitan
dengan tema yang sedang dipelajari serta genericstructurenya juga sudah diberikan. Contoh descriptive text pun sudah diberikan dalam pembelajaran aspek reading.
Ada kemungkinan kesulitan itu dikarenakan bahwa selama ini, kebanyakan
siswa menganggap mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai momok atau mata
pelajaran yang sulit dan tidak menarik. Karena sulit dan tidak menarik, siswa
cenderung tidak suka, malas dan ingin menghindarinya. Akibatnya, siswa malas
mengikuti pelajaran itu atau kurang serius dan malas mengerjakan tugas yang
dibebankan oleh gurunya. Kamus, sebagai sarana pendukung yang penting dalam
belajar bahasa asing, juga jarang yang memilikinya. Ada yang memiliki, tapi
malas membawanya karena berat. Itu semua terjadi karena kurangnya motivasi dan
kurang minatnya terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris. Ada siswa yang sudah
mulai menulis, kemudian macet di tengah jalan, hal ini dikarenakan kesulitan
memunculkan ide, padahal tema atau judul sudah ditentukan. Akibatnya tugas writing banyak yang tidak dikumpulkan.
Sudah dibuat PRpun, masih banyak yang tidak mengumpulkan. Sampai suatu saat,
peneliti pernah memaksa, bahwa semua siswa harus mengumpulkan tugas writing. Apa yang terjadi? Semua siswa
benar-benar mengumpulkan tugas itu. Tapi setelah diperiksa, ternyata banyak
pekerjaan siswa yang sama persis. Itu berarti banyak siswa yang tidak
mengerjakan, melainkan hanya menyontek pekerjaan temannya.
Nampaknya
masalah yang dihadapi kebanyakan siswa kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta pada
pembelajaran aspek writing ini cukup
kompleks. Mulai dari kurangnya minat, kurangnya sarana, kurangnya motivasi
sehingga kurang serius dalam mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris sehingga
berdampak pada lemahnya penguasaan kosa kata dan tata bahasa yang sangat
diperlukan dalam pembelajaran aspek writing
ini. Kalau melihat macetnya penulisan, itu berarti karena kurangnya
pengorganisasian pokok pikiran.
Benar-benar memprihatinkan. Terlebih lagi, Bahasa
Inggris termasuk mata pelajaran yang diUNASkan. Kalau tidak ada hal yang dapat
menarik perhatian siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris, entah itu metode,
strategi, ataupun approach, nampaknya
mereka akan semakin jauh atau benci dengan mata pelajaran Bahasa Inggris. Yang
pada gilirannya akan menurunkan kompetensi dan prestasi Bahasa Inggris mereka.
Seperti itulah gambaran betapa beratnya tugas guru Bahasa Inggris menghadapi
tantangan UNAS dan siswa yang seperti itu kondisinya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan
tersebut di atas, peneliti mencoba menggunakan metode mind mapping untuk mengatasi sebagian dari
permasalahan-permasalahan itu. Peneliti mencoba metode ini karena peneliti
pernah mengikuti Diklat Guru Bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh Dinas
Pendidikan Propinsi DIY yang bekerjasama dengan Neuroscience Super Learning Yogyakarta, yang di dalamnya ada materi
metode mind mapping ini. Berdasarkan
pemahaman peneliti, dari materi metode mindmapping yang disampaikan oleh Mbak Atik, beliau mengatakan bahwa metode ini
dapat memunculkan ide, dapat mengembangkan ide dan menarik, karena dapat diberi
gambar-gambar yang menarik sesuai dengan ide yang muncul serta dapat diberi
warna-warna yang menarik pula. Dengan digunakannya metode ini diharapkan para
siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris.
Bagi siswa yang suka menggambar, dapat mengekspresikan gagasannya melalui
gambar yang beraneka ragam dan warna dalam mind
mappingnya. Kalau siswa sudah merasa tertarik, guru akan lebih mudah dalam
menyampaikan materi kepada siswa. Yang akibatnya diharapkan siswa tidak lagi
merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggris khususnya pada
kompetensi atau aspek writing ini.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari
penjelasan tentang latar belakang masalah di atas, diketahui bahwa ruang ligkup
penelitian ini meliputi kajian pembelajaran, khususnya pada implementasi
metode mind mapping dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada aspek writing. Selanjutnya dalam laporan
penelitian ini dibahas tatacara penggunaan metode mind mapping dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada aspek writing. Standar Kompetensi yang dibahas
adalah SK 12 dan Kompetensi Dasarnya yaitu KD 12.2 (menulis teks monolog
berbentuk descriptive dan procedure).
Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
- Apakah implementasi metode mind mapping dalam pembelajaran aspek writing dapat menarik minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris?
- Apakah implementasi metode mind mapping dalam pembelajaran aspek writing dapat meningkatkan kompetensi dan prestasi writing siswa?
- Bagaimana respon siswa terhadap implementasi metode mind mapping dalam pembelajaran aspek writing?
C. TUJUAN PENELITIAN
Implementasi metode mind mapping dalam pembelajaran aspek writing ini dilakukan dengan tujuan
untuk :
- Meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris, khususnya pada pembelajaran aspek writing.
- Meningkatkan kompetensi dan prestasi writing siswa.
- Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap implementasi metode mind mapping dalam pembelajaran aspek writing.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Manfaat yang dapat dipetik dari hasil
penelitian ini adalah :
- Bagi Siswa :
a. Dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran Bahasa Inggris.
b. Dapat memunculkan atau menumbuhkan daya
kreatifitas siswa.
c. Dapat meningkatkan kompetensi dan prestasi writing siswa.
- Bagi Guru :
a. Dapat meningkatkan kinerja dan profesionalisme
guru dalam pembelajaran
b. Dapat memacu kreatifitas dan daya inovatif guru
dalam merancang program pembelajaran (RPP).
c. Memperoleh pengalaman yang sangat berarti.
- Bagi Sekolah :
a. Dapat digunakan sebagai umpan balik untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
b. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah.
c. Dapat meningkatkan prestasi sekolah melalui
peningkatan prestasi belajar siswa dan kinerja guru.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. KAJIAN
TEORI
1. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan)
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (buku saku KTSP
SMP, 2007:1). KTSP disusun bersama-sama oleh guru, komite sekolah atau yayasan,
konselor atau BK atau BP dan narasumber dengan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota dan disupervisi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota
(buku saku KTSP SMP, 2007:2).
SMP
Negeri 15 Yogyakarta tahun ini sudah memberlakukan Kurikulum SMP Negeri 15
Yogyakarta yang telah disusun melalui lokakarya penyusunan kurikulum sekolah
atau KTSP yang dilaksanakan pada hari Kamis, Jum at dan Sabtu tanggal 4, 5 dan
6 Januari 2007, dengan mengambil tempat di Hotel “Kana” Kaliurang Yogyakarta.
Lokakarya tersebut dihadiri oleh Kepala Sekolah, koordinator guru mata
pelajaran atau ketua MGMP sekolah, Komite Sekolah yang diwakili oleh Drs Said
Alhadi, M Pd serta 2 orang pengawas pembina SMP Negeri 15 Yogyakarta, Drs Maryono
dan Drs Kudiyanta.
2. BAHASA
Bahasa bukan hanya suatu objek abstrak yang dipelajari, tapi sesuatu yang
digunakan orang setiap hari. Dalam mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi,
perlu disadari adanya makna-makna bahasa yang perlu dikuasai. Menurut Halliday
(1973), ada dua macam makna yang terangkum dalam semua bahasa. Makna ideasional dan makna interpersonal. Makna ideasional adalah
merupakan wujud dari pengalaman seseorang, baik pengalaman nyata maupun
imajiner. Yang oleh Halliday disebut “in
the sense of content”. Makna
interpersonal adalah makna sebagai bentuk dari tingkah laku (sebagai
pembicara atau penulis) yang kita tujukan kepada orang lain (sebagai pendengar
atau pembaca). (Panduan Pengembangan
Silabus mapel Bahasa Inggris SMP, 2006:
5 )
3. METODE MIND MAPPING
a. “Menurut arti katanya, mind mapping dapat diartikan sebagai “pemetaan pikiran”. Untuk
memetakan pikiran, kita perlu melibatkan imajinasi, asosiasi, pengulangan dan
visualisasi. Kemudian kita buat catatan-catatan yang divisualisasikan dalam
bentuk password. Metode mind mapping adalah metode meringkas yang
menggunakan segala macam metode untuk memudahkan mengingat, tapi hanya password-password saja yang diletakkan
pada mind mapping. (Diklat Peningkatan Mutu dan
Profesionalisme Guru, 2006, Neuroscience
Super Teaching: 55). Menurut Mbak Atik, mind
mapping dapat memunculkan ide, dapat mengembangkan ide dan menarik, karena
dapat diberi gambar-gambar yang menarik sesuai dengan ide yang muncul serta
dapat diberi warna yang menarik pula. (Mbak Atik adalah pemateri “Metode
Pembelajaran” pada diklat inovasi pembelajaran guru mata pelajaran Bahasa
Inggris SMP DIY, tanggal 10 Pebruari s/d 15 Mei 2006). Beberapa hal penting dalam membuat mind
mapping atau peta pikiran
menurut
Neuroscience
Super Learning adalah sebagai
berikut :
- Kertas : horizontal
- Judul : di tengah, sub judul : dimulai dari atas, ke kanan searah jarum jam.
- Linking atau penghubungnya, menggunakan : anak panah, spiral yang diregangkan, lingkaran-lingkaran yang disambung-sambung, dari besar ke kecil, atau gambar sudut lancip tapi garisnya lengkung (luwes, tidak kaku).
- Tulisan : tegak.
- Penyebaran materi : seperti ranting pohon (makin jauh makin kecil
- Pewarnaan : dominankan warna cerah kecuali merah (emosi) dan bedakan warna judul dengan bagian-bagiannya.
- Memuat berbagai metode.
- Dapat memunculkan ide.
b. Mind mapping bisa dikatakan
sebagai tehnik untuk menulis dan juga membaca. Namun dibalik itu, ada semacam
cara berpikir baru yang dibawa mind mapping”,
kata Buzan, yang disampaikan oleh Hernowo di Portal Dunia Guru, 3 Desember
2007. Temuan Buzan ini didasarkan pada hasil riset Roger Sperry – ahli Biologi
peraih hadiah nobel dalam bidang fisiologi dan kedokteran yang menunjukkan
bahwa otak memiliki 2 belahan yang masing-masing belahan bekerja secara sangat
berbeda. Secara ringkas, otak kiri bersifat rasional dan otak kanan lebih
emosional. Menurut Buzan, dengan memanfaatkan gambar dan teks ketika kita
mencatat atau mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam diri, maka kita telah
menggunakan dua belahan otak secara sinergis. Apalagi jika dalam peta pikiran
itu, kemudian ditambahkan warna dan hal-hal yang memperkuat emosi. (http : // www.duniaguru.com/index.php Hernowo (2007) ”Brain-Based Writing”
c.
Seorang dosen Seni Kreatif Bahasa
Inggris di Universitas San Jose, Gabrielle Luser Rico, mengembangkan metode mind mapping untuk menulis secara
mengasyikkan. Dia kemudian menamakannya sebagai “metode clustering” . “Metode clustering”,
kata Rico, “membuat anda dapat berhubungan dengan pikiran bawah sadar
anda”. Melalui metode ini, tulisan anda akan menjadi lebih beremosi, lebih
berwarna dan lebih berirama. Bahkan jika anda terus berlatih secara kontinyu
dan konsisten dengan menggunakan metode ini, tulisan anda akan mencerminkan
ciri khas pribadi anda secara lebih akurat” “Orang yang memiliki kebiasaan
menulis, memiliki kondisi mental lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang
tidak melakukannya” (James Pennebaker,
Ph.D dan Janet Seagal, Ph.D, University of Texas, Austin dalam journal of
Clinical Psychology – Hernowo, 2007 : index.php.htm)
d. Menurut Anton, Mind
Mapping atau Peta Pikiran adalah
metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan
pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang
terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang berbercabang-cabang
yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Beberapa
hal penting dalam membuat mind mapping menurut
Anton :
- Pastikan tema utama terletak ditengah-tengah
- Dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama
- Cari hubungan antara setiap tema dan tandai dengan garis, warna atau simbol
- Gunakan huruf besar Huruf besar akan mendorong kita untuk hanya menuliskan poin-poin penting saja di Peta Pikiran. Selain itu, membaca suatu kalimat dalam gambar akan jauh lebih mudah apabila dalam huruf besar dibandingkan huruf kecil. Penggunaan huruf kecil bisa diterapkan pada poin-poin yang sifatnya menjelaskan poin kunci.
- Buat
peta pikiran di kertas polos dan hilangkan proses edit
Ide dari Peta Pikiran adalah agar kita berpikir kreatif. Karenanya gunakan kertas polos dan jangan mudah tergoda untuk memodifikasi Peta Pikiran pada tahap-tahap awal. Karena apabila kita terlalu dini melakukan modifikasi pada Peta Pikiran, maka sering kali fokus kita akan berubah sehingga menghambat penyerapan pemahaman tema yang sedang kita pelajari. - Sisakan ruangan untuk penambahan tema Peta Pikiran yang bermanfaat biasanya adalah yang telah dilakukan penambahan tema dan modifikasi berulang kali selama beberapa waktu. Setelah menggambar Peta Pikiran versi pertama, biasanya kita akan menambahkan informasi, menulis pertanyaan atau menandai poin-poin penting. Karenanya selalu sisakan ruang di kertas Peta Pikiran untuk penambahan tema. (http : //www.film pendek.org/Category-29/463-Peta-Pikiran-Mind-Mapping,html)
e.
Menurut SEPIA (http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map). Mind Map
berfungsi sebagai alat bantu untuk memudahkan otak bekerja. Manfaat mind map
adalah :
- Mempercepat pembelajaran
- Melihat gambaran besar
- Melihat koneksi antar topik yang berbeda
- Memudahkan mengingat
- Membantu ‘brainstorming’
- Menyederhanakan struktur
- Memudahkan ide mengalir
- ... dan lain-lain
B.
TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan
metode mind mapping dalam
pembelajaran Bahasa Inggris pada kompetensi writing.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, karena dalam 1 semester hanya
ada 2 macam teks monolog. Materi yang akan diteliti adalah SK 12,
yang bunyinya : Menulis (writing) : Mengungkapkan makna
dalam teks tulis fungsional dan esei pendek sangat sederhana berbentuk descriptive dan procedure untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat. Dan
Kompetensi Dasarnya KD 12.2. yang bunyinya : Mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esei pendek sangat sederhana
dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk
berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk descriptive dan procedure.
Sebelum
penelitian dimulai, terlebih dahulu disosialisasikan bahwa di kelas ini akan
diadakan PTK yang melibatkan seluruh siswa, peneliti dan seorang pengamat atau
kolaborator (guru Bahasa Inggris lain) dan siswa menyetujui (tidak ada yang complain). Maka pada waktu pelaksanaan
penelitian, peneliti selalu hadir bersama kolaborator Drs Muji Raharjo di kelas
selama penelitian berlangsung. Pada pertemuan pertama penelitian dilakukan tes
minat terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris dengan cara mengisi angket, yang
harus diisi dengan jujur dan tanpa diberi identitas. Setelah selesai,
dikumpulkan dan selanjutnya dibagikan kertas kosong untuk menulis deskripsi
atau karangan dengan judul “My hobby”
atau “My Hobbies”, sebagai pretes,
dengan diberi penjelasan seperlunya.
Pada
pertemuan berikutnya diperkenalkan metode “mind
mapping”, kegunaan metode ini dan tata cara pembuatannya. Lalu menerapkan
metode tersebut untuk mempelajari kembali atau mereview descriptive text yang
pernah dipelajari dalam pembelajaran reading.
Selanjutnya mempelajari pola kalimat yang terdapat dalam teks deskriptif,
yaitu pola kalimat simple present tense, dan
berlatih membuat kalimat simple present tense yang dikaitkan dengan tema yang sedang dipelajari yaitu Hobby.
Untuk mempermudah dan memperlancar tugas siswa, dibentuk kelompok belajar,
yang terdiri dari 4 siswa. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang ketua
kelompok, yang ditentukan oleh guru berdasarkan nilai pretes. Ranking 1 sampai
9 dijadikan ketua kelompok, dan anggotanya, ketuanya dipersilahkan memilih
sendiri. Tujuan dibentuknya kelompok dengan penyebaran siswa pandai ini, adalah
agar supaya semua kelompok dapat melaksanakan tugas seperti yang diharapkan.
Penilaian
dilakukan secara periodik dan berkesinambungan. Penilaian pertama dilakukan
setelah siswa mengisi angket. Hasil angket diformulasikan kedalam 4 kategori,
berdasarkan jumlah perolehan angka atau skor. Skor tertinggi 33 s/d 40 masuk
kategori Sangat Berminat, skor 25
s/d 32 masuk kategori Berminat, skor
17 s/d 24 masuk kategori Kurang Berminat
dan skor terendah 10 s/d 16 masuk kategori Tidak Berminat.
Penilaian kedua adalah penilaian pretes. Penilaian
ini dilakukan berdasarkan Pedoman Penilaian yang peneliti buat; yang nantinya
juga digunakan untuk menilai tugas kelompok dan ulangan individu sebagai
postes. Penilaian ketiga adalah penilaian tugas kelompok dalam proses pembelajaran
berdasarkan pedoman penilaian yang peneliti buat.. Dan penilaian keempat adalah
penilaian proses pembelajaran yang dicatat berdasarkan pengamatan kolaborator
dan peneliti sendiri dan pertanyaan review materi yang ditujukan kepada siswa
yang pandai dan siswa yang tergolong “slow
learners”.
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan
kajian teori di atas, disebutkan bahwa SMP Negeri 15 Yogyakarta sudah
menggunakan kurikulum KTSP atau Kurikulum SMP Negeri 15 Yogyakarta berdasarkan
keputusan yang ditanda tangani pada tanggal 6 Januari 2007 setelah melalui
lokakarya selama 3 hari di Kaliurang (Peneliti).
Penelitian
ini meneliti kompetensi writing. Dalam
teori di atas disebutkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis memiliki
kondisi mental lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang tidak biasa
melakukannya (Hernowo, 2007 : index php htm). Menulis itu perlu dibiasakan.
Dalam penelitian ini menulis topik yang sama dilakukan sampai 3 kali dalam 1
siklus, 2 kali bersama kelompok dan 1 kali untuk ulangan individu (sebagai
nilai ulangan harian dan postes penelitian); tujuannya juga agar menjadi
terbiasa, terlatih dan secara tidak langsung akan dapat meningkatkan kesehatan
mental siswa.
Implementasi
metode mind mapping dalam
pembelajaran writing ini juga tepat,
karena menurut Mbak Atik, Buzan, Hernowo, Anton, dan SEPIA dalam kajian teori
di atas, semua mendukung ke arah keberhasilan tindakan penelitian ini. Dengan
memanfaatkan gambar dan teks ketika kita mencatat atau mengeluarkan sesuatu
yang ada di dalam diri (gagasan), maka kita telah menggunakan dua belahan otak
secara sinergis. Apalagi jika dalam mind
mapping itu kemudian ditambahkan warna dan hal-hal yang memperkuat emosi.
Bagi siswa yang suka menggambar dapat mengeluarkan gagasannya melalui gambar
serta pewarnaan yang menarik sesuai daya kreatifitas masing-masing.
Kalau
melihat kondisi kebanyakan siswa kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta seperti
yang dikemukakan dalam latar belakang masalah, yang kesulitan dalam memunculkan
ide, macet setelah menulis judul, dan tidak tertarik dengan mata pelajaran
Bahasa Inggris, diharapkan akan teratasi segala permasalahan itu dengan metode mind mapping. Pengenalan metode mind mapping oleh peneliti, sudah dapat
menarik perhatian siswa, terlihat dari seluruh siswa memperhatikan ketika
metode mind mapping dijelaskan.
Kemudian ketika peneliti memberikan contoh, selalu berusaha melibatkan
sebanyak-banyaknya siswa, membuat siswa merasa diperhatikan. Juga penghargaan
peneliti terhadap siswa ketika siswa dengan senang hati menjawab, menyeletuk
dan berkomentar, yang menandakan bahwa siswa sudah mau ikut melibatkan diri
dalam pembelajaran, merupakan indikasi akan berhasilnya penelitian ini. Dengan
adanya reaksi positif dari siswa ini, diharapkan peneliti akan dengan mudah
menyampaikan materi pelajaran. Sehingga diharapkan siswa akan dapat menyerap
materi yang diberikan, daya kreatifitasnya akan muncul dan pada akhirnya akan
dapat meningkatkan kompetensi dan prestasi writing
siswa (sesuai dengan tujuan penelitian ini).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. SETTING PENELITIAN
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, lebih tepatnya
lagi di kelas VII D SMP Negeri 15 Yogyakarta.
Waktu
pelaksanaan, pada semester 2 tahun pelajaran 2006 / 2007, tepatnya penelitian
ini dimulai pada pertengahan bulan Maret sampai dengan akhir Mei 2007.
Sebagai
subyek penelitian, yaitu para siswa yang peneliti ambil sebagai sampel
penelitian, adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 15 Yogyakarta. Pengambilan
sampel ini adalah secara acak, jadi sembarang kelas VII yang peneliti ajar.
Karakteristik kelas VII D ini juga hanya secara kebetulan ditempatkan di kelas
VII D. Karena pengelompokan kelas VII tahun ini hanya berdasarkan nomer
pendaftaran dan komposisi keseimbangan jumlah siswa laki-laki dan siswa
perempuan yang diterima di SMP Negeri 15, dibagi menjadi 10 kelas. Jumlah siswa
di kelas VII D ini ada 36 siswa, dengan komposisi 16 putri dan 20 putra. Nomer
urut siswa diurutkan berdasarkan abjad, tanpa memandang jenis kelamin.
Sebagai
kolaborator atau pengamat, peneliti meminta seorang teman sejawat, seorang guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 15 Yogyakarta yaitu Drs Muji Raharjo.
Kurikulum
yang digunakan adalah Kurikulum SMP Negeri 15 Yogyakarta atau yang lebih
populer disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP.
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode
kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui
seberapa hasil belajar atau prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode mind mapping ini. Dan metode kualitatif digunakan untuk
mengetahui bagaimana hasil tes minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa
Inggris melalui pengisian angket, sebelum dan sesudah diimplementasikannya
metode mind mapping di kelas ini.
B. PROSEDUR PENELITIAN
Dalam
penelitian ini, prosedur penelitianya menggunakan prosedur penelitian model Kemmis dan Mc Taggart (1982 : 11). Setiap tahap atau siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
1.
Perencanaan
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan tujuan
masing-masing siklus : meningkatkan minat belajar siswa, meningkatkan
kompetensi dan prestasi writing siswa
serta mengetahui respon siswa setelah diimplementasikannya metode mind mapping sebagai penelitian tindakan
kelas di kelas ini. Setelah menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
yang akan diteliti sesuai dengan KTSP dan jumlah jam tatap muka yang
diperlukan, disusunlah perangkat pembelajaran untuk SK 12 KD 12.2 dengan
mengacu pada implementasi metode mind
mapping. (RPP terlampir).
2. Tindakan
Pada siklus pertama, dilaksanakan pembelajaran writing dengan materi descriptive text yang dilksanakan
dalam 8 kali pertemuan. Setiap minggunya kelas VII D bertatapmuka sebanyak 2
kali, yaitu setiap hari Rabu dan Sabtu. Setiap pertemuan 2 jam a 40 menit.
Sebelum penelitian dimulai terlebih dahulu diberitahukan bahwa di kelas ini
akan diadakan penelitian tindakan kelas oleh peneliti, yang melibatkan seluruh
siswa kelas VII D dan seorang pengamat, yaitu guru Bahasa Inggris lain.
Tindakan yang akan dilakukan meliputi pengisian angket, pretes, postes, tugas
kelompok, tugas individu dan refleksi dengan siswa maupun dengan pengamat atau
kolaborator.
Untuk
siklus kedua, dilaksanakan pembeljaran writing
dengan materi procedure text. Pembelajaran ini dilksanakan dalam 7 kali
pertemuan. Langkah-langkah pembelajarannya seperti langkah-langkah pada siklus
pertama dengan perubahan yang sifatnya menyempurnakan siklus pertama,
berdasarkan hasil refleksi dengan siswa dan kolaborator pada siklus pertama. Di
akhir penelitian, setelah ulangan harian yang berfungsi sebagai postes siklus
kedua, kemudian refleksi, lalu mengisi angket lagi seperti pada permulaan
penelitian. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak setelah
diadakannya tindakan. Kalau ada, perubahannya kearah mana.
3. Observasi
Observasi
atau pengamatan penelitian, dilakukan oleh kolaborator, testee, yaitu siswa
yang diteliti dan peneliti sendiri. Kolaborator mengamati setiap pertemuan dan
mencatat atau mengisi lembar pengamatan yang disediakan peneliti. Siswa bersama
guru (peneliti) melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah sesuai RPP
yang dibuat dengan mengacu pada implementasi metode mind mapping. Hasil pengamatan siswa dicatat oleh peneliti pada
waktu refleksi dengan cara tanya jawab secara lisan.
Alat
observasi berupa lembar pengamatan yang diberikan kepada kolaborator untuk
diisi pada waktu mengamati jalannya pembelajaran selama penelitian. Alat kedua
berupa sejumlah pertanyaan yang dilontarkan kepada testee atau siswa pada waktu
refleksi. Lembar pengamatan dan daftar pertanyaan untuk refleksi dapat dilihat
pada lampiran.
4. Refleksi
Refleksi dengan siswa dilakukan di kelas. Caranya, dengan tanya jawab
langsung dengan siswa, seputar implementasi metode mind mapping yang baru dilksanakan. Untuk memperlancar refleksi,
peneliti menyiapkan sejumlah pertanyaan yang akan dilontarkan kepada siswa pada
waktu refleksi. Respon atau jawaban siswa, peneliti catat sebagai hasil
refleksi dengan siswa, yang akan digunakan untuk merencanakan atau memperbaiki
tindakan pada sklus kedua.
Refleksi
dengan kolaborator dilakukan di kantor guru di luar jam pelajaran. Peneliti
mendiskusikan rencana siklus kedua bersama kolaborator berdasarkan catatan
hasil pengamatan kolaborator dan peneliti sendiri serta mempertimbangkan hasil
refleksi dengan siswa.
C. TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Data
penelitian dikumpulkan melalui :
1. Pengamatan pembelajaran sebelum penelitian, yang
terasa begitu berat dalam mengajarkan writing
di kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta.
2. Pengisian angket oleh siswa sebelum dan sesudah
penelitian dilakukan.
3. Pengisian lembar pengamatan proses pembelajaran
selama penelitian oleh kolaborator dan peneliti sendiri.
4. Melalui tes (pretes dan postes) materi penelitian
sebelum dan sesudah tindakan dilakukan.
5. Tanya jawab langsung dengan siswa pada waktu
refleksi sesudah proses pembelajaran dengan tindakan dilaksanakan.
6. Diskusi dengan kolaborator untuk merencanakan
langkah-langkah siklus kedua.
B. TEHNIK ANALISIS DATA
Analisis data penelitian dilakukan
dengan tehnik analisis deskriptif.
C. KRITERIA KEBERHASiLAN TINDAKAN
Berdasarkan tujuan penelitian yang
pertama yaitu meningkatkan minat belajar Bahasa Inggris siswa, apabila ada
peningkatan minat berdasarkan hasil angket sebelum dan sesudah penelitian
dlakukan, maka tindakan dianggap berhasil.
Berdasarkan tujuan kedua, meningkatkan
kompetensi dan prestasi writing siswa,
apabila ada peningkatan hasil atau prestasi atau nilai berdasarkan hasil pretes
dan postes penelitian yang dilaksanakan. Atau menurut St Singgih (1998) apabila
85% siswa berhasil mencapai nilai KKM (60), pada waktu postes materi
penelitian, maka tindakan dianggap berhasil (Singgih St, 1998 : ...).
Dan untuk tujuan ketiga, mengetahui
bagaimana respon siswa terhadap implementasi metode mind mapping dalam pembelajaran aspek writing, apabila berdasarkan pengamatan oleh kolaborator dan
peneliti, siswa nampak suka dengan metode mind mapping ini, siswa tidak lagi menghindari pembelajaran dengan berbagai
alasan seperti dikemukakan dalam latar belakang masalah, serta refleksi dengan
siswa, menunjukkan respon yang positif, maka tindakan dianggap berhasil.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Siklus Pertama
a.
Perencanaan
Pada siklus pertama, proses pembelajaran direncanakan dilaksanakan dalam 8
kali pertemuan seperti dalam jadwal kegiatan penelitian berikut :
No
|
Tanggal
|
Juml jam
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Keterangan
|
1
|
14-3-07
|
2
|
Pengisian agket dan pretes
|
Klasikal
|
2
|
17-3-07
|
2
|
Pengenalan metode mind mapping dan implementa- sinya
dalam pembelajaran descriptive text.
Ada PR
|
Klasikal
|
3
|
21-3-07
|
2
|
Mempelajari pola klimat dalam descriptive text : Simple Present Tense dan
latihhan membuat kalimatnya dikaitkan dengan tema “Hobby”.
|
Klasikal
|
4
|
24-3-07
|
2
|
Pembentukan kelompok untuk
mengerjakan latihan soal yang mendukung penulisan descriptive text.
|
Tugas kelompok
|
5
|
04-04-07
|
2
|
Membuat mind mapping untuk menulis
deskripsi dilanjutkan penulisan deskripsinya.
|
Tugas kelompok
|
6
|
07-04-07
|
2
|
Membahas tugas kelompok dan
mengerjakan tugas berikutnya .
|
Klasikal dan tugas kel.
|
7
|
11-04-07
|
2
|
Ulangan Harian writing dengan metode mind mapping.
|
Ulangan individu
|
8
|
14-04-07
|
2
|
Refleksi dengan siswa dan
persiapan kegiatan siklus kedua
|
Klasikal
|
Semua
kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tersebut di atas.
b.
Pelaksanaan
Pertemuan pertama : Proses pembelajaran dilakukan seperti biasanya.
Diawali dengan pemberian motivasi, apersepsi dan penyampaian tujuan belajar
hari itu. Kemudian sebelum tindakan dilaksanakan, kepada siswa dibagikan angket
yang harus diisi dengan jujur. Agar supaya benar-benar jujur, identitas siswa
tidak perlu dicantumkan. Dengan asumsi, kalau nama siswa dicantumkan, siswa
akan kurang leluasa dalam mengisi angket, karena takut akan mempengaruhi nilai
Bahasa Inggris mereka. Sedang kalau tanpa nama, siswa akan lebih leluasa dalam
mengisi angket sesuai dengan kenyataan. Setelah pengisian angket selesai, lalu
dikumpulkan. Ketika menyerahkan angket, kebanyakan siswa memilih diletakkan di
bawah, supaya tidak kelihatan. Hasil angket dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini :
HASIL ANGKET SEBELUM TINDAKAN
Isilah tabel ini dengan memberi tanda silang (X)
sesuai dengan pendapatmu. Isian ini tidak ada sangkut pautnya dengan nilai
Bahasa Inggris kalian. Mohon diisi dengan jujur !
SS =
Sangat Setuju
S =
Setuju
TS =
Tidak Setuju
STS =
Sangat Tidak Setuju
No
|
Apa pendapat
kalian
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
1
|
Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang mudah
|
1
|
9
|
21
|
5
|
2
|
Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang menarik
|
6
|
13
|
15
|
2
|
3
|
Saya malu kalau nilai Bahasa Inggris saya jelek.
|
16
|
15
|
2
|
3
|
4
|
Saya senang kalau diberi PR Bahasa Inggris
|
2
|
18
|
13
|
3
|
5
|
Kalau ada PR Bahasa Inggris saya selalu mengerjakan
|
3
|
16
|
17
|
0
|
6
|
Saya akan bertanya kepada teman kalau menemui kesulitan dalam
Bahasa Inggris
|
12
|
17
|
5
|
2
|
7
|
Saya bangga kalau ada teman bertanya tentang Bahasa Inggris Kepada
saya
|
6
|
10
|
17
|
3
|
8
|
Saya mencoba belajar Bahasa Inggris di rumah
|
6
|
23
|
4
|
3
|
9
|
Saya senang dengan cara mengajar guru Bahasa Inggris saya
|
3
|
19
|
12
|
2
|
10
|
Saya setuju kalau jam pelajaran Bahasa Inggris ditambah / ada les
Bahasa Inggris di sekolah
|
7
|
8
|
15
|
6
|
Jumlah Isian = 36
siswa x 10
isian = 360
|
62
|
148
|
121
|
29
|
Hasil angket sebelum tindakan dilaksanakan : dari 36 siswa, ada 3 siswa yang sangat
berminat terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris dengan skor 33, 34 dan 35. Yang
berminat ada 20 siswa, dengan skor mulai dari 25 sampai dengan 32. Yang
kurang berminat ada 12 siswa dengan skor 21, 22, dan 23. Dan yang tidak
berminat ada 1 siswa dengan skor
16.
Pertemuan kedua : Setelah diberi
motivasi, apersepsi dan disampaikan tujuan pelajaran hari itu, kemudian
diperkenalkan metode mind mapping. Di
sini dijelaskan tentang apa itu metode mind
mapping, kegunaannya, aturan-aturannya serta cara pembuatannya. Semua siswa
nampak tertarik dan memperhatikan ketika metode baru ini diperkenalkan. Mungkin
karena sebelumnya belum pernah diperkenalkan suatu metode, atau karena ada
kolaborator Lalu diikuti dengan
implementasi metode tersebut dalam mempelajari descriptive text yang sudah pernah dipelajari dalam pembelajaran
aspek reading.
Di sini siswa juga nampak aktif
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Apalagi dalam mereview materi yang
lalu itu, peneliti berusaha melibatkan sebanyak-banyaknya siswa, dengan
memanggil nama-nama siswa dari segala penjuru kelas, walaupun mereka masih
banyak yang diam dan yang menjawab hanya siswa-siswa yang pandai saja. Di akhir
pembelajaran, siswa diberi tugas rumah (PR), mencari teks lain yang berbentuk
deskriptif.
Pertemuan ketiga : Setelah
diberi motivasi, apersepsi dan disampaikan tujuan pembelajaran hari itu, siswa
diminta mengeluarkan PRnya kemarin. Setelah
diperiksa, ada yang sudah benar, ada
yang keliru dengan report, ada yang
belum menemukan dan ada yang belum mencari. Setelah itu siswa diajak meneliti
pola kalimat yang terdapat dalam descriptive
text. Yaitu pola kalimat Simple
Present Tense. Lalu diterangkan pola-pola kalimat tersebut beserta
contohnya Dalam memberikan contoh, peneliti selalu melibatkan siswa untuk
menarik perhatiannya. Lalu siswa diminta berlatih membuat kalimat yang dikaitkan
dengan tema “HOBBY” dan boleh dikerjakan
bersama teman satu meja. Di akhir pelajaran diberi PR : menulis 5 macam hobi
dalam Bahasa Inggris dan Indonesia.
Pertemuan keempat : Setelah
dilaksanakan kegiatan awal pembelajaran seperti biasa, peneliti mengumumkan 9
siswa yang meraih nilai pretes tertinggi. Kesembilan siswa diminta maju kedepan
dan satu persatu diminta memilih satu persatu teman yang akan dijadikan anggota
kelompoknya. Siswa yang dipilih langsung diminta maju kedepan, berdiri di
belakang ketuanya. Kesempatan memilih dibuat sama, satu persatu, supaya adil.
Setelah semua kelompok terbentuk, semua siswa diminta duduk satu meja bersama
kelompoknya. Kepada masing-masing kelompok, lalu dibagikan LKS yang harus
dikerjakan bersama kelompoknya. Tujuan diadakannya belajar kelompok adalah
supaya siswa yang lemah bisa tertolong oleh siswa yang pandai. Dan juga dapat meringankan tugas guru
(peneliti). LKS terlampir. Setelah selesai, LKS dikumpulkan untuk dinilai.
Pertemuan kelima : Pada
pertemuan ini dilaksanakan pembelajaran writing
dengan metode mind mapping. Mula-mula
peneliti memberikan contoh cara menulis dengan menggunakan metode mind mapping. Dengan bertanya tentang
hobi kepada seorang siswa, peneliti menuliskan kata kuncinya pada mind mapping yang akan dibuat deskripsinya
berdasarkan jawaban siswa tersebut.. Judul ditulis di tengah dan penjelasnya
ditulis di sekelilingnya sesuai arah jarum jam. Setelah mind mapping jadi /cukup, lalu ditulis deskripsinya. Siswa
mengikuti dengan baik. Lalu peneliti memberi waktu kepada siswa untuk
menanyakan yang kurang jelas. Kemudian peneliti menawarkan latihannya akan
dikerjakan sendiri-sendiri atau kelompok? Kebanyakan memilih kelompok, lalu
siswa dipersilahkan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing untuk menulis
deskripsi yang diawali dengan pembuatan mind
mapping seperti yang baru dicontohkan. Pekerjaan yang selesai dikumpulkan
dan yang belum (2 kelompok) dilanjutkan di rumah.
Pertemuan keenam : Pada
pertemuan ini dibahas semua tugas kelompok yang dikerjakan pada pertemuan
sebelumnya. Untuk mind mapping kebanyakan
sudah benar, tapi untuk karangan, ada yang sudah baik, tapi kebanyakan masih
perlu diperbaiki. Kebanyakan kesalahan terdapat pada grammar dan pemilihan kosa
kata. Lalu diulas lagi grammarnya, dan pilihan kata yang benar. Setelah itu
diberi tugas lagi, karena masih banyak yang salah. Tugas dikerjakan dalam
kelompok lagi, dikumpulkan dan dinilai berdasarkan pedoman penilaian seperti
pretes. Hasilnya : satu kelompok mendapat nilai 81, dua
kelompok mendapat nilai 76, dua kelompok mendapat nilai 72, satu kelompok
mendapat nilai 68, satu kelompok mendapat nilai 64, satu kelompok mendapat
nilai 62 dan satu kelompok mendapat nilai 52. Dari 9 kelompok, ada 1 kelompok
yang belum mencapai nilai KKM (60). Untuk kelompok ini diminta memperbaiki di
rumah dan diserahkan pada pertemuan berikutnya. Nilai perbaikan, maksimal 60, =
nilai KKM.
Pertemuan ketujuh : Pada
pertemuan ini diadakan ulangan harian, yang juga berfungsi sebagai postes
siklus pertama. Soal seperti pretes dengan tambahan mind mapping, karena sudah diperkenalkan mind mapping. Penilaiannya berdasarkan pedoman penilaian yang
menyeluruh seperti dalam lampiran, mind
mapping juga dinilai. Hasilnya adalah sebagai berikut : Untuk ulangan harian pada siklus 1, hasilnya : satu siswa mendapat
nilai 83, dua siswa mendapat nilai 81, dua siswa mendapat nilai 80, delapan
siswa mendapat nilai 76, tiga siswa mendapat nilai 72, enam siswa mendapat
nilai 70, dua siswa mendapat nilai 68, empat siswa mendapat nilai 64, empat
siswa mendapat nilai 61, dua siswa mendapat nilai 56 dan dua siswa mendapat
nilai 52. Ada
empat siswa yang belum mencapai nilai KKM (60). Kepada siswa yang belum tuntas
belajar, diminta mengikuti program perbaikan, dengan mengulangi ulangan
tersebut di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan kedelapan : Pada
pertemuan ini, setelah pemberian motivasi,apersepsi dan ulasan ulangan yang
baru lalu, kemudian diadakan refleksi. Peneliti mengajukan berbagai pertanyaan
seputar implementasi metode mind mapping secara
lisan kepada seluruh siswa. Jawaban siswa dicatat, sebagai pertimbangan dalam
merencanakan kegiatan siklus kedua. Daftar pertanyaan ada dalam lampiran
c.
Observasi :
Observasi
dilakukan oleh kolaborator (Drs Muji Raharjo) dan peneliti sendiri
berdasarkan
Lembar Pengamatan yang telah disiapkan. Adapun hasilnya adalah
sebagai
berikut : Hasil Pengamatan siklus Pertama :
1) Waktu
pengamatan : Pertemuan 1 – 7 (14 Maret s/d 14 April 2007).
2) Tempat
pelaksanaan : Ruang kelas VII D SMP Negeri 15 Yogyakarta.
3) Catatan
Pelaksanaan :
a.
Siswa :
1) Secara
umum seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik dan tertib.
2) Sebagian
besar siswa nampak tertarik dengan metode, materi dan cara penyampaian materi yang lain dari biasanya.
Siswa selalu dilibatkan.
3) Siswa
nampak lebih senang belajar dalam kelompok.
b.
Guru
(Peneliti) :
1) Sudah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP.
2) Selalu
berusaha menarik minat siswa dengan cara melibatkan banyak siswa dalam
menjelaskan materi.
3) Sudah
bagus dalam membentuk kelompok belajar, sudah adil.
4) Sudah
berusaha memunculkan kretifitas siswa dengan membebaskan siswa dalam memberi
nama kelompok, memilih kertas dan ukurannya, serta pewarnaan dalam pembuatan mind mapping.
c.
Sarana
dan Prasarana Sekolah :
1) Untuk
penerangan, kurang, banyak lampu yang mati, sehingga pada waktu mendung
pembelajaran di kelas kurang terang.
2) Stop
kontak di kelas ini tidak berfungsi sehingga tidak dapat menggunakan media
elektronik.
d.
Kejadian-kejadian :
1) Pada
pertemuan keempat, ada 1 kelompok siswa laki-laki yang ramai,
ternyata
mereka belum dapat menentukan nama kelompoknya, karena keempat anggotanya menginginkan nama
usulannya dipakai. Akhirnya guru menengahi dengan memanggil seorang siswa
perempuan untuk mengundi nama-nama yang diusulkan. Peristiwa ini menarik
perhatian semua siswa dan guru di kelas itu.
2) Pada
pertemuan keempat pula, ada instruksi yang lupa disampaikan, sehingga
disampaikan pada waktu siswa sedang asyik mengerjakan tugas kelompok, menurut
kolaborator hal ini mengganggu konsentrasi siswa.
e.
Penilaian Proses :
1) Secara
keseluruhan proses pembelajaran pada siklus 1 sudah cukup baik,
2) Topiknya
terlalu luas, dalam siklus 1 nampak ada 3 topik yang dipelajari yaitu “School Life”, “Family Life” dan “Hobbies”. Sebaiknya 1 topik saja
f. Saran-saran :
1) Semua instruksi
hendaknya disampaikan sebelum siswa mengerjakan tugas.
2) Setelah
memberi instruksi hendaknya dicek, apakah instruksi itu sudah dipahami oleh
siswa secara keseluruhan, dengan bertanya kepada siswa.
3) Untuk
topic, hendaknya tidak terlalu luas, 1 KD cukup 1 topik saja.
Kolaborator
Drs Muji Raharjo
d.
Refleksi :
Hasil refleksi dengan siswa dan
kolaborator pada siklus pertama adalah :
1)
Kebanyakan siswa kenal metode mind mapping sejak semester 1.
2)
Yang pertama kali
memperkenalkan adalah guru IPS
3)
Kebanyakan siswa menyukai
metode ini dan ada yang biasa saja.
4)
Kebanyakan siswa mengatakan mind mapping dapat mempermudah
penulisan, tapi 1 siswa mengatakan tambah pusing..
5)
Yang menarik dari mind mapping adalah gambar, warna dan
pembuatannya.
6)
Kebanyakan siswa menyukai
belajar kelompok, karena bisa bekerjasama dan tugas jadi ringan. Yang suka individu, alasannya teman-temannya
tidak mau bekerja.
7)
Peneliti merencanakan untuk
ulangan pada siklus 2 nanti, Kertas disediakan oleh peneliti supaya sama
ukurannya dan kolaborator menyetujui.
2.
Siklus kedua
a
Perencanaan
Siklus kedua direncanakan dilaksanakan dalam 7 kali
pertemuan. Langkah-langkahnya tetap sama, hanya ada penekanan tindakan seperti
siswa yang mengatakan “dengan mind
mapping tambah pusing” didekati dan dibimbing tersendiri. Waktu kerja
kelompok lebih dipantau lagi supaya tidak ada siswa yang tidak mau bekerja
lagi. Kertas ulangan disediakan oleh peneliti. Adapun jadwal kegiatannya adalah
sebagai berikut :
No
|
Tanggal
|
Juml jam
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Keterangan
|
1.
|
18-4-07
|
2
|
Pretes materi penelitian (procedure text)
|
Di kelas
|
2.
|
21-4-07
|
2
|
Mempelajari kosakata yang berhubungan dengan teks &
mempraktekan berdasarkan instruksi, lalu mengerjakan latihan
|
Penilaian Proses (in
pairs)
|
3.
|
28-4-07
|
2
|
Menjelaskan struktur generik, fungsi sosial
dan ciri-ciri lain dari teks dan menuliskan kembali procedure text dalam bentuk kolom-kolom berdasar bacaan dan
gambar
|
Penilaian Proses, PR :
tugas kel 4 orang
|
4.
|
12-5-07
|
2
|
Membahas PR (tugas kelompok) dan mengerjakan tugas
selanjutnya (membuat procedure text dengan mind mapping)
|
(Tugas kel) & dibahas
|
5.
|
16-5-07
|
2
|
Ulangan menulis procedure text dengan metode mind
mapping
|
Penilaian individu
|
6
|
19-5-07
|
2
|
Refleksi dengan siswa dan kolaborator di depan
kelas dan Pengisian angket kedua.
|
Di luar & di dalam kelas
|
7
|
23-5-07
|
2
|
Ulangan & Pengisian angket susulan
|
Bagi yg blm
|
b
Pelaksanaan
Pada pertemuan
pertama siklus ke 2, langsung diberikan pretes
membuat procedure text. Siswa diminta
menulis prosedur cara memasak atau membuat minuman dalam Bahasa Inggris. Metode yang baru dipelajari (metode mind mapping) juga diingatkan supaya
digunakan untuk mempermudah penulisan. Langkah-langkah pembelajaran Three phase techniques juga tetap dilakukan.
Pada pertemuan
kedua, diberikan 10 kosakata yang berkaitan dengan
teks yang akan dipelajari, siswa diminta mencari artinya di kamus. Kemudian kata-kata
tersebut dibuat kalimat imperative, dan dicoba untuk dipraktekkan. Kemudian
mengerjakan soal latihan yang menyertainya secara berpasangan (mencari kata
kerjanya). Juga soal-soal reading diberikan untuk mempermudah menulis.
Pada pertemuan
ketiga, pembelajaran klasikal menjelaskan tentang
apa itu procedure text beserta contoh
dan retorikanya. Ciri-ciri umumnya, seperti jenis kalimat yang digunakan, kata
sambung yang biasa digunakan, pola kalimat yang digunakan dlsb yang berkaitan
dengan procedure text. Kemudian siswa
diberi tugas kelompok untuk menulis prosedur cara membuat teh berdasarkan
gambar yang diberikan dan didahului dengan membuat mind mappingnya. Setelah
selesai dikumpulkan.
Pertemuan keempat membahas tugas kelompok yang baru lalu.Untuk materi ini relatif
lebih mudah, sehingga kesalahan yang diperbuat siswapun relatif lebih sedikit.
Selain itu, juga karena sudah mempunyai pengalaman pada siklus pertama. Kesalahan
yang masih terjadi adalah kesalahan grammar dan kurang tepat dalam menggunakan
kosakata. Setelah semua dibahas, tugas kelompok selanjutnya adalah membuat procedure lagi, dengan judul “How to make jelly”. Selain dibuat mind mappingnya juga digambar prosesnya.
Boleh diwarnai sebagus mungkin.
Pada pertemuan
kelima diadakan evaluasi atau ulangan harian. Ulangan
ini ulangan individu, kertas disediakan peneliti, siswa cukup membawa alat
tulis dan pewarna saja. Tugasnya adalah menulis prosedur memasak atau membuat
minuman seperti pada pretes. Hasilnya adalah : 2 siswa mendapat nilai 87, 2
siswa mendapat nilai 85, 1 siswa mendapat nilai 83, 8 siswa mendapat nilai 80,
3 siswa mendapat nilai 77, 5 siswa mendapat nilai 75, 2 siswa mendapat nilai
72, 2 siswa mendapat nilai 70, 4 siswa mendapat nilai 68, 1 siswa mendapat
nilai 65 dan 3 siswa mendapat nilai 55. Masih ada 3 siswa yang belum mencapai
nilai KKM (60). Kepada 3 siswa yang belum tuntas belajar, diminta mengikuti
program perbaikan, dengan mengulangi ulangan tersebut di rumah.
Pada pertemuan
keenam, setelah evaluasi, kini tiba saatnya untuk
refleksi. Refleksi kali ini dilakukan di luar kelas supaya lebih santai,
suasana lebih rileks dan tidak membosankan. Anak laki-laki duduk di bangku
taman di depan kelas dan anak perempuan duduk di bangku di depan kelas. Guru
dan kolaborator berdiri diantara mereka. Guru mulai bertanya, siswa menjawab.
Jawaban siswa dicatat. Setelah refleksi selesai, siswa diminta masuk ke dalam
kelas. Kegiatan selanjutnya adalah pengisian angket kedua. Setelah selesai
dikumpulkan. Sisa waktunya digunakan
untuk ngobrol seputar penelitian..
Pada pertemuan
ketujuh diadakan ulangan susulan dan pengisian
angket susulan bagi yang belum ulangan dan mengisi angket.. Supaya tidak
terganggu, ulangan dan pengisian angket dilakukan di perpustakaan sekolah.
Setelah selesai dikumpulkan dan penelitian selesai. Selanjutnya pelajaran biasa
di luar penelitian.
c
Observasi atau Pengamatan
Observasi dilakukan oleh kolaborator dan peneliti pada
setiap pertemuan. Yang penting adalah mencatat kejadian-kejadian penting,
penilaian proses dan saran. Hasilnya adalah : Hasil
Pengamatan siklus Kedua :
1)
Waktu pengamatan : Pertemuan 1 – 7 (19
April - 23 Mei 2007).
2)
Tempat pelaksanaan : Ruang Kelas VII D.
3)
Catatan Pelaksanaan :
a.
Siswa :
-
Siswa melaksanakan tugas dengan baik, kelas
terkendali, tertib dan lancar.
-
Siswa nampak menikmati pembelajaran dengan
metode ini, terbukti lebih banyak siswa yang membawa pewarna lebih banyak
daripada sebelumnya.
b.
Guru
:
-
Sudah melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran dengan lebih baik.
-
Dapat mengendalikan kelas, pembelajaran
berjalan dengan baik dan menyenangkan.
c. Sarana dan prasarana sekolah :
-
Masih seperti sebelumnya, tetapi sudah cukup.
a.
Kejadian-kejadian :
-
Kesenangan bagi siswa yang suka menggambar
bertambah karena materi yang kedua ini memerlukan gambar-gambar untuk
memperjelas teks.
-
Bagi yang kurang terampil menggambar, mereka
juga terlihat kreatifitasnya dengan mengguntingi gambar-gambar dari bungkus
supermi, lalu ditempelkan di kertas pekerjaannya. Bagus-bagus hasilnya.
b.
Penilaian proses :
- Proses pembelajaran pada siklus 2 lebih
baik dan lebih sempurna dari pada
siklus pertama.
c.
Saran :
-
Teruskan gunakan metode ini, termasuk untuk
aspek atau kompetensi yang
lain.
Kolaborator
Drs
Muji Raharjo
d
Refleksi
Pada akhir siklus 2 diadakan lagi refleksi dengan siswa.
Hasilnya adalah :
1.
Ada siswa yang suka
dengan metode mind mapping, ada pula
yang biasa saja.
2.
Kebanyakan siswa mengatakan
lebih mudah menulis dengan membuat mind
mappingnya terlebih dahulu. Sudah tidak ada yang mengatakan tambah pusing.
3.
Yang menarik dari mind mapping adalah gambar, warna dan
pembuatannya.
4.
Belajar kelompok lebih disukai.
5.
Dengan pemantauan yang lebih
intensif, semua siswa sudah mau bekerja.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah pembelajaran dengan metode mind mapping dilaksanakan, peneliti mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
- Metode mind mapping sangat diperlukan dalam pembelajaran Bahasa Inggris khususnya pada kompetensi writing. Dengan membuat kerangka karangan dalam bentuk mind mapping yang dapat digambari dan diwarnai sesuka hati, dapat memotivasi siswa untuk mengekspresikan gagasannya melalui gambar yang beraneka ragam dan warna. Mind mapping juga dapat memunculkan ide, sehingga mempermudah siswa dalam menulis /mengarang. Selain itu, mind mapping juga dapat memunculkan kreatifitas, yang terlihat dari hasil karya siswa kelas VII D SMP Negeri 15 Yogyakarta yang bagus-bagus dan menarik, diluar dugaan peneliti.
- Implementasi metode mind mapping dalam penulisan teks monolog berbentuk descriptive dan procedure benar-benar menarik minat siswa. Hal ini dibuktikan dengan catatan hasil pengamatan kolaborator Drs Muji Raharjo, guru Bahasa Inggris SMP Negeri 15 Yogyakarta, yang memberi catatan bahwa siswa sangat senang atau antusias dalam mengikuti pelajaran dengan metode mind mapping. Siswa juga sangat aktif dalam mengikuti pelajaran. Penampilan guru dan materi yang disajikan cukup baik, mengena dan mudah diterima siswa. Pada waktu ulangan, semua siswa terlihat asyik dalam mengerjakan tugas dan semua siswa dapat menyelesaikan tugas itu dengan baik.
- Berdasarkan analisis hasil ulangan pada siklus pertama, dari 36 siswa, ada 32 siswa yang dapat mencapai nilai KKM. Berarti ketuntasan belajar klasikalnya = (32 :36) x 100% = 89%. Kelas dikatakan tuntas belajarnya apabila minimum 85% siswanya dapat mencapai nilai KKM. Berarti kelas ini tuntas belajarnya. Sedang pada siklus kedua, dari 36 siswa, ada 34 siswa yang dapat memperoleh nilai lebih besar sama dengan nilai KKM. Ada kenaikan ketuntasan belajar sebanyak (2:36) x 100% = 6%. Daya serap siklus pertama = 70,69%, dan daya serap siklus kedua = 76%.
B. SARAN
Dari uraian dan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan
agar :
a.
Guru Bahasa Inggris SMP supaya
mencoba menggunakan metode mind mapping dalam
pembelajaran kompetensi writing teks
monolog. Selain menarik, karena dapat diberi gambar-gambar dan warna-warna
sekehendak pembuatnya, juga dapat memunculkan kreatifitas siswa, memudahkan
penulisan serta sesuai pendapat Buzan,
dengan memanfaatkan gambar dan teks ketika kita mencatat atau mengeluarkan
sesuatu yang ada di dalam diri, maka kita telah menggunakan dua belahan otak
secara sinergis. Apalagi jika dalam peta pikiran itu, kemudian ditambahkan
warna dan hal-hal yang memperkuat emosi (”Brain-Based Writing”)
- Para guru atau pendidik pada umumnya, juga dapat menggunakan metode ini dalam segala kompetensi pembelajaran, karena metode ini cukup menarik, dapat memunculkan ide dan kreatifitas, memuat berbagai metode, dan mengajak orang untuk berpikir global. Yang juga berarti mengaktifkan otak kanan. Orang yang berpikir dengan kedua belah otaknya (otak kanan dan otak kiri) akan memperoleh hasil yang maksimal dalam tugas atau pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustien, Helena
IR. (2006) Kurikulum Bahasa Inggris SMP
2006 . Yogyakarta :
Jogja English Teachers Association.
BSNP. (2006). SK
dan KD Bahasa Inggris – SMP, dilengkapi :
SKL. Jakarta
: BSNP.
Depdiknas.
(2006). Panduan Pengembangan Silabus Mata
Pelajaran BAHASA
INGGRIS SMP. Jakarta : Depdiknas Dirjen Manajemen Dikdasmen Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama
Depdiknas.
(2006). Panduan Pengembangan RPP Mata
Pelajaran BAHASA INGGRIS
SMP . Jakarta : Depdiknas Dirjen Menejemen Dikdasmen Direktorat Pembinaan SMP.
Depdiknas.
(2004) Materi Pelatihan Terintegrasi
BAHASA INGGRIS Buku 1. Jakarta
:
Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lamjutan Pertama.
Depdiknas.
(2007) Buku
Saku KTSP – SMP. Jakarta
: Depdiknas Dirjen Menejemen
Dikdasmen Direktorat Pembinaan SMP.
Endang K Haris
dkk. (1997). English Students Workshop –
SLTP Class 1. Bandung
:
PT Remaja Rosda Karya.
http : // www.duniaguru.com/index.php Hernowo (2007) ”Brain-Based Writing”
http : //www.film pendek.org/Category-29/463-Peta-Pikiran-Mind-Mapping,html
http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map
Indrotomo dkk.
(2004) English On Sky 1 for Junior High
School Students. Jakarta
:
Erlangga.
Joko Siswanto
dkk. (2005) Let’s Talk Grade VII for Junior High School (SMP / MTs).
Bandung : Pakar Raya.
Kasihani, KE
Suyanto dkk. (2005) English In Context 1-
untuk SMP Kelas !. Jakarta
:
Bumi Aksara.
Logis. ( ) Buku
Ajar Bahasa Inggris Kelas IX Semester 1. Solo : Pustaka Aditama.
Neuroscience
Super Learning. (2006) Neuroscience Super
Learning Progam BAHASA
INGGRIS Tahap 1. Yogyakarta :
Pelatihan Peningkatan Mutu dan Profeionalisme guru Bahasa Inggris DIY.
Syamsi Kastam.
(2006/2007). Penyusunan Proposal dan
Laporan PTK. FBS UNY.
Singgih
St (1998). Rangkumam Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Mengajar. Yogyakarta
: Penataran Guru SLTP se DIY 12 Desember 1998
0 Response to "CONTOH LAPORAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS / CLASSROOM ACTION RESEARCH IMPLEMENTASI METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI WRITING DI KELAS VII D SMP"
Posting Komentar