1.1
Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, tata krama, pergaulan,
kesenian, bahasa, keindahan alam dan ketrampilan lokal yang merupakan ciri khas
suatu suku bangsa. Keanekaragaman tersebut memperindah dan memperkaya
nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, keanekaragaman tersebut perlu diusahakan pengembangan dan
pelestariannya dengan tetap mempertahankannya melalui upaya pendidikan.
Pengenalan keadaan lingkungan alam sosial dan budaya
kepada peserta didik di sekolah memberikan kemungkinan besar untuk akrab dengan
lingkungan dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungan serta dapat
menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu
Kanwil Propinsi Bali bekerja terus untuk menggali potensi daerah Bali yang dijadikan identitas daerah dalam wujud muatan
lokal didalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Di dalam tahun pelajaran 2007/2008 kurikulum berbasis
kompetensi untuk pelajaran muatan lokal di SMP Negeri 2 Xxx dipilih seni tari
khususnya tari Bali sebagai bahan kajian pilihan yang diterapkan kepada semua
siswa dari kelas VII sampai kelas IX sesuai dengan sarana dan pengajaran yang
tersedia. Jumlah waktu efektifnya 2 jam pelajaran tiap minggu.
Pelajaran seni tari Bali
sebagai muatan lokal pilihan diberikan kepada semua siswa. Dimana muatan lokal
yaitu bahan kajian dan pelajarannya ditetapkan di Daerah dan disesuaikan dengan
lingkungan, sosial budaya serta kehidupan Daerah (Depdikbud, 1994:1). Di
pilihnya tari Bali sebagai muatan lokal pilihan yang wajib diikuti oleh semua
siswa SMP Negeri 2 Xxx dikarenakan guru yang mengajar Tari Bali ada 4 orang,
sedangkan guru yang berkompeten dibidang seni yang lain tidak ada. Seni tari Bali diberikan secara klasikal yang lebih banyak praktek
dibandingkan dengan teori. Karena semua siswa wajib mengikuti mata pelajaran
tersebut, maka dalam satu kelas sudah tentu ada siswa yang tidak mempunyai
bakat dan minat harus ikut dalam pelajaran tersebut untuk mendapat nilai
raport.
Mutu pendidikan khususnya pendidikan seni tari Bali, tentunya tidak bisa lepas dari tiga faktor, yaitu
sekolah sebagai tempat terlaksananya pendidikan, guru sebagai pelaksana dan
siswa sebagai peserta pendidikan. Ketiga faktor tersebut menjadi kurang berarti
meskipun sudah disiapkan dengan baik, jika penyampaian materi pelajaran guru
menggunakan metoda atau cara yang kurang tepat. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran, maka pada setiap akhir program pembelajaran dilakukan evaluasi.
Salah satu hasil evaluasi tersebut adalah prestasi belajar seni tari siswa.
Namun dewasa ini prestasi belajar yang diperoleh siswa terutama dalam mata
pelajaran seni tari khususnya di SMP Negeri 2 Xxx masih tergolong rendah.
Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru di SMP
Negeri 2 Xxx, ditemukan bahwa pengajaran lebih banyak di lakukan dengan metode
demontrasi dan imitasi dari guru pengajar sehingga menyebabkan siswa merasa
bosan dan tidak kreatif. Selama ini peneliti juga mengamati siswa kelas VIII D
tahun pelajaran 2007/2008 pada waktu kelas VII, memiliki nilai rata-rata
pelajaran seni tari paling rendah di bandingkan dengan kelas paralel yang lain.
Disamping itu aktivitas siswanya sangat pasif, yaitu tidak ada kreativitas
siswa untuk memahami materi yang diberikan.
Berbagai metoda pembelajaran
telah sering digunakan seperti diskusi, demonstrasi, tanya jawab dan lain-lain.
Penerapan metoda pembelajaran seperti itu kemungkinan belum dapat mencapai
tujuan yang diharapkan, hal ini disebabkan karena kemampuan guru, keadaan siswa
dan fasilitas/sarana yang belum memadai. Terbukti jika proses belajar
berlangsung sering siswa yang sudah mahir merasa jenuh dan bosan. Maka dari itu
perlu ada usaha lain yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran
berlangsung baik dengan menerapkan tutor sebaya dalam proses pembelajaran.
Implementasi tutor sebaya dalam pembelajaran seni tari
Bali diharapkan memberikan situasi belajar yang lebih leluasa bagi siswa untuk
berkreasi dan berkreativitas, lebih percaya diri dan menimbulkan keberanian
pada siswa karena di dalam mentransfer pengetahuan didapat dari teman sendiri.
Dalam situasi seperti itu akan dapat menciptakan proses belajar yang lebih
baik, sehingga diharapkan meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar seni tari
Bali.
1.2
Identifikasi Masalah.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat di
identifikasi masalah masalah tersebut yaitu :
-
Kurikulum pendidikan sering
berganti.
-
Letak geografis sekolah yang
berbukit.
-
Dukungan
dari orang tua siswa masih kurang.
-
Antusias
siswa mengikuti pelajaran sangat rendah.
-
Metode
mengajar masih bersumber pada guru saja.
-
In
put siswa terutama dalam bidang seni tari Bali sangat kurang.
-
Sarana
dan prasarana di sekolah belum memadai dengan mata pelajaran tari Bali.
-
Kemampuan,
minat dan bakat siswa dalam bidang seni tari Bali berbeda-beda.
Dengan teridentipikasinya
masalah-masalah tersebut, maka salah satu diantaranya dipilih metoda tutor
sebaya dalam proses pembelajaran.
1.3
Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
- Apakah Implementasi tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx.
- Apakah Implementasi tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx.
- Bagaimana respon siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx terhadap Implementasi tutor sebaya.
1.4
Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai sehubungan deangan tindakan yang akan diberikan adalah
sebagai berikut:
- Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dalam proses belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx melalui Implementasi tutor sebaya.
- Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx melalui Implementasi tutor sebaya.
- Untuk mengetahui respon siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx terhadap Implementasi tutor sebaya.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian
ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
- Bagi siswa dengan proses pembelajaran yang menggunakan teman sendiri sebagai tutor akan memberikan kesempatan yang leluasa pada siswa untuk bertanya, mentransfer dan menyerap materi pelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk menguasai tari puspawresti.
- Bagi guru hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dalam mencari metoda pembelajaran untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif dan efektif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam bidang seni tari Bali dengan menerapkan tutor sebaya.
- Bagi peneliti, melalui penelitian ini peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman dalam merancang serta menerapkan pembelajaran dengan memanfaatkan tutor sebaya.
- Bagi sekolah, bila dalam PTK ini ada pengaruh yang efektip untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terutama dalam bidang pelajaran seni tari Bali, maka diharapkan agar guru-guru yang lain termotivasi untuk menggunakan metode tutor sebaya dalam pembelajaran.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
Beberapa teori yang digunakan sebagai landasan berpikir untuk
menjawab permasalahan yang diajukan adalah: Seni tari, prestasi belajar, model
pembelajaran, tutor sebaya.
2.1
Seni Tari
Seni tari terdiri dari dua
kata yaitu seni dan tari. Seni merupakan segala perbuatan manusia yang timbul
dari perasaanya dan bersifat indah. Dalam buku Kamus Umum Bahasa Indonesia
dikatakan bahwa seni yaitu : “Kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang dapat
mengadakan atau menciptakan sesuatu yang luar biasa.“ ( Poerwadarminta,
1976:917). Sedangkan tari dinyatakan bahwa: “Gerakan badan, tangan, dsb, yang
berirama dan biasanya diiringi oleh bunyi-bunyian seperti musik, gambelan“.
(Poerwadarminta, 1976:1020). Ada beberapa pengertian seni tari dari berbagai
ahli tari yaitu : pertama, seni tari adalah: “Ekspresi jiwa manusia yang
diwujudkan melalui gerak – gerak ritmis yang indah“. (Soedarsono, 1972:4).
Kedua Seni tari adalah: “Ungkapan nilai-nilai keindahan dan keluhuran lewat
gerak dan sikap“. (Wardhana, 1990:8). Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa seni tari adalah Ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan melalui gerak
ritmis yang indah dari keseluruhan tubuh yang ditata dengan irama lagu
pengiring sesuai dengan lambang, watak dan tema tari.
Pada awalnya seni tari
khususnya tari Bali merupakan tarian untuk kepentingan upacara agama hindu,
tapi dalam perkembangan selanjutnya banyak berubah fungsi. Adapun fungsi tari Bali yaitu:
- “Tari Wali yaitu tari yang dilakukan di pura dan ditempat-tempat yang ada hubungannya dengan upacara keagamaan“. (Artika, 1989:22).
- “Tari Bebali yaitu tari yang berfungsi sebagai pengiring upacara di pura-pura atau di luar pura“. (Artika, 1989:22).
- “Tari Balih-balihan yaitu segala tari yang mempunyai unsur-unsur dan dasar seni tari yang luhur dapat dipentaskan sewaktu-waktu, baik sehubungan dengan upacara adat maupun agama“. (Artika, 1989:23).
Dalam penyajian seni tari, yang harus diperhatikan
adalah peraturan dan norma tari Bali yang
sangat penting artinya untuk mencapai penampilan yang sempurna. Istilah yang
dipergunakan untuk menjelaskan peraturan dan norma di atas adalah TRI WI
yaitu:
- Wiraga adalah seorang penari Bali harus menguasai perbendaharaan gerak tari yang berhubungan dengan postur tubuh penari dan gerak yang dipertunjukkan.
- Wirama adalah penari harus mengerti tentang musik, melodi, ritme, dan tempo dikuasai dalam pertunjukan.
- Wirasa adalah rasa atau perasaan yang berkaitan dengan gerak tubuh dan perasaan, yaitu kemampuan penari mengungkapkan rasa sedih, gembira, lucu, takut yang merupakan perpaduan antara mimik dan panto mimik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seni tari Bali berguna untuk melatih, mengembangkan potensi, bakat
seni dan mendorong kreativitas untuk dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari
– hari baik untuk diri sendiri maupun untuk lingkungan. Untuk itu seni tari Bali yang diberikan di kelas VIII semester ganjil SMP
Negeri 2 Xxx adalah tari puspa wresti. Tari Puspawresti berasal dari kata Puspa
dan Wresti. Puspa artinya bunga, Wresti artinya persembahan. Jadi tari
Puspawresti yaitu tari persembahan bunga yang ditujukan pada para tamu.
Ditinjau dari segi fungsi Tari Puspawresti berguna untuk menyambut tamu yang sedang berkunjung kesuatu Daerah
Tari Puspawresti lebih mudah dipelajari karena gerak-gerak dasarnya tidak
rumit. Tari puspawresti disajikan secara kelompok.
2.2
Prestasi Belajar
Salah satu tugas dari guru adalah mengadakan suatu
proses evaluasi. Evaluasi
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, salah satunya adalah prestasi
belajar siswa. Imformasi ini sangat berguna untuk memperjelas sasaran dalam
pembelajaran.
Prestasi belajar adalah
suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Prestasi
belajar adalah prestasi yang diperoleh
disekolah dan di luar sekolah. Prestasi belajar di sekolah adalah hasil yang
diperoleh anak-anak berupa nilai mata pelajaran: (Sunartana, 1997:55). Menurut
Bloom (1971:7) Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang
meliputi tiga ranah yaitu: kognetif, afektif, dan psikomotor. Gambaran prestasi
belajar siswa dapat dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10 (Arikunto,
1998:62). Disamping itu prestasi belajar dapat dioperasikan dalam bentuk
indikator- indikator berupa nilai raport, angka kelulusan dan predikat
keberhasilan (Saifudin Azwar, 1996:44).
Berdasarkan
definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah :
kemampuan aktual yang dapat diukur setelah mengalami proses belajar praktek
tentang pengetahuan dan ketrampilan tertentu, nilai-nilai yang dicapai oleh
siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah. Hasil yang diperoleh siswa
dalam satu mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut dengan
prestasi belajar.
2.3
Model Pembelajaran
Model
pembelajaran mencakup suatu pendekatan yang menyeluruh. Misalnya, problem-based
model of instruction (model pembelajaran berdasarkan permasalahan) yang
meliputi kelompok kecil, siswa bekerja sama memecahkan masalah yang telah
disepakati. Model pembelajaran ini dapat menggunakan sejumlah keterampilan
metodologis dan prosedural, seperti merumuskan masalah, mengemukakan
pertanyaan, melakukan penelitian, berdiskusi, menciptakan karya seni dan
melakukan presentasi. Model pembelajaran berfungsi sebagai sarana komunikasi
yang penting dalam mengajar di kelas, praktek atau mengawasi anak-anak.
Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain (Wasis, 2002:1).
2. METODE TEHNIK MENCARI PASANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah.
Tercapainya tujuan Pendidikan di
Indonesia tidak dapat terlepas dari peran guru , siswa , masyarakat maupun
lembaga terkait lainnya. Sebagai salah satu upaya peningkatan kwalitas
pendidikan menuju tercapainya tujuan tersebut perlu disampaikan suatu upaya
perbaikan sistim pembelajaran inovatif
yang merangsang siswa untuk mencintai yang akhirnya mau mempelajari secara
seksama terhadap suatu mata pelajaran.
Mata pelajaran sejarah dalam konsep
umum seringkali dipandang sebagai mata pelajaran hafalan yang membosankan hal tersebut dapat kita ihat dari adanya
ketidak tuntasan siswa kelas X saat
ulangan harian pada masing-masing kompetensi dasar, sehingga para guru sejarah
harus mulai mengembangkan sistim pembelajaran inofativ untuk membangkitkan
minat siswa terhadap pelajaran sejarah.
Hal tersebut yang mendorong penulis
untuk melakukan penelitian yang diberi judul
“ METODE TEHNIK MENCARI PASANGAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 2 XXX “
- Identifikasi masalah.
Identifikasi masalah merupakan
interpretasi guru :
a.
Siswa mengalami kesulitan belajar yang disebabkan oleh metode yang
disampaikan oleh guru.
b. Kesulitan belajar
siswa nampak pada menurunnya motivasi belajarnya
c. Menurunnya motivasi
siswa menyebabkan hasil penilaian siswa yang
diperoleh kurang maksimal
C. Perumusan Masalah.
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut,
maka dapat
dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Apakah Metode tehnik mencari pasangan dapat meningkatkan motivasi
hasil belajar siswa ?
2.
Seberapa jauh metode tehnik mencari pasangan dapat meningkatkan
motivasi hasil belajar siswa ?.
- Tujuan dan kegunaan penelitian.
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah
menggunakan metode tehnik berpasangan.
b. Untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan metode tehnik
berpasangan terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri
2.
Kegunaan Penelitian.
a. Untuk
meningkatkan Prestasi belajar siswa khususnya kelas X.
b. Mengembangkan metode pembelajaran
Cooperatif Learning sehingga
pembelajaran sejarah tidak monoton.
c.
Memberikan motivasi guru untuk menerapkan metode pemelajaran
terpadu
d. Menunjang tercapainya tujuan pendidikanNasional.
- Ruang lingkup penelitian.
Ruang lingkup penelitian ini di
dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Daerah penelitian atau populasi
di dalam penelitian ini adalah siswa
Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Xxx.
2.
Aspek-aspek yang diteliti
adalah :
a. Metode tehnik mencari pasangan
b. Motivasi
hasil belajar siswa.
- Strategi pendekatan Metodologi .
1. Penelitian ini adalah
penelitian kuantitatip / Inferensial dengan daerah
generalisasi Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Xxx.
2. Masalah yang akan diteliti adalah apakah Metode
tehnik mencari
pasangan dapat
meningkatkan motivasi hasil belajar siswa.
- Hipotesis.
Menurut Sutrino Hadi (1982) Hipotesis adalah pernyataan yang masih
lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan..
Ha : Metode Tehnik mencari pasangan dapat
meningkatkan
motivasi
hasill belajar siswa pada mata pelajaran sejarah
kelas X di SMA Negeri 2 Xxx.
Ho
: Metode mencari pasangan tidak dapat
meningkatkan motivasi
hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sejarah kelas X
di SMA Negeri 2 Xxx.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian tehnik mencari pasangan.
Tehnik menurut kamus WJS Poerwodarminto
adalah Metode atau sistim dalam
mengerjakan sesuatu ( 1158 ) Sedangkan Tehnik mencari pasangan ( make-A Match)
menurut Loma Curan 1994 : adalah suatu
cara untuk memberi kesempatan pada siswa untuk mencari pasangannya sesuai
dengan topik yang digunakan saat itu dengan langkah - langkah sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep atau topik yang cocock untuk sesi review. Satu bagian kartu
soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2.
Setiap siswa mendapat satu
kartu
3.
Setiap siswa memikirkan jawaban
dari kartu yang dipegangnya.
4.
Setiap siswa mencari pasangan
yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
5.
Setiap siswa dapat mencocokan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6.
sisiwa mempresentasikan hasil
jawabannya.
Menurut Anita Lie tahun 1999 dalam
buku Cooperati Learning : menyebutkan bahwa tehnik mencari
pasangan merupakan salah satu bentuk tehnik pembe lajaran gotong royong dengan
berpusat pada aktivitas siswa serta menghilangkan dominasi guru danmenggunakan
berbagai macam metode secara terpadu.
2.2. Metode Mengajar.
Menurut Prof.DR. Winarno Surakhmad :metode adalah cara yang sebaik baiknya mencapai tujuan. Sedangkan
mengajar adalah suatu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistimatis
terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik.
Perubahan yang dimaksud itu menunjukkan pada suatu proses yang
harus
dilalui. Tanpa
proses itu perubahan tidak mungkin terjadi jika tanpa proses tujuan tak dapat
dicapai dan proses yang dinaksud disni adalah
proses pendidikan atau proses educatif.
Dalam strategi
pembelajaran komponen yang paling dominan adalah pendekatan dan metode
pembelajaran
Atas dasar pendekatan dan metode inilah, guru menyusun strategi dan
langkah langkah penyampaian materi pembeajaran untuk mencapai tujuan.
Pelaksanaan pembelajaran atau proses pembelajaran merupakan proses
transaksional untuk mengembangkan potensai siswa secara aktif dan
kreatifseoiptimal mungkin agar terwujud aktivitas dan kreativitas siswa selama
proses pembelajaran perlu mempertahankan motivasi belajarnya. Untuk itu proses
pembelajaran dibuat penggalan-penggalan kegiatan yaitu pendahuluan , inti dan
penutup
Kegiatan pendahuluan untuk menarik
perhatian siswa sehingga mereka termotivasi secara aktif dan kreatif pada
kegiatan berikutnya, maka yang perlu dilakukan antara lain : menunjukkan
essensi tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran , mendiskripsikan
pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan menunjukkan manfaat apa yang dapat
dipetik dari usahanya dalam mempelajari atau menunjukkan manfaat apa yang dapat
dipetik dari usahanya dalam mempelajari materi itu bagi kepentingannya
sehari-sehari.
Penilaian Hasil Belajar
Penilaian atau evaluasi
adalah seluruh alat atau sarana yang digunakan disekolah untuk mengukur kinerja
siswa secara formal, baik berupa kuis, tes, evaluasi tertulis dan pemberian
nilai/grades ( Slavin,1994,486 ).
Didalam Kurikulum berbasis
Kompetensi dijelaskan tentang evaluasi yaitu penentuan nilai suatu progrtam dan
penentuan pencapaian tujuan suatu program.
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek
tertentu berdasarkan sustu criteria tertentu.
Sedangkan proses pemberian nilai dapat saja
berbentuk interpretasi yang diakhiri dengan Judgement. Keduanya merupakan tema
penilaian yang membandingkan antara criteria dan kenyataan dalam konteks
situasi tertentu. Atas dasar itulah maka kegiatan penilaian selalauada obyek
atau program, ada criteria dan ada interpretasi/ Judgement ( Nana Sudjana, 2004
; 3 ).
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan criteria tertentu.
Jika dihubungkan dengan pandangan diatas, dimana penilaian selalu ada obyek
yang dinilai dalam konteks ini tentunya yang dimaksud dengan obyek disini
adalah hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa seringkali dihubungkan dengan
perubahan tingkah laku yang dalam arti luas mencakup bidang kognitif, afektif
dan psikomotorik . Lebih jauh penilaian hasil belajar dilaksanakan untuk
memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru dalam mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Sekali lagi penilain dalam pembelajaran merupakan
bagian integral dari proses belajar mengajar itu sendiri dimana hubungan dengan
metode dan tujuan pembelajaran sangat erat.
C. METODE INTEGRASI PERMAINAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ungkapan “Tak kenal maka tak sayang”
terbukti dalam pelaksanaan tugas penulis sebagai Guru Mata Pelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Khususnya kalau sudah masuk pada bahan
(materi) pembelajaran yang baru mereka kenal, setelah mereka memasuki jenjang
pendidikan di SMP.
Salah satu dari beragam bahan ajar
yang kurang diminati siswa dalam pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan adalah nomor olahraga
(permainan) bola basket. Mayoritas siswa
menolak dan menghindari materi permainan bola basket, alasannya siswa
menganggap bahan ajar di permainan bola basket itu sulit, dan kurang menarik
bila dibanding dengan bahan ajar yang ada di nomor olahraga lain. Untuk
menyikapi permasalahan tersebut Menyikapi permasalahan tersebut, sekaligus
mengemban amanah bahwa tugas seorang guru memberikan pencerahan kepada siswa.
Guru tersebut harus memiliki beragam kemampuan yang dapat menunjang tugasnya
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dan Salah satu satu tuntutannya adalah
memiliki kreasi dan daya inovatif seorang guru dalam mengembangkan model-model
pembelajaran yang menarik siswa. Sehingga permainan bola basket yang semula
dianggap sulit menjadi menarik. Tidak hanya menarik tetapi yang utama adalah
mampu meningkatkan derajat kebugaran siswa seperti yang tertuang dalam tuntutan
kurikulum.
Menciptakan model pembelajaran yang
menarik bagi siswa tidak mudah, perlu kecermatan dari guru dalam menentukan dan
menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan pelajaran
yang akan diberikan (diajarkan) sehingga tercipta proses belajar mengajar yang
efektif. Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa jenis model
pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar.
Berdasarkan pengalaman di lapangan,
khususnya dalam pembelajaran PJOK persoalan belajar yang sering dijumpai adalah
siswa sulit menerima materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan
karena siswa tidak menyukai bahan ajar tersebut, pelajaran yang disampaikan
menjemukan, sulit dipahami dan terkesan kurang menarik. Oleh karena itu semakin baik suatu model pembelajaran yang
dipergunakan, maka semakin mudah tujuan
pembelajaran dapat tercapai. dalam memberikan pelajaran, makin efektif
digunakan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Model pembelajaran efektif
yang digunakan dalam proses pembelajaran bergantung pada bermacam-macam faktor
antara lain: tujuan yang akan dicapai, kemampuan guru dalam menggunakan model
pembelajaran, kemampuan siswa, besarnya kelompok yang akan diajar, waktu, dan
fasilitas yang tersedia.
Penggunaan model pembelajaran yang
efektif akan sangat membantu dalam proses pembelajaran. Suatu model
pembelajaran dalam proses pembelajaran memiliki hubungan yang erat dengan
tujuan proses tersebut. Guru sebagai pengajar memiliki peranan penting dalam
mengorganisasi dan mengatur lingkungan belajar siswa sebaik-baiknya sehingga
tercipta kegiatan belajar yang ideal.
Dalam memilih suatu model
pembelajaran untuk meningkatkan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa
tersebut, guru dituntut merancang model pembelajaran yang lebih tepat serta
penerapan bahan ajar yang variatif. dan dari kenyataan tersebut Salah satu
upaya yang perlu dilakukan upaya untuk
menumbuhkan minat dan menarik simpati siswa untuk mencintai bahan ajar
permainan bola basket adalah dengan mengintegrasikan bentuk permainan tersebut
dengan permainan pengantar. Oleh karena
itu mewujudkannya Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul “ Pengintegrasian Permainan Pengantar Sebagai
Langkah Strategis dalam Meningkatkan Kemauan Belajar Bola Basket Siswa Kelas
VII Semester Ganjil di SMP Negeri 1 Xxx”
Penelitian ini diharapkan dapat
membentuk suasana yang lebih santai dan menarik dalam pembelajaran bola basket.
Adapun pemilihan materi ajar dalam bentuk permainan pengantar ini didasarkan
pada keterkaitannya dengan konsep-konsep pembelajaran permainan bola basket
yang sedang menjadi bahan kajian yang ada dalam kelas tersebut. Sehingga sistem
pembelajarannya tetap mengacu pada batasan kajian yang diberikan sesuai SKKD,
serta dapat merangsang peserta didik untuk lebih menyukai permainan ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada
pembelajaran permainan bola basket dapat meningkatkan penguasaan teknik dasar
permainan basket siswa kelas VII SMP Negeri 1 Xxx ?
2. Apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada
pembelajaran permainan bola basket dapat memberikan dampak positif terhadap
pemahaman meningkatkan hasil belajar teknik dasar permainan basket siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Xxx ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah Pengintegrasian permainan
pengantar pada pembelajaran pembelajaran permainan bola basket dapat
meningkatkan penguasaan teknik dasar permainan basket siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Xxx.
2. Untuk mengetahui apakah Pengintegrasian permainan
pengantar pada pembelajaran permainan bola basket dapat memberikan dampak
positif terhadap pemahaman teknik dasar permainan basket siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Xxx.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang
diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah :
a.
Sebagai bahan
pertimbangan atau masukan penulis dalam penyusunan strategi (penerapan, metode,
model dan langkah-langkah) pembelajaran PJOK selanjutnya.
b.
Memberikan
gambaran yang jelas, tentang bentuk pengintegrasian permainan pengantar ke
permainan bola basket sebagai langkah alternatif untuk merangsang peserta didik
agar menyukai permainan bola basket.
c.
Memberikan
gambaran kepada peserta didik, bahwa permainan bola basket bisa dipraktikkan
dengan mudah dan sederhana.
d.
Diharapkan
dapat dijadikan masukan bagi instansi pemerintah, cq Dinas Pendidikan dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan; dan
e.
Semoga dapat
memberikan sumbang saran yang positif bagi para guru-guru PJOK di lapangan.
f.
Ingin
mengetahui dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi para guru Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk memilih model pembelajaran yang efektif
dalam proses pembelajaran keterampilan cabang olahraga, khususnya keterampilan
bermain bolabasket.
g.
Ingin
memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kemampuan guru
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam meningkatkan keterampilan
teknik dasar suatu cabang olahraga dan menumbuhkan semangat serta gairah siswa
dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
h.
Ingin
memberikan masukan yang berarti kepada lembaga khususnya Departemen Pendidikan
Nasional, tentang model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan para
siswa yang diharapkan dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terbatas
pada penggunaan pembelajaran Penjasorkes dengan menggunakan bentuk
pengintegrasian permainan pengantar terhadap penguasaan teknik dasar salah satu
permainan, yaitu permainan bolabasket. Dengan ruang lingkup penelitian ini
antara lain sebagai berikut :
1. Bentuk latihan yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah permainan pengantar.
2. Teknik dasar yang dikembangkan dalam penelitian
ini adalah teknik dasar permainan bolabasket, antara lain: teknik melempar dan
menangkap bola, menggiring bola, dan menembak ke ring basket.
3. Hal-hal yang ingin ditingkatkan melalui permainan
pengantar bola basket adalah unsur kognitif berupa pengetahuan, peningkatan
kerjasama, sportifitas, dan perilaku siswa (penilaian afektif), serta
penguasaan teknik dasar bermain bolabasket (penilaian psikomotor).
4. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari dua komponen antara lain :
a. Penilaian kognitif menggunakan penilaian berupa
pengetahuan, penerapan saat praktik berlangsung dan pemberian tugas
b. Penilaian afektif menggunakan penilaian pengamatan
selama siswa melakukan kegiatan olahraga. Aspek-aspek yang dinilai antara lain
unsur perilaku, kerjasama dan sportivitas.
c. Penilaian psikomotor menggunakan penilaian proses
dan produk. Butir-butir tes terdiri dari: tes melempar dan menangkap
bolabasket, menggiring bola basket dan menembak bolabasket ke ring basket.
E. Batasan Istilah
§ Pengintegrasian : Upaya memasukkan satu komponen
tertentu pada komponen yang lain, sehingga khasanah penerapan bahan ajar yang
semula dianggap susah menjadi lebih sederhana dan mudah diterapkan.
§
Permainan
pengantar : bahan ajar yang penekanan materinya ada pada model atau
bentuk-bentuk pembelajaran yang sederhana dan menggembirakan dengan media bola
basket sehingga menarik bagi peserta didik menuju ke permainan yang sebenarnya.
§
Langkah
strategis : taktik atau metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru
atau pelatih untuk diujicobakan kepada peserta didik dalam bentuk-bentuk
tertentu.
§
Meningkatkan
kemauan belajar : adanya motivasi yang timbul dari diri seseorang karena
dorongan atau keinginan yang kuat setelah mendapat rangsangan (stimulus) dari
orang lain dengan beragam cara.
§
Pembelajaran
bola basket : proses/kegiatan belajar mengajar materi pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan sub aspek Permainan dan Olahraga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Pembelajaran
1)
Pengertian
Pembelajaran
Membicarakan tentang pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Secara singkat hubungan keduanya dapat di jabarkan sebagai berikut: pembelajaran merupakan wujud dari pelaksanaan (implementasi) kurikulum, atau pembelajaran ialah kurikulum dalam kenyataan implementasinya.
D. METODE
PENCAPAIAN KONSEP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pendidikan pada hakekatnya adalah
usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan kemampuan dan
kepribadiannya. Pendidikan ini memegang peranan penting dalam membina manusia
yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, serta manusia-manusia yang memiliki
sikap positif terhadap segala hal, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan
merupakan suatu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam kehidupan
manusia.
Bentuk kongkret dari pendidikan
yang dilakukan oleh manusia tersebut tampak dalam aktivitas belajar mengajar
sebagaimana Sudjana (1989) mengatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan
suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Keberhasilan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang -
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila
didukung oleh komponen – komponen pilar pendidikan yang meliputi motivasi
belajar siswa, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan tujuan
pembelajaran.
Keempat pilar sebagaimana
tersebut di atas, komponen proses pembelajaran merupakan komponen yang memegang
peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran ini
menunjuk pada kegiatan di mana didalamnya terdapat integrasi dan interaksi
komponen-komponen pembelajaran yaitu guru, siswa, materi dan metode
pembelajaran.
Guru sebagai ujung tombak dalam
pencapaian tujuan pendidikan, perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif
dan efisien. Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif merupakan titik awal
keberhasilan pembelajaran yang bermuara akan meningkatkan prestasi belajar
siswa (Chabibah, 2006 : 24). Terkait dengan proses pembelajaran, guru memiliki
peran sentral berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, sebab guru dalam
posisi ini bertindak sebagai perancang atau desainer sekaligus pengelola proses
pembelajaran sedemikian hingga hasil dari proses pembelajaran tersebut tercapai.
Namun demikian, peran guru dalam mendesain dan mengelola proses belajar
mengajar di kelas seringkali dihadapkan pada kondisi-kondisi dimana rancangan
pembelajaran yang didesainnya tidak berjalan dengan lancar sesuai harapan.
Tidak berkembangnya salah satu
faktor dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yaitu guru,
murid, materi dan metode pembelajaran sudah barang tentu berpengaruh pada
proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut
akan berpengaruh pula pada hasil pembelajaran terutama tampak pada hasil
belajar siswa.
Kondisi demikian terjadi pula
pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Mulok Pembukuan di kelas VIII A
SMP Negeri 2 Xxx, dimana dari kondisi awal kegiatan belajar mengajar di SMP
Negeri 2 Xxx untuk mata pelajaran Mulok Pembukuan menunjukkan hasil belajar
siswa rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan belajar (SKM) dimana dari
20 siswa, 16 orang siswa atau 80 % siswa kelas VIII A hasil belajarnya kurang
dari 65 sebagai batas SKM. Hasil refleksi diri menunjukkan bahwa rendahnya
prestasi belajar tersebut diantaranya adalah sikap pasif siswa dalam proses
pembelajaran, proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi, dominasi
guru masih sangat besar sehingga siswa kurang mandiri sehingga mempengaruhi
prestasi belajar.
Dari refleksi tersebut, akar
permasalahan yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi pada intinya adalah
penggunaan metode pembelajaran yang dalam hal ini guru lebih banyak menggunakan
metode ceramah dan penugasan sehingga kurang mampu meningkatkan hasil belajar
siswa. Untuk itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
melalui penerapan metode yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam proses
belajar mengajar dan mengurangi dominasi guru dalam pengajaran dengan harapa
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk tujuan tersebut dalam penelitian
ini diterapkan metode pembelajaran kooperatif dengan model pencapaian konsep.
B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan kondisi sebagaimana
tersebut di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Siswa cenderung bersikap pasif dalam proses
pembelajaran.
2. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang
bervariasi.
3. Dominasi guru masih lebih besar.
4. Siswa jarang bertanya.
5. Siswa belum maksimal dalam menjelaskan
kembali konsep yang diterima.
6. Hasil belajar siswa relatif rendah dan belum
mencapai KKM.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
Bertolak dari luasnya
permasalahan yang diteliti, serta adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya,
maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada penggunaan model
pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok Pembukuan dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Xxx.
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar
siswa melalui penggunaan model pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok
Pembukuan pada siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx ?”
D. Tujuan Penelitian.
Mengacu pada uraian permasalahan
di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx mata
pelajaran Mulok Pembukuan melalui penggunaan model pencapaian konsep.
E. Manfaat Hasil Penelitian.
Dengan melakukan penelitian
tentang penggunaan model pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok Pembukuan
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx,
diharapkan dapat diperoleh beberapa manfaat antara lain :
- Untuk siswa, hasil penelitian ini sebagai media meningkatkan aktivitas belajar untuk lebih menguasai dan memahami materi pelajaran melalui penguasaan konsep-konsep pokok pelajaran yang diajarkan di kelas terutama mata pelajaran Mulok Pembukuan.
- Untuk peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan gagasan untuk pengembangan dan peningkatan ketrampilan mengorganisasi, memformulasi, dan mengkondisikan kegiatan belajar mengajar di kelas terutama untuk mata pelajaran Mulok Pembukuan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
- Untuk Sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi dan atau sebagai acuan untuk pengembangan teknologi pembelajaran terutama pembelajaran mata pelajaran Mulok Pembukuan di SMP Negeri 2 Xxx
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori.
1. Belajar,
Pembelajaran dan Prestasi Belajar.
Belajar merupakan salah satu
kebutuhan manusia yang penting dalam usahanya mempertahankan hidup dan
mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar menjadi kebutuhan
yang penting karena dengan semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mendorong pembaharuan dalam segala aspek kehidupan manusia,
menuntut manusia untuk mengejar pembaharuan dan kemajuan itu. Upaya untuk
mengejar hal tersebut harus dilakukan sendiri melalui suatu proses yang disebut
belajar.
Pengertian belajar sebagaimana
terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 14) adalah suatu upaya yang
dilakukan manusia dengan jalan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Menurut Dimyati (1984 : 124), belajar adalah proses yang melibatkan manusia
secara orang perorang sebagai suatu persatuan organisme, sehingga terjadi
perubahan pada pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Dari pengertian belajar yang
terakhir tampak bahwa dalam belajar terdapat suatu proses perubahan dalam diri
manusia sebagai subjek belajar tersebut. Lebih lanjut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 14) mengartikan bahwa
belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku manusia atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.sebagai suatu proses perubahan tingkah laku manusia
sebagai subjek belajar.
Perubahan yang dieroleh individu
atau manusia sebagai subjek belajar dapat diperoleh atau dicapai melalui suatu
proses belajar atau pembelajaran. Pembelajaran mengandung arti perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman
(Syah, 1995 : 89). Menurut Gagne pembelajaran merupakan seperangkan peristiwa
yang mempengaruhi subjek didik sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat
terjadi secara langsung.
Proses dalam belajar dapat
dilakukan manusia (individu) diberbagai tempat dan berbagai waktu.
Pengorganisasian secara sistematis memperhatikan kedua hal tersebut secara
formal dilakukan dalam suatu wadah lembaga pendidikan yang secara khusus
mengatur dan mengorganisasikan kegiatan belajar sedemikain hingga proses dan
tujuan pembelajaran dapat terlaksana dan tercapai.
Dalam proses pembelajaran yang
dilakukan dalam wadah lembaga pndidikan formal yang dalam hal ini adalah sekolah,
terdapat suatu aktivitas belajar dan mengajar, menyampaikan dan memberikan
informasi – pengetahuan antara pendidik (pengajar/guru) dan peserta didik
(siswa). Proses dan tujuan dari kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan
didesain oleh guru memperhatikan kondisi yang ada baik itu kondisi peserta
didik, kemampuan pendidik dan lingkungan tempat proses tersebut berada.
Bertolak dari pengertian
pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran yakni seperangkat
peristiwa yang dapat mempengaruhi objek didik sedemikian rupa sehingga proses
belajar mengajar dapat terjadi (Gagne, 1988), Sunaryo (1989 : 67) mengatakan
bahwa guru perlu memiliki kemampuan membuat perencanaan pengajaran berupa
desain pembelajaran. Desain yang dirancang oleh guru diarahkan agar siswa
sebagai peserta didik dapat mencapai tingkat belajar yang seoptimal mungkin
yang ditandai dengan tercapainya prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1994 : 787) adalah penguasaan pengetahuan atau
ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau nilai angka yang diberikan guru. Prestasi belajar siswa ini
merupakan implementasi hasil belajar siswa sebagai hasil proses pembelajaran
yang diterimanya. Anonim (2003 : 29) mengatakan bahwa hasil belajar dalan
tinjauan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah pernyataan unjuk kerja yang
diharapkan dikuasai siswa setelah mengalami pembelajaran dalam kompetensi
tertentu.
Terkait dengan prestasi belajar
siswa, dalam KBK tahun 2004, hasil belajar siswa diukur berdasarkan standar
yang dikenal dengan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM). KKM ini dinyatakan dalam
bentuk persentase berkisar antara 0 – 100. Dalam menentukan KKM dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas
indikator dan kemampuan sumber daya pendukung. Dari standar KKM yang
menunjukkan batas minimal pencapaian ketuntasan yang dicapai siswa, maka
prestasi belajar siswa diukur berdasarkan kemampuan siswa mencapai standar
ketuntasan tersebut yang berarti bahwa nilai prosentase ketuntasan siswa
merupakan hasil belajar siswa yang tinggi rendahnya menunjukkan prestasi
belajar yang dicapai siswa untuk mata pelajaran tertentu.
2. Metode Pembelajaran
Kooperatif.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif
bagi siswa dan guru urituk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan
“tahu” terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk melakukan sesuatu
(Anonim, 2003 : 12).
E. METODE PRAKTIS
PEMBELAJARAN ( PBL )
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha peningkatan sumber daya
manusia sedang marak dilakukan di negara ini. Salah satu perwujudannya adalah
melalui peningkatan kualitas pendidikan yang diusahakan oleh pemerintah
sedemikian rupa sehingga terjadi penyempurnaan dan perubahan kurikulum beberapa
kali.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
merupakan konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi)
tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tertentu. Dengan demikian, implementasi kurikulum dapat menumbuhkan tanggung
jawab dan partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan mempengaruhi
kebijakan umum (public policy), serta
memberanikan diri berperan serta dalam berbagai kegiatan, baik di sekolah
maupun di masyarakat.
Guru sebagai fasilitator seperti
yang diharapkan oleh KBK dituntut untuk dapat mengatur, mengarahkan dan
menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif sehingga dapat
mencapai tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan KBK. Oleh karenanya, guru
dituntut pula untuk lebih professional, inovatif, perpsektif dan pro aktif
dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional memerankan bagian yang sangat penting. Selain digunakan sebagai
media untuk berkomunikasi juga digunakan untuk menguasai teknologi yang
perkembangannya menuntut kita untuk mempelajarinya lebih dalam. Pembelajaran
bahasa Inggris harus mencakup 4 ketrampilan berbahasa yaitu : membaca (reading), menyimak (listening), berbicara (speaking),
dan menulis (writing) secara terpadu.
Membaca adalah salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa untuk
memahami isi suatu wacana.
B Identifikasi Masalah
Pembelajaran secara konvensional (teacher centered situation) tidak dapat
mengajak siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang
diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah. Oleh karena itu,
guru hendaknya merubah kegiatan pembelajaran menjadi modern (students centered situation) yang dapat
meningkatkan minat siswa untuk belajar menemukan sendiri, bekerjasama dan
mengkomunikasikan hasil belajarnya serta membuat siswa semakin aktif dan
kooperatif.
Membaca (reading) adalah salah satu ketrampilan dari 4 ketrampilan berbahasa
yang harus dikuasai dalam pengajaran bahasa Inggris. Namun yang terjadi didalam
kelas ketika diberikan kegiatan membaca teks dan siswa diminta untuk memahami
isi teks melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru sangatlah
jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa sebab antara lain;
(1) Teks yang diberikan adalah teks bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing
di Indonesia, sehingga pemahaman siswa akan kata perkata (Vocabulary mastery) yang digunakan untuk mengetahui isi bacaan
sangatlah jauh dari yang diharapkan. (2) Karena vocabulary mastery pada siswa sangat minim membuat siswa tidak
dapat memahami secara langsung informasi-informasi baik yang tersurat maupun
yang tersirat didalam bacaan. (3) Dengan hanya membaca teks siswa tidak merasa
senang sebagaimana tujuan pada kegiatan membaca.
Ada beberapa hal yang terjadi pada
siswa sehubungan dengan 3 alasan tersebut diantaranya adalah; siswa tidak
membaca teks secara keseluruhan, siswa tidak mau berusaha mencari arti didalam
kamus, siswa tidak menjawab pertanyaan baik mengenai informasi yang tersirat
maupun tersurat dengan tepat namun mereka mengambil jawaban hanya dengan
menjodohkan kalimat yang sama tanpa memahami maksudnya. Jika hal ini dibiarkan
berlarut maka dikhawatirkan keinginan siswa untuk meningkatkan kemampuan
penguasaan kosa kata (vocabulary mastery)
akan berkurang dan mungkin hilang, siswa tidak mau berusaha untuk menemukan
informasi yang ada didalam bacaan, kerjasama antar kelompok tidak bisa maksimal
karena kegiatan yang dilakukan siswa
tidak memotivasi siswa untuk menyelesaikan bersama dengan rasa senang, keadaan
kelas yang teacher-centered membuat komunikasi didalam kelas sangat tidak aktif
dan membuat siswa takut atau malu bertanya tentang permasalahan yang
dihadapinya didalam kegiatan membaca. Hal ini juga berpengaruh pada pendekatan
pada siswa untuk selalu suka belajar.
Gejala-gejala tersebut dapat
terlihat dari observasi yang dilakukan oleh peneliti bersama teman kolaborator
pada saat pra siklus yang menjadikan landasan bagi peneliti untuk melaksanakan
siklus-siklus berikutnya guna mencapai tujuan pembelajaran. Gambaran hasil
kegiatan Pra siklus adalah sebagai berikut:
No
|
Keterangan
|
Bagus
|
Sedang
|
Kurang
|
1
|
Siswa aktif membaca Teks
|
√
|
||
2
|
Siswa menjawab pertanyaan tentang pemahaman isi bacaan
|
√
|
||
3
|
Siswa Memahami Kosa kata
|
√
|
||
4
|
Siswa menyelesaikan tugas
|
√
|
||
5
|
Siswa aktif mencari kosa kata dikamus
|
√
|
||
6
|
Siswa aktif bertanya kepada teman
atau guru
|
√
|
||
7
|
Siswa Memahami pengucapan (pronunciation)
|
√
|
||
8
|
Siswa merasa senang dengan proses pembelajaran
|
√
|
Tabel 1 : Hasil
kegiatan pra siklus
Sementara hasil evaluasi
dari kegiatan pra siklus ini sangat tidak memuaskan dan tergambar sebagai
berikut:
No
|
NAMA KELOMPOK
|
NILAI
|
1.
|
KELOMPOK 1
|
55
|
2.
|
KELOMPOK 2
|
55
|
3.
|
KELOMPOK 3
|
60
|
4.
|
KELOMPOK 4
|
60
|
5.
|
KELOMPOK 5
|
50
|
6.
|
KELOMPOK 6
|
50
|
RATA-RATA
|
55
|
Tabel 2 : Hasil
evaluasi pra siklus
Penerapan Project Based learning (PBL), yang
merupakan pembelajaran yang terfokus pada konsep inti dan prinsip displin,
melibatkan siswa di dalam pemecahan masalah, penyelidikan dan tugas-tugas lain
yang bermanfaat, membuat siswa bekerja secara otonomi untuk membentuk
pengetahuan mereka dan menghasilkan suatu produk tertentu, dapat dilakukan
melalui berbagai media dan teknik salah satunya adalah dengan bercerita.
C Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul
dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah kesulitan siswa untuk berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam pencapaian ketrampilan berbahasa
membaca.
1. Adapun rumusan masalahnya adalah:
Bagaimanakah aktivita siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris melalui model PBL
dengan menggunakan teknik bercerita?
2. Bagaimanakah hasil pencapaian ketrampilan
berbahasa membaca melalui model PBL dengan menggunakan teknik bercerita?
D Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan aktivitas siswa dalam
pencapaian ketrampilan berbahasa membaca pada pembelajaran bahasa Inggris melalui
model PBL dengan menggunakan teknik bercerita.
2. Mendiskripsikan hasil pencapaian
ketrampilan berbahasa membaca melalui model PBL dengan menggunakan teknik
bercerita
E Manfaat penelitian
Hasil
penelitian ini akan memberikan manfaat terutama bagi guru untuk:
1.
Memberikan inspirasi kegiatan yang
menyenangkan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran bahasa Inggris.
2.
Membuktikan pencapaian ketrampilan berbahasa
membaca yang dapat dicapai dengan teknik bercerita.
3.
Meningkatkan efektifitas pembelajaran bahasa
Inggris.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian Tindakan
Kelas (PTK)
Penelitian
tindakan kelas atau Classroom Action Research, yaitu penelitian yang dilakukan
oleh guru dikelasnya atau disekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.
Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga
meningkatkan mutu hasil instruksional; mengembangkan ketrampilan guru;
meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi; pengolahan instruksional serta
menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
PTK menggambarkan sebagai suatu proses yang
dinamis meliputi aspek perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang
merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berhubungan dengan
siklus berikutnya. Akar pelaksanaan PTK digambarkan dalam bentuk spiral
tindakan (adaptasi Hopkins, 1993) sebagai berikut:
B. Ketrampilan Berbahasa Membaca
Ketrampilan berbahasa Membaca sangat dibutuhkan untuk dapat
memahami isi suatu wacana. Secara umum tujuan membaca diklasifikasikan:
(a) Mendapatkan informasi umum dari teks.
(b) Mendapatkan
informasi khusus dari teks.
(c) Membaca untuk kesenangan.
In general, the purpose of reading is classified
into; (a) getting general information from the text; (b) getting specific
information from the text; and (c) reading for pleasure or for interes
(Williams:1984).
In classroom
practice, we divide the reading activities into three interrelated stages. i.e.
pre reading activities, whilst reading activities, post reading activities
(Williams: 1984, Wallace ;1988, Wallace ;1972
Tujuan Pembelajaran Umum Membaca
¨
Menemukan informasi tertentu
¨ Mendapatkan gambaran umum tentang isi
bacaan
¨
Menemukan pikiran utama yang
tersurat
¨
Menemukan pikiran utama yang
tersirat
¨
Menemukan semua informasi rinci
yang tersurat
¨
Mendapatkan informasi yang
tersirat
¨
Menafsirkan makna kata frase
dan kalimat berdasarkan konteks
¨
Mendapatkan rasa senang
Kegiatan pengajaran membaca di dalam kelas dibagi menjadi 3
tahap yang berhubungan yaitu:
1. Kegiatan pre
reading,
¨
Tujuannya memperkenalkan dan
menumbuhkan ketertarikan topik.
¨
Memotivasi siswa dengan
menjelaskan tujuan membaca.
¨ Mempersiapkan beberapa
perbendaharaan kata sehubungan dengan teks.
2. Kegiatan whilst
reading, membaca teks
¨
Scan, membaca untuk mendapat
informasi tertentu
¨
Skim, membaca untuk mendapatkan
inti dari bacaan
¨
Read between the lines, membaca
diantara baris
¨
Read intensively for detail information,
membaca intensif untuk mendapatkan informasi detil
¨
Detect references, mendeteksi
referensi
¨
Deducing meaning from context,
mengambil kesimpulan dari text.
3. Post
reading, evaluasi pemahaman bacaan sehubungan dengan tugas-tugas.
C. Model
Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran Project Based Learning adalah pembelajaran yang terfokus pada
konsep inti dan prinsip displin, melibatkan siswa di dalam pemecahan masalah,
penyelidikan dan tugas-tugas lain yang bermanfaat, membuat siswa bekerja secara
otonomi untuk membentuk pengetahuan mereka dan menghasilkan suatu produk
tertentu.
Regie stites of
SRI, International, 1998
Several points
should be kept in mind when considering the finding research that compare the
relative impacts of PBL and more traditional learning activities on student
achievement:
Project-based
learning is typically implemented in the context of comprehensive educational
reforms and therefore it is difficult to isolate the effects of PBL on student
learning.
Project-based
learning and closely related instructional strategies (such as problem based
learning and the project approach) are implemented differently in different
context and therefore it is difficult to compare results across cases.
Project based
learning is linked to a theory of learning (constructivism) that entails a
shift in learning objectives (stressing higher order thinking skills and
performance-based, authentic assessments) and therefore standardized
achievement tests may not be the best measures of PBL’ impact.
Di dalam kelas, PBL memberikan kesempatan luas kepada
guru untuk menjalin hubungan dengan siswa. Guru dapat menjadi pembina,
fasilitator dan rekan kerja. Pembahasan penyelesaian produk, perencanaan dan
pemecahan masalah adalah pokok bahasan yang dilakukan baik di dalam kelas maupun
di luar kelas.
Produk yang diselesaikan oleh siswa dapat digunakan
sebagai bahan untuk berkomunikasi antar guru, untuk dijadikan perbandingan dan
kajian ulang tentang teknik pengajaran sehingga dapat diharapkan akan
menghasilkan suatu kesimpulan tentang teknik pengajaran yang efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
PBL membantu pengembangan:
Kemampuan kerja secara
berkelompok.
Kecakapan hidup / life skill, contohnya memimpin kerja
kelompok dan membuat rencana kerja.
Pemaksimalan penggunaan teknologi
/ media apa saja untuk melengkapi tampilan produk.
Kemampuan kognitif, contohnya
membuat keputusan, memberikan penilaian, pemecahan masalah.
Kemampuan
pengaturan diri, pengaturan tempat kerja, penyusunan tugas dan pengaturan
waktu.
Sikap,
menyukai belajar dan ketertarikan untuk belajar lebih lanjut.
Kecakapan,
pengendalian diri, keinginan untuk berprestasi.
Hasil dari PBL adalah hasil
yang produktif, karena PBL dapat memperkenalkan ketrampilan professional dan
strategi disiplin. Menyatukan penerapan ketrampilan yang dihubungkan dengan
perencanaan, penyelesaian, pemantauan dan penilaian di dalam penyelidikan
intellectual / penelitian ilmiah. Mengembangkan kemampuan untuk berinisiatif,
berusaha dan mandiri. Mengembangkan kemampuan metakognitif, contohnya
pemantauan dan evaluasi terhadap diri sendiri. Membuat pembelajaran lebih
berarti dengan menyatukan konsep antar mata pelajaran. Menghubungkan kemampuan
kognitif, sosial dan pengaturan diri.
D. Pelajaran Bahasa Inggris
Bahasa Inggris adalah
bahasa asing yang dianggap penting diajarkan untuk tujuan penyerapan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya, serta pengembangan
hubungan antar bangsa.
Salah satu teknik yang
dapat dilaksanakan untuk melaksanakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) adalah dengan model PBL.
E. Bercerita
Cerita, tuturan yang
membentangkan bagaimana sesuatu terjadi, peristiwa, hal atau kejadian dsb;
karangan yang mengisahkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang dsb.
Dongengan; cerpen; cerita pendek.
Bercerita adalah salah satu
kegiatan yang menarik terutama bagi siswa Sekolah Dasar. Bercerita dapat
dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran dengan model PBL untuk mencapai
ketrampilan berbahasa membaca. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyelipkan
ilmu, pesan moral dan sebagainya dengan bercerita. Penggunaan gerakan tangan
(gesture), peragaan expressi, pengulangan kata, penambahan lagu dan pemeranan
tokoh dapat dilakukan pada saat bercerita untuk pencapaian ketrampilan berbahasa
membaca.
F. Hipotesis Tindakan
1.
Jika Pembelajaran didalam kelas
menggunakan model pembelajaran PBL, maka siswa akan berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan aktif menyelesaikan tugas-tugas.
2.
Jika teknik bercerita
diterapkan didalam kegiatan pembelajaran, maka ketrampilan berbahasa membaca
siswa akan meningkat.
0 Response to "CONTOH PTK KESENIAN MODEL PEMBELAJARAN PELAJARAN SENI TARI MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBAYA"
Posting Komentar