BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dapat
dirumuskan permasalahan yang merupakan pertanyaan dalam tujuan pembahasan
sebagai berikut:
“Bagaimana cara yang paling efektif untuk membaca
suatu jurnal atau artikel ilmiah?”
TUJUAN PEMBAHASAN
Pembahasan materi ini
bertujuan agar mahasiswa mampu membaca efektif jurnal atau artikel ilmiah.
MANFAAT PEMBAHASAN
- Diharapkan Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan membaca jurnal atau artikel ilmiah dengan cepat.
- Diharapkan Mahasiswa dapat mengerti suatu jurnal atau artikel ilmiah dengan hanya mendengarkan tanpa membacanya sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
MEMBACA ARTIKEL ILMIAH
DEFINISI
Artikel ilmiah adalah
karya tulis yang menyajikan data dan fakta yang sahih dan dirancang untuk
dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara
ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati atau
ditetapkan.
MEMBACA
EFEKTIF
Ketika seseorang membaca,
apapun bahan bacaannya, seharusnya ia mampu memahami isi dari bahan bacaan itu,
sehingga ia memperoleh faedah dan manfaat. Membaca tapi tidak memahami isi dari
bacaannya, merupakan kecenderungan yang dialami banyak orang. Kondisi ini
terjadi biasanya disebabkan oleh ketiadaan tujuan dari membaca. Sebab,
sejatinya seseorang yang membaca itu, paling tidak ia akan memperoleh informasi
baru tentang apa yang dibacanya. Karena itu, sedapat mungkin cara kita membaca,
agar memperoleh banyak manfaat, harus kita ubah. Bagaimana caranya? Pertama,
membaca itu harus bertujuan. Tanpa tujuan yang jelas, pemahaman kita terhadap
apa yang kita baca juga akan menjadi tidak jelas. Paling tidak, carilah tujuan
yang paling mudah dan sederhana. Misalnya, ketika membaca buku tentang
pendidikan, maka tujuannya minimal dapat
memperoleh informasi tentang apa itu pendidikan.
Dengan cara
demikian, faedah membaca pun didapatkan. Itulah yang dimaksud dengan membaca
yang bertujuan. Jadi, aktivitas membaca bukanlah aktivitas iseng dalam rangka
mengisi waktu kosong. Jika tujuannya hanya iseng, sia-sialah aktivitas membaca
tersebut.
TUJUAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH
- Mengumpulkan informasi
- Menambah wawasan
- langkah untuk menyusun artikel ilmiah
KECEPATAN MEMBACA
Kecepatan setiap orang dalam
membaca tidak selalu sama. Ada yang memiliki kecepatan 100 -150 kpm (kata per
menit), ada yang 150-200 kpm, dan ada yang di atasnya. Berdasarkan pengamatan
dalam berbagai pelatihan, keterampilan, kecepatan rata-rata orang Indonesia
dewasa (yang belum pernah latihan keterampilan membaca) 175-300 kpm. Setelah
mengikuti latihan keterampilan membaca, kecepatan itu biasanya bisa meningkat.
Rumus untuk menghitung kecepatan
membaca adalah : jumlah kata yang dibaca, dibagi waktu yang dibutuhkan untuk
membaca. Jika kecepatan membaca itu kita andaikan A, jumlah kata yang dibaca diandaikan
B, dan waktu yang dibutuhkan untuk membaca diandaikan C, maka rumusnya menjadi:
A= B/C = kpm
(kata per menit)
Seandainya waktu yang
dibutuhkan untuk membaca itu terdapat detiknya (misalnya 3 menit 20 detik),
maka waktu itu dikonversikan dahulu ke detik; kemudian rumus di atas dikali 60
detik.
A= B/C = x 60
detik =kpm (kata per menit)
Contoh
Jumlah kata yang dibaca adalah 1500
kata; lama membaca adalah 4 menit 10 detik (=250 detik); maka kecepatan
membacanya adalah:
1500/250 x 6 x 60 = 360
kpm.
Untuk mengetahui kecepatan
seseorang dalam membaca,dapat dibaca tulisan berikut ini (ditulis oleh Kartono
Mohamad, mantan IDI, berjudul "Dengan Retina Buatan, Dunia Kembali
Menjadi Terang" dalam Harian KOMPAS, 14 November 1999, hlm. 4). Jumlah kata dalam tulisan ini
adalah 803 kata, digenapkan menjadi 800 kata.
Untuk menghitung kata di dalam
bacaan digunakan cara berikut: Pertama, hitunglah jumlah kata dalam sepuluh
baris; kemudian dibagi sepuluh. Hasilnya adalah jumlah rata-rata kata perbaris.
Kedua, hitunglah jumlah baris dalam tulisan yang kita baca; kemudian kalikan
dengan jumlah rata-rata per baris tersebut. Hasilnya adalah jumlah kata yang
kita baca.
TEKNIK YANG PERLU DIPRAKTIKKAN SAAT MELAKUKAN AKTIVITAS MEMBACA
Pertama, membacalah untuk
memperoleh informasi, bukan untuk memperoleh aneka pendapat. Bersikaplah
kritis. Sangat banyak orang yang membaca sesuatu dan lantas memercayai begitu
saja apa yang dia baca. Tidak sedikit orang yang membaca demi hanya mendukung
pendapat yang telah dianutnya. Pembaca yang demikian tidak mau berpikir lagi
dan percaya pada apa yang dibacanya begitu saja.
Kedua, hendaknya
membolak-balik terlebih dahulu buku yang akan dibaca sebelum memutuskan membaca
buku tersebut hingga tuntas. Pertimbangkan apakah buku itu bermanfaat atau
tidak. Cermatilah apakah makna buku tersebut. Lakukan hal yang sama pula saat
akan membaca koran atau majalah.
Ketiga, jika membaca buku
ilmiah, harus membacanya dengan pikiran yang objektif. Akan tetapi, jika
membaca buku yang mengemukakan suatu pendapat atau propaganda, harus membaca
buku itu dengan kritis. Dalam konteks ini, harus menempatkan diri laksana
seorang hakim. Dengan demikian, harus menjadi orang yang tidak gampang percaya
begitu saja.
Keempat, membuat tanda-tanda
khusus pada bagian-bagian penting dalam setiap bahan bacaan yang dibaca.
Tanda-tanda khusus itu bisa berupa tanda silang yang mencolok pada tepi kiri
bagian yang dibaca, bisa juga berupa garis bawah pada bagian-bagian penting
bahan yang dibaca.
Kelima, membuat ringkasan atau
ikhtisar dari setiap pokok persoalan yang dibaca. Ringkasan atau ikhtisar itu
bisa ditulis dalam sehelai kartu atau dalam buku catatan khusus.
HAMBATAN MEMBACA CEPAT DAN EFISIEN DAN CARA MENGATASINYA
Ada beberapa
hambatan yang sering dijumpai pada orang-orang tertentu di dalam membaca
sehingga orang tersebut tidak bisa membaca secara cepat dan efisien.
Hambatan-hambatan ini banyak berkaitan dengan ke-biasaan membaca yang
dipraktekkan sejak masa kecil dan terbawa-bawa sampai dewasa. Beberapa hambatan
tersebut di antaranya adalah:
- Membaca dengan melafalkan kata yang dibaca
Ada orang yang
membaca dengan melafalkan kata demi kata yang dibaca. Mungkin orang tersebut
kurang puas jika kata-kata yang dibaca itu tidak diucapkan. Cara membaca seperti ini selain akan
mengganggu orang lain, juga akan memperlambat pembacaan. Lambat karena kata
demi kata dibaca atau satu demi satu. Di samping itu, pembaca akan mudah lelah
karena mengucapkan kata demi kata yang dibaca itu mengeluarkan banyak energi.
(bandingkan dengan orang yang sedang mengajar di depan kelas, atau yang sedang
berpidato). Untuk mengatasi ini dapat dilakukan dua cara. Pertama dengan
merapatkan bibir ketika membaca, dan kedua, dengan menguyah permen karet.
- Membaca dengan menggerakkan
bibir
Ada lagi yang
membaca dengan menggerakkan bibir. Bibirnya komat-kamit mengikuti bunyi huruf
di dalam teks bacaan. Cara membaca seperti ini selain kurang enak di pandang
mata (karena bibir terus komat-kamit) juga kurang cepat dan efisien karena si
pembaca pada dasarnya membaca kata demi kata (bahkan huruf demi huruf) yang ada
di dalam teks bacaan. Cara membaca dengan komat-kamit juga bisa membuat bibir
cepat lelah, rahang atas dan bawah pegal, dan pada akhirnya mempengaruhi daya
tahan baca.
Untuk mengatasi
hambatan ini bisa dilakukan dua cara yang dikemukakan di atas:
1.
Membaca dengan menunjuk
Sebagian lagi ada
yang membaca dengan menunjuk-nunjuk teks yang sedang dibacanya dengan jari atau
alat tulis. Cara membaca seperti ini juga kurang cepat dan efesien karena si
pembaca melakukan pembacaan kata demi kata. Di samping itu, cara membaca dengan
menunjuk-nunjuk ini juga bisa membuat tangan cepat lelah dan pada akhirnya bisa
mempengaruhi daya tahan baca.
Untuk mengatasi
hambatan ini bisa dilakukan dua cara berikut. Pertama dengan memasukan tangan
yang suka menunjuk-nunjuk itu ditugaskan memegang buku yang sedang dibaca
(sekaligus jari telunjuk dan jempol ditugaskan untuk menyiapkan dan membuka
`halaman berikut' yang akan dibaca).
2.
Membaca dengan menggerakan
kepala
Sebagian lagi
memiliki kebiasaan membaca dengan menggerakkan kepala (dari arah ke kiri ke
kanan, dan sebaliknya) mengikuti kata-kata yang sedang dibaca. Cara membaca
seperti ini juga kurang cepat dan efisien karena si pembaca pada dasarnya
mengikuti pembacaan kata demi kata. Di samping itu cara membaca dengan
menggerakkan kepala bisa juga mengakibatkan kepala cepat lelah dan bahkan
pusing.
Untuk mengatasi
kepala yang bergerak-gerak ini maka si pembaca bisa memegang dagunya. Jadi
ketika membaca,maka salah satu tangan memegang teks bacaan dan tangan yang lain
memegang dagu. Jika cara mengatasi hambatan yang disebut di atas dilakukan
berulang-ulang, maka kebiasaan buruk dalam membaca itu lama-lama akan hilang.
Di samping
hambatan-hambatan yang dikemukakan di atas (yang umumnya berkaitan dengan kiat
membaca), masih ada beberapa hambatan lain yang mempengaruhi kegiatan membaca
cepat dan efisien, yaitu:
Kurang bisa
konsentrasi karena:
- Pada dasarnya kurang bisa berkonsentrasi; atau
- Kesehatan sedang terganggu
- Suasana hati sedang tidak tenteram; dan
- Keadaan lingkungan tidak mendukung
Bagi orang-orang yang "pada
dasarnya kurang bisa berkonsentrasi " hanya bisa di atasi dengan melakukan
latihan konsentrasi berulang-ulang
Daya tahan
membaca cepat berkurang karena:
- Posisi badan yang salah ketika membaca; atau
- Lampu /penerangan yang tidak mendukung.
Hambatan ini bisa diatasi sesuai
kasusnya:
Pertama, dengan memperbaiki posisi duduk yang
baik ketika membaca yaitu: posisi badan diusahakan tegak dan rileks, dan tidak
terlalu miring (entah miring ke depan,ke belakang, atau terlalu miring ke samping
kiri atau ke kanan). Posisi badan yang terlalu miring akan sangat melelahkan.
Kedua, dengan memperbaiki
lampu/penerangan. Lampu/penerangan yang tidak baik (=redup, kurang terang) akan
membuat mata cepat lelah; dan kita berlangsung lama bisa membuat mata sakit.
Untuk membaca tulisan yang bergerak dari kiri ke kanan (misalnya tulisan
latin), maka arah penerangan sebaik-nya dari sebelah kiri; dan untuk membaca
tulisan yang bergerak dari sebelah kanan ke kiri (misalnya tulisan Ibrani,
Arab), maka arah penerangan sebaiknya dari sebelah kanan.
Munculnya kemalasan
karena:
- Pada dasarnya kurang suka membaca; atau
- Bahasa yang ada dalam teks bacaan kurang dikuasai
- Uraian dalam teks bacaan terlalu sulit diikuti dan dipahami; dan
- Isi dan jenis bacaan kurang diminati
Hambatan ini juga bisa diatasi sesuai
dengan kasusnya. Jika kemalasan itu pada dasarnya karena kurang suka membaca,
maka cara mengatasinya adalah dengan menumbuhkan minat baca. Untuk tahap-tahap
awal bisa dimulai dengan bacaan-bacan yang ringan, misalnya buku-buku humor,
komik bersambung , dsb.
KIAT MEMBACA CEPAT DAN EFEKTIF
Membaca pada hakikatnya
adalah memahami teks bacaan. Itu berarti, kegiatan membaca dilakukan bersama-sama oleh
mata dan otak. Mata berfungsi "memotret" teks, kemudian menyalurkanya
ke dalam otak untuk diolah. Cepat dan banyaknya otak mengolah suatu pesan
tergantung erat dari cepat dan banyaknya pesan yang dipotret oleh mata.
Sehubungan dengan
itu maka ada beberapa kiat yang bisa dipraktekkan untuk bisa membaca cepat dan
efektif:
- Membaca dengan mengandalkan
gerakan bola mata
Untuk bisa membaca
cepat dan efektif harus mengandalkan gerakan bola mata. Jadi, yang paling sibuk
bergerak di dalam membaca bukanlah jari, mulut atau kepala, tapi bola mata.
Semakin lincah bola mata bergerak (ke samping kiri kanan dan ke bawah), maka semakin cepat pula
membaca
- Membaca beberapa kata
sekaligus yang mengandung satu gagasan
Mata tidak membaca
kata demi kata, tapi membaca gagasan. Jangkauan mata tidak terarah pada kata demi kata yang ada di
dalam teks bacaan, tetapi pada dua sampai empat kata sekaligus. Untuk
membiasakan mata membaca beberapa kata sekaligus, maka mata harus dilatih untuk
melebarkan daya jangkaunya
- Membaca dengan memperhatikan
tujuan dan strategi.
Sebelum membaca,
terlebih dahulu harus menentukan apa tujuan atau keperluannya: apakah kita
ingin menguasai "seluruh" isi bacaan (seperti membaca buku pelajaran
wajib; membaca sebuah tulisan yang perlu betul-betul didalami sampai mendetail);
ataukah hanya sekedar mencari informasi umum dan pokok saja (seperti membaca
berita di koran, majalah dsb.). Tujuan atau keperluan ini sangat menentukan
strategi yang dipilih.
Kalau hanya sekedar mencari informasi umum dan
pokok saja, maka strategi membaca cepat dan efektif yang bisa digunakan adalah skimming,
yaitu membaca cepat dengan memperhatikan gagasan-gagasan pokok saja. Dalam hal
ini bola mata bergerak cepat membaca sambil mencari jawab atas seluruh atau
beberapa pertanyaan berikut: apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan.
Dalam berita di koran dan majalah (yang ditulis dengan baik), beberapa
perta-nyaan tersebut sudah bisa ditemui jawabannya pada alinea-alinea awal.
Di samping
strategi skimming, juga lazim digunakan strategi scanning, yaitu
membaca cepat dengan melompat langsung ke uraian/pasal/bab yang penting dan
atau dibutuhkan. Untuk membaca sebuah teks atau buku yang wajib dikuasai secara
mendetail dan menyeluruh, maka strategi yang dipilih agak berbeda. Beberapa strategi membaca yang pernah
dikembangkan para pakar antara lain adalah:
1. SQ3R, yaitu:
§ Survey (melakukan pemeriksaan secara
umum)
§ Question (mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pokok: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya)
§ Read (melakukan pembacaan)
§ Recite (menceritakan pokok-pokok yang dibaca dengan bahasa sendiri)
§ Review (mengulangi saripati teks bacaan yang dibaca).
2. SQ4R:
§ Survey
§ Question
§ Read
§ Recite
§
"Rite" (dari write, menuliskan pokok-pokok penting yang perlu diingat
§ Review.
3. POINT:
§ Purpose
(mencari tahu dahulu apa maksud penulis dengan tulisannya)
§ Overview
(melakukan peninjauan tulisan secara umum, dengan jalan membacanya)
§ Interpret (menganalisa dan menafsirkan pesan dalam tulisan)
§ Note
(mencatat hal-hal yang penting dalam tulisan)
§ Test (menguji
apakah si pembaca sudah menguasai isi tulisan dengan jalan menjawab beberapa
pertanyaan penting berkaitan dengan isi tulisan).
4. PQRST:
§ Preview (melakukan peninjauan umum)
§ Question
§ Read
§ Summarize (meringkas isi tulisan)
§ Test
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Untuk dapat membaca efektif artikel
ilmiah, pertama, harus dipahami dulu tujuannya, antara lain untuk mengumpulkan
informasi dan menambah wawasan. Dengan memperhatikan kiat-kiat
membaca efektif dan bagian-bagian artikel ilmiah, maka untuk mengetahui isi
dari artikel tersebut dapat langsung dilihat dari abstrak, kata kunci, pembahasan
dan kesimpulan.
SARAN
Strategi membaca
cepat dan efektif yang bisa digunakan adalah skimming, yaitu membaca
cepat dengan memperhatikan gagasan-gagasan pokok saja.
Di samping
strategi skimming, juga lazim digunakan strategi scanning, yaitu
membaca cepat dengan melompat langsung ke uraian/pasal/bab yang penting dan
atau dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sapari. 2002. Fungsi
Bahasa (online) (http:/www.pikiran-rakyat.com/cetak/0604/08/0902.htm , diakses
15 September 2007).
http:/www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/9911/artikel1.htm
, diakses:18 September 2007
http:/www.pikiran-rakyat.com/cetak/0204/05/0319.htm , diakses 19 September
2007
http:/www.pu.go.id/itjen/bulletin/1314baca.htm , diakses 19 September
2007
http:/www.rayakultura.net/wmprint.php?ArtID=70 , diakses 19 September
2007
http:/www.pasca.its.ac.id/berita/jurnal.ppt#1, diakses 19 September
2007
http:/www.bantenprov.go.id/online/?link=dtl&id=919, diakses 19
September 2007
http://www.cert.or.id/~budi/books/thesis/tulis.pdf,ta
, diakses
16 September 2007
John D. Mc. Neil et al. 1980. How To Teach Reading Successfully . Toronto:
Little Brown
Mortimer J. Adler. 1940. How
To Read A Book. New York:
Simon & Schuster. Soedarsono.1988. Sistem Membaca Cepat dan Efektif
. Jakarta:
Gramedia.
PRAKTIK BERBAHASA
Bacalah artikel
ilmiah di bawah ini dengan menerapkan prinsip SQ3R!
Ikutilah
langkah-langkah berikut!
§ Survey (melakukan pemeriksaan secara
umum)
- Baca sekilas judul dan abstrae!
- Baca sekilas bagian demi bagian artikel!
§ Question (mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pokok: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya)
- Apa yang dibahas/yang terjadi?
- mengapa bisa demikian?
§ Read (melakukan pembacaan)
§ Recite (menceritakan pokok-pokok yang dibaca dengan bahasa sendiri)
Uraikan kembali hal-hal penting/pokok yang terdapat dalam artikel!
§ Review (mengulangi saripati teks
bacaan yang dibaca).
Simpulkan teks artikel yang
telah dibaca!
PERAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
M. Chandra Saputra 1
ABSTRAK
Bahasa Indonesia merupakan bahasa
pemersatu bangsa. Bahasa pengantar yang biasa digunakan baik dalam acara resmi
maupun tidak resmi yang merupakan ciri bangsa Indonesia. Seiring perkembangan
zaman, bahasa Indonesia banyak mengadopsi istilah – istilah asing guna
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia tanpa mengurangi ke khasan bahasa
Indonesia. Tidak hanya sampai itu, dari segi penggunaan, bahasa Indonesia
sekarang pun banyak digunakan menjadi bahasa prokem atau bahasa gaul. Bahasa prokem ini merupakan pembauran
antara bahasa Indonesia dan bahasa Daerah. Penggunaan bahasa prokem ini biasa
juga digunakan dalam acara resmi, yang sudah barang tentu hal ini tidak sesuai
dengan konsep pengunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seperti sebuah
ungkapan "Bahasa menunjukkan bangsa" di era globalisasi bahasa
Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai identitas bangsa
ini. Hendaknya kita dapat mempelajari dan mempergunakan bahasa indonesia dengan
baik dan benar sebagai penghargaan terhadap bahasa Indonesia. Maju bahasa,
majulah bangsa. Kacau bahasa, kacaulah pulalah bangsa. Keadaan ini harus
disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia sehingga rasa tanggung jawab
terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur
di sanubari setiap pemakai bahasa Indonesia.
PENDAHULUAN
Sejarah
mencatat bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu-Riau, salah satu
bahasa daerah yang berada di wilayah Sumatera. Bahasa Melayu-Riau inilah yang
diangkat oleh para pemuda pada "Konggres Pemoeda", 28 Oktober 1928,
di Solo, menjadi bahasa Indonesia. Pengangkatan dan penamaan bahasa Melayu-Riau
menjadi bahasa Indonesia oleh para pemuda pada saat itu lebih "bersifat
politis" daripada "bersifat linguistis". Tujuannya ialah ingin
mempersatukan para pemuda Indonesia, alih-alih disebut bangsa Indonesia. Ketika
itu, yang mengikuti "Kongres Pemoeda" adalah wakil-wakil pemuda
Indonesia dari Jong Jawa, Jong Sunda, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Selebes.
Jadi, secara linguistis, yang
dinamakan bahasa Indonesia saat itu sebenarnya adalah bahasa Melayu. Ciri-ciri
kebahasaannya tidak berbeda dengan bahasa Melayu. Namun, untuk mewujudkan rasa
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, para pemuda Indonesia pada saat itu
secara politis menyebutkan bahasa Melayu-Riau menjadi bahasa Indonesia. Nama
bahasa Indonesialah yang dianggap bisa memancarkan inspirasi dan semangat
nasionalisme, bukan nama bahasa Melayu yang berbau kedaerahan.
Ikrar
yang dikenal dengan nama "Soempah Pemoeda" ini butir ketiga berbunyi
"Kami poetera-poeteri Indonesia, mendjoendjoeng tinggi bahasa persatoean,
bahasa Indonesia" (Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi
bahasa persatuan, bahasa Indonesia). Ikrar yang diperingati setiap tahun oleh
bangsa Indonesia ini juga memperlihatkan betapa pentingnya bahasa bagi suatu
bangsa. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif, mutlak diperlukan
setiap bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak akan mungkin dapat berkembang, bangsa
tidak mungkin dapat menggambarkan dan menunjukkan dirinya secara utuh dalam
dunia pergaulan dengan bangsa lain. Akibatnya, bangsa itu akhirnya akan lenyap
ditelan masa. Jadi, bahasa menunjukkan identitas bangsa. Bahasa, sebagai bagian
kebudayaan dapat menunjukkan tinggi rendahnya kebudayaan bangsa. Bahasa akan
menggambarkan sudah sampai seberapa jauh kemajuan yang telah dicapai suatu
bangsa. Ikarar berupa "Soempah Pemoeda" inilah yang menjadi dasar
yang kokoh bagi kedududkan dan fungsi bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia.
Bahkan, pada perjalanan selanjutnya, bahasa Indonesia tidak lagi sebagai bahasa
persatuan, tetapi juga berkembang sebagai bahasa negara, bahasa resmi, dan
bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
BAHASA INDONESIA SEBAGAI IDENTITAS BANGSA INDONESIA
Setelah
hampir dasa windu menjadi bahasa persatuan, bahasa Indonesia memperlihatkan
ciri-cirinya sebagai alat komunikasi yang mutlak diperlukan bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia telah membuktikan diri sebagai bahasa yang tahan uji. Bahasa
Indonesia telah menunjukkan identitas bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sangat
berperan dalam mempersatukan berbagai suku bangsa yang beraneka adat dan
budayanya. Dalam mengemban misinya, bahasa Indonesia terus berkembang seiring
dengan keperluan dan perkembangan bangsa Indonesia, walaupun ada perkembangan
yang menggembirakan dan ada perkembangan yang menyedihkan dan membahayakan,
Dualisme perkembangan ini memang merupakan dinamika dan konsekuensi bahasa yang
hidup Tetapi, karena bahasa Indonesia sudah ditahkikkan sebagai bahasa yang
berkedudukan tinggi oleh bangsa Indonesia, ia harus dipupuk dan disemaikan
dengan baik dan penuh tanggung jawab agar ia bisa benar-benar menjadi
"cermin" bangsa Indonesia.
Sebelum
Perang Dunia Kedua, bahasa Indonesia tidak dihargai dengan sepantasnya walaupun
dunia pergerakan politik sedemikian banyak memakai bahasa Indonesia. Dunia ilmu
pengetahuan dan dunia pendidikan belum lagi menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik. Kalau ingin memperbaiki nasib, bukan bahasa Indonesia yang
digunakan,melainkan bahasa Belanda sebagai bahasa kaum penjajah. Bahasa
pengantar untuk ilmu pengetahuan adalah bahasa Belanda. Apabila sesorang ingin
dihormati dan disegani dalam pergaulan, ia harus bisa menguasai bahasa Belanda
dengan baik. Bahasa Belanda benar-benar bisa menentukan status pemakainya.
Akibatnya, pemakai bahasa Indonesia merasa apatis atau masa bodoh melihat
kekangan-kekangan yang hebat terhadap bahasa Indonesia ketika itu. Seolah-olah
bahasa Indonesia tidak akan mampu menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Kaum
penjajah ketika itu memang menginginkan seperti itu sehingga pemakai bahasa
Indonesia merasa diri tidak berguna mempelajari dan menguasai bahasa Indonesia.
Orang Indonesia ketika itu merasa lebih terpelajar dan terhormat apa bila
menguasai bahasa Belanda dengan baik. Orang Indonesia tidak merasa malu apabila
tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik, tetapu akan merasa ada yang
kurang apabila tidk menguasai bahasa Belanda dengan baik. Akibatnya, tidak
banyak orang Indonesia yang mau mempelajari bahasa Indonesia dengan serius dan cukup
menguasai bahasa Indonesia ala kadarnya untuk komunikasi umum. Akhirnya, banyak
pula orang Indonesia yang tidak mahir berbahasa Indonesia , tetapi menguasai
dan sangat mahir berbahasa Belanda.
Sesudah
Indonesia merdeka, bahasa Indonensia lebih berkembang lagi dengan baik dan
meluas. Bangsa Indonesia sudah merasakan betapa perlunya membina dan
memperhatikan perkembangan bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia mulai sadar bahwa
tanpa bahasa Indonesia, bangsa Indonesia tidak akan memperoleh kemajuan. Minat
bangsa Indonesia untuk mau mempelajari bahasa Indonesia dengan baik setiap
tahun terus bertambah. Akibatnya, bahasa Indonesia mengalami kemajuan yang
pesat. Setelah perkembangan bahasa Indonensia itu sedemikian pesatnya, sekarang
timbullah serangkaian pertanyaan:
- Apakah setiap bangsa Indonesia sudah bangga berbahasa Indonesia sebagai bahasa nasional?
- Apakah setiap bangsa Indonesia sudah mencintai
dan menghormati bahasa Indonesia?
Adakah rasa kebanggan itu timbul dari hati nurani setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia? - Apabila setiap bangsa Indonesia sudah mencintai, menghormati, dan bangga berbahasa Indonesia, apakah mereka sudah membina bahasa Indonesia dengan baik?
- Adakah pemakai bahasa Indonesia itu sudah memathui kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar?
- Apakah setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia itu sudah mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
Jawaban untuk semua pertanyaan
ini tentulah ada di dada masing-masing orang yang menganggap, mengaku, dan
menjadikan dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
CIRI BAHASA INDONESIA
CIRI BAHASA INDONESIA
Bahasa
Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang
membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing
maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah0kaidah pokok ini pulalah
dapat dibedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa
daerah. Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tersebut
merupakan jati diri bahasa Indonesia. Ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok
yang dimaksud adalah antara lain sebagai berikut.
- Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk
kata untuk menyatakan jenis kelamin. Kalau kita ingin menyatakan jenis
kelamin, cukup diberikan kata ketarngan penunjuk jenis kelamin, misalnya:
- Untuk manusia dipergunakan kata laki-laki atau pria dan perempuan atau wanita.
- Untuk hewan dipergunakan kata jantan dan betina.
Dalam bahasa asing (misalnya bahasa Ingris, bahasa Arab, dan bahasa Sanskerta) untuk menyatakan jenis kelamin digunakan dengan cara perubahan bentuk. Contoh:
Bahasa Inggris : lion - lioness, host - hostess, steward -stewardness.
Bahasa Arab : muslimi - muslimat, mukminin - mukminat, hadirin - hadirat
Bahasa Sanskerta : siswa - siswi, putera - puteri, dewa - dewi. .
Dari ketiga bahasa tersebut yang diserap ke dalam bahasa Indonesia adalah beberapa kata yang berasal dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta, sedangkan perubahan bentuk dalam bahasa Inggris tidak pernah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Penyerapan dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta pun dilakukan secara leksikal, bukan sistem perubahannya. Dengan demikian, dalam bahasa Arab, selain kata muslim, diserap juga kata muslimin dan muslimat; selain mukmin, diserap juga kata mukminin dan mukminat; selain hadir (yang bermakna 'datang', bukan 'orang yang datang'), diserap juga kata hadirin dan hadirat. Dalam bahasa Sanskerta, selain dewa, diserap juga dewi; selain siswa diserap juga siswi. Karena sistem perubahan bentuk dari kedua bahasa tersebut tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia, maka tidaklah mungkin kita menyatakan kuda betina dengan bentuk kudi atau kudarat; domba betina dengan bentuk kata dombi atau dombarat. Untuk menyatakan jenis kelamin tersebut dalam bahasa Indonesia, cukup dengan penambahan jantan atau betina, yaitu kuda jantan, kuda betina, domba jantan, domba betina. Oleh karena itu, kaidah yang berlaku dalam bahasa Arab dan bahasa Sanskerta, dan juga bahasa Inggris tidan bisa diterapkan ke dalam kaidah bahasa Indonesia. Kalau dipaksakan, tentu struktur bahasa Indonesia akan rusak, yang berarti jati diri bahasa Indonesia akan terganggu. - Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu untuk
menunjukkan jamak. Artinya, bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan
bentuk kata untuk menyatakan jamak. Sistem ini pulalah yang membedakan
bahasa Indonesia dengan bahasa asing lainnya, misalnya bahasa Inggris,
bahasa Belanda, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa lain. Untuk menyatakan
jamak, antara lain, mempergunakan kata segala, seluruh, para, semua,
sebagian, beberapa, dan kata bilangan dua, tiga, empat, dan seterusnya;
misalnya: segala urusan, seluruh tenaga, para siswa, semua persoalan,
sebagian pendapat, beberapa anggota, dua teman, tiga pohon, empat mobil.
Bentuk boy dan man dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi boys dan men ketika menyatakan jamak, tidak pernah dikenal dalam bahasa Indonesia. Bentuk bukus (jamak dari kata buku), mahasiswas (jamak dari mahasiswa), dan penas (jamak dari pena), misalnya, tidak dikenal dalam bahasa Indonesia karena memang bukan kaidah bahasa Indonesia. - Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan waktu. Kaidah pokok inilah yang juga membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa asing lainnya. Dalam bahasa Inggris,misalnya, kita temukan bentuk kata eat (untuk menyatakan sekarang), eating (untuk menyatakan sedang), dan eaten (untuk menyatakan waktu lampau). Bentukan kata seperti ini tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia. Bentuk kata makan tidak pernah mengalamai perubahan bentuk yang terkait dengan waktu, misalnya menjadi makaning (untuk menyatakan waktu sedang) atau makaned (untuk menyatakan waktu lampau). Untuk menyatakan waktu, cukup ditambah kata-kaa aspek akan, sedang, telah, sudah atau kata keterangan waktu kemarin, seminggu yang lalu, hari ini, tahun ini, besok, besok lusa, bulan depan, dan sebagainya.
- Susunan kelompok kata dalam bahasa Indonesia biasanya mempergunakan hukum D-M (hukum Diterangkan - Menerangkan), yaitu kata yang diterangkan (D) di muka yang menerangkan (M). Kelompok kata rumah sakit, jam tangan, mobil mewah, baju renang, kamar rias merupakan contoh hukum D-M ini. Oleh karena itu, setiap kelompok kata yang diserap dari bahasa asing harus disesuaikan dengan kaidah ini. Dengan demikian, bentuk-bentuk Garuda Hotel, Bali Plaza, International Tailor, Marah Halim Cup, Jakarta Shopping Center yang tidak sesuai dengan hukum D-M harus disesuaikan menjadi Hotel Garuda, Plaza Bali, Penjahit Internasional, Piala Marah Halim, dan Pusat Perbelanjaan Jakarta. Saya yakin, penyesuaian nama ini tidak akan menurunkan prestise atau derajat perusahaan atau kegiatan tersebut. Sebaliknya, hal inilah yang disebut dengan penggunaan bahasa Indonesia yang taat asas, baik dan benar.
- Bahasa Indonesia juga mengenal lafal baku, yaitu lafal yang tidak dipengaruhi oleh lafal asing dan/atau lafal daerah. Apabila seseorang menggunakan bahasa Indonesia lisan dan lewat lafalnya dapat diduga atau dapat diketahui dari suku mana ia berasal,maka lafal orang itu bukanlah lafal bahasa Indonesia baku. Dengan kata lain, kata-kata bahasa Indonesia harus bebas dari pengaruh lafal asig dan/atau lafal daerah. Kesulitan yang dialami oleh sebagian besar pemakai bahasa Indonesia adalah sampai saat ini belum disusun kamus lafal bahasa Indonesia yang lengkap. Akibatnya, sampai sekarang belum adapatokan yang jelas untuk pelafalan kata peka, teras, perang, sistem, elang. Tetapi, pengucapan semangkin (untuk semakin), mengharapken (untuk mengharapkan), semua (untuk semua), mengapa (untuk mengapa), thenthu (untuk tentu), therima kaseh (untuk terima kasih), mBandung (untuki Bandung), dan nDemak (untuk Demak) bukanlah lafal baku bahasa Indonesia.
KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
Secara formal
sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai
bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam
perkembangannya lebih lanjut, bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri
sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi
yang berbeda, walaupun dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama
dalam satu peristiwa, atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja.
Dalam hubungannya
sebagai alat untuk menyatukan berbagai suku yang mempunyai latar belakang
budaya dan bahasa masing-masing, bahasa Indonesia justru dapat menyerasikan
hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meinggalkan identitas kesukuan dan
kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa etnik
yang bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu, dengan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan ini, kepentingan nasional diletakkan jauh di atas kepentingan
daerah dan golongan.
Latar belakang
budaya dan bahasa yang berbeda-beda berpotensi untuk menghambat perhubungan
antardaerah antarbudaya. Tetapi, berkat bahasa Indonesia, etnis yang satu bisa
berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa pun latar belakang etnisnya dapat bepergian
ke pelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi. Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam penyebarluasan
pemakaian bahasa Indonesia dalamn fungsinya sebagai alat perhubungan
antardaerah antarbudaya. Semuanya terjadi karena bertambah baiknya sarana
perhubungan, bertambah luasnya pemakaian alat perhubungan umum, bertambah
banyaknya jumlah perkawinan antarsuku, dan bertambah banyaknya perpindahan
pegawai negeri atau karyawan swasta dari daerah satu ke daerah yang lain karena
mutasi tugas atau inisiatif sendiri.
Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional mulau dikenal sejak 17 Agustus 1945 ketika bangsa
Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Dalam kedudukan sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional atau lambang
kebangsaan. Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang
mendasari rasa kebangsaan. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan
harga diri dan nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan pegangan hidup. Atas
dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia dipelihara dan dikembangkan oleh bangsa
Indonesia. Rasa kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia ini pun terus dibina
dan dijaga oelh bangsa Indonesia. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia
dijunjung tinggi di samping bendera nasional, Merah Putih, dan lagu nasional
bangsa Indonesia, Indonesia Raya. Dalam melaksanakan fungsi ini, bahasa
Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri sehingga serasi dengan
lambang kebangsaan lainnya. Bahasa Indonesia dapat mewakili identitasnya
sendiri apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian
rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain, yang memang benar-benar
tidak diperlukan, misalnya istilah/kata dari bahasa Inggris yang sering
diadopsi, padahal istilah.kata tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa
Indonesia.
Sejalan dengan
fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa
Indonesia telah berhasil pula menjalankan fungsinya sebagai alat pengungkapan
perasaan. Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang yang berpandangan
bahwa bahasa Indonesia belum sanggup mengungkapkan nuansa perasaan yang halus,
sekarang dapat dilihat kenyataan bahwa seni sastra dan seni drama, baik yang
dituliskan maupun yang dilisankan, telah berkembang demikian pesatnya. Hal ini
menunjukkan bahwa nuansa perasaan betapa pun halusnya dapat diungkapkan secara
jelas dan sempurna dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kenyataan ini tentulah
dapat menambah tebalnya rasa kesetiaan kepada bahasa Indonesia dan rasa
kebanggaan akan kemampuan bahasa Indonesia.
Dengan berlakunya
Undang-undang Dasar 1945, bertambah pula kedudukan bahasa Indonesia, yaitu
sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan, baik secara lisan maupun tulis. Dokumen-dokumen, undang-undang,
peraturan-peraturan, dan surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
instansi kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato
kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan bahasa Indonesia. Hanya dalam kondisi
tertentu saja, demi komunikasi internasional (antarbangsa dan antarnegara),
kadang-kadang pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan bahasa asing,
terutama bahasa Inggris. Warga masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan
dengan upacara dan peristiwa kenegaraan harus menggunakan bahasa Indonesia.
Untuk melaksanakan fungsi sebagai bahasa negara, bahasa perlu senantiasa dibina
dan dikembangkan. Penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor
yang menentukan dalam pengembangan ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan
atau pagawai baru, kenaikan pangkat, maupun pemberian tugas atau jabatan
tertentu pada seseorang. Fungsi ini harus diperjelas dalam pelaksanaannya
sehingga dapat menambah kewibawaan bahasa Indonesia.
Dalam kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia bukan saja dipakai
sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan
bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, tetapi
juga dipakai sebagai alat perhubungan formal pemerintahan dan kegiatan atau
peristiwa formal lainnya. Misalnya, surat-menyurat antarinstansi pemerintahan,
penataran para pegawai pemerintahan, lokakarya masalah pembangunan nasional,
dan surat dari karyawan atau pagawai ke instansi pemerintah. Dengan kata lain,
apabila pokok persoalan yang dibicarakan menyangkut masalah nasional dan dalam
situasi formal, berkecenderungan menggunakan bahasa Indonesia. Apalagi, di
antara pelaku komunikasi tersebut terdapat jarak sosial yang cukup
jauh,misalnya antara bawahan - atasan, mahasiswa - dosen, kepala dinas - bupati
atau walikota, kepala desa - camat, dan sebagainya.
Penulisan dan
penerjemahan buku-buku teks serta penyajian pelajaran atau perkuliahan di
lembaga-lembaga pendidikan untuk masyarakat umum dilakukan dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Indonesia tidak lagi bergantung
sepenuhnya kepada bahasa-bahasa asing (bahasa sumber) dalam usaha mengikuti
perkembangan dan penerapan iptek. Pada tahap ini, bahasa Indonesia
bertambah perannya sebagai bahasa ilmu. Bahasa Indonesia oun dipakai bangsa
Indonesia sebagai alat untuk mengantar dan menyampaian ilmu pengetahuan kepada
berbagai kalangan dan tingkat pendidikan.
Bahasa
Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan, mulai dari lembaga pendidikan terendah (taman kanak-kanak) sampai
dengan lembaga pendidikan tertinggi (perguruan tinggi) di seluruh Indonesia,
kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan bahasa daerah sebagai
bahasa ibu. Di daerah ini, bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar
di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga (kelas
tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia. Karya-karya ilmiah di
perguruan tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa - skripsi, tesis,
disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan menggunakan
bahasa Indonesia, menunjukkan bahwa bahasa Indonesia telah mampu sebagai alat
penyampaian iptek, dan sekaligus menepis anggapan bahsa bahasa Indonesia belum
mampu mewadahi konsep-konsep iptek.
SIKAP
PEMAKAI BAHASA INDONESIA YANG NEGATIF
Bangsa
Indonesia, sebagai pemakai bahasa Indonesia, seharusnya bangga menggunakan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa Indonesia, mereka bisa
menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada orang
lain. Mereka semestinya bangga memiliki bahasa yang demikian itu. Namun,
berbagai kenyataan yang terjadi, tidaklah demikian. Rasa bangga berbahasa
Indonesia belum lagi tertanam pada setiap orang Indonesia. Rasa menghargai
bahasa asing (dahulu bahasa Belanda, sekarang bahasa Inggris) masih terus
menampak pada sebagian besar bangsa Indonesia. Mereka menganggap bahwa bahasa
asing lebih tinggi derajatnya daripada bahasa Indonesia. Bahkan, mereka seolah
tidak mau tahu perkembangan bahasa Indonesia.
Fenomena
negatif yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia antara lain
sebagai berikut.
- Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan bahasa Inggris, walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
- Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
- Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
- Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah menguasai bahasa asing (Inggris) dengan fasih, walaupun penguasaan bahasa Indonesianya kurang sempurna.
Kenyataan-kenyataan
tersebut merupakan sikap pemakai bahasa Indonesia yang negatif dan tidak baik.
Hal itu akan berdampak negatif pula pada perkembangan bahasa Indonesia.
Sebagian pemakai bahasa Indonesia menjadi pesimis, menganggap rendah, dan tidak
percaya kemampuan bahasa Indonesia dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya
dengan lengkap, jelas, dan sempurna. Akibat lanjut yang timbul dari
kenyataan-kenyataan tersebut antara lain sebagai berikut.
§ Banyak
orang Indonesia lebih suka menggunakan kata-kata, istilah-istilah, dan
ungkapan-ungkapan asing, padahal kata-kata, istilah-istilah, dan
ungkapan-ungkapan itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, bahkan sudah
umum dipakai dalam bahasa Indonesia. Misalnya, page, background, reality,
alternatif, airport, masing-masing untuk "halaman", "latar
belakang", "kenyataan", "(kemungkinan) pilihan", dan
"lapangan terbang" atau "bandara".
§ Banyak
orang Indonesia menghargai bahasa asing secara berlebihan sehingga ditemukan
kata dan istilah asing yang "amat asing", "terlalu asing",
atau "hiper asing". Hal ini terjadi karena salah pengertian dalam
menerapkan kata-kata asing tersebut,misalnya rokh, insyaf, fihak, fatsal,
syarat (muatan), (dianggap) syah. Padahal, kata-kata itu cukup diucapkan dan
ditulis roh, insaf, pihak, pasal, sarat (muatan), dan (dianggap) sah.
§ Banyak
orang Indonesia belajar dan menguasai bahasa asing dengan baik tetapi menguasai
bahasa Indonesia apa adanya. Terkait dengan itu, banyak orang Indonesia yang
mempunyai bermacam-mecam kamus bahasa asing tetapi tidakmempunyai satu pun
kamus bahasa Indonesia. Seolah-olah seluruh kosakata bahasa Indonesia telah
dikuasainya dengan baik. Akibatnya,kalau mereka kesulitan menjelaskan atau
menerapkan kata-kata yang sesuai dalam bahasa Indonesia, mereka akan mencari
jalan pintas dengan cara sederhana dan mudah. Misalnya, pengggunaan kata yang
mana yang kurang tepat, pencampuradukan penggunaan kata tidak dan bukan,
pemakaian kata ganti saya, kami, kita yang tidak jelas.
Kenyataan-kenyataan
dan akibat-akibat tersebut kalau tidak diperbaiki akan berakibat perkembangan
bahasa Indonesia terhambat. Sebagai warga negara Indonesia yang baik,
sepantasnyalah bahasa Indonesia itu dicintai dan dijaga. Bahasa Indonesia harus
dibina dan dikembangkan dengan baik karena bahasa Indonesia itu merupakan salah
satu identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Setiap orang Indonesia patutlah
bersikap positif terhadap bahasa Indonesia, janganlah menganggap remeh dan
bersikap negatif. Setiap orang Indonesia mestilah berusaha agar selalu cermat
dan teratur menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia yang
baik, mestilah dikembangkan budaya malu apabila meraka tidak mempergunanakn
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Anggapan bahwa penggunaan bahasa
Indonesia yang dipenuhi oleh kata, istilah, dan ungkapan asing merupakan bahasa
Indonesia yang "canggih" adalah anggapan yang keliru. Begitu juga,
penggunaan kalimat yang berpanjang-panjang dan berbelit-belit, sudah tentu memperlihatkan
kekacauan cara berpikir orang yang menggunakan kalimat itu. Apabila seseorang
menggunakan bahasa dengan kacau-balau, sudah tentu hal itu menggambarkan jalan
pikiran yang kacau-balau pula. Sebaliknya, apabila seseorang menggunakan bahasa
dengan teratur, jelas, dan bersistem, cara berpikir orang itu teratur dan jelas
pula. Oleh sebab itu, sudah seharusnyalah setiap orang Indonesia menggunakan
bahasa Indonesia yang teratur, jelas, bersistem, dan benar agar jalan pikiran
orang Indonesia (sebagai pemilik bahasa Indonesia) juga teratur dan mudah
dipahami orang lain.
PERAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
PERAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
Dalam
era globalisasi ini, peran bahasa Indonesia perlu digalakkan dan
dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar
bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang
jelas-jelas tidak sesuai dan (bahkan) tidak cocok dengan bahasa dan budaya
bangsa Indonesia. Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini sangat besar
kemngkinannya terjadi pada era globalisasi ini. Batas antarnegara yang sudah
tidak jelas dan tidak ada lagi, serta pengaruh alat komunikasi yang begitu
canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia,
termasuk peran bahasa Indonesia. Sudah barang tentu, hal ini semua menyangkut
tentang kedisiplinan berbahasa nasional, yaitu pematuhan aturan-aturan yan
berlaku dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan situasi dan kondisi
pemakaiannya. Dengan kata lain, pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin
adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan
pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya.
Setiap
warga negara Indonesia, sebagai warga masyarakat, pada dasarnya adalah pembina
bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama pembinaan bahasa
Indonesia ialah menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap bahasa
Indonesia. Untuk menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan
:
1.
Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia
2.
Sikap kebanggaan berbahasa Indonesia.
Sikap
kesetiaan berbahasa Indonesia teruangkap jika bangsa Indonesia lebih suka
memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing dan bersedia menjaga agar
pengaruh asing tidak terlalu berlebihan. Sikap kebanggan berbahasa Indonesia
terungkap melalui kesadaran bahwa bahasa Indonesia pun mampu mengungkapkan
konsep yang rumit secara cermat dan dapat mengungkapkan isi hati yang
sehalus-halusnya. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa
Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Bangsa
Indonesia tidak mungkin menuntut kemurnian bahasa Indonesia (sebagaimana aliran
purisme) dan menutup diri dari saling pengaruh dengan bahasa daerah dan bahasa
asing. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh
yang positif dan mana pengaruh yang negatif terhadap perkembangan bahasa
Indonesia. Sikap positif seperti inilah yang bisa menanamkan percaya diri
bangsa Indonesia bahwa bahasa Indonesia itu tidak ada bedanya dengan bahasa
asing lain. Masing-masing bahasa mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Sikap
positif terhadap bahasa Indonesia memberikan sumbangan yang signifikan bagi
terciptanya disiplin berbahasa Indonesia. Selanjutnya, disiplin berbahasa
Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan dirinya dari pengaruh
negatif asing atas kepribadiannya sendiri. Hal ini sangat diperlukan untuk
menghadapi pergaulan antarbangsa dan era globalisasi ini.
Di
samping itu, disiplin berbahasa nasional juga menunjukkan rasa cinta kepada
bahasa, tanah air, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap warga negara
Indonesia mesti bangga mempunyai bahasa Indonesia dan lalu menggunakannya
dengan baik dan benar. Rasa kebanggaan ini pulalah yang dapat menimbulkan rasa
nasionalisme dan rasa cinta tanah air yang mendalam. Setiap warga negara yang
baik mesti malu apabila tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar. Sikap pemakai bahasa Indonesia demikian ini merupakan sikap yang
positif, baik, dan terpuji. Sebaliknya, apabila yang muncul adalah sikap yang
negatif, tidak baik, dan tidak terpuji, akan berdampak pada pemakaian bahasa
Indonesia yang kurang terbina dengan baik. Mereka menggunakan bahasa Indonesia
"asal orang mengerti". Muncullah pemakaian bahasa Indonesia sejenis
bahasa prokem, bahasa plesetan, dan bahasa jenis lain yang tidak mendukung
perkembangan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Mereka
tidak lagi memperdulikan pembinaan bahasa Indonesia. Padahal, pemakai bahasa
Indonesia mengenal ungkapan "Bahasa menunjukkan bangsa", yang membawa
pengertian bahwa bahasa yang digunakan akan menunjukkan jalan pikiran si
pemakai bahasa itu. Apabila pemakai bahasa kurang berdisiplin dalam berbahasa,
berarti pemakai bahasa itu pun kurang berdisiplin dalam berpikir. Akibat lebih
lanjut bisa diduga bahwa sikap pemakai bahasa itu dalam kehidupan sehari-hari
pun akan kurang berdisiplin. Padahal, kedisiplinan itu sangat diperlukan pada
era globalisasi ini. Lebih jauh, apabila bangsa Indonesia tidak berdisiplin
dalam segala segi kehidupan akan mengakibatkan kekacauan cara berpikir dan tata
kehidupan bangsa Indonesia. Apabila hal ini terjadi, kemajuan bangsa Indonesia
pasti terhambat dan akan kalah bersaing dengan bangsa lain.
Era
globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat
mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit.
Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh
perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri
bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Jati diri bahasa Indonesia
memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana,
Tatabahasanya mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit.
Kesederhanaan dan ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa
asing ketika mempelajari bahasa Indonesia. Setiap bangsa asing yang mempelajari
bahasa Indonesia dapat menguasai dalam waktu yang cukup singkat. Namun,
kesederhaan dan ketidakrumitan tersebut tidak mengurangi kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia dalam pergaulan dan dunia kehidupan bangsa Indonesia di
tengah-tengah pergaulan antarbangsa. Bahasa Indonesia telah membuktikan diri
dapat dipergunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu
pengetahuan dengan jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia menjadi
ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah-tengah pergaulan
antarbangsa pada era globalisasi ini. Bahkan, bahasa Indonesia pun saat ini
menjadi bahan pembelajaran di negara-negara asing seperti Australia, Belanda,
Jepanh, Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan Korea Selatan.
PENUTUP
PENUTUP
Tanggung
jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan pemakai bahasa
Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan tertatur kacaunya bahasa
Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga
negara Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-sama
berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah
yang positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan
berbahasa Indonesia pada era globalisasi ini, yang sangat ketat dengan
persaingan di segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau
bahasa, kacaulah pulalah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap
warga negara Indonesia sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap
pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan bertambah
besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya merupakan
harapan bersama, harapan setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia.
Dalam era
globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia merupakan ciri bangsa Indonesia
yang perlu terus dipertahankan. Pergaulan antarbangsa memerlukan alat
komunikasi yang sederhana, mudah dipahami, dan mampu menyampaikan pikiran yang
lengkap. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus bterus dibina dan dikembangkan
sedemikian rupa sehingga menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia dalam
pergalan antarbangsa pada era globalisasi ini. Apabila kebanggaan berbahasa
Indonesia dengan jati diri yang ada tidak tertanam di sanubari setiap bangsa
Indonesia, bahasa Indonesia akan mati dan ditinggalkan pemakainya karena adanya
kekacauan dalam pengungkapan pikiran. Akibatnya bangsa Indonesia akan
kehilangan salah satu jati dirinya. Kalau sudah demikian, bangsa Indonesia "akan
ditelan" oleh bangsa lain yang selalu melaksanakan tugas dan pekerjaannya
dengan menggunakan bahasa yang teratur dan berdisiplin tinggi. Sudah barang
tentu, hal seperti harus dapat dihindarkan pada era globalisasi ini. Apalagi,
keadaan seperti ini bukan merupakan keinginan bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Abdullah. Ed. 1994. Language Planning in
Southeast Asia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Saleh Rahmayulis , Bahasa Indonesia bisa tergusur di era globalisas (online) http://www.bisnis.com,
diakses 01/06/2008)
Prof. Dr. Mursai Bahasa dan Sastra Sebagai Identiti Bangsa Dalam Proses Globalisasi
(online) (http://www.asmakmalaikat.com, diakses 01/06/2008)
0 Response to "CONTOH MAKALAH BAHASA INDONESIA MEMBACA EFEKTIF ARTIKEL ILMIAH"
Posting Komentar