10.1. PENDAHULUAN – CAPITAL
BUDGETING
Perusahaan
mengadakan investasi dalam aktiva tetap dengan harapan memperoleh kembali dana
yang diinvestasikan tersebut seperti halnya pada aktiva lancar. Perbedaannya
adalah pada jangka waktu. Cara kembalinya dana yang diinvestasikan dalam kedua
golongan aktiva tersebut.
Keseluruhan
proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai dana dimana jangka waktu
kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun disebut penganggaran modal
atau Capital Budgeting.
Menurut Andrew Graham
dari School
of Policy Studies Queens
University:
Capital
assets adalah aset yang dimiliki perusahaan dengan usia atau masa pemanfaatan
lebih dari setahun. Biasanya dana atau biaya yang dikelola untuk menangani aset
ini sangat besar. Sehingga teknik penganggaran modal ini sifatnya sangat
penting.
Menurut
Eugene F.Bringham dan Michael C. Ehrhardt:
“Capital
Budgeting is the decision process that managers use to identify those projects
that add to the firm’s value, and as such it is perhaps the most important task
faced by financial managers and their staffs”.
Contoh
Capital Budgeting adalah pengeluaran dana untuk aktiva tetap yaitu tanah,
bangunan, mesin-mesin dan peralatan. Penganggaran modal menjelaskan tentang
perencanaan jangka panjang untuk merencanakan dan mendanai proyek besar jangka
panjang. Dalam konteks sebuah negara atau pemerintahan, penganggaran modal
memiliki implikasi dua hal yaitu sebagai instrumen kebijakan fiskal dan untuk meningkatkan
kekayaan bersih dari pemerintah. Dan untuk hal-hal terlentu merupakan alat
pembangunan daerah. Fungsi dari melakukan Capital Budgeting antara lain untuk
mengidentifikasi investasi yang potensial. Apabila telah ditemukan, teknik ini
dapat pula digunakan untuk memilih alternative investasi. Setelah dipilih,
kemudian dapat dilakukan audit dalam pelaksanaannya.
Secara
tradisional, proyek menggunakan penganggaran modal sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan investasinya antara lain untuk membangun sebuah hotel
yang baru, untuk menghitung kelayakan pembuatan sebuah kantin di sebuah sekolah
atau untuk mengganti sistem pembakaran di sebuah pabrik baja.
Keputusan
penganggaran modal memiliki efek yang sangat jelas terhadap tingkat kesehatan
keuangan perusahaan untuk jangka panjang. Sebuah proyek yang didasarkan pada
keputusan penganggaran modal yang berhasil, akan mendorong mengalirnya
pemasukan (cashflow) perusahaan untuk jangka panjang. Sebaliknya, penganggaran
modal yang tidak baik akan menyebabkan tingkat pengembalian investasi yang
mencukupi. Akibatnya dapat saja sebuah proyek atau sebuah perusahaan mengalami
kebangkrutan. Keputusan penganggaran modal dapat pula digunakan sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan, barang atau jasa apa yang akan dibuat, bagaimana
barang atau jasa itu dijual pada pelanggan? Dan bagaimana cara menjualnya?
10.2. ARTI PENTING CAPITAL BUDGETING:
Secara
umum, capital budgeting memiliki arti penting berupa:
1. Jangka waktu tertanamnya aset yang lama
membuat perusahaan perlu memikirkan sumber dana lain bagi kebutuhan yang lain.
2. Investasi dalam
aktiva tetap menyangkut dua hal:
a. BiIa investasi yang terlampau besar akibatnya
adalah banyak peralatan yang tidak beroperasi.
b. Bila investasi yang terlampau kecil sehingga
kekurangan peralatan akibatnya adalah perusahaan bekerja dengan harga pokok
yang terlalu tinggi sehingga mengurangi daya saing.
3. Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut
biasanya meliputi jumlah yang besar yang tidak bisa diperoleh dalam jangka
waktu yang pendek atau sekaligus, sehingga perlu adanya ketelitian dalam
melakukan perhitungan.
4. Kesalahan dalam melakukan penghitungan berarti
berakibat panjang sehingga kerugian besar pasti terjadi.
10.3.
MACAM PENGANGGARAN MODAL
Penggolongan usul Investasi dapat diterapkan dalam:
a. Investasi Penggantian
b. Investasi Penambahan Kapasitas
c. Investasi Penambahan Jenis Produk baru
Termasuk dalam golongan investasi penambahan kapasitas
adalah: usul-usul penambahan jumlah mesin dan pembukaan pabrik baru.
Investasi penambahan kapasitas sering juga bersifat
sebagai investasi penggantian.
Dengan sendirinya tingkat ketidakpastian pada investasi
penambahan kapasitas lebih besar daripada investasi penggantian.
Berdasarkan ukuran yang ditetapkan perusahan dapat
dipilih usul-usul proyek mana yang dapat diterima dan mana yang ditolak dan
mana yang ditunda.
10.4. ALIRAN KAS
(CASHFLOW)
Cara
penilaian unsur investasi di dasarkan pada aliran kas cashflow dan bukan
berdasarkan laba yang dilaporkan oleh Neraca dan Rugi Laba. Untuk menghasilkan
keuntungan tambahan, kita harus memiliki kas untuk ditanam kembali, padahal
keuntungan yang dilaporkan oleh neraca belum tentu berbentuk kas setiap usul
pengeluaran modal/capital expenditure.
Terdapat
dua jenis cash flow yaitu:
1.
Aliran kas keluar netto/net outflow of cash yang diperlukan untuk investasi
baru.
2.
Aliran kas masuk netto yaitu hasil dari investasi tersebut net cash proceeds.
Cash
flow adalah konsep penting dalam Capital Budgeting. Pendekatan akuntansi tidak dapat digunakan dalam membuat
keputusan untuk melakukan investasi dengan alasan:
1.
Menghitung pengaruh pajak
2. Menghitung earning per share dimasa yang akan datang
10.5. PENYUSUTAN
(DEPRESIASI)
Depresiasi
adalah alat akuntansi yang akan memotong harga sebenarnya dari peralatan untuk
jangka waktu tertentu sepanjang umur dari hidup peralatan. Muncul sebagai
biaya-biaya dan tidak masuk dalam kas dalam neraca perusahaan. Ketika biaya
memotong income sebelum pajak. Depresiasi dapat meningkatkan cash flow
dari
perusahaan.
Contoh 1:
:PT.
KEMANG JAYA berniat membeli mesin baru untuk mengganti mesin lama yang sudah
tidak efisien, harga mesin baru adalah Rp. 60.000,- untuk penggunaan tiga
tahun. Harga mesin lama apabila dijual adalah Rp. 15.000,- dengan sisa waktu
penggunaan tiga tahun lagi. Penghematan biaya yang terjadi adalah Rp. 27.500,-
sebelum pajak, pajak 40%.
Dasar Akuntansi
|
Dasar Cashflow
|
|
Penqhematan biaya
|
27.500
|
27.500
|
Depresiasi
|
||
Mesin Baru
|
20.000
|
|
Mesin Lama
|
(5.000)
|
|
15.000
|
||
Keuntungan Kena
Pajak
|
12.000
|
|
Pajak (40% X 12.500)
|
(5.000)
|
|
Keuntungan Setelah
Pajak
|
7.500
|
|
Cash Flow Proceed
|
22.500
|
Maka
nilai dari Net Cashflow PT.KEMANG JAYA dapat dihitung dengan rumus berikut:
Net
Cashflow = Keuntungan Setelah Pajak + Depresiasi
Net
Cashflow = $.7.500 + $.15.000 = $ 22.500
Kesimpulan:
Nilai Net Cashflow PT. KEMANG JAYA adalah $ 22.500
10.6. POLA CASH FLOW
Pola
cash flow dan PT. KEMANG JAYA adalah sebagai berikut:
0
|
1
|
2
|
3
|
|
Cash
Outlay
|
$.45.000*
|
|||
Proceed
|
$.
22.500
|
$.
22.500
|
$.
22.500
|
Apakah investasi tersebut diterima atau ditolak,
digunakan metode lain yang akan menerima investasi tersebut.
MODUL
XI
ANALISIS
INVESTASI (LANJUTAN)
Ada empat metode penilaian usul-usul investasi yaitu:
1)
Payback Period
2)
Net Present Value
3)
Profitability Index
4)
Internal Rate of Return
11.1. PAYBACK PERIOD
Payback
period adalah periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran
investasi yang menggunakan aliran cash netto/proceed. Waktu yang diperlukan
agar dana yang ditanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya.
Rumus
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Outlay x 1 tahun
Payback Period =
Proceed
Dimana:
Outlay
= Jumlah uang yang
dikeluarkan atau investasi
Proceed = Jumlah uang yang ditenima
Contoh 2 :
PD.
Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $.45.000, jumlah proceed per tahun
adalah $. 22.500,- maka Payback Periodnya adalah:
45.000
x 1 tahun
Payback Period = =
2 tahun
22.500
Sehingga
nilai Payback Period adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat
diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun.
Apabila investor dihadapkan pada dua pilihan investasi,
maka pilih payback period
yang paling kecil.
Contoh 3:
PT. Jaya Mandiri melakukan investasi sebesar $ 100.000
pada aktiva tetap, dengan proceed sebagai berikut:
Tahun
|
Proceed
|
1
|
$.50.000.-
|
2
|
$.40.000.-
|
3
|
$.30.000.-
|
4
|
$.20.000.-
|
Berapakah nilai Payback Period-nya?
Payback Periodnya adalah sebagai berikut:
Tahun
|
Proceed
|
Investasi
|
Sisa
|
0
|
(100.000)
|
||
1
|
50.000
|
(100.000)
|
|
2
|
40.000
|
(50.000)
|
|
3
|
30.000
|
(10.000)
|
|
4
|
20.000
|
Langkah 1:
Letakkan nilai investasi pada baris tahun pertama
Langkah 2:
Kurangkan nilai investasi tersebut dengan nilai cashflow
pada tahun tersebut. Misalnya nilai investasi tahun 1 adalah $.100.000
dikurangi dengan nilai cashflow tahun tersebut, yaitu $.50.000. Hasilnya
adalah $.50.000 diletakkan di tahun ke-2.
Langkah 3:
Lakukan
hal yang sama pada tahun berikutnya hingga nilai “investasi” tersebut tidak bisa
dikurangi dengan cashflow tahun tersebut.
Langkah 4:
Jumlah
tahun Payback Period-nya adalah senilai yang dapat dikurangi, sedangkan sisanya
digunakan untuk menghitung nilai bulannya. Misalnya nilai sisa adalah $10.000
dibagi dengan nilai cashflow pada tahun tersebut, yaitu $30.000, kemudian
hasilnya dikalikan dengan 12 bulan. Hasilnya adalah 4 bulan.
10.000
Payback Period = 2 tahun + x 12 bulan = 2 tahun 4 bulan
30.000
Langkah 4:
Buat
kesimpulan nilai payback period yang diperoleh.
11.1.1. Kelemahan
Metode Payback Period
Metode penilaian investasi memiliki kelemahan yaitu:
1. Metode ini mengabaikan penerimaan investasi
(proceed) sesudah Payback Period, hanya mengukur kecepatan kembalinya dana.
2.
Mengabaikan time Value Of Money.
11.2. NET PRESENT VALUE
Net Present Value adalah selisih Present Value dari keseluruhan Proceed dengan Present Value dari
keseluruhan investasi.
·
Bila present value proceed
lebih besar atau sama dengan present value
investasi maka usul investasi diterima.
·
Bila present value proceed
lebih kecil present value investasi maka usul
investasi ditolak.
Rumus
yang dapat digunakan adalah:
NPV = - Io
Dimana:
CF
= Cashf low = Proceeds = jumlah uang yang diterima
i = Tingkat
Bunga
n = Periode
Waktu
lo = Nilai
lnvestasi awal ( tahun 0)
Contoh
5:
PD. Maju Jaya melakukan investasi sebesar Rp. 45.000,-
Proceed adalah selama tiga tahun adalah Rp.
22.500,-.Tingkat suku bunga 10 maka Net Present Valuenya adalah:
Rp.22.500
Rp.22.500 Rp 22.500
Net Present Value = + +
(1+10%)1
(1+10%)2 (1+10%)3
20.454,5 + 18.595 + 16.904 = Rp 55.953,58 – Rp 45.000 =
Rp. 10.954,-
Usul diterima, karena PD. Maju Jaya memiliki nilai NPV
positif, yaitu Rp.10.954. Apabila nilai NPV PD. Maju Jaya negatif maka proyek
tersebut akan ditolak.
Contoh 6:
Bila PD. Maju Jaya memiliki nilai proyeksi penerimaan
yang jumlahnya tidak sama tiap tahunnya, maka akan tampak pada tabel di bawah ini:
Tahun
|
Df (10%)
|
Proceeds
|
PV dari Proceeds
|
(1)
|
(2)
|
(1) x (2)
|
|
1
|
0,909
|
Rp.60.000
|
Rp. 54.540
|
2
|
0,826
|
50.000
|
41.300
|
3
|
0,751
|
40.000
|
30.040
|
4
|
0,683
|
30.000
|
20.490
|
5
|
0,621
|
20.000
|
12.420
|
6
|
0,564
|
10.000
|
5.640
|
PV. Proceeds
|
164.430
|
||
PV.outlays
|
120.000
|
||
NPV
|
44.430
|
Nilai
NPV yang diperoleh oleh PD. Maju Jaya adalah Rp.44.430.
|
Rp.60.000
Rp.50.000 Rp.40.000 Rp. 10.000
Net Present Value = + + + ... +
(1+10%)1 (1+10%)2 (1+10%)3 (1+10%)6
= Rp.44.430,-
Nilai
NPV PD. Maju Jaya adalah sebesar Rp.44.430. nilal NPV ini positif, sehingga
investasi diterima.
11.3. PROFITABILITY INDEX
(PI)
Merupakan
metode perhitungan kelayakan investasi yang membagi antara Present Value dari
Proceeds dengan Present Value dari Outlays. Bila hasilnya Iebih besar dari 1 maka investasi diterima.
Bila hasilnya kurang dari 1, maka investasi ditolak.
Rumus yang digunakan adalah:
PV Proceeds
Profitability Index =
PV Outlays
Dimana
:
PV
=
Present Value
Outlay =
Jumlah uang yang dikeluarkan atau investasi
Proceeds = Jumlah uang yang diterima
Untuk
PD. Maju Jaya, nilai profitability indexnya adalah:
Rp.
164.430
Profitability Index = =1,37
Rp.
120.000
PD.
Maju Jaya memiliki nilai Profitability Index sebesar 1,37. Nilai tersebut lebih
besar dari 1 sehingga investasi dari PD. Maju Jaya dapat diterima.
Syarat
investasi Iayak adalah apabila nilai Profitability Index Iebih besar dari satu,
sedangkan bila kurang dari satu, maka investasi ditolak.
11.4. INTERNAL RATE
OF RETURN (IRR)
Internal Rate of Return
adalah tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds
sama dengan nilai sekarang dari outlay.
Rumus
yang dapat digunakan dalam IRR adalah:
P2 – P1
IRR = P1 – C1
x
C2 – C1
Dimana:
P1 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV positif
P2 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV negatif
C1 = NPV positif
C2 = NPV negative
Contoh 7:
Tuan
Yatna Supriyatna memiliki sebidang tanah yang akan dibangun sebuah usaha yaitu
Pabrik Susu. Adapun nilai investasi Tuan Yatna adalah Rp.640 juta. Proyek
penerimaan untuk kedua usaha adalah sebagai berikut:
Tahun
|
Pabrik Susu
|
1
|
Rp. 50 Juta
|
2
|
Rp. 150 Juta
|
3
|
Rp. 200 Juta
|
4
|
Rp. 250 Juta
|
5
|
Rp. 300 Juta
|
6
|
Rp. 350 Juta
|
Berapakah
nilai IRR-Pabrik Susu tersebut?
Pembahasan:
IRR
= P1 – C1 x
Dimana:
P1 adalah presentasi yang menghasilkan NPV
Positif
P2 adalah presentasi yang menghasilkan NPV
Negatif
C1 adalah NPV Positif
C2 adalah NPV Negatif
Gunakan metode coba-coba. Misalnya nilai P1
adalah 19%. Maka nilai C1 adalah:
Besarnya PV dapat dilihat dan tabel Present Value Interest
Factor (tabel Ill) sebagai berikut:
Tahun
|
Cashflow
|
PVIF (19%)
|
PV
|
1
|
Rp. 50 Juta
|
0,840
|
Rp. 42,02 Juta
|
2
|
Rp. 150 Juta
|
0,706
|
Rp. 105,92 Juta
|
3
|
Rp. 200 Juta
|
0,593
|
Rp. 118,68 Juta
|
4
|
Rp. 250 Juta
|
0,499
|
Rp. 124,67 Juta
|
5
|
Rp. 300 Juta
|
0,419
|
Rp. 125,71 Juta
|
6
|
Rp. 350 Juta
|
0,352
|
Rp. 123,25 Juta
|
Total PV
|
Rp. 640,26 Juta
|
NPV
= PV Proceed — PV Outlays
NPV
= Rp. 640,26 juta — Rp. 640 juta
NPV
= Rp. 260.000
Nilai
P1 dan C1 telah diketahui yaitu :
P1
adalah 19%
C1
adalah Rp.260.000
Sedangkan
untuk mencari nilai C2, kita gunakan P2 misalnya 20%,
sehingga nilai P2 dan C2 adalah:
Tahun
|
Cashflow
|
PVIF (20%)
|
PV
|
1
|
Rp. 50 Juta
|
0,833
|
Rp. 41,67 Juta
|
2
|
Rp. 150 Juta
|
0,694
|
Rp. 104,17 Juta
|
3
|
Rp. 200 Juta
|
0,579
|
Rp. 115,74 Juta
|
4
|
Rp. 250 Juta
|
0,482
|
Rp. 120,56 Juta
|
5
|
Rp. 300 Juta
|
0,402
|
Rp. 120,56 Juta
|
6
|
Rp. 350 Juta
|
0,402
|
Rp. 117,21 Juta
|
Total PV
|
Rp. 619,91 Juta
|
NPV
= PV Proceed – PV Outlays
NPV
= Rp.619,91 juta – Rp.640 juta
NPV
= Rp.20,09 juta
P2 – P1
IRR = P1 - C1
x
C1 – C2
20% - 19%
IRR = 19% -
0,26 x = 19% + 0,01% = 19,01%
- 20,09 - 0,26
Sehingga IRA dan Pabrik Susu Tuan Yatna adalah 19,01%
11.5. RANGKUMAN
1. Keseluruhan
proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenal dan dimana jangka waktu
kembalinya dana tersebut melebihi waktu 1 tahun disebut Capital Budgeting.
2. Cara
penilaian unsur investasi di dasarkan pada aliran kas cashflow dan bukan
berdasarkan laba yang dilaporkan oleh neraca dan rugi laba.
3. Depresiasi adalah alat akuntansi yang akan memotong harga sebenarnya dari peralatan untuk
jangka waktu tertentu sepanjang umur dari hidup peralatan.
4.
Ada
4 (empat) metode penilaian usul-usul investasi yaitu : Payback Period, Net
Present Value, Profitability Index,
Internal Rate of Return.
REFERENS
Brealy,
Richard and Myers, Stewart. Principle of Corporate Finance, Mc Graw Hill
Company Inc, 2000.
Bambang
Ryanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE-Yogyakarta,
1995.
Bringham,
Eugene and Ehrhardt, Michael, Financial Management: Theory and
Practice, 11 e, South Western, Thomson Corporation, 2005.
Ross,
Stephen A., Weterfield, Rudollph W., and Jaffe,Jeffery F., Corporate Finance,
Second Edition, Homewood, Ill: Richard D.lrwin, 1990.
Moh Benny Alexandri, 500! Soal Manajemen Keuangan yang
Paling Sering
Ditanyakan dan Pemecahannya, Alfabeta, 2006.
ISTILAH-ISTILAH
Beberapa
istilah yang dapat ditemui dalam bab ini diringkaskan sebagai berikut:
Capital Assets
Aset yang dimiliki perusahaan dengan usia atau masa
pemanfaatan lebih dari
setahun.
Penyusutan
Alat akuntansi yang akan memotong harga sebenarnya dari
peralatan untuk
jangka waktu tertentu sepanjang umur dari hidup
peralatan.
Payback Period
Adalah periode yang diperlukan untuk dapat menutup
kembali pengeluaran investasi yang menggunakan aliran cash netto/proceed. Waktu
yang diperlukan agar dana yang ditanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali
seluruhnya.
Net Present Value
Selisih Present Value dan keseluruhan Proceed dengan
Present Value keseluruhan investasi.
Profitability Index
Merupakan metode perhitungan kelayakan investasi yang
membagi antara
Present Value dari Proceeds dengan Present Value dari
Outlays.
Internal Rate of Return
Tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang
dari proceeds
sama dengan nilai sekarang dari outlay.
MODUL
XII
LAPORAN
KEUANGAN BISNIS
1. PENGANTAR
Pada bab ini akan dibahas mengenai rasio dan kaitannya
dengan keuangan perusahaan secara keseluruhan.
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Bab ini menjelaskan tentang rasio keuangan dan hal-hal
penting lainnya yang
terkait dengan laporan keuangan secara umum.
3. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Dalam bab ini akan dipelajari:
1. Pendahuluan
2. Laporan Keuangan
3. Informasi Neraca
4. Informasi Laporan Laba Rugi
5. Kerangka Kerja Analisis
6. Penggunaan Rasio Keuangan
7. Perbanding Internal
8. Perbandingan Internal Dan Sumber Dari Rasio lndustri
9. Tipe-Tipe Rasio
12.1.
PENDAHULUAN
Perusahaan,
kreditur dan investor semuanya melakukan analisis keuangan. Tipe analisisnya
beragam sesuai dengan kepentingan pihak-pihak yang terlibat. Kreditur barang
dagangan (pemasok pinjaman uang untuk barang dan jasa) terutama tertarik dengan
likuiditas perusahaan. Kredit jangka pendek dan kemampuan perusahaan melunasi
hutangnya dengan cepat merupakan pertimbangan terbaik dari analisis likuiditas
perusahaan.
Sebaliknya
hutang obligasi adalah hutang jangka panjang. Jadi investor yang membeli
obligasi Iebih tertarik untuk menganalisis kemampuan aliran kas perusahaan
untuk melunasi hutang selama periode waktu yang panjang (yang lama). Investor
mungkin mengevaluasi kemampuan perusahaan tersebut dengan analisis struktur
modal perusahaan, sumber dan penggunaan dana, profitabilitas perusahaan
sepanjang waktu, dan proyeksi probabilitas dimasa yang akan datang.
Investor
saham biasa, perusahaan Iebih memperhatikan stabilitas penghasilan sekarang dan
penghasilan yang diharapkan. OIeh karena itu, investor biasanya lebih
memusatkan perhatiannya pada analisis profitabilitas perusahaan. Mereka juga
memperhatikan kondisi keuangan perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen dan terhindar dari kebangkrutan.
12.3.
LAPORAN
KEUANGAN
Analisis
keuangan berhubungan dengan penggunaan berbagai laporan keuangan yang
menunjukkan beberapa hal. Pertama, neraca meringkaskan aset, utang dan modal
sendiri perusahaan pada waktu tertentu (biasanya akhir tahun). Kedua, laporan
laba-rugi meringkaskan penghasilan dan biaya-biaya perusahaan selama periode
waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Neraca
menunjukkan gambaran dan posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Dan
kedua laporan tersebut (dengan tambahan sedikit informasi) dapat dibuat laporan
turunan tertentu seperti laporan laba yang ditahan, laporan penggunaan dana dan
laporan aliran kas.
12.4.
INFORMASI
NERACA
Aktiva ditulis berdasarkan urutan tingkat likuiditasnya.
Kas adalah aktiva yang paling likuid sehingga ditulis paling atas. Ada beberapa
perusahaan yang mencatat surat berharga yang diperdagangkan (Marketable
Securities) tersendiri dan diletakkan di bawah rekening kas pada neracanya. Ada
pula yang memasukkan surat berharga tersebut menjadi satu dengan kas menjadi
rekening kas dan yang disamakan dengan kas. Kemudian di bawahnya rekening
piutang dagang, yang biasanya memiliki tenggang waktu satu atau dua bulan
sebelum dilunasi menjadi uang kas. Setelah itu rekening persediaan yang
merupakan produk dari suatu produksi. Produk tersebut harus dijual Iebih dahulu
untuk menjadi piutang dagang baru setelah dilunasi menjadi uang kas. Aktiva
tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva jangka panjang lainnya adalah
paling tidak likuid sehingga ditulis paling bawah dari seluruh aktiva.
Semua hutang lancar adalah hutang jangka pendek, waktu
kurang dari satu tahun, sedangkan hutang jangka panjang jatuh temponya lebih dari
satu tahun. Kekayaan para pemegang saham akan dibayar melalui dividen kas
regular dan mungkin dividen likuidasi final.
Kekayaan para pemegang saham atau merupakan modal sendiri
perusahaan terdiri dari beberapa kelompok kecil. Saham biasa (pada nilai
nominal) menunjukkan total uang yang dibayar ke dalam perusahaan dalam
pertukaran untuk lembar-lembar saham biasa.
Laba
yang ditahan adalah bukan tumpukan kas (atau aktiva lainnya) tetapi hanya suatu
catatan akuntansi yang digunakan untuk menunjukkan sumber pembelanjaan dari
aset perusahaan.
Berikut
adalah sebuah contoh neraca secara umum (PT. Maju Bersama, Neraca per 31
Desember 20XX) :
PT. MAJU BERSAMA
NERACA
31 DESEMBER 2OXX
AKTIVA
LANCAR
|
UTANG
LANCAR
|
||
Kas
|
500.000
|
Utang Lancar
|
100.000
|
Efek
|
100.000
|
Utang Dagang
|
50.000
|
Piutang Dagang
|
300.000
|
Utang Wesel
|
50.000
|
Persediaan
|
800.000
|
Utang Pajak
|
150.000
|
Total Aktiva Lancar
|
1.700.000
|
350.000
|
|
AKTIVA
TETAP
|
UTANG
JANGKA PANJANG
|
||
Hipotik
|
500.000
|
||
Tanah
|
1.500.000
|
Obligasi
|
500.000
|
Peralatan
|
1.000.000
|
Total Utang Jangka
Panjang
|
1.000.000
|
Penyusutan
peralatan
|
- 500.000
|
||
Total Aktiva Tetap
|
2.000.000
|
MODAL
|
|
Modal sendiri
|
500.000
|
||
Modal saham
|
500.000
|
||
Agio saham
|
350.000
|
||
Laba ditahan
|
1.000.000
|
||
Total Modal
|
2.350.000
|
||
TOTAL
AKTIVA
|
Rp.3.700.000
|
TOTAL
PASIVA
|
Rp.3.700.000
|
12.5.
INFORMASI
LAPORAN LABA RUGI
Laporan
laba-rugi menunjukkan penghasilan, biaya dan laba bersih untuk dua tahun
seperti pada neraca. Harga pokok penjualan (Cost Of Good Sold/COGS) menunjukan
biaya produk yang diproduksi secara nyata dan dijual selama periode tersebut.
termasuk disini adalah biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja yang berkaitan
dengan produksi, dan biaya overhead pabrik. Biaya penjualan, umum dan administrasi
seperti juga biaya bunga ditunjukkan secara terpisah dari harga pokok
penjualan, karena biaya tersebut dipandang sebagai biaya-biaya periode dari
biaya-biaya produk.
Bagi
perusahaan manufaktur, biaya penyusutan umumnya diperlakukan sebagai komponen
dari harga pokok produksi (Cost Of Good Manufactured). Bagi perusahaan
perdagangan (pedagang besar dan pedagang eceran) penyusutan umumnya dicatat
terpisah sebagai biaya periode lainnya (seperti biaya bunga) di bawah laba
kotor. Penyusutan didasarkan pada biaya histories dimana dalam suatu periode
inflasi rnungkin dapat disamakan (cocok) dengan biaya ekonomi.
Adapun
Informasi Laporan Laba-Rugi PT.Maju Bersama adalah sebagai berikut:
PT.
MAJU BERSAMA
LAPORAN
LABA-RUGI
31
DESEMSER 2OXX
Penjualan Rp.3.000.000
Harga
Pokok Rp.500.000
Laba
Kotor Rp.2.500.000
Biaya Administrasi (Rp.500.000)
Laba Openasi Rp.2.000.000
Biaya Bunga Rp.500.000
Laba Sebelum Pajak Rp.1.500.000
Pajak (10%) Rp.150.000
Laba Bersih Rp.1.350.000
Dividen Rp.(800.000)
Laba Ditahan Rp.550.000
12.6. .
KERANGKA KERJA ANALISIS
Beberapa pendekatan yang berbeda digunakan dalam analisis
perusahaan. Para pakar analisis memiliki prosedur yang disenangi berasal
dari beberapa generalisasi perusahaan yang dianalisis.
Berapa
banyak dana yang dibutuhkan diwaktu yang akan datang dan apa sifat dasar dari
kebutuhan tersebut? alat-alat analisis yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain laporan sumber dan penggunaan dana,
laporan aliran kas dan anggaran kas.
Keahlian
para analis menggunaan rasio keuangan menyerupai keahlian dokter menggunakan
hasil tes laboratunium. Sebagai kombinasi dan waktunya yang Iama data ini
menawarkan wawasan yang berharga tentang kesehatan suatu perusahaan seperti
kondisi keuangan dan profitabilitas perusahaan. Memenuhi bagian pertama dari
tiga faktor yang ada adalah analisis risiko bisnis perusahaan. Risiko bisnis berhubungan
dengan risiko yang melekat dalam operasi perusahaan.
Beberapa
perusahaan ada dalam jalur bisnis yang mudah berubah dari kemungkinan
beroperasi dekat dengan titik “break even”-nya. Perusahaan lain ada dalam jalur
bisnis yang stabil dan beroperasi jauh di atas “break even”-nya. Perusahaan
lain ada dalam jalur bisnis yang stabil dan beroperasi jauh diatas “break
even”-nya.
Perusahaan
lain ada dalam jalur bisnis yang stabil dan beroperasi jauh di atas titik
“break even”-nya perusahaan lain ada dalam jalur bisnis yang stabildan
beroperasi jauh diatas “break even”-nya. Peralatan mesin perusahaan mungkin
termasuk dalam kategori pertama sedangkan kegunaan elektronik yang menghasilkan
kemungkinan jatuh pada kategori terakhir. Para penganalisis perlu untuk memperkirakan tingkat
risiko bisnis dari perusahaan yang dianalisis.
Ketiga faktor tersebut harus digunakan dalam menentukan
kebutuhan keuangan perusahaan. Selanjutnya faktor tersebut harus digunakan
secara gabungan. Semakin besar dana yang dibutuhkan berarti semakin besar total
pembelanjaan yang akan diperlukan. Sifat kebutuhan dana mempengaruhi tipe
pembelanjaan yang harus digunakan. Apabila ada komponen bisnis musiman, maka
harus dipenuhi dengan pembelanjaan jangka pendek. Tingkat rasio bisnis
perusahaan juga sangat mempengaruhi tipe pembelanjaan yang harus digunakan.
Semakin besar risiko bisnis berarti kecil keinginan untuk
memenuhi dengan pembelanjaan hutang, biasanya cenderung dipenuhi dengan
pembelanjaan saham biasa. Dengan kata lain, pembelanjaan (modal) sendiri lebih
aman dari pembelanjaan hutang yang harus membayar bunga dan pokok pinjaman.
Perusahaan yang memiliki resiko bisnis tinggi, umumnya
keliru mengambil resiko keuangan yang telah dipertimbangkan dengan baik.
Kondisi keuangan dan prestasi perusahaan juga mempengaruhi tipe likuiditas
perusahaan, semakin kuat kondisi keuangan perusahaan berarti semakin berisiko
pula tipe pembelanjaan yang akan digunakan. ltulah sebabnya pembelanjaan hutang
menjadi lebih menarik dengan pertumbuhan
dalam likuiditas, kondisi keuangan dan profitabilitas.
Pada gambar, bagian bulat menunjukkan semua dana belum
mencukupi untuk menentukan rencana pembelanjaan terbaik dari pandangan perusahaan
dan dengan sederhana menganggap bahwa hal itu dapat dicapai dengan mudah. Rencana
tersebut perlu “dijual” kepada pemasok modal diluar perusahaan.
Perusahaan memperkirakan kebutuhannya adalah 1 miliar
rupiah dan dipenuhi dengan pembelanjaan jangka pendek, tetapi pemasok mungkin
tidak setuju dengan jumlah uang dan tipe pembelanjaan yang diminta oleh
manajemen perusahaan.
Pada akhirnya, perusahaan harus berkompromi dengan
pemasok modal untuk kesepakatan yang sesuai dengan realita pasar. lnteraksi
perusahaan dengan pemasok modal menentukan jumlah, waktu dan harga
pembelanjaan. Negosiasi tersebut sering tidak terlalu jauh berubah dari tipe tawarannya,
meskipun biasanya dari tingkat decibel yang lebih rendah. Disetiap kejadian,
fakta bahwa perusahaan harus bernegosiasi dengan pemasok modal dari luar,
dilayani seperti suatu mekanisme umpan balik pada faktor lainnya dalam gambar.
Analisis tidak dapat dilaksanakan dalam isolasi dan fakta
bahwa pada akhirnya suatu “permohonan” harus dibuat oleh perusahaan kepada
pemasok modal. Dengan kata lain, pemasok modal harus tetap terbuka terhadap
pendekatan pembelanjaan perusahaan, meskipun hal itu berbeda dari pandangan
pemasok modal.
MODUL XIII
ANALISIS
RASIO KEUANGAN
Untuk
mengevaluasi kondisi dan prestasi keuangan perusahaan, pakar analisis keuangan
ingin melakukan “pemeriksaan” pada berbagai aspek dari kesehatan keuangan
perusahaan. Suatu alat yang sering digunakan selama pemeriksaan tersebut adalah
rasio keuangan, atau indeks yang berkaitan dengan dua buah data keuangan.
Menurut
James C.Van Home dan John M. Wachowicz,Jr, Rasio Keuangan adalah:
Kita
mengadakan perhitungan rasio karena dengan cara ini kita akan mendapatkan suatu
perbandingan yang mungkin membuktikan suatu yang lebih berguna daripada hanya
melihat jumlahnya.
Sebagai
contoh, seandainya suatu perusahaan memiliki laba tahun ini sebesar Rp.1
miliar, maka harus kita lihat dahulu rasionya, dengan total aset atau modal
sendiri. Apabila total aset perusahaan sebesar Rp.100 miliar, maka laba Rp. 1
miliar dibagi total aset Rp. 100 miliar adalah 0,01%. Berarti setiap rupiah
yang diinvestasikan dalam aset perusahaan menghasilkan laba 1%. Jadi laba
tersebut kurang baik, Iebih baik jika aset Rp.100 miliar tersebut didepositokan
di bank akan mendapatkan bunga yang jauh lebih besar dari Rp.1 miliar
setahunnya dan tanpa resiko. Dalam contoh ini, rasio tersebut cukup informatif,
tetapi kita harus berhati-hati dalam pemilihan penafsiran rasio tersebut.
13.1 PERBANDING INTERNAL
Analisis
rasio keuangan melibatkan dua tipe perbandingan. Pertama adalah membandingkan
rasio saat ini dengan rasio masa lalu atau rasio yang akan datang untuk perusahaan yang sama. “Current Ratio”
tahun ini dapat dibandingkan dengan “Current Ratio” tahun sebelumnya.
Kedua rasio keuangan disusun selama beberapa tahun,
penganalisis dapat mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah ada
peningkatan penurunan dalam kondisi dan prestasi keuangan perusahaan selama
waktu yang dianalisis. Pada pokoknya kita
tidak banyak memperhatikan satu rasio pada satu periode saja. Tapi kita Iebih
memperhatikan rasio-rasio selama beberapa periode. Rasio keuangan juga dapat
dihitung untuk proyeksi, atau performa, laporan dan membandingkan antara rasio
sekarang dan rasio dimasa lalu.
13.2. PERBANDINGAN INTERNAL DAN SUMBER DARI RASIO
INDUSTRI
Metode perbandingan kedua melibatkan perbandingan rasio
suatu perusahaan dengan rasio perusahaan sejenis lainnya atau dengan rasio
rata-rata industri sejenis pada peniode waktu yang sama. Perbandingan akan
memberikan wawasan tentang kondisi dan
prestasi keuangan perusahaan.
Perbandingan
tersebut juga membantu kita untuk mengenal setiap penyimpangan yang signifikan
dari setiap rata-rata industri (atau standar) yang dapat digunakan. Rasio keuangan
berbagai industri dipublikasikan oleh lembaga-lembaga terkait. Di Indonesia
oleh Biro Pusat Statistik (BPS, Bapepam dan sebagainya). Di Amerika Serikat ada
Robert Morris Association, Dun & Bradstreet, Prentice Hall, The Faderal
Trade Commision/The Securities and Exchange Commision dan berbagai agen kredit
serta asosiasi perdagangan. Orang yang menganalisis harus menghindari
penggunaan “cara-cara tidak ilmiah” tidak pandang bulu untuk semua jenis
industri.
Kriteria
bahwa perusahaan paling sedikit harus mempunyal “Current Ratio” 1,5 atau 150%
adalah kurang tepat. Analisis tersebut harus berhubungan dengan tipe bisnis
dimana perusahaan tersebut digunakan dan terhadap perusahaan itu sendiri. Tes
yang betul dari likuiditas adalah apakah perusahaan mempunyai kemampuan
membayar hutangnya tepat waktu. Banyak perusahaan yang sehat mempunyai
kemampuan membayar hutangnya tepat waktu. Banyak perusahaan yang sehat,
mempunyai kemampuan membayar hutang tepat waktu meskipun “current rasio”-nya di
bawah 1 5.
13.3.
TIPE-TIPE
RASIO
Rasio
keuangan yang biasa digunakan secara pokok ada dua macam. Jenis pertama adalah
meringkaskan beberapa aspek kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu
dimana neraca sudah disiapkan. Dinamakan rasio neraca, dimana pembilang dan
penyebut diambil dari neraca tersebut.
Jenis
kedua adalah rasio laba rugi dimana membandingkan aliran pos pembilang dengan
pos neraca sebagai penyebutnya.
Rasio
dibagi menjadi lima
jenis yaitu: rasio likuiditas, rasio leverage atau solvabilitas, rasio aktivitas
dan rasio profitabilitas. Tidak satu pun dari rasio-rasio dapat memberi
informasi yang cukup untuk menyimpulkan kondisi dan prestasi keuangan
perusahaan. Hanya bila kita menganalisis kelompok rasio, maka kita dapat
membuat suatu pertimbangan yang beralasan. Kita harus pasti untuk mengambil ke
dalam rekening setiap karakter musiman dari sebuah bisnis. Kecenderungan pokok
mungkin dinilai hanya melalui perbandingan dari bahan yang ditampilkan dan
rasio pada periode waktu yang sama. Sebetulnya rasio tersbut dibutuhkan untuk
menilai kondisi dan prestasi keuangan perusahaan yang relative besar.
13.3.1. Rasio Neraca
13.3.1.2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban financial jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk melunasi
hutang jangka pendek tepat pada waktunya. Ada tiga macam rasio untuk mengukur
likuiditas perusahaan yaitu:
1. Current Ratio
Yaitu
membandingkan total aktiva lancar dengan hutang lancar, rumusnya adalah:
Aktiva Lancar
Current ratio = (1)
Hutang Lancar
Untuk
perusahaan PT. MAJU BERSAMA pada akhir tahun 2Oxx rasionya adalah:
Rp.1.700.000
current ratio = = 4,86 = 486 %
Rp.350.000
Perlu
dipahami bahwa tidak ada pedoman umum yang dapat menilai current ratio suatu
perusahaan baik atau jelek, hanya dengan melihat hasil angka perbandingannya.
Jadi current ratio perusahaan sebesar 486% tersebut baik, terlalu likuid atau kurang
likuid sulit untuk menilai begitu saja hanya dengan melihat neracanya. Perlu informasi
yang rinci tentang jadwal aliran kas masuk dan persediaan, piutang dagang dan
perlu juga diperhitungkan aliran kas keluar untuk perusahaan sehari-harinya.
Hal yang paling penting adalah bahwa perusahaan dapat melunasi hutang lancarnya
tepat waktu tanpa harus menyediakan kas yang besar. Kas yang terlalu besar berarti
banyak kas yang menganggur akibatnya perusahaan menjadi kurang efisien. Sedangkan kas yang terlalu sedikit juga mengganggu jadwal
pelunasan hutang lancar dan operasi perusahaan.
Untuk mengukur “current ratio”, pembilangnya mengandung
persediaan yang relative sukar ditentukan secara tepat kapan menjadi uang kas.
Oleh karena itu, banyak yang menganggap bahwa current ratio kurang dapat
mencerminkan likuiditas perusahaan.
2. Acid Test (Quick) Ratio
Yaitu
ukuran yang lebih konservatif dalam mengukur likuiditas karena persediaan tidak
ikut digunakan sebagai pembilangnya. Rumusnya adalah:
Aktiva
Lancar - Persediaan
Quick ratio = (2)
Hutang Lancar
Quick
ratio lebih mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang Iancarnya.
Seperti halnya current ratio, quick ratio juga tidak memiliki pedoman umumnya
untuk menilai hasil angka rasio tersebut apakah baik, terlalu likuid atau
kurang likuid.
Ada
pendapat yang menyatakan hasil dari quick ratio juga belum mencerminkan secara
tepat likuiditas suatu perusahaan. Terutama jika diketahui jatuh tempo piutang
dagang perusahaan Iebih lama dari jatuh tempo hutang Iancarnya. Untuk itu ada
rasio yang lebih pasti dengan tidak mengikutkan piutang dagang dalam
perhitungan rasionya yaitu cash ratio.
3. Cash Ratio
Kas
- Surat Berharga
Cash Ratio = (3)
Hutang
Lancar
Hasil
rasio ini juga dapat digunakan untuk menilai apakah rasio suatu perusahaan
tersebut baik, terlalu likuid atau kurang likuid, tetapi rasio ini lebih
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya lebih tepat
waktu daripada kedua rasio sebelumnya.
13.3.2.
Rasio Leverage
Ada dua macam rasio yaitu:
1.
Debt To Equity Ratio
Digunakan untuk menilai banyaknya hutang yang
digunakan perusahaan. Rumusnya adalah:
Total
Hutang
Debt to Equity Ratio = (4)
Modal Sendiri
Dan
perusahaan PT. Maju Bersama, rasionya adalah:
Rp.1 .350.000
Debt to Equity Ratio = = 2,7 = 270 %
Rp.500.000
Rasio
tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp.100 yang disediakan para pemegang saham
(merupakan modal sendiri bagi perusahaan) maka kredit menyediakan Rp.270 untuk
perusahaan tersebut. Para kreditur umumnya
senang bila resiko rendah. Semakin rendah rasio tersebut berarti semaki tinggi
tingkat pembelanjaan perusahaan yang disediakan oleh para pemegang saham dan
semakin besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan uang yang
diinvestasikan ke perusahaan tersebut.
Berdasarkan
tujuan dari penggunaan rasio tersebut, maka saham preferen kadang-kadang
dianggap sebagai hutang sehingga menambah jumlah pembilang rasio tersebut.
Saham preferen menunjukkan klaim lebih dahulu dari saham biasa konsekuensinya
saham preferen harus dimasukkan sebagai hutang bila menganalisis keuangan
perusahaan. Rasio ini akan berbeda
sesuai sifat bisnis dan variablilitas dari aliran kas. Bagi perusahaan yang
mempunyai aliran kas yang stabil biasanya rasio hutang modal sendiri lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang aliran kasnya kurang stabil.
Perbandingan suatu indikasi umum dari kemampuan perusahaan untuk membelanjai
kebutuhannya dengan hutang dan menunjukkan risiko financial perusahaan.
2. Debt
To Total Asset Ratio
Merupakan hasil bagi antara total hutang perusahaan
dengan total asetnya.
Total
Hutang
Debt to Total Asset Ratio = (5)
Total Asset
Untuk perusahaan PT. Maju
Bersama rasionya adalah:
1.350.000
Debt to Total Asset Ratio = = 0,36 = 36 %
3.700.000
Rasio
ini menunjukkan bahwa 36 % aset perusahaan dibelanjai dengan hutang dan yang 64
% dibelanjai dengan modal sendiri yang berasal dari pemegang saham. Teoritis, apabila perusahaan dilikuidasi saat ini maka aset
dijual dan hutang perusahaan harus dilunasi dahulu.
13.3.4.
Rasio Coverage
Rasio ini dirancang untuk menghubungkan beban keuangan
perusahaan dengan kemampuannya untuk melayani dan melindungi beban keuangan
tersebut. Contoh analisis coverage adalah: “interest coverage ratio” atau
“Times Interest Earned”. Rasio ini adalah rasio penghasilan sebelum bunga dan
pajak pada periode tertentu dengan jumlah biaya bunga periode tersebut.
Laba Sebelum Pajak
interest coverage ratio = (6)
Biaya Bunga
Rp.1.500.000
interest coverage ratio = = 3 = 300 %
Rp.500.000
Rasio
ini menyajikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi pembayaran bunganya dan
kemampuan menghindari kebangkrutan. Pada umumnya, semakin tinggi rasio ini
berarti semakin mampu perusahaan untuk membayar bunga. Hal ini juga menandakan
bahwa perusahaan mempunyai kapasitas untuk mengambil hutang baru.
Analisis
yang lebih luas akan mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk membayar semua
beban yang bersifat tetap. Selain pembayaran bunga, termasuk juga pembayaran
hutang pokok, dividen saham preferen, pembayaran sewa, dan biaya-biaya modal
pokok lainnya.
Dalam menilai risiko keuangan perusahaan, pertama akan
dihitungkan rasio hutang sebagai ukuran risiko perusahaan secara kasar. Berdasarkan
jadwal pembayaran hutang dan rata-rata tingkat bunga, rasio hutang mungkin
dapat memberikan gambaran perusahaan secara akurat dalam memenuhi kewajiban
finansialnya.
13.3.5.
Rasio Aktivitas
Rasio perputaran piutang memberikan wawasan tentang
kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam mengumpulkan piutang.
Rumus
perhitungannya adalah:
Penjualan
Kredit Bersih Setahun
Rasio Perputaran Piutang = (7)
Piutang
Rp.3.000.000
Rasio Perputaran Piutang = = 10 kali
Rp.300.000
Rasio tersebut menggambarkan jumlah putaran dari piutang
dagang selama tahun 20xx. Semakin tinggi tingkat perputarannya berarti semakin
pendek jarak waktu antara menjual secara kredit dengan mengumpulkan uang kas dari
penjualan tersebut. Jadi perusahaan memiliki perputaran piutang dagang 10 kali
dalam setahun.
Apabila
piutang menjadi tidak lancar pengumpulan kasnya (butuh waktu lama), maka perlu
dinilai kembali likuiditas perusahaan. Piutang dapat dikatakan likuid jika
dapat dikumpulkan tepat waktu (relatif singkat). Dalam rangka memperhatikan likuiditas,
perlu kiranya diformulasikan rasio perputaran piutang harian atau rata-rata
periode pengumpulan piutang.
Rumusnya
adalah:
Jumlah
hari dalam setahun
Rata - Rata Waktu Pengumpulan =
(8)
Perputaran Piutang
360
Rata - Rata Waktu
Pengumpulan Piutang = = 36 hari
10
Semakin
besar jumlah hari pengumpulan piutang berarti semakin buruk tetapi kalau
terlalu kecil juga belum tentu sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa kebijakan kredit perusahaan
tidak sukses.
13.3.6.
Rasio Persediaan
Untuk menentukan efektifitas perusahaan dalam mengelola
persediaannya harus dihitung rasio perputaran persediaan:
Perputaran
Harga Pokok Penjualan
Rasio Perputaran Persediaan
= (9)
Persediaan
Rp.500.000
Rasio Perputaran
Persediaan = = 0,625 kali
Rp.800.000
Pada
umumnya, semakin besar perputaran persediaan berarti semakin efisien manajemen
persediaan perusahaan. Oleh karena perputaran persediaan adalah ukuran kasar
maka perlu untuk meneliti lebih Ianjut setiap ketidakefisienan yang dirasakan
dalam manajemen persediaan.
13.3.7. Rasio Profitabilitas
Ada
dua tipe profitabilitas yaitu yang dikaitkan dengan penjualan dan yang dikaitkan
dengan investasi. Kedua rasio tersebut menunjukkan efektifitas operasi
perusahaan.
a. Gross Profit Margin
Penjualan
bersih – HPP
Gros Profit Margin = (10)
Penjualan Bersih
Rp.3.000.000 – 500.000
Gros Profit Margin = = 0,83 = 83 %
Rp.3.000.000
Gross
Profit Margin perusahaan sebesar 83% menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan kotornya (karena nilai yang diambil sebagai pembilang
adalah laba kotor) berbanding penjualannya adalah sebesar 83%. Untuk dapat
menentukan apakah nilai ini sudah baik, salah satu jalannya adalah dengan
membandingkan nilai ini dengan milik perusahaan lain di industri sejenis.
b. Net Profit Margin
Laba
Setelah Pajak
Net Profit Margin = (11)
Penjualan Bersih
Rp. 1.350.000
Net Profit Margin = = 0,45 = 45%
Rp. 3.000.000
Rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih
setelah dipotong pajak. Nilainya adalah 45%, dimana untuk menentukan apakah
nilai ini baik, caranya adalah dengan membandingkan dengan nilai rasio ini
dengan milik perusahaan lain di industri yang sama.
c. Return On Investment
Laba
Setelah Pajak
Return On Investment = (12)
Total Aset
1.350.000
Return On Investment = =
0,36 = 36 %
3.700.000
Rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih oleh
aktiva yang dimilikinya. Kadang dapat pula disebutkan kemampuan investasi
perusahaan menghasilkan keuntungan. Nilainya adalah 36%.
Untuk
menentukan apakah nilai ini baik, caranya adalah dengan membandingkan dengan
nilai rasio ini milik perusahaan lain di industri yang sama.
13.4. KESIMPULAN
1. Analisis keuangan berhubungan dengan penggunaan berbagai laporan keuangan yang
menunjukkan beberapa hal. Pertama, neraca meringkaskan aset, utang dan modal
sendiri perusahaan pada waktu tertentu (biasanya akhir tahun). Kedua, laporan
laba-rugi meringkaskan penghasilan dan biaya-biaya perusahaan selama periode
waktu tertentu (biasanya satu tahun).
2. Untuk
mengevaluasi kondisi dan prestasi keuangan perusahaan, pakar analisis keuangan
ingin melakukan “pemeriksaan” pada berbagai aspek dari kesehatan keuangan
perusahaan. Suatu alat yang sering digunakan selama pemeriksaan tersebut adalah
rasio keuangan, atau indeks yang berkaitan dengan dua buah data keuangan.
3. Rasio
dibagi menjadi lima
jenis yaitu: rasio likuiditas, rasio leverage atau solvabilitas, rasio
aktivitas dan rasio profitabilitas
REFERENSI
Brealy, Richard and Myers, Stewart.
Principle of Corporate Finance, Mc Graw Hill lnc, 2000.
Bambang Ryanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan, BPFE-Yogyakarta, 1995.
Moh Benny Alexandri, 500! SoaP Manajemen
Keuangan yang Paling Sering Ditanyakan dan Pemecahannya, Alfabeta, 2006.
Foster,G,.Financjal Statement Analysis,
Prentise Hall International, 1986.
Ross, Stephen A., Weterfield, Rudollph
W., and Jaffe,Jeffery F., Corporate Finance, Second Edition, Homewood, III: Richard D.Irwin, 1990.
Van Home, James C. and Wachowicz,Jr,
John M., Fundamental of Financial Management, Eight Edition, 1992.
0 Response to "KUMPULAN SKRIPSI EKONOMI ANALISIS KEUANGAN CAPITAL BUDGETING"
Posting Komentar