MAKALAH HUKUM VISUALISASI HUKUM FARADAY KAJIAN TARIF BERDASARKAN BIAYA POKOK PENYEDIAAN (BPP) PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO LANTAN

Provinsi Nusa Tenggara Barat sampai tahun 2008 rasio elektrifikasinya baru men-capai 47,81 %, sedangkan Pulau Lombok lebih kecil lagi yaitu baru mencapai 33,42 %, hal ini menunjukan bahwa masih banyak masyarakat Lombok yang belum menikmati pelayanan listrik.
Untuk mengatasi hal tersebut telah banyak dikembangkan pembangunan pem-bangkit listrik menggunakan potensi energi setempat, khususnya mikrohidro. Akan tetapi beberapa PLTMH yang sudah dibangun banyak mengalami kerusakan, karena penge-lolaan yang kurang baik dan operasi tidak

 
sesuai jangka waktu yang direncanakan sebelumnya akibat ketidaksesuaian antara pendapatan dan pengeluaran untuk biaya
operasionalnya.  Untuk tidak mengulangi hal serupa maka perlu dikelola dengan kelem-bagaan yang baik, sehingga peran peme-rintah sangat diperlukan untuk pengelolaan PLTMH antara lain dalam menentukan biaya pokok penyediaan energi listrik sebagai dasar penentuan tarif listrik pada PLTMH Desa Lantan Lombok Tengah.
Dari masalah tersebut perlu untuk mengkaji dan menganalisa berapa besarnya biaya pokok penyediaan di PLTMH Kali Babak yang kemudian untuk dapat digunakan sebagai penentuan harga listrik untuk masyarakat yang sesuai dengan nilai riilnya.
Kriteria Penilaian Investasi. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang perputar-annya lebih dari satu tahun. Untuk itu se-belum melakukan investasi perlu dilakukan analisis apakah rencana investasi aktiva tetap tersebut menguntungkan atau tidak. Pada penelitian ini menggunakan metode : Net Present Value, Internal Rate of Return,Payback Period, Accounting Rate of return.
Nilai Present Value (P) dihitung meng-gunakan persamaan sebagai berikut , dengan tingkat suku bunga (i) dalam periode waktu (n) tahun (Santika I P G, 2006) .
 ...................................................(1)
Nilai tersebut digunakan untuk untuk menghitung Net Present Value (NPV) dengan persamaan :
.............(2)
Dengan :
values        =   Aliran kas masuk (proceeds) untuk periode t
rate            =   Tingkat bunga atau discount rate yang digunakan
n                =   Periode terakhir dimana aliran kas diharapkan
PV outlays =   Nilai investasi

Break Even Point. Analisa break-event adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya keuntungan dan volume kegiatan. Sehingga cara untuk menentukan BEP di sini adalah dengan cara membandingkan dua buah variabel kemudian dikalikan dengan lamanya periode waktu yang dipergunakan sebagai acuan (t):
............................(3)
Dengan :
Variabel 1   = Nilai investasi (Rp.)
Variabel 2   = Biaya penyambungan dan pemakaian listrik (Rp.)
Biaya Pokok Pembangkitan yang diper-hitungkan adalah sebagai berikut:
1.Biaya modal atau Capital Cost.
 Perhitungan biaya modal (CapitalCost), tergantung pada tingkat suku bunga (discount rate) dan umur ekonomis. Biaya modal/ Capital Cost (CC) dirumuskan berikut (PLN, 2006):
......(4)

2. Biaya operasi dan pemeliharaan
Biaya operasi dan pemeliharaan dapat dicari dengan cara :
Total biaya O&M   =  biaya pelumas + biaya pembersihan + biaya operator    

3. Biaya Depresiasi (penyusutan)
Besarnya depresiasi tiap tahun (D), tergantung dari nilai harga awal (H), nilai sisa aset (S) dan umur ekonomis peralatan adalah [6] :
...................................(5)

Biaya Pokok Penyediaan (BPP).Perhitungan biaya pokok penyediaan masing-masing komponen sistem tenaga listrik (Charismata Kualita, 2006).

Biaya Penyaluran. Untuk pendistribusian listrik pada PLTMH terdapat dua tipe jaringan yaitu jaringan tegangan rendah dan tegangan menengah. Total biaya per tahunnya dapat dicari dengan cara :
Total (Rp /th) =  (biaya tetap O&M + Present Value dari Annual + biaya depresiasi) * panjang salura...........................................................(6)

Biaya Pembangkitan (Rp/kWh). adalah jumlah biaya pokok di pembangkitan dibagi kWh yang dibangkitkan. Perhitungan biaya pokok penyediaan pada  sistem tenaga listrik dapat dicari :
    (7)

Biaya Tegangan Menengah (Rp/kWh). adalah jumlah biaya pokok pembangkitan ditambah biaya pokok di tegangan menengah dikurangi dibagi kWh TM dikurangi susut TM.
(8)
Biaya Tegangan Rendah (Rp/kWh). Adalah biaya pokok pembangkitan ditambah transmisi ditambah biaya pokok di tegangan menengah dan biaya pokok di tegangan rendah dibagi volume kWh TR dikurangi susut TR.      
                (9)
Biaya Beban. Untuk mendapatkan biaya bebannya digunakan rumus (Charismata Kualita, 2006).
1.   Pada pembangkit, biaya beban setiap tahunnya dicari dengan cara:
...(10)
2.   Tegangan menengah dicari dengan cara:
       (11)
3.   Tegangan rendah dicari dengan cara:
    
                                                               (12)

METODE PENELITIAN
Penelitian ini melakukan studi alokasi investasi untuk biaya pokok penyediaan pada PLTMH sesuai dengan potensi tenaga air yang ada saat ini dan kemampuan daya bayar masyarakat dengan cara mengetahui seberapa besar penggunaan daya listrik per-kWh tiap bulannya. Penelitian ini meng-gunakan data–data dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Desa Lantan Kabupaten Lombok Tengah berupa data beban ter-pasang, data geografis, data energi air serta pemanfaatannya, data biaya pembangunan serta sarana PLTMH, serta data beban pelanggan yang didapat dari masyarakat pelanggan PLTMH itu sendiri.
Proses penelitian yang akan dilaksana-kan adalah sebagai berikut :
a.   Menghitung nilai investasi komponen yang digunakan dalam pembangkitan.
b.   Menghitung nilai sekarang (present value).
c.   Menganalisis investasi dengan meng-gunakan metode Net Present NPV.
d.   Menganalisis investasi untuk mendapatkan nilai Internal Rate of Return (IRR).
e.   Menghitung jatuh tegangan dan susut daya pada saluran distribusi tegangan menengah dan tegangan rendah.
f.    Menghitung besarnya biaya pokok pem-bangkitan, tegangan menengah, dan tegangan rendah.
g.   Menentukan harga jual listrik
h.   Analisis Break Event Point (BEP)
i.    Analisis hasil dari beberapa skenario, yaitu:
1.   Skenario untuk kondisi investasi yang  sebenarnya
2.   Skenario untuk kondisi lifetime 30 tahun dengan suku bunga yang sebenarnya.
Skenario untuk interpolasi rate dari 8% sampai 15% dengan lifetime 20 tahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Urutan langkah dalam menentukan dapat tidaknya suatu investasi dapat dilaku-kan dengan menggunakan metode NPV (NetPresent Value),sebagai berikut :
Present Value Operasional (P). Perhitungan Present Value Operasional (P) pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro yang diperoleh menggunakan persamaan (1) dengan suku bunga bank 8 % dan usia ekonomis 20 tahun didapatkan nilai menurun seoiap tahunnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Proceeds (Aliran Kas Netto). Aliran kas netto dapat diperoleh dengan cara mengurangi pendapatan atau cash flow /tahun dengan biaya operasional (P), secara grafik Aliran kas setiap tahunnya dapat dilihat Gambar 2.

Selanjutnya dari langkah tersebut dapat digambarkan karakteristik dari nilai  Present Value terhadap seperti pada Gambar 3.

Internal Rate Return ( IRR ). Untuk mencari besarnya r dapat dilakukan dengan metode trial and error, sehingga dapat dicari IRR nya dengan menggunakan discount rate pada alternatif tingkat bunga 8 % dan asumsi 20 %, seperti pada Gambar 4.

Analisa Biaya pada PLTMH Desa Lantan
Biaya Pembangkitan. Analisis ini berdasar-kan skema PLTMH Lantan yang terdiri dari Pembangkit, Jaringan Tegangan Menengah menggunakan penghantar A3C 70 mm2, Jaringan Tegangan Rendah menggunakan kabel |LVTC dan konsumen, seperti pada Gambar 5.

Nilai-nilai yang ditentukan dalam analisis biaya pada PLTMH meliputi, biaya modal, depresiasi nilai uang, biaya pe-nyaluran untuk tegangan menengah dan tegangan rendah. Hasil dari perhitungan nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Nilai Biaya Pembangkitan
No
Komponen Biaya
Nilai (Rp)
1
Biaya Modal
 2.408.770,249/th
2
Depresiasi
 135.256.189,7
3
Penyaluran TR
 111.311.113,9
4
Penyaluran TM
 196.184.569,1
Nilai negatif pada capital cost bagi para pemilik modal investasi dapat diartikan sebagai hutang yang harus dilunasi setiap tahunnya dalam periode tertentu sehingga pada akhir periode diharapkan setidaknya dapat mengembalikan modal yang dahulu diinvestasikan.
Biaya Pokok Penyediaan (BPP).Perhitungan biaya pokok penyediaan (BPP) ditentukan dari masing-masing komponen sistem tenaga listrik yaitu : Biaya Pokok Penyediaan di Pembangkit, Biaya Pokok Penyediaan di Tegangan Menengah dan Biaya Pokok Penyediaan di Tegangan Rendah, yang dihitung menggunakan persamaan 10 sampai 12. Hasil Perhitungan BPP setiap bagian sistem tenaga listrik di PLTMH Lantan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Nilai Biaya Pokok Penyediaan (BPP)
No
Komponen Biaya
Nilai
1
BPP di Pembangkit
163,66 Rp/kWh
2
BPP di JTM
451,096 Rp/kWh
3
BPP di TR
595,04 Rp/kWh
Perhitungan BPP setiap komponen pada sistem tenaga listrik PLTMH Lantan memperhitungkan nilai susut energi pada setiap bagian. Nilai susut energi pada setiap komponen ditentukan dengan melihat kurva karakteristik beban harin pada PLTMH Lantan, seperti pada Gambar 6 berikut.

Perhitungan Biaya beban. Biaya beban merupakan biaya tetap yang dapat dianggap mewakili biaya-biaya daripada kesiapan penyediaan setiap waktu. Biaya beban untuk setiap komponen listrik dapat dicari menggunakan persamaan 10 sampai 12. Hasil perhitungan biaya beban setiap bagian sistem tenaga listrik di PLTMH Lantan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Nilai Biaya Beban
No
Komponen Biaya
Nilai
1
Biaya beban di Pembangkit
127.467,5 Rp/kVA/bln
2
Biaya beban di JTM
355.916,53 Rp/kVA/bln
3
Biaya beban di JTR
457.593,65 Rp/kVA/bln
Karena jumlah kWhmeter di Desa Lantan sebanyak 200 buah dengan masing-masing kWhmeter (450 VA) untuk 2-4 pelanggan, sehingga biaya beban untuk masing-masing kWhmeter adalah :
Biaya Beban (Rp./kVA/bln)       
       =  457.593,65
Biaya Beban (Rp./1000VA/bln)
       =  457,593.65
Biaya Beban (Rp,/450VA/bln)
       =  205.917,1425
Break Event Point (BEP). Agar dapat me-ngetahui  hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume kegiatan di PLTMH Lantan digunakanlah analisa Break Event Point  karena selain itu kita juga dapat mengetahui pada saat kapan dengan rentan waktu tertentu pendapatan penjualan listrik akan mengembalikan nilai investasi awal.
Dalam mencari Break Event Point ada 2 nilai variabel dari kedua sisi pembanding. Kedua nilai variabel ini adalah biaya pemakaian listrik selama 20 tahun dan biaya investasi Pem-bangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ditambah biaya operasional. Nilai variabel tersebut pada analisis ini adalah :
1.    Variabel pertama adalah sama dengan nilai investasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro, yaitu:
Variabel 1   
       =  nilai investasi
       =  Rp. 3.090.829.000 + Rp. 444.300.000
       =  Rp. 3.535.129.000
2.   Variabel kedua adalah biaya total yang harus dikeluarkan bila memakai jaringan listrik selama 20 tahun.
Biaya total pemakaian listrik selama 20 tahun adalah biaya penyambungan baru ditambah dengan biaya setiap bulan pemakaian listrik dari selama waktu 20 tahun.
Biaya setiap bulan pemakaian listrik selama    t = 20 tahun dengan data diketahui sebagai berikut :
§ Daya yang dipakai setiap hari
    =  100 x 24 x 0,5
    =  1.200 kWh/hari
§ Biaya pemakaian per kWh      
    =  595,04 Rp./kWh
§ Biaya beban (abodemen) per bulan
    = 205.917,1425 Rp/kVA/bln
§ 1 bulan ≈ 30 hari
Sehingga biaya per bulan dapat dicari dengan cara :
Biaya per bulan 
   =  biaya beban + (kWh terpakai x harga 1        kWh x 30 hari) 
       = Rp. 205.917,1425 + (1.200 kWh x        
          Rp. 595,04 x 30 hari)
       =   Rp. 21.627.357,14
Biaya iuran bulanan selama t  =  20 tahun:
       =   biaya per bulan x 12 x 20
       =   Rp. 21.627.357,14 x 12 x 20
       =   Rp. 5.190.565.714
Biaya total pemakaian selama 20 tahun adalah dengan biaya penyambungan dengan harga Rp. 1.350.000 ditambah biaya iuran bulanan selama 20 tahun.
Biaya total                                 
       = biaya penyambungan baru + biaya                       iuran bulan selama 20 tahun
       =   Rp. 1.350.000 + Rp. 5.190.565.714
       =   Rp. 5.191.915.714
Sehingga untuk perhitungan BEP dapat dicari dengan cara membandingkan antara dua variabel (variabel 1 dan variabel 2) dikalikan dengan periode yang menggunakan acuan waktu  (t = 20), sehingga diperoleh hasil perhitungan BEP sesuai dengan persamaan 3 sebagai berikut :
BEP     = 
BEP     =  13 tahun 226 hari
Analisis Beberapa Skenario. Dari beberapa skenario, didapatkan hasil untuk IRR, BPP, biaya beban, dan BEP-nya adalah dalam Tabel 4 berikut: Hasil perbandingan dari beberapa skenario menunjukkan bahwa PLTMH dibangun seharusnya untuk kesejahteraan masyarakat desa, bukan sepenuhnya untuk bisnis, meskipun yang memiliki modal sesungguhnya adalah investor, sehingga tidak terlalu diwajibkan untuk mengembalikan modal awal secepat-nya.
 Tabel 4. Hasil Simulasi berbagai skenario
Skenario
IRR (%)
BPP TR (Rp/kWh)
Biaya Beban (Rp/kVA)
BEP (th)
Investasi yang sebe-narnya
8
595,04
205.917
13 th, 226 hari
Masa life time 30 tahun
8
397,02
145.186
21 th, 248 hari
Interpolasi  discon rate 8 sampai 15 %
16
654,87
274.760
12 th, 127 hari
Kondisi eksisting
8
495
13.300
16 th, 127 hari

KESIMPULAN
1.   Nilai investasi dari pembangkitan di PLTMH Desa Lantan sebesar                Rp. 2.153.500.000,- layak diterima karena hasil Net Present Value-nya positif, dan IRR yang didapat sebesar 8,408 % (lebih besar dari suku bunga di bank yaitu sebesar 8%) sehingga investasi itu akan menguntungkan.
2.   Pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-hidro di Desa Lantan dengan daya yang dibangkitkan sebesar 100 kW, diperoleh Biaya Pokok Penyediaan (BPP) di pembangkit 155,365 Rp./kWh; di tegangan menengah 373,708 Rp./kWh; dan tegangan rendah 469,921 Rp/kWh. Nilai Biaya Pokok Penyediaan (BPP) yang di-peroleh setelah perhitungan ternyata lebih kecil dan memiliki selisih dari tarif yang berlaku di Desa Lantan saat ini sehingga tetap menjanjikan untuk kelang-sungan PLTMH selanjutnya jika dilaksana-kan dengan baik.
3.   Sedangkan untuk biaya beban perbulan-nya adalah 205.917,1425 Rp./450 kVA/bln yang ternyata lebih besar dari biaya beban yang berlaku saat ini yaitu 13.500 Rp./450 kVA/bln sebab biaya beban yang berlaku di Desa Lantan yang dikenakan saat ini hanya untuk menangung biaya operasional dan  pemeliharaan sehingga menganggap biaya pembelian beberapa komponen di pembangkit, tegangan menengah, dan tegangan rendah adalah sumbangan dari pemerintah.


DAFTAR RUJUKAN
Don R. Hansen and Maryane M. Mowen, 2000., Cost Management : Accounting and Control, 2ed,Jakarta: Salemba Empat.
Charismata Kualita, 2006, Workshop Perhitungan Biaya Pokok Penyediaan dan Desain Tarif Listrik, Makalah disajikan dalam Lokakarya penentuan TDL, Mataram.
PLN, 2006,” Studi Penyusunan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik”, Mataram: PT PLN (persero) Wilayah NTB.
Robert J. Kodoatie, 1997, Analisis Ekonomi Teknik, Yogyakarta :Andi Ofset,.
 Santika I P G, 2006. Analisis Investasi dan Penentuan Harga Jual per kWh Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Sungai Petanu, Desa Tegenungan, Kemenuh, Gianyar-Bali. Denpasa”, Tugas Akhir tidak diterbitkan. Denpasar-Bali: Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana.
 Sumastuti, 2006, Keunggulan NPV sebagai Alat Analisis Uji Kelayakan Investasi dan Penerapannya”, Artikel (Online), www.google.com/BEJ-v3-n1-artikel-diakses 17agustus2006.pdf.

0 Response to "MAKALAH HUKUM VISUALISASI HUKUM FARADAY KAJIAN TARIF BERDASARKAN BIAYA POKOK PENYEDIAAN (BPP) PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO LANTAN "

Posting Komentar

wdcfawqafwef

BACKLINK OTOMATIS GRATIS JURAGAN.