. Pendahuluan
Ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pendidikan dan
pengajaran, terus berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu
pendidikan dan pengajaran adalah munculnya ide-ide inovatif yang pada dasarnya
bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran itu sendiri.
Sumbangan para peneliti pendidikan tidaklah sedikit dalam hal ini. Banyak
penelitian telah dilakukan dengan mengambil topik bidang pendidikan, baik
secara makro maupun mikro.
Sehubungan dengan itu, komunikasi ilmiah melalui
publikasi temuan-temuan kajian dan penelitian pendidikan sudah demikian cepat
dan mudah dengan adanya sarana teknologi seperti internet. Kontribusi yang
demikian besar dimana di dalamnya berbaur berbagai perspektif dan dimensi
tentang pendidikan, hendaknya dapat ditanggapi sebagai suatu tantangan yang
membutuhkan kejelian dan kearifan para pendidik untuk menilai sejauhmana suatu
fenomena pendidikan dan pengajaran telah berkembang. Tantangan tersebut
mengharuskan adanya sintesis dari berbagai dimensi dan perspektif yang ditawarkan,
dalam rangka meningkatkan wawasan akademik dan kualitas pembelajaran
guru/dosen. Dengan demikian, aksiologi ilmu pengetahuan secara langsung dapat
dirasakan.
Meta-analisis adalah suatu penelitian tentang
hasil-hasil penelitian sejenis. Dilihat dari karakteristik tersebut, maka
meta-analisis merupakan suatu studi dokumen. Pada dasarnya, meta-analisis
adalah suatu cara untuk mengintegrasikan atau mensintesiskan temuan-temuan
penelitian (Glass dkk, 1981). Gall, dkk (2004) menekankan bahwa meta-analisis
adalah suatu prosedur statistik yang
dapat digunakan untuk mencari kecenderungan besarnya pengaruh yang diamati dari
sejumlah penelitian kuantitatif yang melibatkan masalah penelitian atau topik
penelitian yang sama. Meta-analisis mulai banyak digunakan sejak tahun 70an.
Jadi, meta-analisis bukanlah hal baru dalam penelitian.
Meta-analisis pada era tersebut dimaksudkan sebagai
suatu usaha mengintegrasikan temuan-temuan dari sejumlah penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan desain eksperimen (dimana terdapat kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol). Hal ini harus dilakukan karena penghitungan effect size dilakukan dengan jalan
membagi selisih rerata kelompok eksperimen dengan rerata kelompok kontrol,
dengan deviasi standar kelompok kontrol.
Tak dapat disangkal lagi bahwa munculnya meta-analisis
yang khusus untuk penelitian-penelitian kuantitatif dipengaruhi oleh dominasi
paradigma kuantitatif (scientific methods)
yang memang berjaya di era tahun 70-an, terutama di bidang pendidikan. Namun,
perkembangan paradigma kualitatif yang cukup pesat pada masa-masa berikutnya
telah pula mengarah pada ‘meta-analisis’ atau sintesis temuan-temuan penelitian
kualitatif. Sintesis ini bersifat eksploratori. Tentu saja metode effect size tidak dapat digunakan dalam sintesis
kualitatif. Ogawa dan Malen (dalam Gall
dkk, 2003) mengembangkan suatu metode sintesis kualitatif yang mereka sebut
dengan multivocal literature. Multivocal
literature bertujuan untuk menghasilkan pemahaman yang mendalam terhadap
fenomena yang diteliti, dan untuk mengembangkan hipotesis yang dapat memandu
pengembangan penelitian berikutnya.
Melakukan penelitian adalah
salahsatu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Undiksha
Singaraja, khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris telah pula melakukan
penelitian-penelitian dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Sejauh
ini, penelitian jenis ini (PTK dan PPKP/RII) telah dilakukan sejak tahun 1997
yaitu tahun pertama dimulainya trend classroom-actionresearch di Indonesia, yang pertamakali diperkenalkan oleh proyek PGSM.
Dari pendokumentasian awal yang dilakukan oleh peneliti ditemukan sekitar 25
PTK dan PPKP yang telah dihasilkan oleh para dosen Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris IKIP Singaraja (tidak termasuk PTK yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
rangka penulisan skripsi). PTK dan PPKP tersebut didanai dari berbagai sumber,
yaitu proyek PGSM, Direktorat Ketenagaan
(dahulu Direktorat P2TK & KPT), Due-Like, dan lembaga (DIK dan DIK-S).
Dilihat dari banyaknya PTK dan PPKP yang telah
dihasilkan, dipandang perlu untuk melakukan sintesis terhadap hasil-hasilnya.
Hal ini sangat penting mengingat penelitian-penelitian tersebut telah berdampak
pada peningkatan kualitas pengajaran sehingga sangatlah bermanfaat bila
hasil-hasilnya diketahui secara komprehensif, artinya, hasil-hasil tersebut
tidaklah diketahui dan didiseminasikan secara sporadik atau sendiri-sendiri,
tetapi terdapat suatu meta-analisis yang dapat menggambarkan upaya-upaya yang
telah dilakukan melalui PTK dan PPKP, serta sejauhmana upaya-upaya tersebut
telah berdampak pada kualitas pengajaran Bahasa Inggris. Dengan demikian, hasil
meta-analisis tersebut dapat digunakan sebagai salahsatu sumber informasi
empirik yang komprehensif.
Dilihat dari sudut
pengajaran Bahasa Inggris, meta-analisis merupakan salahsatu upaya ilmiah yang
tepat. Telah menjadi suatu fenomena umum bahwa Bahasa Inggris dianggap sebagai
bidang studi yang sulit, tidak menarik, tetapi menjanjikan. Banyak orang gagal
belajar Bahasa Inggris padahal disadari betul bahwa banyak peluang kerja dapat
diraih dengan kemampuan berbahasa Inggris. Keberhasilan belajar Bahasa Inggris
sangat tergantung pada dua faktor utama, yaitu bakat dan motivasi (Gardner, 2001). Sementara
bakat sifatnya menetap, motivasi sifatnya dinamis. Hal ini berarti bahwa
keberhasilan belajar Bahasa Inggris tergantung pada motivasi. Untuk
meningkatkan motivasi, Gadner menyarankan optimalisasi faktor-faktor
instrumental seperti guru, materi, dan metode pengajaran. Karena itu, menjadi
sangat logis akan perlunya meta-analisis ini dalam rangka menyediakan informasi
yang komprehensif bagi optimalisasi pengajaran Bahasa Inggris, terutama untuk
dapat secara optimal meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris. Sehubungan
dengan hal di atas, penelitian ini bertujuan mencapai tiga hal, yaitu (1) untuk
memberikan gambaran umum tentang hasil-hasil penelitian PTK dan PPKP Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha, (2) untuk menganalisis ketepatan prosedur
PTK dan PPKP yang telah dilakukan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dalam rangka
meningkatkan kualitas pengajaran Bahasa Inggris, dan (3) untuk menganalisis
sejauhmana PTK dan PPKP tersebut telah menimbulkan peningkatan kualitas
pengajaran Bahasa Inggris.
2. Meta-Analisis PTK dan PPKP
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha Singaraja Tahun 1999 - 2005
2.1 Metode dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan studi dokumen yang menganalisis
22 laporan penelitian PTK dan PPKP Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha
periode tahun 1999 – 2005. Seorang pustakawan Undiksha membantu mengumpulkan
laporan yang diperlukan.
Prosedur penelitian mengadaptasi
metode sintesis kualitatif (meta-analisis kualitatif) dari Gall dkk. (2003)
yang meliputi langkah-langkah pokok sebagai berikut. (1) audit trail, yaitu pencatatan mengenai prosedur penelitian yang
digunakan, (2) menetapkan definisi dari fokus sintesis, (3) menggali literatur
yang relevan, (4) mengklasifikasi dokumen, (5) membuat database ringkasan, (6)
melakukan interpretasi dan pembahasan, dan (7) menggunakan sejawat atau
informan untuk membaca hasil sintesis.
Untuk melakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan
tabulasi data dan pembuatan database ringkasan. Catatan, contoh hasil tabulasi data dan database ringkasan yang
lengkap terdapat pada laporan penelitian. Paparan pada beberapa bagian artikel
ini, terutama pada bagian temuan penelitian, tidak secara spesifik menyebutkan
laporan PTK mana yang dimaksud (referensi), karena keterbatasan halaman.
Pembaca yang tertarik dapat menghubungi peneliti atau Lemlit Undiksha Singaraja
untuk mendapatkan paparan lengkapnya.
Tabel 01 : Tabulasi Data No. 16.
No.
|
Judul
|
Peneliti
|
Tahun
|
Subjek
|
Jenis
|
Hal yang ditanggulangi
|
Cara Penanggulangan Masalah
|
|||
Prestasi
|
Non-pres
|
Kinerja guru
|
Strat. Pemb.
|
Strat. Asesmen
|
||||||
16
|
Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Keterampilan Berbicara siswa SMU Negeri 4 Singaraja melalui pemanfaatan
teknik storytelling: suatu pembelajaran berpendekatan kontekstual/ Ditjen
Dikti
|
Dra. Ni Made Ratminingsih, M. A.; Ni Ketut
Namiasih, S. Pd.
|
2004
|
Kelas II.2 SMU Negeri 4 Singaraja
|
PTK
|
Keterampilan berbicara
|
Teknik Storytelling
|
Ringkasan Data No. 15.
Judul Penelitian :
Revitalisasi Teknik Role Play dalam
pembelajaran Bahasa Inggris di SMU Lab IKIP Negeri Singaraja sebagai Upaya
untuk mengintegrasikan pembelajaran aspek kebahasaan dengan keterampilan
berkomunikasi oral: suatu pembelajaran berorientasi pada KBK
Jenis Penelitian/Tahun : PPKP/2004
Subjek Penelitian : Siswa Kelas II.1 SMU Lab. IKIP Negeri
Singaraja
Ringkasan :
Penelitian
dilakukan berdasarkan masalah nyata yang ditemukan pada kelas tersebut di atas,
yaitu lemahnya kompetensi oral siswa dalam Bahasa Inggris. Penelitian bertujuan
untuk mengetahui apakah revitalisasi teknik roleplay dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMU Lab IKIP Negeri Singaraja
dapat meningkatkan kompetensi berkomunikasi oral siswa yang di dalamnya
mengintegrasikan aspek kebahasaan seperti ucapan, gramatika, dan kosakata.
Langkah-langkah role play yang
dilakukan adalah (1) membaca dialog atau percakapan dengan tema /sub tema yang
akan dibahas, (2) membahas kata-kata yang tidak dimengerti oleh siswa di antara
teman-teman kereka atau dengan bantuan guru, (3) mempelajari tata bahasa
melalui kalimat-kalimat yang ada pada dialog secara induktif, dan (4)
memberikan contoh pelafalan kata-kata Bahasa Inggris yang ada pada dialog.
Kemampuan berkomunikasi oral dinilai berdasarkan lima indikator yaitu ucapan, tatabahasa,
kosakata, kelancaran, dan pemahaman. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus
dimana masing-masing siklus terdiri dari tiga sesi pertemuan di kelas. Hasil
siklus I menunjukkan rerata siswa adalah 3,55; dengan rincian secara
berturut-turut pemahaman 4,88; ucapan 3,09; tatabahasa 3,12; kosakata 3,26; dan
kelancaran 3,38. Pada siklus II, pembelajaran menggunakan teknik yang sama,.
Dengan lebih memfokuskan pada empat aspek yang belum mencapai kriteria
keberhasilan. Hasil siklus II menunjukkan bahawa reratanya 3,78. ; dengan
rincian secara berturut-turut pemahaman 4,59; ucapan 3,53; tatabahasa 3,56;
kosakata 3,65; dan kelancaran 3,59. Dari hasil itu, pemahaman dan kosakata
telah mencapai kriteria keberhasilan, sehingga pada siklus III, pembelajaran
menggunakan teknik yang sama, dengan lebih memfokuskan pada tiga aspek yang
belum mencapai kriteria keberhasilan. Hasil siklus II menunjukkan rerata 4,94
dimana semua aspek mencapai di atas 4,8. Hasil lain yang dipantau melalui
observasi adalah interaksi yang baik antar siswa dan antara siswa dengan guru,
keneranian siswa meningkat, partidipasi dalam KBM baik, motivasi dan kegairahan
baik. Temuan yang dijaring melalui angket adalah respon siswa yang sangat
positif terhadap teknik role play.
Berdasarkan hasil tabulasi dan database ringkasan,
dilakukan analisis untuk menjawab tiga tujuan penelitian seperti telah
disebutkan di depan.
2.2 Temuan Penelitian dan
Pembahasan
Setelah dilakukan sintesis
kualitatif terhadap 22 laporan PTK dan PPKP di atas, maka berikut ini
dipaparkan temuan hasil sintesis dan pembahasannya.
2.2.1 Gambaran Umum Laporan PTK dan PPKP
Hasil tabulasi data
menunjukkan gambaran umum laporan PTK dan PPKP yang dikaji dalam sintesis ini.
a.
Judul penelitian
Judul-judul dari penelitian yang dianalisis menunjukkan
judul yang relevan dengan hakikat PTK, yaitu menunjukkan masalah, seting
masalah, dan cara penanggulangan
masalah.
b.
Peneliti
Hasil tabulasi data menunjukkan bahwa peneliti terdiri
atas dosen-dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan guru dari berbagai
sekolah di Buleleng. Kolaborasi terlihat dengan adanya tim peneliti. Tidak ada
laporan dengan peneliti tunggal. Kolaborasi antardosen dilakukan dalam PPKP,dan
kolaborasi antara dosen dengan guru dalam PTK.
c.
Tahun Penelitian
Laporan yang dikaji berkisar dari tahun 1999 hingga
tahun 2005. PTK pertama kali dilakukan di Indonesia pada tahun 1998 dan
terdapat dua PTK yang dilakukan di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris pada saat
itu, namun keberadaan kedua laporan tersebut tidak dapat dilacak. Tren
penelitian dilihat dari tahun penelitian berturut-turut adalah: tahun 1999 2
buah, tahun 2000 2 buah. Tahun 2001 3 buah, tahun 2002 2 buah, tahun 2003 3 buah, tahun 2004 5 buah, dan tahun
2005 5 buah.
d.
Subjek
Subjek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris Undiksha (PPKP) dan siswa (PTK). Hasil tabulasi menunjukkan
bahwa dari 12 PTK yang dikaji, subjeknya berturut-turut siswa SD 2 laporan, SMP
5 laporan, dan SMA 5 laporan.
e.
Jenis
Terdapat 12 PTK dan 10 PPKP yang dianalisis
f.
Hal yang ditanggulangi, dibagi
menjadi kelompok prestasi belajar Bahasa Inggris, dan kelompok non-prestasi
belajar, yaitu aspek-aspek psikologis seperti minat. Tabulasi data menunjukkan
bahwa seluruh laporan mengangkat masalah prestasi belajar; dimana satu di antaranya
juga mengangkat masalah non-prestasi yaitu partisipasi siswa dalam KBM.
g.
Cara penanggulangan masalah
dibedakan menjadi kelompok strategi pembelajaran dan kelompok strategi asesmen.
Ada 20 laporan yang menggunakan strategi pembelajaran
sebagai upaya penaggulangan masalah, 1 laporan menggunakan strategi asesmen,
dan 1 laporan menggunakan kombinasi antara strategi pembelajaran dengan
asesmen.
Temuan di atas menunjukkan bahwa sintesis ini berhasil
menganalisis semua laporan PTK dan PPKP Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dalam
rentang tahun 1999 hingga tahun 2005, yaitu sebanyak 12 PTK dan 10 PPKP. Temuan
di atas juga menunjukkan bahwa ditinjau dari peneliti, telah dilakukan
kolaborasi baik antardosen maupun antara dosen dengan guru. Hal ini sesuai
dengan salahsatu prinsip PTK seperti yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.
Taggart (1988) bahwa kolaborasi dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan bersama
dalam suatu hubungan yang seimbang, harmonis, dan saling menghargai. Ketika
pertama kali diperkenalkan di Indonesia,
PTK difasilitasi oleh Projek PGSM Ditjen Dikti. Pada waktu itu mulai
diperkenalkan ide kolaborasi antara dosen dengan guru untuk memecahkan masalah
bersama. Sebelumnya, hubungan antara dosen dengan guru lebih banyak diwarnai
oleh kebutuhan dosen akan subjek penelitiannya, dan guru memfasilitasi
kebutuhan tersebut.
Selanjutnya, dilihat dari subjek penelitian, ditemukan
bahwa PTK dan PPKP jumlahnya berimbang, dengan PTK sedikit lebih banyak. Dari
12 PTK, juga terlihat distribusi yang cukup baik dilihat dari jenjang
pendidikan subjek, yaitu terdistribusi untuk ketiga jenjang SD, SMP, dan SMA;
meskipun jenjang SD mandapat porsi paling sedikit (2 laporan). Hal ini
kemungkinan disebabkan karena dosen Jurusan Bahasa Inggris sebagai inisiator
lebih banyak berkutat dengan jenjang SMP dan SMA, seperti misalnya dalam
membimbing PPL. Dengan demikian, sharing
antara guru dalam merasakan masalah bersama lebih banyak terjadi di kedua
jenjang tersebut. Di samping itu, sejak awal PTK, dosen memang dipasangkan
dengan guru SMP dan SMA (seperti terlihat dalam tabulasi data).
2.2.2 Ketepatan Prosedur
PTK
Ketepatan prosedur
PTK dilihat dari dari tiga aspek, yaitu pertama, kesesuaian antara judul,
latar belakang, permasalahan dan tujuan, cara pemecahan masalah, data dan hasil
penelitian, dan simpulan. Aspek ini dianalisis melalui database ringkasan untuk
setiap laporan. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat empat dari 22 laporan
yang dianalisis (18,18 %) tidak memenuhi kriteria aspek ini. Satu laporan
(4,55%) tidak menunjukkan konsistensi antara tujuan penelitian dengan data yang
dihasilkan dan tidak ada konsistensi jenis data yang dicari antara antara satu
siklus dengan yang lainnya. Akibatnya, hasil penelitian tidak jelas dan tidak
mampu menjawab tujuan penelitian. Pada satu laporan (4,55%) tidak ditemukan
tujuan penelitian, tidak ada konsistensi antara judul dengan permasalahan yang
hendak dipecahkan, dan tidak jelasnya cara pemecahan masalah yang digunakan.
Satu laporan (4,55%) menggunakan desain bukan PTK, tetapi lebih dekat ke
eksperimen. Satu laporan mengalami masalah secara substantif, yaitu tidak ada
konsistensi antara judul dengan masalah dan tujuan penelitian; dimana kompetensi
komunikatif dimaknai hanya dari ketepatan (accuracy)
dalam lafal, stress, intonasi, ritme, dan kelancaran (fluency) namun tidak menyentuh kualitas ide yang dikamunikasikan.
Tinjauan pustaka hanya tentang lafal saja; kedua, berawal dari masalah riil
yang dihadapi subjek PTK sehingga sifatnya situasional. Aspek ini dianalisis
dari latar belakang penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya satu
laporan (4,55%) yang tidak memenuhi aspek ini. Laporan tersebut tidak
menunjukkan adanya masalah secara riil, serta tidak menunjukkan kelompok subjek
tertentu yang mengalami masalah tersebut. Yang digunakan sebagai latar belakang
adalah masalah yang umumnya dihadapi dalam menerjemahkan. Dengan demikian,
penelitian ini tidak dapat dikategorikan sebagai PTK; ketiga, mengikuti
fase-fase siklus PTK yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Aspek ini dianalisis dari desain dan prosedur yang digunakan dalam penelitian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya satu laporan (4,55%) yang tidak
menggunakan desain PTK dan prosedur siklus dalam melaksanakan penelitian;
sedangkan, 21 laporan (94,45%) mengikuti desain dan prosedur siklus. Secara
umum, dalam prosedur yang ditempuh dijelaskan langkah-langkah umum tindakan
(sintaks) dan apa yang dilakukan pada setiap fase dalam siklus. Pada semua
laporan tersebut, pada setiap siklus keempat fase dijelaskan
langkah-langkahnya.
Temuan penelitian
menunjukkan bahwa secara prosedur, sebagian terbesar laporan PTK dan PPKP telah
mengikuti prosedur PTK, yaitu prosedur umum suatu penelitian, pengentasan
masalah riil, dan penggunaan prosedur siklus.
Dilihat dari prosedur umum penelitian, terdapat 4
laporan (18,18%) tidak memenuhi prosedur umum sebuah penelitian. Hal ini
terlihat pada beberapa hal seperti, tidak adanya konsistensi judul dengan
masalah penelitian, tidak jelasnya masalah yang ditanggulangi, dan pelaksanaan
penelitian yang tidak mencerminkan prosedur PTK. Dari temuan ini dapat
dikatakan bahwa kemampuan dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dalam
melakukan PTK secara prosedural sudah baik (81,72%). Hal ini mungkin disebabkan
oleh pelatihan-pelatihan PTK yang pernah diikuti oleh para dosen tersebut dan
pengalaman meneliti sebelumnya.
Bahwa terdapat empat laporan yang bermasalah mungkin
disebabkan oleh hal-hal teknis seperti waktu penyelesaian penelitian yang
mendesak atau kolaborasi yang kurang optimal. Ini terlihat seperti adanya judul
yang tidak sejalan dengan masalah penelitian. Boleh jadi hal ini karena
kecerobohan ketika mengetik judul. Namun, tidak tertutup kemungkinan terdapat
penyebab yang lebih substantif, seperti misalnya kajian pustaka yang tidak
menyentuh substansi masalah yang ditanggulangi. Terdapat suatu penelitian yang
menanggulangi masalah kemampuan berkomunikasi verbal, namun kajian yang dilakukan
hanya pada lafal saja. Ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana pendekatan
peneliti terhadap masalah bila hakikat masalah dan substansi dasarnya tidak
dipahami. Hal ini dapat menimbulkan ketidaktepatan dalam menganalisis masalah
dan juga ketidaktepatan pemilihan cara penganggulangan masalah.
Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa hanya satu
laporan yang tidak menggunakan prosedur siklus, yaitu pelaksanaan yang
mengikuti langkah-langkah atau fase-fase perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Prosedur siklus merupakan ciri khusus penelitian
tindakan yang tidak terdapat pada jenis penelitian lain. Terdapat satu laporan
yang tidak menggunakan prosedur siklus seperti tersebut di atas, tetapi
menggunakan prosedur pelaksanaan penelitian eksperimen. Hal ini mungkin
disebabkan karena sosialisasi PTK terhadap peneliti yang bersangkutan tidak
terjadi secara baik.
2.2.3 Isi atau Konten PTK
Isi atau konten PTK dilihat dari (1) jenis-jenis upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran, dan (2) aspek-aspek
kebahasaan yang terlibat.
(1) Jenis-jenis upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pengajaran
Data untuk aspek
ini diperoleh dari hasil tabulasi data dan database ringkasan. Upaya yang
dilakukan untuk menanggulangi permasalahan yang muncul dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu jenis masalah yang ditanggulangi dan jenis pemecahan masalah
yang digunakan.
Jenis masalah yang ditanggulangi dilihat dari dua hal,
yaitu rumusan masalah dan tujuan penelitian. Data menunjukkan bahwa semua
laporan menanggulangi masalah prestasi belajar siswa, dimana 1 laporan menyasar
prestasi belajar dan non-prestasi belajar (yaitu partisipasi dalam PBM)
sekaligus. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tidak ada hal yang
ditanggulangi di luar masalah siswa, seperti misalnya kinerja guru dan
lingkungan belajar. Namun demikian, analisis terhadap database ringkasan
menunjukkan bahwa semua laporan menyebutkan dampak ikutan dari upaya
penanggulangan prestasi belajar. Dampak ikutan yang dilaporkan antara lain partisipasi
dalam KBM dan persepsi terhadap KBM yang digunakan, Dampak ikutan tersebut
tidak dirumuskan dalam rumusan masalah.
Jenis pemecahan masalah dilihat dari dua hal, yaitu
strategi pembelajaran dan strategi asesmen. Dari 22 laporan, ada 20 laporan (90,90%)
yang menggunakan strategi pembelajaran, 1 laporan (4,54%) menggunakan strategi
asesmen, dan 1 laporan (4,54%) menggunakan kombinasi antara strategi
pembelajaran dan asesmen sekaligus. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa
beberapa diantara strategi tersebut bersifat inovatif dan beberapa lainnya
masih konvensional. Juga ditemukan adanya beberapa strategi yang digunakan
secara berulang.
(2) Aspek-aspek kebahasaan yang terlibat
Dari hasil tabulasi
data dan ringkasan laporan-laporan tersebut ditemukan bahwa aspek-aspek
kebahasaan bahasa Inggris yang ditemukan
sebagai masalah siswa/mahasiswa adalah aspek Membaca 4 laporan, Menulis 4
laporan, Berbicara 3 laporan, Menyimak 1 laporan, Kompetensi Bahasa Inggris
umum 4 laporan, Literasi 2 laporan, Tatabahasa 3 laporan, dan Menerjemah 1
laporan. Dengan demikian, masalah kemampuan berbahasa (yang meliputi Membaca,
Menulis, Berbicara, Menyimak, Kompetensi umum, Literasi, dan Menerjemah)
mencapai 18 laporan ( 81, 81%), dan untuk komponen kebahasaan hanya satu yaitu Tatabahasa
3 laporan (18,19 %).
Temuan penelitian
di atas menunjukkan bahwa seluruh laporan mengangkat masalah siswa/mahasiswa
sebagai fokus masalah. Di samping itu, seluruh laporan mengangkat masalah
prestasi atau hasil belajar. Hanya satu laporan mengangkat masalah
non-prestasi, yaitu partisipasi siswa dalam latihan berkomunikasi. Temuan itu
juga menunjukkan bahwa dampak cara penanggulangan masalah yang digunakan juga
terjadi pada aspek-aspek non-prestasi belajar namun tidak dirumuskan dalam
rumusan masalah. Hal ini merupakan fenomena yang menarik, sebab perlu dikaji
alasan kenapa aspek-aspek non-prestasi tidak secara eksplisit dirumuskan
sebagai masalah. Jika berdasarkan pada analisis diagnostik pra-tindakan memang
tidak ditemukan masalah-masalah non-prestasi, kenapa dalam pelaksanaan
penelitian aspek-aspek tersebut dipantau. Demikian pula sebaliknya, jika
ditemukan masalah non-prestasi baik sebagai masalah atau pun penyebab masalah,
kenapa tidak dirumuskan secara eksplisit.
Selanjutnya, hal
yang perlu dibahas adalah jenis pemecahan masalah yang digunakan. Dari temuan
penelitian dapat dilihat bahwa penggunaan strategi pembelajaran mendominasi
cara pemecahan masalah (20 laporan), strategi asesmen digunakan pada satu
laporan, serta kombinasi antara strategi pembelajaran dan asesmen digunakan
dalam 1 laporan. Hal ini berarti bahwa masalah prestasi yang dihadapi oleh
subjek lebih banyak terkait dengan masalah strategi pembelajaran sehingga
peneliti memilih strategi yang dianggap tepat menanggulangi masalah yang ada.
Pada dasarnya, masalah yang ditanggulangi dalam suatu PTK merupakan
masalah-masalah yang terkait dengan pembelajaran, seperti masalah siswa
(prestasi dan non-prestasi), masalah guru (kinerja guru, kompetensi guru),
masalah materi (tingkat kesulitan, kesesuaian dengan kurikulum) dan lain
sebagainya. Namun dalam laporan PTK dan PPKP Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
ini fokus masalah ada pada prestasi belajar subjek, dan penganggulangannya
dilakukan melalui penggunaan strategi pembelajaran yang relevan.
Selanjutnya,
tinjauan dilakukan terhadap aspek-aspek kebahasaan yang terlibat. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar laporan mengenai upaya peningkatan
kompetensi berbahasa Inggris, baik kompetensi berbahasa Inggris (umum),
kompetensi reseptif seperti membaca dan menyimak; maupun kompetensi produktif
seperti berbicara, menulis, dan menerjemah. Hanya satu aspek komponen bahasa
yang menjadi topik, yaitu tatabahasa. Dari fakta tersebut dapat dikemukakan
beberapa hal. Pertama, kemungkinan masalah
yang dihadapi subjek lebih banyak adalah faktor kompetensi berbahasa, sedangkan
penguasaan terhadap komponen-komponen kebahasaan bukan merupakan masalah. Kedua, mengingat peneliti dapat memilih
prioritas masalah yang akan diangkat, ada kemungkinan peneliti lebih memilih
masalah kurang kompetennya subjek dalam berbahasa Inggris sebagai prioritas, di
samping adanya asumsi bahwa upaya meningkatkan kompetensi berbahasa sudah
otomatis berarti meningkatkan kemampuan dalam komponen-komponen bahasa. Ketiga, karena orientasi pembelajaran Bahasa
Inggris (dan bahasa lain pada umumnya) adalah untuk kemampuan berkomunikasi,
maka masalah dalam konponen-komponen bahasa seperti lafal dan kosakata
ditangani dalam konteks peningkatan kompetensi berbahasa.
3. Penutup
Berdasarkan paparan temuan penelitian dan pembahasan di
atas, dapat disimpulkan dan disarankan sebagai berikut. (1) Gambaran
umum laporan PTK dan PPKP Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, meliputi (a) judul
penelitian mencerminkan PTK, (b) peneliti merupakan kolaborasi antara dosen dan
guru dan antar dosen, tahun penelitian dari tahun 1999 hingga tahun 2005,
subjek penelitian siswa SD hingga SMA di Kabupaten Bulelng dan mahasiswa
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, jenis penelitian meliputi PTK dan PPKP, masalah
yang ditanggulangi adalah prestasi belajar berbahasa dan komponen kebahasaan,
dan cara penanggulangan masalah meliputi penggunaaan strategi pembelajaran dan
strategi asesmen. (2) Laporan PTK dan PPKP Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris secara umum telah mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas
dimana ditemukan kesesuaian antara judul penelitian, latar belakang
permasalahan dan tujuan, cara pemecahan masalah, data dan hasil penelitian, dan
simpulan penelitian. Prosedur siklus digunakan dalam menanggulangi masalah, dan
permasalahan penelitian berawal dari masalah riil dan bersifat situasional. (3)
Laporan PTK dan PPKP ditinjau dari isi atau kontennya secara umum menunjukkan
dampak PTK dan PPKP tersebut terhadap peningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa
Inggris. Isi atau konten sehubungan dengan jenis upaya yang dilakukan untuk
menanggulangi permasalahan yang ada meliputi penggunaan strategi pembelajaran
dan asesmen. Isi atau konten sehubungan dengan aspek-aspek kebahasaan yang
terlibat meliputi pengentasan masalah kompetensi berbahasa (dominan), dan
masalah komponen kebahasaan. Upaya-upaya penganggulangan masalah yang telah
dilakukan dalam laporan ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran Bahasa Inggris, baik di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi.
Dengan teratasinya masalah-masalah riil maka kualitas pembelajaran Bahasa
Inggris diharapkan meningkat.
Dengan tingginya
manfaat PTK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta banyaknya PTK dan
PPKP yang telah memenuhi standar penelitian tindakan kelas yang baik,
disarankan agar tradisi meneliti dalam bentuk PTK dan PPKP pada Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha dilanjutkan dan ditingkatkan kualitasnya.
Bagi sebagian kecil peneliti yang belum secara tepat dapat melakukan PTK, disarankan
untuk menambah wawasan melalui keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan PTK,
melakukan kolaborasi dengan sejawat yang lebih berpengalaman, dan mengkaji
laporan-laporan PTK yang dianggap baik. Pertama,disarankan kepada para peneliti PTK untuk lebih meluaskan jangkauan PTK
pada aspek-aspek pembelajaran lain selain prestasi belajar. Beberapa komponen
pembelajaran belum banyak dikaji seperti masalah materi pembelajaran dan
lingkungan belajar. Kedua, sehubungan dengan adanya aspek-aspek non-prestasi belajar
yang banyak dikaji hanya sebagai dampak ikutan semata, perlu dilakukan PTk yang
secara eksplisit menyebutkan hal-hal ikutan tersebut sebagi masalah utama. Hal
ini penting mengingat, dalam rangka pencapaian kompetensi, domain belajar yang
disasar selain domain kognitif seperti prestasi belajar, juga domain afektif
dan psikomotor. Ketiga, Sintesis kualitatif ini adalah sebuah upaya awal meta-analisis
terhadap hasil-hasil penelitian. Meta analisis
perlu dilakukan terhadap berbagai hasil penelitian dari jenis penelitian lain
seperti eksperimen. Karena itu, peneliti yang tertarik diharapkan dapat
menggali lebih banyak dan dalam lagi hasil-hasil penelitian dengan cara
melakukan meta analisis.
DAFTAR PUSTAKA
Dillon,
et al. (1994). ‘Literacy Learning in
Secondary School Science Classrooms: A Cross-Case Analysis of Three Qualitative
Studies’. Journal of Research in Science
Teaching. Vol. 31, No. 4, pp. 345-362.
Gall,
M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. (2003). Educational
Research an Introduction 7th Ed.
Boston: Allyn & Bacon.
Gardner, R.C. (2001). Language Learning Motivation, the Student, the
Teacher, and the Researcher. Available at http://publish.uwo.ca/~gardner/
Glass,
G.V., McGaw, B., & Lee Smith, M. (1981). Meta-Analysis in Social Research. London: Sage Publications.
Kulik,
C. C., Kulik, J.A., & Bangert-Drowns, R.L. (1990). ‘Effectiveness of
Mastery learning Programs: A Meta-Analisis’. Review of Educational Research. Vol. 60, No. 2, Summer, pp.
265-299.
Marhaeni,
A.A.I.N. (2003). ‘Meta-Analisis Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap
Kemampuan Berbahasa Inggris’. JurnalPendidikan dan Pengajaran Undiksha Singaraja. No. 4 Th. XXXVI, Oktober.
Marhaeni,
A.A.I.N. (2006). Meta-Analisis dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan
Kualitas Pengajaran. Makalah
disampaikan pada Semlok P3AI Undiksha Singaraja, tanggal 5-6 April 2006.
Patton,
M.C. (1994). Qualitative Evaluation andResearch Methods. London:
Saga
0 Response to "CONTOH PTK BAHASA INGGRIS UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS "
Posting Komentar