A.
Latar Belakang Masalah
Pada era
globalisasi hanya bangsa-bangsa yang berkualitas tinggi yang mampu bersaing
atau berkompetisi di pasar bebas. Dengan demikian peningkatan kualitas sumber
daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia. Bidang
pendidikan memegang peranan yang sangat strategis karena merupakan salah satu
wahana untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia, oleh karena sudah
semestinya kalau pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas utama yang
harus dilakukan oleh pemerintah.
Salah satu
indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan nilai hasil belajar siswa.
Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila pembelajaran
langsung secara efektif dan efisien dengan ditunjang oleh tersedianya sarana
dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan
penguasaan materi yang cukup memadai. Proses belajar mengajar perlu diupayakan
agar lebih menarik dan berkesan dalam benak para siswa.
Penggunaan
metode mengajar yang sebagian besar dilakukan guru dengan mengedepankan peran
guru. Hal ini menyebabkan anak kurang berperan sehingga akhirnya nilai yang
diraihnya kurang dari yang diharapkan. Salah satu metode mengajar yang dapat
diterapkan dalam proses belajar mengajar adalah Cooperative Jigsaw. Dengan
pendekatan cooperative Jigsaw diharapkan anak dapat menggali dan menemukan
pokok materi secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu. Sehingga
akhirnya merasa senang dan materi yang dipelajari melekat dalam benaknya karena
didapatkan melalui pengalamannya sendiri.
Disamping
itu banyak keluhan dari para guru bahwa beban kurikulum bagi siswa terlalu
berat dibandingkan dengan waktu yang ada, sehingga kualitas hasil belajar tidak
memadai. Oleh sebab itu penerapan pendekatan Cooperative Jigsaw diharapkan
mampu mengatasi keterbatasan waktu tersebut. Guru tidak lagi harus secara
maraton menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, namun siswa akan belajar
aktif dan mandiri sesuai dengan kemajuan dan potensi yang dimiliki dengan
arahan dan bimbingan guru.
Ada berbagai
cara untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui peningkatan
kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan,
atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah
pembelajaran dan non pembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan
secara terkendali. Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan
lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan
tugasnya akan memberi dampak positif ganda.
Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan perlu adanya upaya-upaya dalam menyelenggarakan
pendidikan, seperti peningkatan interaksi timbal balik antara siswa dan guru,
ataupun interaksi antara satu siswa dengan siswa lain.
Interaksi
timbal balik tersebut dapat berupa perlakuan khusus pada saat proses belajar mengajar
berlangsung atau pemberian metode Cooperative Jigsaw terhadap hasil yang
dicapai siswa. Yang dimaksud dengan interaksi timbal balik guru siswa adalah
respon langsung maupun tidak langsung dalam proses belajar mengajar dari guru
ke siswa atau dari siswa ke guru.
Guru
hendaknya menggunakan berbagai variasi dalam proses belajar mengajar, satu
proses proses yang monoton saja akan tidak hidup, siswa menjadi pasif, sehingga
keberanian tidak berkembang.
Adakalanya
guru perlu menempatkan diri berdampingan dengan siswa sebagai senior yang
selalu siap menjadi nara sumber atau konsultan. Hal ini merupakan variasi dalam
proses membuat suasana kelas dan kreatifitas mereka kewajiban seorang guru dan
pembina pendidik lainnya. Program ini dapat dilaksanakan secara berencana atau
sewaktu-waktu disesuaikan dengan kebutuhan.
Berdasarkan
hal di atas maka penulis tertarik untuk meneliti ”Meningkatkan Minat Dan
Prestasi Belajar Geografi Pada Materi
Lithosfer Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Jigsaw Siswa Kelas
X SMAN 2 Purwokerto TahunPelajaran 2012/2013”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
hal-hal yang telah diuraikan di atas, secara rinci masalah yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
1.
Apakah
pemakaian metode Cooperative Jigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
geografi dengan materi lithosfer ?
2.
Apakah
pemakaian metode Cooperative jigsaw dapat membuat pembelajaran geografi dengan
materi lithosfer lebih bermakna bagi siswa ?
a.
Identifikasi
Masalah
Dari latar
belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.
Pelajaran
geografi dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata, tetapi kenyataannya siswa
masih mengalami kesulitan dalam mempelajari materi di kelas X.
2.
Prestasi
belajar yang tinggi merupakan tujuan pembelajaran geografi, tetapi kenyataannya
masih rendah.
3.
Untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik
perlu adanya metode pembelajaran yang tepat untuk siswa.
4.
Metode
Cooperative jigsaw yang digunakan dalam pembelajaran geografi dapat
mempengaruhi daya tangkap siswa terhadap materi lithosfer.
b.
Pembatasan
Masalah
Masalah
yang akan dikaji dibatasi pada seberapa besar pengaruh metode Cooperative
jigsaw pada materi lithosfer dalam meningkatkan prestasi belajar geografi di
kelas X SMAN 2 Purwokerto.
c.
Pemecahan
Masalah
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dipaparkan, hipotesis atau jawaban sementara yang
dikemukakan dalam proposal Penelitian Tindakan Kelas adalah: Dengan metode
Cooperative jigsaw pada materi
lithosfer prestasi belajar siswa kelas X
pada mata pelajaran geografi dapat meningkat.
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Meningkatkan
kualitas pembelajaran dilihat dari segi dimensi guru dan siswa.
2. Tujuan khusus:
a.
Peningkatan
profesionalitas guru dalam pembelajaran geografi dengan materi lithosfer di kelas X SMAN 2 Purwokwerto
b.
Mengenalkan
dan menerapkan cara-cara baru dalam pembelajaran geografi dengan materi lithosfer di kelas X SMAN 2
Purwokerto.
b.
Meningkatkan
prestasi belajar geografi materi lithosfer dengan metode Cooperative jigsaw pada
siswa kelas X SMAN 2 Purwokerto tahun pelajaran
2012/ 2013
D.
Manfaat Penelitihan
1.
Manfaat
Teoritis
2.
Manfaat
Praktis
a.
Bagi
siswa
Diharapkan
dapat memperbaiki dan meningkatkan prestasi belajar geografi di kelas secara
maksimal.
b.
Bagi
guru
Memperoleh
seperangkat pengalaman baru bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang
tepat dalam proses belajar di kelas
c.
Bagi
Sekolah
Diharapkan
dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran bagi sekolah agar memberi perhatian
khusus terhadap faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar geografi.
d.
Bagi
Perpustakaan Sekolah
Dapat menambah
referensi bagi pembaca di perpustakaan sekolah, sehingga membuka wawasan bagi
guru atau pembaca yang lain dalam menerapkan metode Cooperative jigsaw.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
A. Pengertian
Belajar
Pada dasarnya
prinsip belajar lebih menitikberatkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi
dasar proses pembelajaran. Menurut Robert M. Gagne ( dalam Muslich, 2007), belajar
adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara
terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses petumbuhan saja. Gagne
berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh factor dari luar dan factor dari
dalam diri, dan keduanya saling berinteraksi. Sementara itu Jung (dalam
muslich, 2007) berpendapat bahwa belajar adalah upaya untuk memperoleh
kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1992:84)
mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam
tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Dari
definisi-definisi tersebut maka Muslich (2007) menyimpulkan bahwa belajar
adalah segenap rangkaian kegiatan aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh
karena itu, apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah
laku yang fositif, dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawadan
pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum
sempurna.
B. Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Siswa
Berhasilnya atau
tidaknya pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:
a.
Faktor
internal (factor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan
rohani siswa.
b.
Faktor
eksternal ( factor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c.
Faktor
pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang di gunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran
C. Konsep
Strategi Pembelajaran cooperative Jigsaw (Model Tim Ahli) (ARONSON, BLANEY, STEPHEN,
SIKES, AND SNAPP, 1978).
Langkah-langkah :.
a.
Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim..
b.
Tiap orang dalam tim diberi
bagian materi yang berbeda..
c.
Tiap orang dalam tim diberi
bagian materi yang ditugaskan.
d.
Anggota dari tim yang berbeda
yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
e.
Setelah selesai diskusi sebagai
tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman
satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
f.
Tiap tim ahli mempresentasikan
hasil diskusi.
g.
Guru memberi evaluasi.
h.
Penutup.
Dalam pembelajaran
kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus
mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan
tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota
selama kegiatan. Menurut Lundgren (dalam Muslich, 2007) keterampilan kooperatif
yang meliputi keterampilan sebagai berikut:
1.
Keterampilan
tingkat awal
Menggunakan kesepakatan, menghargai
kontribusi, mengambil giliran dan membagi tugas, berada dalam kelompok, berada
dalam tugas, mendorong partisifasi, menyelesaikan
tugas pada waktunya, menghormati perbedaan individu.
2.
Keterampilan
tingkat menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi
menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara
dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman,
menafsirkan, mengatur dan mengorganisasi serta mengurangi ketegangan.
3.
Keterampilan
tingkat akhir
Keterampilan tingkat akhir meliputi
mengelaborasi, memeriksa dengan cermat menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan
dan berkompromi
Pembelajaran
Kooperatif ( Cooperatif Learning )
Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif
Learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar ( M. Sugiyanto )
Belajar dengan model Kooperatif
dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya,
menghargai pendapat siswa dan saling memberikan pendapat ( sharing ideas )
Beberapa ciri dari cooperative learning adalah
a.
Setiap anggota memiliki peran
b.
Terjadi hubungan interaksi
langsung diantara siswa
c.
Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman – teman sekelompoknya
d.
Guru membantu mengembangkan
ketrampilan – ketrampilan interpersonal kelompok dan
e.
Guru hanya berinteraksi dengan
kelompok saat diperlukan
Menuurt Isjoni dalam bukunya yang
berjudul cooperative learning (2007 : 21 ). Tiga konsep sentral yang menjadi
karakteristik cooperative learning sebagaimana dikemukakan Slavin (1955) yaitu
:
a. Penghargaan Kelompok
Cooperatif learningmenggunakan tujuan – tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok.
Penghargaan kelompok di peroleh jika kelompok mencapai skor di atas criteria
yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu
sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling
mendukung, saling membantu dan saling peduli.
b. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok
tergantung dari pembelajaran individu dan semua anggota kelompok.
Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok
yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban individu
menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas – tugas lainnya secara
mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
c. Kesempatan
yang sama untuk mencapai keberhasilan
Cooperative Learning
menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan
peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan
menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah,
sedang atau tinggi sama – sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Dengan melaksanakan Model
Pembelajaran Cooperatif Learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan
dalam belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki
ketrampilan, baik ketrampilan berpikir maupun ketrampilan sosial, seperti
ketrampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang
lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang
menyimpang dalam kehidupan kelas ( Stahl, 1994 )
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret sampai Bulan Juni pada semester dua tahun
Pelajaran 2011 / 2012 di SMA Negeri 2 Purwokerto. Penelitian Tindakan Kelas
dilaksanakan di SMA Negeri 2 Purwokerto yang beralamat di Jl. Gatot Soebroo 69
Telp/Fax (0282) 635057 Purwokerto.
B. Subyek
Penelitian
Penelitian akan peneliti
lakukan di kelas X 1 SMA Negeri 2 Purwokerto dengan jumlah 34 siswa.. Siswa
kelas X merupakan siswa yang saat masuk
kelas X melalui seleksi yang ketat. Tahapan seleksi tersebut dimulai dari
seleksi administrasi. Setiap pendaftar bisa diterima sebagai Calon siswa untuk
mengikuti tes yang meliputi tes bidang studi yang terdiri dari mapel ( IPA,
Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan baik tertulis maupun praktik ), tes potensi
akademik.
C. Prosedur
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini.
Peneliti rencanakan dua siklus, masing – masing siklus terdiri dari tiga
pertemuan. Alur Prosedur Penelitiannya sebagai berikut.
|
|
|
D. Alat
Pengambilan Data
Alat pengambilan data
yang peneliti lakukan pada penelitian ini yaitu variable Y1 merupakan
pengamatan peningkatan motivasi mata Pelajaran Geografi dengan penyebaran
angket, sedangkan variable Y2 merupakan pengamatan peningkatan hasil belajar
siswa mata pelajaran Geografi dengan melaksanakan evaluasi Ulangan Harian 1 dan
Ulangan Harian 2. Adapun variable x berupa metode cooperative learning tipe
Jigsaw untuk mengamati aktivitas kegiatan siswa dengan melaksanakan observasi,
pemberian angket.
E. Teknik Pengambilan dan Analisa Data
Teknik pengambilan data
pada penelitian ini dilakukan melalui tes tertulis, angket, dan observasi.
Analisis data, disajikan dalam
bentuk analisis kualitatif dengan metode deskriptif komparatif. Adapun
indikator kinerja tersebut adalah 1) Adanya peningkatan perolehan nilai rata –
rata ulangan harian dari 76,66 menjadi minimal 86,00 2) Adanya tingkat ketuntasan KKM siswa dari
yang tuntas KKM sebanyak 16 siswa (50%) menjadi sedikitnya 16 siswa (83,33%),
serta 3) Peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin, Esa Nur
Wahyuni, 2007. Teori Belajar dan
Pembelajaran, Yogyakarta : Ar-Ruz Media
Bobbi De Porter, Mark
Reardon, Sarah Singer. Nourie, 2001, Quantum
Teaching, Bndung : Kaifa
E. Mulyasa, 2010, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan, Bandung
: PT Remaja Rosdakarya
Hamzah
B.Uno, 2006. Teori Motivasi dan
Pengukurannya, Jakarta
Ngalimun,
2012. Strategi dan Model Pembelajaran.
Scripta Cendekia. Banjarmasin. Halaman 133-134
http://weblogask.blogspot.com/2012/03/cooperative-learning.html
0 Response to "KUMPULAN PTK GEOGRAFI SMA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI PADA MATERI LITHOSFER DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIV JIGSAW SISWA KELAS X SMAN 2 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013"
Posting Komentar