CONTOH PTK PAUD UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA ANAK KELOMPOK B

Latar Belakang
      Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan Anak Usia Dini yang berada pada jalur pendidikan formal, sebagai lembaga pendidikan Prasekolah, tugas utama TK adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku, dan ketrampilan agar anak dapat melanjutkan kegiatan belajar yang sesungguhnya di sekolah dasar. Untuk dapat menggali potensi yang dimiliki oleh setiap anak, maka diperlukan adanya usaha yang sesuai dengan kondisi anak masing-masing. Upaya ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara termasuk melalui berhitung permulaan.
      Berhitung di TK tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena  itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan. Metode berhitung merupakan bagian dari matematika, hal ini diperlukan untuk menumbuhkembangkan ketrampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya (Depdiknas, 2007, 1)
      Pada kenyataannya, pembelajaran berhitung masih terasa sulit terutama bagi anak usia dini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor permasalahan baik dari guru, siswa maupun sumber belajar sebagai pendukungnya. Oleh karena itu untuk memecahkan permasalahan tersebut di perlukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan pelaksanaan pembelajaran berhitung permulaan untuk anak TK, hal ini ditandai dengan kondisi sebagai berikut :
1.1.1        Dari 15 anak baru 7 anak atau 47 %  paham lambang bilangan sedangkan 8 anak atau 53 % belum paham lambang bilangan.
1.1.2        Untuk memahami proses berhitung tambah kurang secara sederhana hanya 5 anak atau 33 %  yang paham dan mampu sementara 10 anak atau 67 % belum mampu dan tidak paham untuk melakukan proses berhitung sederhana.
1.1.3        Dari jumlah anak 15 yang mengikuti pembelajaran berhitung sekitar 5 anak atau 33 % sedangkan yang lainnya masih pasif tidak mau mengikuti pembelajaran berhitung.
Adapun masalah yang ada pada guru adalah :
1.1.1        Metode yang digunakan dalam kegiatan, kurang menarik dan menyenangkan.
1.1.2        Alat peraga dalam pembelajaran masih terbatas.
Oleh karena itu untuk memecahkan permasalahan diatas peneliti mencoba mencari jalan keluar dengan upaya perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas agar tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan dapat memotivasi anak untuk mengikutinya.
1.2 Identifikasi Masalah
      Berdasarkan pengamatan dan penelitian, masalah yang teridentifiksi yaitu :
1.2.1        Kurangnya metode pembelajaran berhitung permulaan yang mudah dan menarik bagi anak.
1.2.2        Masih terbatasnya alat peraga untuk berhitung permulaan.
1.2.3        Motivasi anak untuk belajar berhitung belum maksimal.
1.2.3        Sebagian besar anak belum memahami proses berhitung tambah kurang secara sederhana.
1.3 Batasan Masalah
      Dari masalah-masalah yang teridentifikasi, masalah yang dipilih oleh peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran anak kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang Tahun Pelajaran 2011/2012 yaitu :
1.3.1   Kurangnya metode pembelajaran berhitung permulaan yang mudah dan menarik bagi anak.
1.3.2   Motivasi anak untuk belajar berhitung belum maksimal.
            Dengan menggunakan metode jarimatika anak-anak akan merasa senang dan mudah dalam mengikutinya, karena disampaikan dengan gembira dan hanya menggunakan jari-jari tangannya yang tidak akan pernah ketinggalan ataupun terlupa dimana menyimpannya. Disamping itu belajar dengan metode jarimatika tidak akan memberatkan memori otak anak.
1.4  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.4.1 Apakah melalui metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang ?
1.4.2   Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berhitung permulaan melalui metode jarimatika ?.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan  tujuan penelitian sebagai berikut.
1.5.1 Untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan tambah kurang secara sederhana.
1.5.2 Untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi anak di kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam berhitung permulaan melalui metode yang lebih mudah dan menyenangkan.
1.6 Manfaat Penelitian
      Sesuai dengan tujuan, hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi yang baik bagi siswa, guru dan peneliti dalam memperbaiki proses pembelajaran berhitung permulaan dikelompok B.
1.6.1   Bagi anak.
Dapat meningkatkan kemampuan berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan yang mudah dan menyenangkan.
1.6.2   Bagi Guru.
Menambah pengetahuan dan mengembangkan kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran berhitung permulaan yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga tercipta suasana pembelajaran yang lebih baik.
1.6.3   Bagi Sekolah.
Kemampuan guru dalam melakukan PTK dengan berbagai strategi perbaikan pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara optimal dan hasilnya bisa disebarluaskan ke sekolah lain
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1  Kajian Teori
2.1.1 Pengertian tentang Kemampuan.
              Didalam kamus bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti (kuasa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
              Menurut Chaplin Ability (Kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Adapula pendapat lain menurut Akhmat sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecapakan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. (www.lan43.wordpress.com).
              Kemampuan adalah yang dapat dikuasai oleh anak setelah terjadinya proses belajar. Kemampuan anak TK tentu tidak sama dengan kemampuan anak pada jenjang yang lebih tinggi, mengingat usia, kematangan cara berfikir anak belum maksimal (PGTK 2402).
2.1.2   Pengertian tentang Berhitung Permulaan
              Secara umum permainan berhitung permulaan di TK bertujuan agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung, sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Secara khusus permainan berhitung permulaan di TK bertujuan agar anak :
2.1.2.1  Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan terhadap benda-benda konkrit, gambar atau angka-angka yang terdapat disekitar anak.
2.1.2.2  Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan ketrampilan berhitung.
2.1.2.3  Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.
2.1.2.4  Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa yang terjadi disekitarnya.
2.1.2.5  Memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
              Dalam berhitung permulaan harus memperhatikan prinsip-prinsip permainan berhitung permulaan yaitu :
2.1.2.1  Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar.
2.1.2.2  Pengetahuan dan ketrampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap menurut kesukaannya, misal dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks.
2.1.2.3  Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.
2.1.2.4  Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan.
2.1.2.5  Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak.
2.1.2.6  Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokan sesuai tahap penguasaannya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang.
2.1.2.7  Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan. (Depdiknas.2007, 2)
2.1.3        Pengertian tentang Metode
              Metode adalah cara menyampaikan/mentransfer ilmu yang tepat sesuai dengan anak usia TK sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi anak didik.
              Metode merupakan bagian dari setrategi pembelajaran untuk mencapai tujuan dan dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang ditetapkan (PGTK 2101, 7.3)
              Metode yang digunakan oleh guru adalah salah satu kunci pokok didalam keberhasilan suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak. Pemilihan metode yang akan digunakan harus relevan dengan berbagai variasi materi, media dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan (Depdiknas.2007, 13).
2.1.4        Pengertian tentang Jarimatika.
              Jarimatika adalah cara berhitung (operasi kali-bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika lebih merupakan alat komunikasi orang tua kepada anak-anaknya, yang merupakan sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah-kaidah berikut :
2.1.4.1  Dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar.
2.1.4.2  Barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.
2.1.4.3  Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
              Dibandingkan dengan metode lain, metode jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu metode ini disampaikan secara fun, sehingga anak-anak akan merasa senang dan gampang dalam mengerjakannya.
              Apa nilai lebih berhitung menggunakan metode jarimatika.
2.1.4.1  Sederhana.
2.1.4.2 Jarimatika memberikan Visualisasi proses berhitung, hal ini akan membuat anak mudah melakukannya.
2.1.4.3 Gerakan jari-jari tangan akan menarik minat anak, mungkin mereka menganggapnya lucu. Dengan begitu mereka akan melakukannya dengan Gembira.
2.1.4.4 Jairmatikan relatif tidak memberatkan memori otak saat digunakan.
2.1.4.5 Alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan, ataupun terlupa dimana menyimpannya.
              Karena diberikan secara menyenangkan maka sistim limbik diotak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru. Membiasakan mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara fungsional, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan langkah awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika secara luas. (www.jarimatika.com).
2.2            Hasil Penelitian yang Relevan
      Hasil penelitian yang relevan untuk melengkapi penelitian ini adalah penelitian tentang peningkatan kemampuan berhitung permulaan yang pernah dilakukan oleh :
2.2.1 Septi Peni Wulandani (2004). Melakukan penelitian berjudul “ Jarimatika Penambahan dan Pengurangan” hasil penelitiannya, mengapa anak perlu menguasai ketrampilan berhitung ? karena :
2.2.1.1 Agar dapat memahami alam semesta dan hukum-hukumnya.
2.2.1.2 Agar dapat merancang dengan baik.
2.2.1.3 Agar dapat membuat perencanaan dan evaluasi dengan baik.
2.2.1.4 Agar dapat berlaku adil.
2.2.1.5 Agar dapat berbelanja dengan benar.
2.2.1.6 Agar tidak mudah ditipu.
2.2.1.7 Mengajarkan konsep.
2.2.1.7 Proses operasi matematika.
2.2.2 Umi Kayvan (2009). Melakukan penelitian berjudul “ 57 Permainan Kreatif Untuk Mencerdaskan Anak”. Hasil penelitiannya yaitu : pada tahap pertama pembelajaran matematika anak-anak dilatih untuk mampu menghitung mengenali angka-angka, menafsir, menambahkan, mengurangi, dan memahami konsep sederhana seperti : bahwa 1 mewakili satu orang unit dan 2 untuk dua unit.
2.3            Kerangka Berfikir
Faktor Penyebab:
- Terbatasnya alat peraga
- Metode kurang menarik
 
      Untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi anak sehingga anak termotivasi untuk melakukan proses berhitung permulaan dengan mudah dan menyenangkan sesuai dengan kemampuan dan keinginannya serta tidak membebani memori otak anak.
















 
Dari bagan kerangka berpikir diatas dapat dijelaskan hal-hal berikut. Pada kondisi awal, anak belum paham cara berhitung permulaan dan hasil belajar masih rendah. Setelah itu diberikan tindakan pembelajaran menggunakan metode jarimatika dengan jari-jari tangan dan hasil belajar belum maksimal karena belum mencapai 75%. Selanjutnya peneliti menerapkan tindakan perbaikan siklus II dengan melakukan pembiasaan berhitung berulang-ulang dan hasilnya mencapai apa yang diharapkan yaitu diatas 75%.
2.4            Hipotesis Tindakan
      Berdasarkan kerangka diatas dapat diajukan hipotesis bahwa melalui metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan bagi anak kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Aisyiyah 06 Cilopadang kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap, alasan yang mendasari pemilihan tempat penelitian itu karena aktivitas peneliti sehari-hari, sebagai tenaga pengajar di sekolah tersebut. Hal itu dilaksanakan dengan pertimbangan sebagai berikut :
3.1.1    Penelitian dilakukan didalam kelas yang diajar oleh guru sebagai peneliti.
3.1.2   Peneliti Tindakan Kelas akan berjalan baik jika terkait dengan program peningkatan guru dan pengembangan materi di sekolah sendiri, dan
3.1.3   Penelitian tindakan yang dilaksanakan berkaitan dengan proses, materi dan evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 selama tiga bulan dengan waktu, tahapan dan kegiatan seperti berikut :
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Jenis Kegiatan
Bulan
Sept 2011
Okt 2011
Nov 2011
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Studi awal / Penyusunan Proposal
X
X
X
X
2
Siklus I
X
3
Siklus II
X















3.2  Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian tindakan ini adalah anak TK kelompok B sejumlah 15 anak, terdiri dari 6 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Objek penelitiannya adalah proses pembelajaran berhitung permulaan melalui metode jarimatika pada anak kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang kecamatan Majenang kabupaten Cilacap.
3.3  Data dan Sumber Data Penelitian
Data penelitian yang dikumpulkan berupa iformasi tentang kemampuan anak kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang dalam pembelajaran berhitung permulaan.
Masing-masing data diperoleh melalui teknik berikut :
3.3.1        Informan atau narasumber, yaitu anak kelompok B sejumlah 15 anak.
3.3.2        Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktifitas pembelajaran di ruang kelas kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang kecamatan Majenang kabupaten Cilacap.
3.3.3        Lembar kerja dan buku penilaian tentang kemampuan anak dalam berhitung permulaan.
3.4  Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam suatu penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik dalam proses pengumpulan data, yaitu Observasi, wawancara, kajian dokumen dan tes yang masing-masing secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :
3.4.1        Observasi.
Pengumpulan data yang dilakukan dengan sengaja terhadap anak ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kemampuan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
3.4.2        Wawancara.
Wawancara merupakan pengumpulan data dengan jalan atau cara berdialog langsung dengan para responden secara lisan berdasarkan hasil pengamatan dikelas selama proses belajar mengajar berlangsung untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran khususnya pada kemampuan berhitung permulaan melalui metode jarimatika.
3.4.3        Dokumentasi.
Dokumentasi dilakukan terhadap kurikulum RKH, model pembelajaran dan hasil belajar siswa berupa nilai kemampuan berhitung permulaan melalui metode jarimatika.
3.4.4        Tes.
Pemberian tes dilakukan untuk mengukur sejauh mana hasil belajar anak dan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan anak dalam berhitung permulaan melalui metode jarimatika sesuai dengan siklus yang ada.
3.5  Uji Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data peneliti perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data  antara lain adalah Triangulasi dan review informan kunci (key informan Review).
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330)
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115), yaitu wawancara, observasi, dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data (http://sepriblog.blogspot.com/2010/10) misal, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran berhitung permulaan dan faktor-faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal-hal berikut :
3.5.1        Melakukan wawancara dengan observer untuk mengetahui pandangan guru tentang hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran berhitung permulaan, alat peraga yang digunakan, metode pembelajaran yang selama ini dilakukan, penilaian yang dilakukan guru dan sebagainya.
3.5.2        Mendemonstrasikan proses kegiatan berhitung sederhana dengan menggunakan jarimatika dan selanjutnya mengamati kesalahan-kesalahan yang masih dilakukan oleh anak untuk mengidentifikasikan masalah.
Review informan kunci adalah mengkomunikasikan unit-unit yang telah disusun dengan informannya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang dapat mereka setujui sehingga peneliti dan informan memiliki pemahaman yang sejalan terhadap data atau hasil yang telah diperoleh (Ririn Anggia Lestari, FIB UI.2009). Hal ini dilakukan melalui kegiatan diskusi peneliti dengan observer setelah kegiatan pengamatan maupun kegiatan dokumen.
3.6  Teknik Analisis  Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif komporatif dan analisis kritis, teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antara siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan membandingkan hasil pada akhir setiap siklus (Suwandi, 2008:70)
Teknik komparatif dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian siklus pertama dan kedua. Hasil komparasi tersebut digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan dan kegagalan dalam setiap siklus. Indokator yang berlum tercapai diperbaiki pada siklus berikutnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa.
Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif, yakni mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya. Setelah kondisi awal kemampuan berhitung permulaan melalui metode jarimatika siswa diketahui, peneliti bersama kolaboran merencanakan siklus tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Setiap siklus berakhir, diketahui adanya peningkatan kemampuan berhitung permulaan melalui metode jarimatika.
3.7  Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan
Untuk mengetahui keberhasilan dalam proses pembelajaran diperlukan evaluasi secara menyeluruh. Kriteria yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan pembelajaran dapat dicermati melalui dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan evaluasi kegiatan dalam bentuk nilai. Adapun indikator kerja untuk mengukur prestasi dan keberhasilan belajar anak adalah sejauh mana anak paham dan bisa berhitung permulaan dengan mudah.
Kriteria untuk mengukur tingkat pencapaian keberhasilan pembelajaran dalam berhitung permulaan melalui metode jarimatika adalah sebagai berikut :
3.7.1        Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah mencapai tujuan pembelajaran jika total jumlah anak mampu berhitung permulaan melalui metode jarimatika diatas 75 %.
3.7.2        Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah mencapai tujuan pembelajaran jika jumlah anak yang paham berhitung permulaan dengan metode jarimatika sama dengan jumlah anak yang paham berhitung permulaan dengan metode jarimatika ditambah dengan jumlah anak yang sangat paham berhitung dengan metode jarimatika diatas 75 %.
Dengan simbol nilai yaitu : lingkatan (O)  = anak belum paham ceklis (Ñ´) = anak yang paham, lingkaran penuh (   ) = anak sangat paham.
3.7.3        Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah mencapai tujuan pembelajaran jika jumlah anak yang paham ditambah jumlah anak yang sangat paham berhitung permulaan dengan metode jarimatika diatas 75 %.
3.8  Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru , sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (IGAK, Wardani, dkt, 2008:1)
Setiap langkah PTK memiliki empat tahap, yaitu Perencanaan (Planing,) tindakan (acting), pengamatan (Observing), Refleksi (Reflecting).



























 


Untuk memperjelas daur di atas berikut ini diuraikan setiap tahap dan uraian kegiatan seperti berikut :
3.8.1   Merencanakan
Pada tahap perencanaan, guru bersama Observer membuat RKH pada kemampuan berhitung permulaan melalui metode jarimatika
3.8.2   Melakukan Tindakan
Setelah membuat perencanaan, peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan TKH yang telah dibuatnya.
Pada tahapan ini peneliti melakukan kegiatan :
3.8.2.1  Pra kegiatan.
3.8.2.1.1    Menciptakan kesiapan belajar anak.
3.8.2.1.2    Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
3.8.2.2  Kegiatan awal.
Membangkitkan motivasi dan perhatian pada guru untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran yang akan dilakukan.
3.8.2.3  Kegiatan inti.
3.8.2.3.1     Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan anak.
3.8.2.3.2     Menyampaikan materi pelajaran.
3.8.2.3.3        Memperagakan cara berhitung permulaan dengan metode jarimatika secara demonstrasi dengan anak.
3.8.2.3.4        Pemberian tugas dilembar kerja anak dan melaksanakan penilaian disela-sela penyampaian materi.
3.8.2.4  Pasca kegiatan
3.8.2.4.1        Melaksanakan umpan balik.
3.8.2.4.2        Melaksanakan penilaian hasil pembelajaran.
3.8.2.4.3        Melakukan tindakan lanjutan terhadap pembelajaran yang disampaikan.
3.8.2.4.4        Membahas strategi yang akan dilakukan pada pertemuan mendatang untuk motivasi kesiapan anak dalam pembelajaran berikutnya.
3.8.2.4.5        Menutup kegiatan pembelajaran
3.8.2.5  Mengamati
Observer bersama peneliti mengamati siswa yang sedang melaksanakan proses belajar mengajar.
3.8.2.6  Evaluasi dan Refleksi
Setelah mengamati, obeserver bersama peneliti mengadakan diskusi tentang proses pembelajaran yang perlu diperbaiki.
 
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN
4.1  Pelaksanaan Pnelitian
4.1.1   Siklus I
4.1.1.1  Perencanaan.
Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti membuat rencana kegiatan pembelajaran agar dalam pelaksanaannya dapat berhasil dengan baik dan sesuai harapan.
Peneliti mempersiapkan RKH yang akan dijadikan pedoman dalam melaksanakan langkah-lankgah pembelajaran, serta lembar evaluasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan atau prestasi siswa, dan lembar analisis untuk mencatat nilai yang diperoleh siswa saat mengikuti pembelajaran tes berhitung permulaan dengan jarimatika.
No
Komponen
Keterangan
1
RKH
1 (satu) set
2
Lembar pengamatan
Dibuat untuk siswa dan guru
3
Lembar Evaluasi
Dibuat sejumlah siswa
4
Lembar Analisis
Dibuat untuk siswa
Tabel 4.1 komponen-komponen yang dipersiapkan dalam siklus.
4.1.1.2  Tindakan.
Setelah semua komponen diatas dipersiapkan, peneliti dibantu dengan teman sejawat sebagai Observer melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan melalui metode jarimatika.
Tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pada akhir pertemuan peneliti memberikan review kepada siswa untuk mengetahui seberapa pemahaman dan kemampuan siswa dalam menggunakan jari-jari tangannya sesuai dengan proses berhitung jarimatika yang telah diajarkan. Pelaksanaan tindakan dapat diuruaikan sebagai berikut :
4.1.1.2.1 Pertemuan pertama (RKH – 1)
Tahap awal : salam, berdo`a, menyanyi lagu satu tambah satu dilanjutkan dengan bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang dari 1 – 9 dengan menggunakan yel-yel jarimatika yaitu dengan jari-jari tangan, kemudian anak mengikutinya sampai paham dan mampu untuk membuka dan menutup jari-jarinya dengan sempurna.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan mengingat yel-yel yang diajarkan kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.1.1.2.2 Pertemuan ke dua (RKH – 2)
Tahap awal : salam, berdo`a, dilanjutkan dengan yel-yel jarimatika.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang cara atau proses berhitung penambahan dan pengurangan dengan jarimatika dari 1 – 4 dan diikuti oleh anak-anak. Kemudian anak diberi soal untuk diselesaikan bersama-sama dengan guru.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dan postest tambah kurang 1 – 4 yang telah diajarkan kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.1.1.2.3 Pertemuan ketiga (RKH – 3)
Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika dilanjutkan dengan review tambah kurang dari 1 – 4.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang dari 5 – 9 dengan  jarimatika diikuti oleh anak dan dilanjutkan dengan menyebutkan hasil tambah kurang dari 5 – 9 dengan jarimatika sampai paham dan mampu memposisikan jari-jari tangannya dengan sempurna.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari postest tambah kurang dari 5 - 9 kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.1.1.2.4 Pertemuan keempat (RKH – 4)
Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika.
Tahap inti : reiew tambah kurang dari 1 – 9 dilanjutkan dengan mengerjakan soal dilembar kerja, guru sifatnya mengamati dan membantu anak yang mengalami kesulitan
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan postest kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.1.1.2.5 Pertemuan kelima (RKH - 5)
Tahap awal : salam, berdo`a, review tambah kurang dari 1 – 9.
Tahap inti : pemberian tugas menyebutkan hasil tambah kurang dari 1 – 9 dilembar kerja dengan guru sebagai pengawasnya.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan postest tambah kurang dari 1 - 9 kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.1.1.3  Pengamatan/Observasi.
Observasi merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan dalam melaksanakan konteks penelitian tindakan kelas merupakan aktvitas yang dirancang dengan sengaja untuk menghasilkan adanya peningkatan dalam praktek pendidikan dan pengajaran dalam kondisi kelas tertentu.
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh pelaksanaan tindakan yang dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi dilakukan peneliti pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan mencatat apa saja yang diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung kedalam lembar pengamatan yang telah dipersiapkan. Selain itu perencanaan observasi bersifat fleksibel dan terbuka dengan mencatat hal-hal yang tidak terduga ke dalam jurnal, yang berkaitan dengan apa yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
4.1.1.4  Refleksi.
Teman sejawat sebagai observer melakukan pengamatan selama prose kegiatan perbaikan pembelajaran.
4.1.2    Siklus II
4.1.2.1  Perencanaan
Setelah melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I yang hasilnya kurang memuaskan maka peneliti melanjutkan melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II.
Peneliti mempersiapkan RKH yang akan dijadikan pedoman didalam langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi untuk mencatat kekurangan siswa dan guru selama proses pembalajaran, lembar evaluasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan lembar analisis untuk mencatat nilai yang diperoleh siswa pada saat melaksanakan tes berhitung tambah kurang dengan jarimatika.
Untuk memperjelas, peneliti sajikan perencanaan dalam bentuk tabel seperti berikut ini :
No
Komponen
Keterangan
1
RKH
1 (satu) Set
2
Lembar pengamatan
Dibuat untuk siswa dan guru
3
Lembar evaluasi
Dibuat sejumlah siswa
4
Lembar analisis
Dibuat untuk siswa
Tabel 4.2 Komponen-komponen yang dipersiapkan dalam siklus II
4.1.2.2  Tindakan
Masih dibantu teman sejawat sebagai observer, peneliti melaksanakan tindakan perbaikan siklus II. Selama peneliti melakukan tindakan perbaikan, peneliti berpedoman pada RKH dan melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I.
Pelaksanaan tindakan dapat diuruaikan sebagai berikut :
4.1.2.2.1 Pertemuan pertama (RKH – 1)
Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika, menyanyi lagu jarimatika.
Tahap inti : review tambah kurang 1 – 9  dengan jarimatika bersama guru dan anak-anak dilanjutkan dengan mengerjakan dengan lembar kerja.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan postest kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.1.2.2.2 Pertemuan ke dua (RKH – 2)
Tahap awal : salam, berdo`a, menyanyi lagu jarimatika.
Tahap inti : guru bersama-sama dengan anak membilang 1 – 9 dengan yel-yel tambah kurang dilanjutkan dengan pengenalan teman kecil jarimatika.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dan postest teman kecil jarimatika kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.1.2.2.3 Pertemuan ketiga (RKH - 3)
Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika dilanjutkan dengan menyanyi lagu teman kecil jarimatika.
Tahap inti : review penambahan teman kecil jarimatika dilanjutkan dengan menyebutkan hasil penambahan dengan teman kecil jarimatika dilembar kerja.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari postest penambahan teman kecil jarmatika kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.1.2.2.4 Pertemuan keempat (RKH – 4)
Tahap awal : salam, berdo`a, menyanyi lagu teman kecil jarimatika.
Tahap inti : review penambahan teman kecil jarimatika dilanjutkan dengan menyebutkan hasil penambahan dengan teman kecil jarimatika dilembar kerja.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari postest penambahan teman kecil jarmatika kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.1.2.2.5 Pertemuan kelima (RKH - 5)
Tahap awal : salam, berdo`a, review yel-yel tambah kurang, menyanyi lagu teman kecil jarimatika.
Tahap inti : review tambah kurang 1 – 9 dengan jarimatika dilanjutkan menyebutkan hasil tambah kurang dari  1 – 9 dengan teman kecil jarimatika.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan postest tambah kurang dari 1 - 9 kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.1.2.3  Pengamatan/Observasi
Teman sejawat yang peneliti minta menjadi observer selama kegiatan tindakan perbaikan pembelajaran materi berhitung permulaan dengan metode jarimatika memberikan hasil pengamatannya.
4.1.2.4  Refleksi.
Setelah tindakan perbaikan pembelajaran selesai dilaksanakan peneliti dan teman sejawat berdiskusi membicarakan hasil tindakan perbaikan pembelajaran.
4.2  Hasil Penelitian
4.2.1   Siklus I
Pada studi awal, banyaknya siswa yang mampu berhitung hanya 4 siswa atau 27 % dari 15 siswa yang ada. Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi belajar dan metode pembelajaran yang mudah bagi siswa. Melihat kemampuan berhitung siswa yang demikian kiranya diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran yang lebih mudah dan menyenangkan bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk mengikutinya dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berhitung permulaan.
Pada tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika siklus I diadakan review dan tes untuk 15 siswa dan hasilnya ada 7 siswa (47%)  mampu dan dapat berhitung dengan mudah. Peningkatan ini karena dalam tindakan perbaikan pembelajaran peneliti menggunkaan metode jarimatika penambahan dan pengurangan dengan jari-jari tangan untuk alat bantunya dan akan menarik minat anak karena dilakukan dengan gembira, sehingga anak akan merasa senang dan mudah dalam berhitung.
Di bawah ini peneliti akan sajikan hasil observasi dalam tabel rekapitulasi siswa yang paham dan siswa yang tidak paham pada prasiklus dan siklus I.
No
Kegiatan Pembelajaran
Siswa mampu
Paham dan mampu
Siswa tidak mampu
Tidak paham
1
Studi awal
4 siswa (27 %)
11 siswa (73 %)
2
Siklus I
7 siswa (47 %)
8 siswa (53 %)
Tabel 4.3 Rekapitulasi mampu dan tidak Mampu siswa pada pembelajaran berhitung permulaan melalui metode jarimatika.
Siklus I menemukan beberapa kekurangan baik yang dilakukan siswa maupun guru.
Teman-teman dari observer antara lain :
1)      Dalam membuka dan menutup jari-jari tangannya siswa masih kaku.
2)      Masih ragu-ragu dalam berhitung.
3)      Keaktifan siswa masih kurang.
4)      Penjelasan guru terlalu cepat.
4.2.2 Siklus II
Menurut observer pada siklus II terjadi peningkatan yang baik, siswa termotivasi mengikuti pembelajaran berhitung dengan jarimatika karena dilakukan dengan nyanyian dan yel-yel yang mudah dan menyenangkan, siswa yang masih ragu-ragu membuka dan menutup jarinya terlihat lebih mudah dan termotivasi untuk terus berhitung. Peneliti lebih sering menggunakan review dengan nyanyian untuk memotivasi dan memudahkan anak untuk menggunakan jar-jari tangannya untuk berhitung.
Setelah diadakan review sambil bernyanyi dan diadakan tes berhitung berulang kali ternyata pada siklus II ini mengalami peningkatan yang baik. Dari 15 siswa yang ada pada kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang yang paham dan mampu berhitung dengan metode jarimatika bisa mencapai 12 anak atau 80 %, sedangkan yang belum mampu ada 3 siswa atau 20 %.
Berikut ini peneliti sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini
No
Kegiatan Pembelajaran
Siswa mampu
Paham dan mampu
Siswa tidak mampu
Tidak paham
1
Studi awal
4 siswa (27 %)
11 siswa (73 %)
2
Siklus I
7 siswa (47 %)
8 siswa (53 %)
3
Siklus II
12 siswa (80%)
3 siswa (20%)
Tabel 4.4 Rekapitulasi mampu dan tidak mampu siswa pada pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika studi awal sampai siklus II
Jika data perstasi siswa dari studi awal sampai siklus II diatas dibuat diagram akan terlihat seperti berikut :

          Dari diagram tersebut jelas terlihat peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung dengan menggunakan metode jarimatika yang cukup baik dari siklus I ke siklus II yaitu siswa yang mampu dan paham mencapai 80 % atau 12 siswa dari 15 siswa yang ada.
          Setelah selesai melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I, peneliti dan teman sejawat mendiskusikan hasil pengamatan dan temuan tentang keaktifan, dan kemampuan siswa dalam berhitung dengan metode jarimatika masih banyak kekurangannya. Hal ini terbukti baru 7 siswa atau 47 % yang paham berhitung dengan metode jarimatika dari 15 siswa yang ada.
          Maka peneliti berencana untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II dengan melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I, untuk mengurangi kesalahan-kesalahan sekecil mungkin.
Untuk memperjelas hasil penelitian, berikut ini data hasil kemampuan siswa dalam berhitung permulaan dengan metode jarimatika dari stadi awal sampai siklus II.
No
Kegiatan Pembelajaran
Siswa mampu
Paham dan mampu
Siswa tidak mampu
Tidak paham
1
Studi awal
4 siswa (27 %)
11 siswa (73 %)
2
Siklus I
7 siswa (47 %)
8 siswa (53 %)
3
Siklus II
12 siswa (80%)
3 siswa (20%)
Tabel 4.5 Rekapitulasi mampu dan tidak mampu siswa pada pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika studi awal sampai siklus II
Berdasarkan hasil kemampuan siswa yang telah mencapai 80 %, maka peneliti bersama observer sepakat bahwa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang berhenti pada siklus II
4.3  Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil belajar siswa pada tindakan perbaikan pembelajaran siklus I meningkat sebesar 20 % atau sebanyak 3 siswa dari hasil belajar siswa pada studi awal.
Namun demikian, hasil ini kurang memuaskan peneliti. Harapan peneliti lebih banyak lagi siswa yang akan paham dan mampu menggunakan jari-jari tangannya untuk berhitung permulaan tambah dan kurang sehingga siswa yang paham dan mampu dapat mencapai 75%  sesuai dengan harapan.

        Dilihat dari diagram gambar 4.1 tersebut, diperoleh hasil gambaran peningkatan yang cukup baik. Pada pra siklus siswa yang paham hanya 4 siswa atau (27 %) dari seluruh siswa, pada siklus I siswa yang paham menjadi 7 siswa atau 47 % dari jumlah keseluruhan siswa. Jadi prestasi siswa dari prosiklus ke siklus I siswa yang paham bertambah 3 siswa atau 20 %.
          Ternyata peningkatan pada prestasi siswa juga diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran berhitung permulaan dengan menggunakan metode jarimatika yang hanya menggunakan jari-jari tangan tanpa membebani memori otaknya.
4.3.1   Aktivias Guru.
Observer melakukan monitoring pelaksanaan pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika untuk mengetahui secara langsung tindakan yang dilaksanakan dalam mengamati saat proses tindakan. Monitoring dilakukan setiap pertemuan sesuai jadwal penelitian. Hasil pengamatan dan catatan dimasukkan sebagai bahan refleksi antara observer dan peneliti untuk melakukan evaluasi selanjutnya.
Hasil observasi dan monitoring pada tindakan kelas siklus I dapat dilaporkan sebagai berikut :
4.3.1.1  Pada siklus I proses pembelajaran berhitung permulaan sudah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
4.3.1.2  Sebelum pembelajaran, guru memperkenalkan yel-yel dan nyanyian TAKU (tambah kurang) dengan jari tangan agar anak termotivasi dan tertarik untuk berperan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan anak memahami posisi jari dalam berhitung dengan jarimatika.
4.3.1.3  Guru berusaha menjadi fasilitator dan mediator dalam pelaksanaan.
4.3.1.4  Guru melakukan evaluasi secara individu yaitu dengan memberikan simulasi penerapan jarimatika dalam penyelesaian soal-soal sederhana.
4.3.1.5  Aktivitas siswa.
4.3.1.5.1  Aktivitas siswa dalam pembelajaran berhitung permulaan pada siklus I, terlihat bahwa siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa senang dengan buka tutup jari tangannya dan semangat dalam menjawab pertanyaan guru.
4.3.1.5.2 Motivasi siswa dalam belajar berhitung dengan metode jarimatika sudah cukup tinggi, hal ini terlihat dari keaktifan siswa untuk mengikuti berhitung bersama dengan gembira dan selalu menanyakan apakah betul hasilnya ini, kepada peneliti dan observer. Namun masih ada siswa yang dengan perasaan ragu-ragu untuk membuka dan menutup jarinya, setelah didekati dan diberi bimbingan siswapun mulai merasakan mudahnya berhitung dengan jarimatika.
4.3.1.5.3 Secara keseluruhan aktifitas siswa pada siklus I belum mencapai target yang diharapkan, karena tingkat keaktifan siswa belum maksimal.
Hasil kemampuan dan motivasi anak untuk mengikuti pembelajaran berhitung pada siklus I belum sesuai dengan harapan peneliti karena belum mencapai target kemampuan yang diharapkan, maka peneliti bersama teman sejawat melanjutkan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
4.3.2        Siklus II
Tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan yel-yel tambah kurang jarimatika dan nyanyian sangat memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran berhitung permulaan, sehingga siswa dapat dengan mudah dan senang menggunakan jari-jari tangannya untuk berhitung.
Pada hasil review dan tes akhir siklus II, kemampuan dan pemahaman siswa dalam belajar berhitung permulaan dengan metode jarimatika telah terpenuhi yaitu dari 15 siswa yang mampu dan paham berhitung dengan metode jarimatika mencapai 12 siswa atau 80%, sehingga perbaikan pembelajaran berhitung permulaan berhenti pada siklus II.
Tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika pada anak kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang telah selesai sampai pada siklus II, dari hasil pengamatan dan tes yang telah dilaksanakan, pembelajaran berhitung berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil penelitian, observer bersama peneliti mendapatkan beberapa temuan-temuan dari hasil tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan yaitu :
4.3.3        Anak menjadi paham proses berhitung tambah kurang
Permulaan yang sederhana.
4.3.4        Anak paham dan mampu menggunakan jari-jari tangannya untuk berhitung dengan jarimatika.
4.3.5        Anak menjadi semangat dalam belajar berhitung.
Hal ini terbukti dari studi awal sampai siklus II anak yang paham dan mampu belajar berhitung permulaan dengan metode jarimatika mencapai 12 anak atau 80% ,
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan temuan dan hasil yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1   Upaya meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung permulaan melalui metode jarimatika pada kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang, telah memberikan hasil yang memuaskan. Hal tersebut terbukti dari rekapitulasi penilaian kemampuan anak dalam berhitung menggunakan metode jarimatika. Pada studi awal hanya 4 anak atau 27% dari 15 siswa, pada siklus I siswa yang mampu dan paham mencapai 47% atau 7 anak, jadi prestasi siswa dari studi awal ke siklus I bertambah 3 anak atau 20%. Peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung menggunakan metode jarimatika yang cukup baik terlihat pada siklus II yaitu mencapai 80% atau 12 anak dari 15 siswa.
5.1.2   Motivasi siswa dalam pembelajaran berhitung permulaan melalui metode jarimatika pada anak kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang, juga mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan berhitung dengan metode jarimatika dilakukan dengan menggunakan nyanyian dan yel-yel yang tidak membebani memori otak anak, sehingga anak merasa senang dan tidak terbebani.
5.1.3   Belajar berhitung dengan menggunakan metode jarimatika relatif tidak memberatkan memori otak, karena diberikan secara menyenangkan maka sistem linbik diotak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru dan ini merupakan langkah awal membangun rasa percaya diri anak untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika seperti yang diungkapkan oleh Septi Peni Wulandani (2004, www.jarimatika.com).
5.2      Implikasi
5.2.1        berdasarkan penelitian, pengamatan dan penerapan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan yang kami lakukan pada kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang Kecamatan Majenang, ternyata menimbulkan dampak yang sangat positif bagi peningkatan kemampuan anak dalam berhitung permulaan. Untuk itulah kami berharap agar penerapan pembelajaran berhitung dengan metode jarimatika ini dapat diteruskan sebagai suatu metode pembelajaran yang berkelanjutan.
5.2.2        Agar terlaksananya pembelajaran dengan metode jarimatika dapat terwujud sangatlah diharapkan uluran tangan yang arif dan bijaksana dari ketua lembaga/yayasan untuk memberikan rekomendasi kepada kepala sekolah agar metode pembelajaran jarimatika ini dimasukan dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
5.3      Saran
5.3.1 Bagi siswa diharapkan agar metode jarimatika selalu dipakai dalam pembelajaran berhitung permulaan
5.3.2 Diharapkan kepada kepala sekolah dapat menerapkan metode jarimatika menjadi salah satu kurikulum Tingkat satuan pendidikan dalam pengembangan pembelajaran berhitung.
5.3.3 Mengingat pelaksanaan penelitian ini hanya berjalan 2 siklus, maka peneliti atau guru lain diharapkan dapat melanjutkan untuk mendapatkan temuan-temuan yang lebih kompleks dan memuaskan.
5.3.4 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berhitung untuk meningkatkan kemampuan anak kelompok B TK Aisyiyah 06 Cilopadang ini, dalam penelitiannya masih kurang optimal dan sempurna sebagai penelitian yang ideal.
5.3.5       Kegiatan berhitung permulaan untuk motivasi dan meningkatkan kemampuan siswa akan berhasil jika dilakukan dengan senang, gembira dan mudah tanpa membebani anak serta menggunakan metode yang sesuai dengan dunia anak.
5.3.6       Kepada Depdiknas dimohon untuk merespon dan menindak lanjuti hasil observasi pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika di TK Aisyiyah 06 Cilopadang Kecamatan Majenang dikaji lebih jauh kemungkinan untuk diterapkan pada pendidikan pra sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Anggora M.Toha, dkk (2008). Metode Penelitian, Jakarta : Universitas Terbuka
Anonim .2011”Pengertian Uji Validitas Data UT UPBJJ Purwokerto, diakses (Minggu 23 Oktober 2011, 21.30) di
Depdiknas (2007). Permaianan Berhitung Permulaan. Jakarta.
Ian. 2011.“Pengertian Tentang Kemampuan. UT.UPBJJ Purwokerto. Diakses Selasa, 4 Oktober 2011, 14.30 di http://www.ian43.wordpress.com
Kayvan Umy 2009. 57 Permainan Kreatif untuk Mencerdaskan Anak. Jakarta: Media Kita.
Lestari Ririn Anggia, FIB UI (2009), UT UPBJJ Purwokerto diakses (Minggu 23 Oktober 2011, 21.45) di
                 http://www.teorionline.wordpress.com/2010/01/24/
Pekerti Widia, dkk .2010., Metode Pengembangan Seni (PGTK 2402). Jakarta : Universitas Terbuka.
http://www.scribd.com/doc/54258199/21/Uji-validitas-data
Pengertian Uji Validitas Data UT UPBJJ Purwokerto, diakses (Minggu 23 Oktober 2011, 21.30) di http://www.scribd.com/doc/54258199/21/Uji-validitas-data
Sujono Yuliani Nurani, dkk .2009. Metode Pengembangan Kognitif. (PGTK2101) Jakarta : Universitas Terbuka.
Tim PKP PG PAUD. 2008. Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardani IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wulandani Septi Peni. 2004. Jarimatika, Penambahan dan Pengurangan. Kawan Pustaka. (UT. UPBJJ Purwokerto. Diakes (minggu/23 oktober 2011, 21.00) di http://www.jarimatika.com

0 Response to "CONTOH PTK PAUD UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA ANAK KELOMPOK B "

Posting Komentar

wdcfawqafwef

BACKLINK OTOMATIS GRATIS JURAGAN.