DOWNLOAD PENELITIAN PENDIDIKAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, MANDIRI DAN INOVATIF” SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PERAWAT AGAR MAMPU BERKONTRIBUSI DALAM MENINGKATKAN STATUS KESEHATAN


 Bab 1 Pendahuluan
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk sebesar
213. 722. 300, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.5 % per tahun (BPS th 2003, dikutip dalam www.web gatra.com). Penduduk yang jumlahnya sangat besar tersebut tinggal dan tersebar di kurang lebih 13.000.000 kepulauan.
Indonesia sangat kaya dan secara geografis dipisahkan oleh lautan serta terdiri  dari  pegunungan, sungai dan hutan. Kondisi geografis yang dipisahkan lautan dan tersebar di berbagai kepulauan menyebabkan banyak pembangunan dan penyebaran informasi yang tidak merata.

Sebagian besar penduduk Indonesia (59%) hidup di pulau Jawa, hal ini didukung dengan lengkapnya fasilitas serta segala sesuatu yang lebih  mudah diperoleh daripada jika tinggal di pulau selain Jawa.(www.web gatra.com) Dengan jumlah penduduk yang banyak dan tersebar di banyak kepulauan serta kecenderungan untuk tinggal di salah satu pulau menambah kecenderungan tidak menyebarnya kesempatan untuk berkembang secara merata.

Kesehatan  merupakan salah satu masalah sentral yang masih menjadi permasalahan pada pembangunan bangsa Indonesia. Menurut Survey demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI ) tahun 2002/2003 angka kematian ibu sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup atau dapat disimpulkan  dalam setiap 2 jam ada satu ibu yang meninggal. Indikator kesehatan yang lain adalah angka kematian bayi . Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, lebih tinggi dari Malaysia. Angka kematian bayi di Indonesia 20 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Malaysia angka kematian bayi 11 per 1000 kelahiran hidup.
( www.namline.edu/apkbr/basisdata.html) Melihat angka kematian bayi dan ibu yang masih tinggi  maka masih diperlukan langkah-langkah peningkatan status kesehatan penduduk Indonesia. 

Perawat merupakan salah satu pemberi pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi dalam meningkatkan status kesehatan bangsa. Perawat mempunyai  peran diantaranya sebagai pemberi pelayanan (care provider), pendidik, konselor, advocate, kolabolator dan change agent. (Helvie, 1998).

Bagaimana kondisi perawat di Indonesia ? Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2003(SKN), disebutkan rasio perawat dengan jumlah penduduk masih rendah yaitu 1: 2850. Tingkat pendidikan perawat di Indonesia juga masih sangat beragam, mulai dari lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang setingkat dengan SMA sampai dengan yang berpendidikan Doktor. Secara kuantitas jumlah SPK  lebih banyak daripada yang berpendidikan lebih tinggi, sehingga peran perawat menjadi belum optimal.

Ada suatu sistem peningkatan pendidikan baik secara formal maupun informal pada perawat. Pendidikan formal dapat dilihat dengan berkembangnya sekolah D3 keperawatan dan sekarang juga banyak berkembang sekolah tinggi keperawatan yang menyelenggarakan pendidikan perawat setingkat sarjana. Secara kuantitas peningkatan jumlah institusi pendidikan perawat sangat baik tapi hendaknya kualitas dan mutu pendidikan juga harus ditingkatkan.

Kendala lain adalah rata-rata penyelenggara pendidikan yang berkualitas masih berada di kota besar, kondisi tersebut makin menyulitkan perawat untuk meningkatkan pengetahuannya dengan optimal. Hari Wibowo(pengamat pendidikan) mengatakan bahwa”Problem pendidikan kita adalah akses atau ketersediaan pendidikan bagi rakyat yang masih sangat rendah.” (www.apindonesia.com) . Dengan akses pendidikan yang masih rendah ditambah dengan mahalnya biaya pendidikan dan pengorbanan yang harus dikeluarkan jika harus belajar ke pusat kota maka banyak perawat belum dapat meningkatkan  pengetahuannya.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas perlu dicari suatu bentuk pendidikan yang tidak hanya mengandalkan jumlah saja tapi juga mengandalkan kualitas. Pendidikan yang berkualitas ini hendaknya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dengan mudah.

Penelitian ini adalah studi awal untuk suatu penelitian yang akan mengembangkan model pembelajaran yang bersifat aktif, mandiri, inovatif dan menekankan prinsip” life long learner.” Model pembelajaran ini diharapkan mampu menjadi terobosan pembelajaran yang berkualitas. Model ini lebih menekankan keaktifan dan kemandirian peserta didik serta memberikan dasar bahwa belajar tidak hanya dapat dilaksanakan di bangku sekolah formal tetapi dapat dilakukan kapanpun sepanjang hidup kita.  Penelitian metode pembelajaran aktif dengan collaborative learning (CL) dan problem base learning (PBL) didapatkan hasil ada hubungan antara peningkatan motivasi dengan pelaksanaan CL dan PBL value 0,05 (N=143), (Afifah,2004). Dengan dasar penelitian ini maka pendidikan yang bersifat aktif dapat menjadi alternatif model yang dipilih

Penelitian ini akan nantinya akan menggunakan fasilitas teknologi informasi sebagai alat bantu dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Pada penelitian perbandingan metode pengajaran secara kelas dan dengan media teknologi informasi(N=89) didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan tentang pencapaian kemampuan peserta didik. Kesimpulannya bahwa kesangsian penggantian model kelas ke sistem aktif dengan media teknologi akan berdampak pada penurunan kemampuan peserta didik tidak terbukti (Sumarwati, 2004).

Penelitian ini adalah penelitian awal untuk persiapan model pembelajaran yang aktif, mandiri , inovatif dan sepanjang hidup.. Dengan studi awal ini diharapkan persiapan dan percepatan terwujudnya suatu model pembelajaran yang aktif, mandiri dan inovatif dapat diwujudkan. Dengan model aktif dan inovatif  ini diharapka percepatan pendidikan dan kualitas perawat dapat ditingkatkan sehingga perawat dapat berkontribusi dalam meningkatkan status kesehatan di Indonesia.


A.                TUJUAN
1.TUJUAN UMUM:

Mengidentifikasi masalah model pembelajaran yang sedang berlangsung dan persiapan infrastruktur model pembelajaran yang aktif, mandiri, dan inovatif. Model ini diharapkan mampu mempersiapkan perawat sehingga dapat berkontribusi dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat
            1.1TUJUAN KHUSUS
                        1.1.1 Mendapatkan data tentang “problem situation” dalam proses
                                pembelajaran di keperawatan
                        1.1.2 Mendapatkan kesiapan infrastruktur yang dapat menyokong proses
                                pembelajaran yang aktif dan inovatif serta on line
                       1.1.3    Menetapkan point-point kebijakan yang dapat untuk dijadikan saran
                               dalam mewujudkan model pembelajaran aktif, inovatif dan on line

2. MANFAAT PENELITIAN

2.1 Bagi pengembangan ilmu: mendukung pengembangan ilmu dengan
      tujuan akhir mengembangkan suatu model pembelajaran yang lebih
      aktif, inovatif dan on line
2.2   Bagi tehnologi: mendukung pengembangan tehnologi yang berbasis  komputer
2.3  Bagi pemecahan masalah organisasi: hasil akhir penelitian dapat digunakan untuk memecahkan kesulitan pemerataan kualitas pendidikan
2.4  Bagi pemecahan masalah organisasi : hasil akhir penelitian dapat digunakan tidak hanya untuk tri darma perguruan pertama yaitu pengajaran tapi juga  untuk tridarma yang lain yaitu penelitian dan pengabdian masyarakat


BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada studi Pustaka peneliti akan menguraikan tentang perawat, proses pembelajaran,media pembelajaran dan metode pembelajaran aktif

a. Perawat
Perawat adalah salah satu profesi di bidang kesehatan , sesuai dengan makna dari profesi maka seseorang yang telah mengikuti pendidikan profesi keperawatan seyogyanya mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang etikal dan sesuai standar profesi serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya baik melalui pendidikan formal maupun informal, serta mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan yang dilakukannya (Nurachmah, E 2004)

Perry & Potter  (2001), mendifinisikan bahwa seorang perawat dalam tugasnya harus berperan sebagai:kolaborator, pendidik, konselor,change agent dan peneliti. Keperawatan mempunyai karakteristik profesi yaitu memiliki body of knowledge yang berbeda dengan profesi lain, altruistik, memiliki wadah profesi, mempunyai standar dan etika profesi, akontabilitas, otonomi dan kesejawatan (Leddy & Pepper, 1993 dalam Nurachmah, E, 2004)

Berdasarkan karakteristik di atas maka pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional yang manusiawi untuk memenuhi kebutuhan klien yang unik dan individualistik diberikan oleh tenaga keperawatan yang telah dipersiapkan melalui pendidikan lama dan pengalaman klinik yang memadai. Perawat harus memiliki karakteristik sikap caring yaitu competence,confidence, compassion, conscience and commitment (ANA, 1995 dalam Nurachmah, 2004)

Pelayanan keperawatan yang optimal dapat dicapai jika perawat sudah profesional. Salah satu hal yang meningkatkan profesionalisme adalah pendidikan dari perawat. Menurut data AIPNI th 2004 ada 3178 perawat lulusan sarjana, sisanya diperkirakan ada 250.000 orang dengan proporsi 14% adalah lulusan Diploma/DIII, dan 85 % lulusan SPK(Sekolah Perawat Kesehatan). Dengan demikian proporsi lulusan pendidikan  tinggi/S1 hanya 1,5 %

Sistem Kesehatan Nasional 2003(SKN), menyebutkan rasio perawat dengan jumlah penduduk masih rendah yaitu 1: 2850. Dengan komposisi pendidikan perawat yang masih rendah dan perbandingan dengan jumlah penduduk yang masih tidak proposional maka  diperlukan terobosan agar jumlah perawat memadai dan profesionalismenya juga meningkat

b. Konsep pendidikan , proses belajar mengajar, dan metode pembelajaran

Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti proses pengubahan sikap dan tata laku  seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran atau pelatihan.

Dalam menyukseskan suatu proses pembelajaran diperlukan suatu media pembelajaran. Secara bahasa media berarti perantara atau pengantar, sedangakan AECT (Association of Education and Communicatio Tehnology,1977 dalam Arsyad A,1997) memberikan batasan tentang media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan menyampaikan pesan atau informasi. 
Penentu keberhasilan suatu pembelajaran yang lain adalah metode pembelajaran yang dipilih.  Pada prinsipnya tidak ada satupun metode mengajar  yang dapat dipandang paling sempurna. Setiap  metode mempunyai keunggulan dan kelemahan yang khas.

Metode ceramah adalah metode paling klasik yang sering digunakan. Metode ini adalah sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah. Kelemahan dari metode ini adalah membuat mahasiswa pasif, mengandung unsur paksaan kepada siswa dan menghambat daya kritis mahasiswa (Drajat, 1985)

Metode diskusi adalah metode mengajar yang erat dengan hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Pola ini memungkinkan peserta didik lebih aktif dan tidak hanya menerima dari pengajar.

 Kita mengenal yang disebut PBL ( Problem  base learning), metode ini adalah pembelajaran berdasarkan permasalahan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan masalah (Kristanti dan Mulia, 2004).
Penelitian tentang penerapan PBL dilakukan oleh Lufri, 1998 dan didapatkan hasil bahwa mahasiswa yang yang belajar dengan PBL lebih kritis daripada yang menggunakan metode tradisional/ceramah.

Collaborative learning(CL) adalah metode pembelajaran  yang memberikan kesempatan pada setiap anggota kelompok atau mahasiswa untuk membangun pengetahuan secara bersama-sama melalui suatu kerja kelompok yang saling bergantung. Peran pengajar pada CL lebih ke arah fasilitator, pelatih dan resource guide (Suradijono,2004).

c. Pemanfaatan teknologi Informasi dalam pendidikan

Saat ini proses pembelajaran tak bisa terlepas dari perkembangan teknologi.
Bentuk aplikasi penggunaaan teknologi informasi  dalam dunia pendidikan ada beberapa macam, antara lain:
1.      Media simulasi.
Teknologi informasi  membantu penyelenggara pendidikan tertutama sebagai alat penggambaran /ilustrasi agar peserta didik mendapatkan deskripsi yang lebih mudah dari suatu teori yang ada. Dalam dunia pendidikan  termasuk dalam pendidikan keperawatan sudah banyak menggunakan  bentuk media simulasi seperti  Video, Compact Disk Read Only Memory ( CD-Rom), soft ware terkait pembelajaran.

2.   Distance learning
Proses belajar adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. (Reber, 1988 dalam Syah, M  2000). Dipandang dari segi metode penyampaiannya, proses belajar mengajar dibagi     menjadi dua yaitu pendidikan kovensional/tatap muka dan pendidikan jarak jauh (distance learning)(Onno, P 2002).  Dalam proses pembelajaran  konvensional terjadi proses yang synchronous, dimana terjadi interaksi antara learner dan teacher dalam waktu yang sama dan tempat yang sama. Proses pembelajaran  distance learning pengertian jarak jauh adalah tidak terjadinya kontak dalam bentuk tatap muka langsung. Komunikasi dua arah pada distance learning  dijembatani dengan media seperti surat, teleks, radio, telepon, modem dan komputer. Pada distance learning  tiga teori utama tentang pendidikan jarak jauh adalah teori otonomi dan belajar mandiri, industrialisasi pendidikan dan komunikasi interaktif ( Juhari, 1990 dalam http://ferysifa.tripod.com)Pemanfaatan distance learning sebenarnya tidak hanya untuk proses pembelajaran yang bersifat formal, tetapi juga dapat untuk pelayanan dan pengabdian pada masyarakat.

3. Distance Learning berbasis Web
Bergesernya perkembangan distance learning ke media internet membuat  munculnya suatu paradigma baru dalam distance learning yaitu asynchronous time and separated location distance learning. Media ini mampu menembus batasan waktu dan tempat.

Kita sering mendengar istilah e-learning, internet learning dan web base learning, seperti yang telah diuraikan di atas. Dengan media teknologi tersebutlah kita dapat menyelenggarakan pembelajaran distance learning yang tanpa  tuntutan peserta didik dan pendidik hadir di tempat yang sama, dan dalam waktu yang sama. Dengan proses pembelajaran ini peserta didik dapat belajar di manapun dan kapanpun.

Peserta didik dari mulai perencanaan perkuliahan, mendapatkan materi, latihan dan tes menggunakan metode interaksi dengan distance learning berbasis web. Pengajar memberikan satuan mata ajar, materi pembelajaran dan memberikan masukan serta memberikan nilai juga melalui media web base learning.(http://www.janeknigt.com)

Keaktifan dan kemandirian dari seorang peserta didik sangat diperlukan pada metode ini. Juhari th 1990 mengemukakan prinsip pendidikan jarak jauh seperti yang ada di e-learning ini adalah otonomi dan kemandirian peserta didik, industrialisasi pendidikan dan komunikasi interaktif

Hershey, 2005 mengemukakan keuntungan dari on line learning adalah: dimana pun peserta didik bisa belajar. Selain itu kapanpun peserta didik dapat berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran. Jika seseorang punya waktu malam hari untuk belajar maka dia bisa akses pada malam hari. Metode ini juga bersifat student center, dimana peserta didik merespon semua kursus/bahan material, aktif. Metode ini juga meningkatkan keatifitas pengajar, karena pengajar ditutuntut untuk terus berinteraksi dan mengikuti perkembangan dari ilmu yang ada. Metode aktif ini juga menekankan kemauan belajar sepanjang hidup

Selain pendidikan formal media  on line learning juga dimanfaatkan untuk courses online, dan konsultasi on line.(Indrajit,E 2004) Trend pelatihan dan kursus yang memanfaatkan media distance learning berbasis web dapat digunakan dalam masyarakat keperawatan, sehingga perawat yang tersebar di berbagai kepulauan dapat mendapatkan perkembangan ilmu keperawatan secara cepat tanpa harus membuang biaya menuju ke pusat pelatihan.



BAB III. KERANGKA KONSEP DAN METODOLOGI PENELITIAN


Penelitian ini secara lengkap menggunakan ‚“operationsresearch studies“(OR). Fisher, (1991) mengatakan bahwa operations research merupakan jalan untuk mengidentifikasi, memecahkan masalah, memberikan perencanaan dasar, koordinasi, pelatihan dan fungsi evaluasi

Merujuk pada referensi yang  ada maka penelitian ini hanya sampai tahap pertama yaitu  :Tahap identifikasi masalah dan seleksi strategi yang tepat

Pada tahap identifikasi peneliti akan meneliti “problemsituation” yang ada di pendidikan keperawatan. Pada tahap ini peneliti akan melihat seberapa jauh mana efektifitas dan efisiensi dari model pembelajaran yang ada saat ini.

Tempat pengambilan penelitian ini adalah di  FIK UI dengan responden mahasiswa baik program reguler, ekstensi dan pasca sarjana. Desain penelitian yang digunakan pada tahap ini adalah crosssectional, dengan menggunakan alat kuisioner. Peneliti juga mengidentifikasi kesiapan infrastruktur terhadap terhadap model yang akan dipilih. Pengkajian infrastruktur meliputi kesiapan: Sumber daya manusia, peralatan dan fasilitas pendukung yang lain. Desain penelitian menggunakan crossectional dengan alat kuisioner dan pedoman lembar evaluasi. Tempat pelaksanaan adalah di FIK UI. Hasil dari identifikasi masalah ini untuk menjadi dasar untuk tahap eksperimen dan evaluasi serta tahap desiminasi.

BAB IV. HASIL PENELITIAN


Tahap pertama yang dilaksanakan adalah melakukan uji coba kuisioner pada 30 responden. Dari uji coba responden tersebut didapatkan r = 0.361 dengan a = 0.05. Dari keseluruhan item pertanyaan didapatkan hasil corected  item-total correlation yang lebih besar dari r= 0.361. Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan dari kuisioner valid. Setelah seluruh pertanyaan sudah valid semua maka diuji reabilitasnya dan didapatkan  r= 0.984 dengan a = 0.05




Di bawah ini akan diuraikan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan.
Tabel 1.Distribusi larekteristik responden berdasarkan jenis kelamin, status, kelas, usia, dan asal daerah th 2005

Karakteristik
Jumlah
Prosentase
Jenis Kelamin:
Laki-laki
Wanita

42
209

16.7
82.9
Status:
Belum menikah
Menikah

174
78

69
31
Kelas:
Reguler
Ekstensi pagi
Ekstensi sore
Pasca sarjana

116
59
61
16

46
23.4
24.2
6.3
Asal daerah:
Jabodetabek
Luar Jabodetabek

159
91


63.1
36.1
Usia:
<20 th
20-30 th
31-40 th
41-50 th
>50 th

104
81
51
10
1

41.3
32.1
20.2
4.0
0.4


           
Berdasarkan table 1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah wanita (82.9 %), dan mayoritas responden belum menikah(69%). Jumlah responden dari kelas reguler dan ektensi cukup berimbang, sedangkan dari kelas pasca sarjana hanya 6.3%. Mayoritas responden dari daerah Jabodetabek (63.1%) dan mayoritas rentang usia  20-40 th ( 50.3%)

Tabel 2.Distribusi pendapat responden tentang kondisi BPKM th 2005


Karakteristik BPKM
Jumlah
Prosentase
Membantu PBM:
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju

174
75
3

69
29.8
1.2



BPKM lengkap dan memberi informasi
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat Tidak setuju


134
96
21
1


53.2
38.1
8.3
0.4

Dari table 2 dapat disimpulkan bahwa BPKM (Buku Pedomen Mahasiswa) yang ada pada tahun 2005 mayoritas sudah lengkap, memberikan informasi dan membantu proses belajar dan mengajar.

Gambar 1. Diagram Potensial BPKM dimasukkan secara on line


Dari gambar 1 dapat disimpulkan    mayoritas responden sangat setuju (33.3%) dan setuju (53.6%) bahwa BPKM dapat/ potensial untuk menggunakan system on line.


Tabel 3.Distribusi pendapat responden tentang pembelajran system ceramah,
th 2005

Karakteristik Ceramah
Jumlah
Prosentase
Mayoritas ceramah
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat Tidak setuju

11
78
129
23

4.4
31
51.2
9.1
Ceramah membuat mengantuk
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat Tidak setuju


72
135
38
4



28.6
53.6
15.1
1.6
Ceramah menyenangkan mahasiswa
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat Tidak setuju


38
136
74
4



15.1
54
29.4
1.6
Ceramah memudahkan pengajar
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat Tidak setuju


11
78
129
23


4.4
31.0
51.2
9.1

Pada table 3 dapat disimpulkan bahwa di FIK th 2005 sebanyak 35.4 % masih menggunakan metode ceramah, sisanya mengatakan tidak setuju metode yang digunakan adalah ceramah. Pada table ini juga menunjukkan mahsiswa setuju dan sangat setuju jika ceramah membuat mengantuk 82.2%, namunm masih banyak yang setuju dan sangat setuju bahwa ceramah merupakan system yang menyenangkan mahsiswa 69,1%. Sedangkan pandangan mahasiswa  mengatakan tidak setuju bahwa ceramah lebih memudahkan pengajar (51.2%).

Tabel 4.Distribusi pendapat responden tentang pembelajran system pembelajaran aktif/Active learning, th 2005

Active learning
Jumlah
Prosentase
Aktiv learning menyenangkan mahasiswa
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju



62
156
33



24.6
61.9
13.1
Active learning memudahkan pencapaian
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju


52
159
39


20.6
63.1
15.5
Metode aktiv memudahkan dosen
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju


38
178
31
2


15.1
70.6
12.3
0.8
Media dengan TI menarik
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju

124
110
14


49.2
43.7
5.6
Tabel 4 menunjukkan bahwa 61.9% mahasiswa setuju dengan system pembelajaran yang aktif, mahasiswa juga setuju metode aktif memudahkan mencapai tujuan pembelajaran (63.1 % ). Mahasiswa  sangat setuju dan setuju (92.9% ) terhadap pendapat bahwa dengan media teknologi informasi pembelajaran akan lebih menarik.

Tabel 5.Distribusi pendapat responden tentang potensial diterapkan Active learning dengan computer mediated learning/ CML atau Distance learning?DL, th 2005

CML/DL
Jumlah
Prosentase

Bisa diterapkan di FIK

Sangat setuju                     
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju

78
131
31
4

31
54.4
12.3
1.6

Setuju diterapkan di FIK

Sangat setuju                     
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju

87
127
33
3

34.5
50.4
13.1
1.2

Setuju evaluasi melalui DL/CML

Sangat setuju                     
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju


39
189
19
2


15.5
75
7.5
0.8
Tabel 5 menunjukkan bahwa mahasiswa setuju (54.4%) mengatakan CM/Dl bisa diterapkan dan setuju jika CML dan DL diterapkan di FIK. Selain itu mahsiswa sebanyak 75% mengatakan setuju bahwa evaluasi/ujian dapat dilaksanakan melalui CML/DL.



Tabel 6.Distribusi pendapat responden tentang kesiapan Sumber daya terhadap sistem Active learning dengan computer mediated learning/ CML atau Distance learning/DL, th 2005

Suber Daya Manusia
Jumlah
Prosentase

Mahasiswa paham konsep DL/CML

Sangat setuju                     
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju


18
87
133
12



7.1
34.5
52.8
4.8

Dosen paham konsep DL/CML

Sangat setuju                     
Setuju
Tidak setuju


31
139
76



12.3
55.2
30.2

Mahasiswa mampu DL/CML (keyakinan)

Sangat setuju                      
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju


53
156
41
1


21
61.9
16.3
0.4

Dosen mampu DL/CML (keyakinan)

Sangat setuju                     
Setuju
Tidak setuju


55
172
20


21.8
68.3
7.9
Tabel 6 menunjukkan secara konsep DL/CML, 52.8% mengatakan tidak setuju jika sudah paham terhadap DL?CML, namun dari mahasiswa setuju/memandang staf pengajar sudah paham konsep DL/CML. Walaupun begitumahsiswa setuju bahwa baik dosen maupun mahasiswa mampu untuk melaksankan CML/DL

Tabel 7.Distribusi pendapat responden tentang kemampuan Mahasiswa terhadap Teknologi Informasi, th 2005

Tingkat Kemampuan
Jumlah
Prosentase

Ms. Word

Tidak bisa
Kurang
Sedang
Mahir

3
18
169
60

1.2
7.1
67.1
23.8

Worksheet/Excel
Tidak bisa                                15                                                        6                                 
Kurang                                                77                                                        30.6
Sedang                                                142                                                      56.3
Mahir                                       15                                                        6
Presentatation/Power point
Tidak bisa
Kurang
Sedang
Mahir


31
79
119
18


12.3
31.3
47.2
7.1
Data base
Tidak bisa
Kurang
Sedang
Mahir

115
93
35
4


453.6
36.9
13.9
1.6
Multimedia
Tidak bisa
Kurang
Sedang
Mahir

55
84
100
4

21.8
33.3
39.7
1.6
Internet
Tidak bisa
Kurang
Sedang
Mahir



0 Response to "DOWNLOAD PENELITIAN PENDIDIKAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, MANDIRI DAN INOVATIF” SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PERAWAT AGAR MAMPU BERKONTRIBUSI DALAM MENINGKATKAN STATUS KESEHATAN"

Posting Komentar

wdcfawqafwef

BACKLINK OTOMATIS GRATIS JURAGAN.