A. Latar Belakang Masalah
Guru
memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan
secaraa seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan
memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan
dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar
mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar
mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak
sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang
efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan
pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak
pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk
memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar
mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar
karena siswalah subyek utama dalam belajar.
Kegiatan belajar bersama dapat
membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang
dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui
kegiatan kerjasana kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan
belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan
teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan
mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.
Pembelajaran Agama Islam tidak lagi
mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih
mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu
aktifitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas
dengan bekerja dalam kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain.
(Hartoyo, 2000:24).
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti
ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “ Peningkatan Pembelajaran Agama Islam Melalui metode pemberian tugas belajar dan resitasi Pada Siswa SDN Repok Bijang Desa Wajageseng
Kelas IV Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pemberian tugas belajar dan resitasi?
- Bagaimanakah pengaruh metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi terhadap motivasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk:
- Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pemberian tugas belajar dan resitasi.
- Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pemberian tugas belajar dan resitasi.
D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
- Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi agama islam.
- Meningkatkan motivasi pada pelajaran agama islam
- Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi agama islam.
E. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka
diperlukan pembatasan masalah meliputi:
- Penelitian inihanya dikenakan pada siswa SDN Repok Bijang Desa Wajageseng Kelas VI Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011.
- Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.
- Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Arti surat Al-Qadr dan Arti surat Al-Alaq ayat 1-5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
- Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan
belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996:14)
Sependapat
dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran
adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan
sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah
laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan
tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,
tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir,
sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)
Pasal 1
Undang –undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan
bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Jadi
pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada
suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada siatuasi tertentu.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Menurut
Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam
diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa
yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang
lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan
mateti itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah
suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
3.
Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul
sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari
luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang
lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu
atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang
tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang
tinggi, dan lain sebagainya.
C. Pengajaran metode pemberian tugas belajar dan resitasi
1. DEFINISI
Yang dimaksud dengan pemberian tugas
belajar dan resitasi ialah suatu cara mengajar di mana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada
peserta didik, sedangkan hasil tersebut di periksa oleh guru dan peserta didik
mempertanggung jawabkannya.
Pertanggungan jawab itu dapat dilaksanakan dengan cara
- Dengan menjawab test yang diberikan oleh guru.
- Dengan menyampaikan ke muka berupa lisan
- Dengan cara tertulis.
Dalam metode ini kita menemukan tiga istilah penting
1. Tugas:
Tugas adalah suatu pekerjaan yang
harus dilakukan baik tugas datangnya dari orang lain maupun dari dalam diri kita
sendiri. Di sekolah biasanya itu
datang dari pihak guru atau kepala sekolah atau peserta didik sendiri. Tugas
ini biasanya bersifat educatif dan bukan
bersifat dan berunsur pekerjaan.
2. Belajar.
Banyak sekali perumusan tentang
belajar
Menurut S. Nasution ada beberapa
batasan istilah belajar
a) Belajar adalah perubahan dalam sistem urat saraf.
b) Belajar adalah penambahan
pengetahuan.
c) Belajar adalah perubahan kelakuan
berkat pengalaman dan pengertian.
Perubahan tingkah laku seseorang
dipengaruhi oleh apa yang dimiliki seseorang itu, seperti: sifat, pengalaman, pengetahuan, keterampilan,
keadaan jasmaniah dan lain-lain
sebagainya, dan jugs dipengaruhi pula
oleh lingkungan. Hasil belajar
dipengaruhi pula oleh motif bahan yang dipelajari dengan mempergunakan alat-alat, waktu, cara belajar dan
sebagainya.
3. Resitasi
Resitasi adalah penyajian kembali atau
penimbulan kembali sesuatu yang sudah dimiliki, diketahui atau dipelajari. Metode ini sering disebut metode pekerjaan rupiah.
Prinsip yang mendasari metode ini ada dalam
AI-Quran. Tuhan memberikan
suatu tugas yang berat terhadap Nabi Muhammad sebelum dia melaksanakan tugas
ke-Rasulannya. Tugas yang diintruksikan itu ialah berupa sifat-sifat kepemimpinan
yang harus dimiliki.
Firman Allah S.W.T
Hai orang yang berselubung, bangunlah
dan pertakutilah kaummu, hendak besarkan Tuhan-mu. Dan bersihkanlah pakaianmu! Tinggallah pekerjaan-pekerjaan yang
mendatangkan siksaan. Janganlah engkau memberi kepada orang lain lantaran hendak meminta lebih banyak. Sabar dan uletlah
menurut perintah Tuhan. (Q.S. Al Mudatatsir: 1-7).
Jadi Tuhan memberikan tugas lima macam, antara lain:
a. Ta'at beragama (membesarkan Tuhan).
b. Giat dan rajin berdakwah.
c. Membersihkan diri, jiwa dari
kekotoran lahir dan bathin.
d. Percaya pada diri sendiri dan tidak
mengharapkan sesuatu pada orang
lain.
e. Tabah dan ulet dalam melaksanakan
tugas.
2. PASE-PASE RESITASI
Dengan metode Resitasi terdapat 3 fase
1. Guru memberikan tugas:
Tugas yang diberikan oleh guru harus
disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Dalam pelaksanaan tugas itu kemungkinan peserta didik
akan menjawab dan penyelesaikan suatu bentuk hitungan dan ada pula berbentuk sesuatu
yang harus diselesaikan,
ada pula berbentuk sesuatu yang baik dari berbagai aspek.
2. Murid melaksanakan tugas (belajar)
cara murid belajar akan terlaksana dengan balk apabila dia belajar sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru dan
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
3. Murid mempertanggung jawabkan hasil,
pekerjaannya (resitasinya). Resitasi itu juga akan wajar apabila sesuai dengan
tujuan pemberian tugas.
3. KEUNTUNGAN METODE RESITASI
1. Peserta didik belajar
membiasakan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam segala tugas yang diberikan.
2. Meringankan tugas guru yang
diberikan.
3. Dapat mempertebal rasa tanggung jawab. Karena
hasil-hasil yang dikerjakan dipertanggung jawabkan dihadapan guru.
4. Memupuk anak agar mereka
dapat berdiri sendiri tanpa mengharapkan
bantuan orang lain.
5. Mendorong peserta didik
supaya suka berlomba-lomba untuk mencapai sukses.
6. Hasil pelajaran akan tahan lama karena pelajaran
sesuai dengan minat peserta didik.
7. Dapat memperdalam
pengertian dan menambah keaktipan dan kecakapan peserta didik.
8. Waktu yang dipergunakan tak
terbatas sampai pada jam jam
9.
sekolah.
4. KELEMAHAN METODE RESITASI
- Peserta didik yang terlalu bodoh sukar sekali belajar.
- Kemungkinan tugas yang diberikan tapi dikerjakan oleh orang lain.
- Kadang-kadang peserta didik menyalin atau meniru pekerjaan temannya sehingga pengalamannya sendiri tidak ada.
- Kadang-kadang pembahasannya kurang sempurna.
- Bila tugas terlalu sering dilakukan oleh murid akan menyebabkan
- Terganggunya kesehatan peserta didik, karena mereka
kembali dari sekolah selalu melakukan tugas, seingga waktu bermain tidak ada.
- Menyebabkan peserta didik asal mengerjakan saja karena
mereka menganggap tugas-tugas tersebut membosankan.
-Mencari tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuan setiap
individu sulit, jalan pelajaran lambat dan memakan waktu yang lama.
-Kalau peserta didik terlalu banyak kadang-kadang guru
tak sanggup memeriksa tugas-tugas peserta didik tersebut.
5. LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DIRUMUSKAN TERLEBIH DAHULU DALAM PELAKSANAAN
RESITASI
1. Pemberian Tugas
Dan Penjelasan
a. Tujuan yang
harus dicapai mestilah dirumuskan terlebih dahulu secara jelas.
b. Terangkan dengan
jelas tugas-tugas yang akan dikerjakan murid.
c. Selidiki apakah metode resitasi satu-satunya yang terbaik untuk
bahan yang akan diajarkan.
2. Pelaksanaan Tugas.
a. Setiap tugas yang diberikan harus di kontrol.
b. Siswa yang mengalami kegagalan harus dibimbing.
c. Hargailah setiap tugas yang di kerjakan murid.
d. Berikan dorongan bagi siswa kurang bergairah.
e. Tentukan bentuk-bentuk resitasi yang akan dipakai.
f. Saran-saran:
1) Tugas yang diberikan harus jelas, sehingga anak mengerti betul
apa yang harus dikerjakan.
2) Waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup.
3) Adakan kontrol yang sistimatis sehingga mendorong anak¬anak
bekerja dengan sungguh-sungguh.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8)
mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak
sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan
terintegratif, dan (d) administrasi social ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru
sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi
(guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil
pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai
dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan
siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan
dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara
ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan.
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan
belajar secara kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian
ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.
A. Tempat, Waktu dan Subyek
Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang
digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian ini bertempat di SDN Repok Bijang Desa Wajageseng Kecamatan Kopang
Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian
adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan.
Penelitian ini dilaksanakan pada Minggu I bulan Agustus semester gasal
2010/2011
3. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas
VI SDN Repok Bijang Kecamatan Kopang KabupatenLombok Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana
praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5)
PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku
tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah
untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,
sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan
guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis
penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk
spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
- Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
- Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model discovery .
- Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
- Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi
dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai
perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan
yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga
putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah
dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian
hasil belajar.
2. Rencana
Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun
untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indicator
pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar
mengajar.
3. Lembar
Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan
siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar
Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a.
Lembar observasi pengolahan
metode pemberian tugas belajar dan resitasi, untuk mengamati kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran.
b.
Lembar observasi aktivitas
siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran.
5. Tes
formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang
diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah
20 butir
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode pemberian tugas
belajar dan resitasi, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu
metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian
ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data
yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai
siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan
atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap
putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis
pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik
sederhana yaitu:
- Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai
yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di
kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan :
= Nilai rata-rata
Σ X =
Jumlah semua nilai siswa
Σ N =
Jumlah siswa
2. Untuk
ketuntasan belajar
Ada dua kategori
ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan
petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu
seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65,
dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase
ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba
item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan metode pemberian tugas
belajar dan resitasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir
pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba
item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa
yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar
observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan penglolaan metode
pemberian tugas belajar dan resitasi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
penerapan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi dalam meningkatkan
prestasi
Data tes formatifuntuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode
pemberian tugas belajar dan resitasi.
A. Analisis Data Penelitian
Persiklus
1. Siklus
I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes
formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus I dilaksanakan pada Awal bulan Agustus ( Minggu Pertama ) di SDN
Repok Bijang Kelas VI dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil
penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa
Pada Siklus I
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
60
|
√
|
12
|
60
|
√
|
||
2
|
70
|
√
|
13
|
80
|
√
|
||
3
|
70
|
√
|
14
|
70
|
√
|
||
4
|
60
|
√
|
15
|
80
|
√
|
||
5
|
80
|
√
|
16
|
70
|
√
|
||
6
|
80
|
√
|
17
|
90
|
√
|
||
7
|
70
|
√
|
18
|
60
|
√
|
||
8
|
70
|
√
|
19
|
60
|
√
|
||
9
|
60
|
√
|
20
|
70
|
√
|
||
10
|
80
|
√
|
21
|
70
|
√
|
||
11
|
50
|
√
|
22
|
60
|
√
|
||
Jumlah
|
750
|
7
|
4
|
Jumlah
|
770
|
8
|
3
|
Jumlah Skor 1520
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor
Tercapai 69,09
|
Keterangan: T
:
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas : 7
Klasikal :
Belum tuntas
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
|
69,09
15
68,18
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa dengan menerapkan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan
belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa
dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa
yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa
masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru
dengan menerapkan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi.
2. Siklus
II
a. Tahap
perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes
formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus II dilaksanakan pada Minggu ke II Bulan Agustus di SDN Repok Bijang dengan jumlah siswa 22
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus
I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian
pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4.
Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
60
|
√
|
12
|
90
|
√
|
||
2
|
80
|
√
|
13
|
80
|
√
|
||
3
|
80
|
√
|
14
|
80
|
√
|
||
4
|
90
|
√
|
15
|
80
|
√
|
||
5
|
90
|
√
|
16
|
80
|
√
|
||
6
|
60
|
√
|
17
|
60
|
√
|
||
7
|
80
|
√
|
18
|
80
|
√
|
||
8
|
70
|
√
|
19
|
70
|
√
|
||
9
|
60
|
√
|
20
|
60
|
√
|
||
10
|
80
|
√
|
21
|
80
|
√
|
||
11
|
90
|
√
|
22
|
80
|
√
|
||
Jumlah
|
840
|
8
|
3
|
Jumlah
|
840
|
9
|
2
|
Jumlah Skor 1680
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor
Tercapai 76,36
|
Keterangan: T
:
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 17
Jumlah siswa yang belum tuntas : 5
Klasikal :
Belum tuntas
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus II
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
|
76,36
17
77,27
|
Dari tabel di atas diperoleh nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai
77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah
megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir
pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa
lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa
yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode metode pemberian
tugas belajar dan resitasi.
3. Siklus
III
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes
formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung
b. Tahap
kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus III dilaksanakan pada Minggu II Bulan September 2011 di SDN Repok
Bijang dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada
siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian
pada siklus III adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6.
Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
90
|
√
|
12
|
90
|
√
|
||
2
|
90
|
√
|
13
|
90
|
√
|
||
3
|
90
|
√
|
14
|
90
|
√
|
||
4
|
80
|
√
|
15
|
60
|
√
|
||
5
|
90
|
√
|
16
|
90
|
√
|
||
6
|
80
|
√
|
17
|
80
|
√
|
||
7
|
90
|
√
|
18
|
70
|
√
|
||
8
|
60
|
√
|
19
|
70
|
√
|
||
9
|
90
|
√
|
20
|
80
|
√
|
||
10
|
90
|
√
|
21
|
90
|
√
|
||
11
|
60
|
√
|
22
|
80
|
√
|
||
Jumlah
|
910
|
9
|
2
|
Jumlah
|
890
|
10
|
1
|
Jumlah Skor 1800
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor
Tercapai 81,82
|
Keterangan: T
:
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 19
Jumlah siswa yang belum tuntas : 3
Klasikal :
Tuntas
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus III
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
|
81,82
19
86,36
|
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas
sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara
klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus III
ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil
belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru
dalam menerapkan metode pemberian tugas belajar dan resitasi sehingga siswa
menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih
mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini
ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai
pada siklus III.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang
telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar
mengajar dengan penerapan metode pemberian tugas belajar dan resitasi. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1)
Selama proses belajar mengajar
guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa
aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2)
Berdasarkan data hasil
pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3)
Kekurangan pada siklus-siklus
sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih
baik.
4)
Hasil belajar siswa pada siklus
III mencapai ketuntasan.
d. Revisi
Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan
metode pemberian tugas belajar dan resitasi dengan baik dan dilihat dari
aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi
yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses
belajar mengajar selanjutnya penerapan metode pemberian tugas belajar dan
resitasi dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan
Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini
menunjukkan bahwa metode pemberian tugas belajar dan resitasi memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru
(ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing
68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses metode pemberian tugas belajar dan resitasi dalam
setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas
Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran agama islam pada pokok bahasan
mengarang yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,
mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama
pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah metode pemberian tugas belajar
dan resitasi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta
analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran
dengan berbasis masalah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III
(86,36%).
- Penerapan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh
dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar agama islam lebih efektif
dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran
sebagai berikut:
- Untuk melaksanakan model berbasis masalah memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model berbasis masalah dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
- Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
- Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakuakan di SDN Repok Bijang Desa Wajageseng Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi agama islam dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.
Masriyah. 1999. Analisis
Butir Tes. Surabaya:
Universitas Press.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan
Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian
Siswa untuk Belajar. Surabaya.
University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Widoko. 2002. Metode
Pembelajaran Konsep. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
0 Response to "DOWNLOAD PTK AGAMA ISLAM SD PENINGKATAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN RESITASI PADA SISWA SDN REPOK BIJANG DESA WAJAGESENG KELAS IV "
Posting Komentar