Pengertian biaya tidak dapat
dipisahkan dengan pengertian kos dan aset serta rugi (loss). APB menjelaskan, biaya timbul hanya dalam kaitannya dengan
kegiatan penciptaan laba yang mengakibatkan perubahan ekuitas. Pengiriman
barang (direpresentasi dengan kos barang terjual) dalam transaksi penjualan
merupakan biaya karena hasil bersih (netresult) penjualan tersebut adalah perubahan ekuitas. Di lain pihak,
timbulnya kewajiban untuk pembelian aset bukan merupakan biaya karena ekuitas
tidak dapat berubah pada saat pembelian tersebut. Dengan makna yang hampir
sama, IAI (IASC) mendefinisikan biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002)
sebagai berikut: Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu perioda
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal.
PENURUNAN ASET
Biaya dapat dikatakan timbul jika terjadi transaksi atau
kejadian yang menurunkan aset atau sumber ekonomik. Aset dalam hal ini harus
diartikan sebagai semua aset perusahaan sebagai satu kesatuan. Dengan demikian
konsumsi (consumption) atau pemakaian
(using up) aset atau manfaat ekonomik
harus diartikan bahwa manfaat ekonomik aset (direpresentasi oleh kos) telah
habis karena melekat pada barang atau jasa yang telah diserahkan (keluar) dari
kesatuan usaha sehingga kesatuan usaha tidak menguasai lagi manfaat tersebut.
OPERASI UTAMA YANG MENERUS
Sebagaimana berlaku
untuk pendapatan, pengertian operasi menunjuk kegiatan operasi yang merupakan
elemen statemen aliran kas yaitu : operasi (operating),
investasi (investing), dan pendanaan
(financing). Biaya adalah penurunan aset yang berkaitan dengan
operasi dan bukan dengan investasi dan pendanaan.
KENAIKAN KEWAJIBAN
Definisi Biaya
menurut Kam adalah kenaikan kewajiban. Bila barang dan jasa telah dimanfaatkan
oleh perusahaan tetapi perusahaan tidak mengakuinya sebagai aset sebelumnya
atau perusahaan belum mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang
dikuasai pihak lain, perusahaan mempunyai keharusan untuk membayar atau
melakukan pengorbanan sumber ekonomik di masa datang sehingga kewajiban timbul.
PENURUNAN EKUITAS
Penurunan Ekuitas
lebih menegaskan pengertian biaya karena tidak setiap penurunan aset mengakibatkan
penurunan ekuitas. Misalnya, pembagian dividen kas merupakan penurunan aset
tetapi tidak dapat disebut sebagai biaya. Jadi, penurunan ekuitas hanya merupakan
karakteristik pendukung makna biaya. Hal ini serupa dengan keteridentifikasian
terbayar (payee) sebagai
karakteristik pendukung pengertian kewajiban.
ALIRAN FISIS ATAU MONETER?
Definisi
Kam dilandasi oleh pemikiran bahwa biaya merupakan kejadian moneter yaitu
perubahan nilai aset, kewajiban, atau ekuitas. Nilai ini diukur dengan kos
barang dan jasa yang dapat dikuasai dan dimanfaatkan kesatuan usaha melalui
penyerahan aset (pembelian tunai), penimbulan kewajiban (pembelian kredit), dan
peningkatan ekuitas (pembelian dengan saham perusahaan sebagai penghargaan).
RUGI
Kata-kata
kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah :
1) Penurunan ekuitas (aset bersih)
2) Transaksi periferal atau insidental
3) Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau
selain distribusi ke pemilik.
Empat
sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah (SFAC No.6, prg.85):
a) Periferal dan insidental : misalnya penjualan
investasi dalam surat-surat berharga, penjualan aset tetap, pelunasan hutang
obligasi sebelum jatuh tempo.
b) Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfers) dengan pihak lain: misalnya pencurian dan
pembayaran ganti rugi dari kekalahan dalam tuntutan perkara hukum.
c) Penahanan aset (holding assets): misalnya penurunan harga sekuritas investasi,
penurunan nilai-tukar valuta asing, dan penurunan harga karena penahanan
sediaan (holding losses).
d) Faktor lingkungan: misalnya ganti rugi asuransi
musibah alam yang lebih rendah dari kos aset yang rusak. Contoh lain adalah
lenyapnya manfaat aset yang tidak diasuransi akibat kebakaran.
Patton
dan Littleton (1970, hlm.93-96) mendefinisi rugi sebagai berbeda dengan biaya
yang merupakan penyerapan atau pengorbanan kos tanpa suatu kompensasi atau
kembalian (return). Yang dimaksudkan
kembalian disini adalah bahwa kos yang diserap tersebut tidak merupakan upaya
untuk menghasilkan pendapatan.
PENGAKUAN BIAYA
Pengakuan
biaya tidak dibedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan menyangkut masalah
kriteria pengakuan (recognition criteria)
yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nilai aset yang memenuhi definisi
biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat pengakuan (recognition rules atau timing)
yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa kriteria pengakuan telah
dipenuhi.
KRITERIA PENGAKUAN
Biaya
atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua kriteria berikut
dipenuhi ( SFAC No.5,prg. 85):
a) Konsumsi manfaat (consumptionof benefits).
Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang
dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau
pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang
merepresentasikan operasi utama atau sentral entitas tersebut.
b) Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang (loss or lack of future benefits).
Biaya atau rugi diakui bilamana aset yang telah diakui
sebelumnya diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi
mempunyai manfaat ekonomik.
KAIDAH ATAU SAAT PENGAKUAN
Sebagai pedoman
bagi penyusun standar atau manajemen (kebijakan akuntansi perusahaan), perlu
dirumuskan pedoman umum saat pengakuan di tingkat rerangka konseptual. FASB memberikan pedoman umum yaitu:
-Konsumsi Manfaat
Konsumsi manfaat ekonomik selama suatu perioda
dapat diakui langsung pada saat terjadinya atau diakui bersamaan dengan
pengakuan pendapatan yang berkaitan. Berbagai jenis atau pos biaya menghendaki
cara pengakuan yang berbeda yaitu (SAFC No.5,prg. 86):
a) Beberapa pos biaya, seperti kos barang terjual,
ditandingkan(matched with) dengan
pendapatan yang terkait. Diakui pada saat atau perioda yang sama dengan
pengakuan pendapatan yang dihasilkan langsung atau bersama (directly or jointly) dari transaksi atau
kejadian lain yang sama dengan yang menimbulkan biaya.
b) Banyak pos biaya, seperti gaji staf penjualan
dan administratif, diakui selama perioda pada saat kas dibayarkan atau
kewajiban terjadi untuk barang dan jasa yang dimanfaatkan/dikonsumsi bersamaan
dengan pemerolehan atau segera setelah itu.
c) Beberapa pos biaya, seperti depresiasi dan
asuransi, dialokasi (diakui) dengan prosedur sistematik dan rasional untuk
perioda-perioda yang menikmati manfaat aset bersangkutan.
LENYAPNYA ATAU BERKURANGNYA MANFAAT MASA DATANG
Biaya
atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas bahwa manfaat ekonomik
masa datang suatu aset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap atau
bahwa kewajiban timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat.
KAIDAH PENGAKUAN APB
a) Mengasosiasi sebab dan akibat (associating cause and effect). Beberapa kos diakui sebagai biaya atas dasar
asosiasi langsung dengan pendapatan tertentu.
b) Alokasi sistematik dan rasional (systematic and rational allocation). Bila tidak ada cara langsung
untuk mengasosiasi sebab dan akibat, beberapa kos diasosiasi dengan perioda
sebagai biaya atas dasar usaha (attempt)
untuk mengalokasi kos secara sistematik dan rasional ke beberapa perioda yang
diperkirakan menikmati manfaat.
c) Pengakuan segera (immediate recognition). Beberapa kos diasosiasi dengan perioda berjalan sebagai biaya karena :
1. Kos yang terjadi dalam perioda berjalan tidak
memberi manfaat masa datang yang cukup nyata (discernible),
2. Kos yang dicatat sebagai aset dalam
perioda-perioda sebelumnya tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik yang cukup
nyata,
3. Mengalokasi berbagai kos baik atas dasar
asosiasi dengan pendapatan atau atas dasar perioda akuntansi dipandang tidak
mempunyai manfaat yang berarti.
HUBUNGAN KOS DAN BIAYA
Kos
adalah pengukur biaya atau biaya direpresentasi dengan kos sehingga secara
teknis dan praktis biaya sering disebut kos saja. Memang biaya selalu dapat
disebut kos karena kos melekat didalamnya. Akan tetapi, kos tidak selalu dapat
disebut biaya karena kos dapat juga merepresentasi aset.
PROSES DAN KONSEP PENANDINGAN
Proses
penandingan adalah proses penentuan laba dengan cara mengukur atau menakar
dahulu pendapatan untuk suatu perioda dan barulah kemudian menentukan biaya
yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep atau prinsip penandingan
adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba
yang dihasilkan bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu kebutuhan (necessity) dalam akuntansi karena alasan
berikut :
1. Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan
dengan pengakuan biaya karena teknik pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut.
Dengan kata lain, proses penandingan tidak dilakukan pada saat transaksi
pendapatan terjadi tetapi pada umumnya dilakukan pada akhir tahun.
2. Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya
tidak berkaitan langsung dengan transaksi terjadinya biaya. Sebagai contoh,
pemerolehan dan pembayaran barang dan jasa untuk menghasilkan produk tidak
selalu bersamaan (tidak terjadi dalam perioda yang sama) dengan penjualan dan
pengumpulan kas.
Tan Siao Ing (11206040)
Kelayakan Ekonomik
Masalah penandingan terletak pada penentuan dasar atau basis yang memuaskan
untuk menyatukan pendaatan dan biaya. Penandingan yang tepat harus didasarkan
pada kelayakan ekonomik dan bukan fisis. Memang penandingan menuntut
identifikasi konsumsi manfaat aset atau jasa secara fisis tetapi nilai aset
atau jasa yang dikonsumsi juga harus ditentukan secara tepat dengan memperhatikan
kondisi yang melingkupinya. Oleh karena itu, dasar penandingan yang paling
utama adalah kelayakan ekonomik (economic reasonableness) bukannya dasar
aliran fisis semata-mata.
Menandingkan Bukan Mengkompensasi
Ada kalanya biaya komisi penjualan, biaya angkut pengiriman barang, dan
biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan transaksi penjualan dikurangkan
langsung terhadap hasil penjualan dan hanya jumlah rupianh netonya dicatat
dalam akun Penjualan dan penjualan dilaporkan sebesar nilai netonya. Perlakuan
semacam ini secara teoritis tidak layak. Karena karakteristik yang berbeda,
upaya harus dipisahkan dengan hasil. Semua kos yang merepresentasikan upaya
harus tetap diacatat sebagia kos (atau biaya kalau langusng dibebankan).
Sebaliknya, seluuh hasil penjualan produk harus dicatt seluruhnya secara utuh
sebagai pendapatan. Alasannya adalah aliran pendapatan dan cost berbeda dan
keduanya mencerminkan dua faktor yang berbeda (upaya dan hasil) sehingga tiap
faktorharus ditunjukkan secara utuh sesuai dengan fungsinya.pos yang satu tidak
selayaknya dikompensasi dengna pos yang lain. Penyimpangan terhadap prinsip ini
jelas akan mengaburkan faktor-faktor penting dalam penentuan laa tidak
terpengaruh.
Basis Asosiasi
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis
asosiasi menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis
asosiasi dibahas berikut ini.
- Asosiasi Sebab dan Akibat
- Alokasi Sistematik dan rasional
- Pembebanan Arbitrer
Asosiasi Sebab dan Akibat
Konsep upaya dan pencapaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam
rangka mendapatkan pencapaian berupa pendapatan. Ini berarti ada hubungan
sebab-akibat antara biaya dan pendapatan. Oleh karena itu, basis penandingan
yang paling masuka akal adalah sebab-akibat walaupun basis ini lebih merupakan
asumsi daripada kenyataan karena dalam banyak hal sulit untuk dibuktikan secara
meyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan.
Hubungan biaya dan pendapatan
merupakan hubungan agregat antara berbagai faktor biaya sebagai kesatuan dan
berbagai faktor pendapatan sebagai kesatuan yang lain. Jadi, hubungan biaya dan
pendapatan bersifat ekonomik bukannya fisis.
Dalam hal perusahaan jasa, pada
umumnya tidak ada objek fisik yang dapat dijadikan dasar (takaran) untuk
menghubungkan pendapatan dengan biaya. Oleh karena itu, takaran penghubungnya
adalah periode. Misalnya, gaji sopir pada tahun 2002 dalam perusahaan angkutan
umum dapat ditandingkan langsung dengan pendapatan angkutan tahun 2002 karena
adanya takaran periode.
Dalam
hal perusahaan manufaktur, prosuk fisik dapat dijadikan sebagai sarana atau
takaran hubungan sebab-akibat. Bila penjualan 800 unit produk (dengan cost Rp
10.800) mendatangkan pendapatan Rp 15.000 dapat dikatakan penjualan prosuk
tersebut mendatangkan pendapatan. Sehingga, dalam hal ini cost yang harus
dipertandingkan dengan pendapatan (yang menjadi biaya) adalah seluruh cost
potensi jasa yang melekat pada prosuk yang telah terjual yang mendatangkan
pendapatan (sales revenues)
Identifikasi Cost Produk
Karena produk terjual merupakan takaran penandingan, cost prosuk akan
menjadi dua komponen yaitu cost produk yang telah terjual dan cost produk yang
belum terjual. Masalah teknis yang sering muncul adalah tidak semua cost
potensi jasa dapat dikaitkan dengan unit prosuk. Demikian juga tidak semua unsur
cost produksi dapat secara langsung dikaitkan dengan unit fisik prosuk atau
dengan suatu angkata produksi.
Salah satu alternatif pemecahan
masalah penandingan yang tepat adalah persediaan barang dan cost barang terjual
hanya memuat cost variabel. Sementara itu, cost tetap (produksi dan non
produksi) dipecah secara proporsional
sesuai dengan perbandingan persediaan dan cost barang terjual. Dapat juga,
semua cost tetap dianggap tidak tersedia dan diperlakukan sebagai biaya
periode. Pendekatan semacam ini disebut dengan pengkosan langsung/variabel (direct/variable
costing) sebagai pasangan dari pengkosan penuh (full costing).
Produk Usang atau Musiman
Masalah lain yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab-akibat
adalah adanya prosuk musiman yang tidak laku dijual. Persoalannya adalah
apapakah cost prosuk musiman yng tidak terjual merupakan sebab (sebagai biaya)
atau bukan (sebagai rugi). Dalam keadaan khusus sebagian cost persediaan barang
yag tidak terjual dalam suatu periode secara logis dapat dijadikan komponen
cost barang terjual.
Barang Rusak
Kelayakan ekonomik menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kondisi yang
melingkupi suatu masalah. Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal, atau
bahkan merupkan prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kulaitas baik, cost
barang yang rusak dapat dianggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan.
Identifikasi Cost Nonproduk
Dalam kaitannya dengan penandingan sebab-akibat, cost nonproduksi tidak
harus ditunda pembebanannya untuk dikaitkan dengan pendapatan masa datang kalau
tidak ada kepastian tentang pendapatan masa datang yang dapat dikaitkan dengan
cost non produksi tersebut. Demikian juga, tidak adanya pendapatan dalam
periode berjalan atau adnya kemungkinan rugi tahun berjalan tidak dapat dijadikan
alasan untuk menunda pembebanan cost nonproduksi.
Biaya Antisipasian
Biaya Antisipasian (anticipated expenses) adalah biaya yang dianggap
menyebabkan timbulnya pendapatan tetapi baru terjadi setelah pendapatan diakui.
Sebagai contoh adalah cost yang berkaitan dengan kegiatan purna-jual (after-sale
costs)seperti jaminan penjualan, jaminan reparasi gratis, dan pengumpulan
piutang.
Bila penandingan sebab-akibat dipertahankan, kos semacam itu harus
diantisipasi dan diakui pada periode terjadinya penjualan meskipun kos itu
belum terjadi. Jumlah rupiah pos antisipasian tidak pasti, tidak dapat
dijadikan alsan untuk menunda pengakuan. Selama probabilitas terjadinya dan
jumlah rupiahnya dapat ditaksir dengan cukup tepat, kos antisipasian dapat
diakui sebagai biaya periose terjadinya penjualan.
Alokasi Sistematik dan Rasional
Alokasi Sistematik dan Rasional merupakan proses penandingan dengan periode
sebagai penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan
periode (period matching). Dalam pengakuan biaya, diasumsi bahwa yang
menerima manfaat dari potensi jasa adalah periode bukannya produk. Dasar ini
cukup beralasan untuk beberapa jenis cost yang memang sangat erat kaitannya
dengan waktu seperti depresiasi, bunga, sewa, asuransi, dan sebagainya. Alasa
lain yang mendukung dasar penandingan ini adalah :
- Banyak jenis biaya periode yang berkaitan secara tidak langsung dengan pendapatan periode berjalan sehingga tidaklah terlalu menyimpang dari asosiasi sebab-akibat. Misalnya, untuk suatu toko buku, sewa toko dapat diasosiasi dengan penjualan buku selama periode penyewaan toko.
- Kalau biaya tersebut memang diperlukan untuk operasi perusahaan secara keseluruhan maka meretia harus dibebankan pada periode berjalan. Contoh : biaya penyelenggaraan klinik, dan perwatan medis pegawai.
- Bila biaya tidak diasosiasi dengan cukup pasti dengan pendapatan masa datang atau manfaat ekonomik tidak dapat dikaitkan dengan periode-periode masa datang.
- Kalau kegiatan atau kejadian sifatnya normal (regular) dan berulang serta jumlahnya tidak mempengaruhi laba secara material meskipun hal tersebut tidka menggambarkan penandingan yang sempurna (perfect matching) atau bahkan salah tanding (mismatched).
- Suatu kondisi memang memaksa untuk alokasi (baik antarperiode atau antarkegiatan) terutama untuk kos bergabung atau bersama (joint atau common cost) meskipun basisnya agak arbitrer. Jadi, alokasi sistematik dan rasional memang merupakan kebutuhan.
Alokasi Kos Bergabung atau Bersama
Argumen pendukung alokasi oleh Hendriksen di atas sebenarnya menjadi dasar
pemikiran bahwa alokasi merupakan proses yagn tidak dapat dihindari untuk
mencapai penandingan sebab-akibat. Karena karakteristik operasi perusahaan pada
umumnya, penentuan kos produk secara tepat membutuhkan alokasi untuk kos
bergabung (joint cost) atau kos bersama (common cost) betapapun
dasar alokasi tersebut agak bersifat abriter.
Kedua jenis kos ini sama-sama merupakan kos fasilitas, kegiatan, proses,
atau departemen jasa yang dinikmati oleh beberapa angkatan produk atau objek
kos lain (misal departemen produksi). Akan tetapi keduanya berbeda dalam hal
penyerapan oleh produk. Kos bersama tidak diserap langsung oleh produk tetapi
diserap melalui departemen produksi. Kos bergabung terjadi karena satu
fasilitas atau proses terpaksa digunakan untuk mengolah beberapa produk
sekaligus karena secara teknis atau alamiah beberapa produk tersebut tidak
dapat dipisahkan pengolahannya sampai titik tertentu (spli point).
Alokasi Kos Bergabung atau Bersama bersifat internal dalam suatu periode
sehingga hasilnya tidak mempengaruhi cost operasi total untuk periode tersebut
meskipun dasar alokasi agak arbitrer. Alokasi semacam ini hendaknya tidak
ditetapkan untuk alokasi cost faktor jasa antar periode.
Alokasi Bukan Sarana Pemerataan Laba
Dalam akuntansi manajerial dikenal metode yang disebut pengkosan normal (normal
costing). Dengan metode ini, kos overhead dibebankan ke produk atas produk
atas dasar tarif taksiran untuk suatu periode.
Tujuannya adalah agar kos produksi untuk periode interim (bulanan)
menggambarkan cost yang tepat dibanding kos aktual periode tersebut. Hal ini
dilakukan mengingat pos-pos overhead tidak terjadi secara merata sepanjang
tahun. Dengan demikian, menentukan kos produksi untuk keperluan keputusan
manajerialatas dasar kos aktual bulanan dapat menyesatkan.
Sehubungan dengan gagasan di atas, da;am hal apapun harus dibedakan dengan
tegas antara kebijakan penyebaran kos ke dalam periode-periode interim dan
kebijakan semata-mata untuk meratakan fluktuasi tahunan akibat bervariasinya
kondisi ekonomi jangka panjang. Tujuan alokasi interim bukan untuk mengaburkan
perkembangan (trend) laba melainkan untuk menjadi kan statemen laba-rugi
interim bermanfaat untuk kepentingan manajerial. Untuk mengatasi flutuasi laba
tahunan, cara terbaik adalah dengan menrbitkan serangkaian statemen laba-rugi
tahunan seperti apa adanya bukan serangkaian statemen yang diratakan.
Pendekatan Non-Alokasi
Keperluan untuk penandingan biaya dan pendapatan secara tepat menuntut
adanya alokasi. Alokasi, baik interim maupun antar periode tidak dapat
dihindari. Alokasi hanya dapat dipertahankan bila tiga karakter berikut
terpenuhi :
- Ketertambahan (additivity). Keseluruhan harus sama dengan hasil penggunggungan bagian-bagian. Kalau alokasi dilakukan untuk suatu total; alokasi harus menghabiskan total Jadi, jumlah-jumlah alokasian (allocated amounts) kalau digunggung kembali harus menjadi total sebelum alokasi.
- Ketakraguan (unambiguity). Metode alokasi harus unik dan jelas untuk tiap tujuan. Artinya untuk tujuan yang sama tidak boleh terdapat beberapa pilihan metode.
- Ketepertahankan (defensibility). Untuk metode alokasi yang dipilih, penentu kebijakan harus dapat mempertahankan argumen yang meyakinkan bahwa pilihannya unik dan lebih bik dari alternatif lain
Hanya karakteristik pertama dan kedua dipenuhi oleh alokasi dalam auntansi.
Alokasi mengalami masalah dalam karakteristik ketiga. Thomas menyatakan bahwa
hampir seluruh alokasi dalam akuntansi bersifat tak terjelaskan (incorrigble);
artinya tidak dapat didukung juga tidak dapat ditolak. Lebih tegasnya, para
akuntan tidak dapat membuktikan bahwa alokasi memberi informasi yang bermanfaat
sememtara itu tidak ada bukti yang dapat membantah bahwa informasi hasil
alokasi tersebut tidak bermanfaat. Sifat alokasi semacam ini terjadi akibat
banyaknya metode alokasi tersedia tetapi tidak ada cara yang meyakinkan untuk
menentukan bahwa metode yang satu lebih baik daripada yang lain.
Peranan Akuntansi Biaya
Menurut Carter Usry, di masa lalu, akuntansi
biaya secara luas dianggap sebagai cara perhitungan atas nilai persediaan yang
dilaporkan di neraca dan nilai harga pokok penjualan yang dilaporkan di laporan
laba-rugi. Pandangan ini membatasi cakupan informasi yang dibutuhkan oleh
manajemen untuk pengambilan keputusan menjadi sekadar data biaya produk guna
memenuhi aturan pelaporan eksternal. Definisi yang terbatas itu tidak sesuai
untuk masa sekarang dan tidak cukup untuk menggambarkan kegunaan informasi
biaya. Pengumpulan, presentasi, dan analisis dari informasi biaya dan
keuntungan membantu manajemen menyelesaikan tugas-tugas berikut:
- Membuat dan melaksanakan rencana anggaran untuk operasi dalm kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan berikutnya.
- Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas
- Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan
- Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi
- Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.
Biaya Dalam Hubungannya Dengan Produk
Menurut Carter
Usry, dalam lingungna manufaktur, total biaya terdiri atas 2 elemen: biaya
manufaktur dan biaya komersial.
Biaya Manufaktur juga siebut
biaya produksi atau biaya pabrik—biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari
tida elemen biaya: bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya
diebut biaya utama. Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik disebut biaya
konversi.
Bahan baku langsung adalah semua
bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan
secara eksplisit dalam perhitugna biaya produk. Kemudahan penelusuran item
bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dlam mengklasifikasikan
biaya sebagai bahan baku langsung.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga
kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat
dibebankan secara layak ke produk tertentu. Di pabrik yang sangat
terotomaitsasi, dua masalah sering muncul ketika usaha untuk mengidentifikasi
tenaga kerja langsung sebgai elemen biaya yang terpisah dilakukan. Pertama,
pekerja yang sama melakukan berbagai tugas. Mereka dapat bergantian mengerjakan
tugas tenaga kerja langsung kemudian tugas tenaga kerja tidak langsung secara
cepat dan sering, sehingga biaya tenaga kerja langusng menjadi sangat sulit
bahakan tidak mungkin dipisahkan. Kedua, tenaga kerja langsung mungkin
merupakan bagian yang tidak signifikan dari total biaya produksi, membuat hal
tersebut menjadi sulit untuk menujstifikasi biaya tenaga kerja langsung sebagai
elemen biaya terpisah.
Overhead pabrik trdiri atas semua
biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu.
Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung.
Bahan baku tidak langsung adalah
bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebgai bahan baku
langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk tersebut.
Bahan baku tidak langsung juga termasuk
bahan baku yang secara normal akan diklasifikasikan sebagai bahan baku
langsung. Ketika konsumsi bahan baku tersebut sangat minimal, atau penelusuran
terlalu rumit, maka pengklasifikasian bahan baku tersebut menjadi sia-sia atau
tidak ekonomis.
Tenaga kerja tidak langsung adalah
tenga kerja yang tidak dapat ditelusuri langsung ke konstruksi atau komposisi
dari produk jadi.
Beban komersial terdiri dari dua klasifikasi besar yaitu beban pemasaran
dan beban administratif. Beban pemasaran mulai dari titik di mana biaya
manufaktur berakhir. Yaitu, ketika proses manufaktur selesai dan produk ada
dalam kondisi siap dijual. Beban admistratif termasuk beban yang terjadi dalam
mengarahkan dan mengendalikan organisasi.
Puspita Sari
(11206072)
Hanya pada karakteristik
pertama dan kedua banyak dipenuhi oleh alokasi dalam akuntansi. Alokasi
mengalami masalah pada karakteristik ke
tiga. Thomas menyatakan ”Hampir semua alokasi akuntansi bersifat
takterjelaskan, yang artinya tidak dapat didukung tetapi tidak juga dapat
ditolak. Secara tegas para akuntansi tidak dapat membuktikan bahwa alokasi
tidak bermanfaat memberikan informasi, sementara itu tidak ada bukti yang dapat
membantah informasi hasil alokasi tersebut tidak bermanfaat. Sifat alokasi
semacam ini terjadi sebagai akibat banyaknya metoda alokasi yang tersedia
tetapi tidak tidak ada cara yang menyakinkan untuk menentukan metode yang satu
lebih baik dari metoda yang lain. Ketakjelasan manfaat alokasi akibat
tersedianya beberapa metode (kalkulasi) dinyatakan oleh Thomas sebagai berikut
:
- One can’t verifyt hem, because any other calculation is just as good.
- One can’t refute them, because their calculation is just as good as any other.
Thomas bahkan menduga bahwa semua metoda mungkin
sama jeleknya. Karena itu, bila kita tidak dapat membuktikan (to verify) atau
membantah (to refute) bahwa alokasi bermanfaat mengambil keputusan, maka alokasi
kospotensi jasa tidak relevan baggi kebutuhan pemakai laporan (investor). Kalau
hal tersebut diteruskan, alokasi dalam akuntansi hanya akan merupakan
”selamatan” atau ”tahayul” (ritual atau nonsense).
Kepercayaan kita terhadapnya
merupakan pengelabuan (deception) atau kecohan logika (fallacy). Oleh karena
itu, Thomas menganjurkan pelaporan keuangan yang bebas alokasi, yaitu akuntansi
nilai sekarang (current value reporting) dan akuntansi dana (funds statement
reporting). Dana disini adalah aset likuid yang dapat dibelanjakan seperti
pengertian dalam akuntansi kepemerintahan.
Argument Thomas untuk menolak
alokasi bertumpu pada kenyataan bahwa banya metoda alokasi dan akuntansi tidak
dapat membuktikan secara menyakinkan bahwa metoda yang satu lebih baik dari
metoda yang lain. Thomas juga menuntut agar akuntansi harus dapat membuktikan
bahwa potensi jasa tertentu (depresiasi) benar – benar memberi kontribusi dalam
menghasilkan pendapatan tertentu. Dengan kata lain, harus terdapat bukti yang
menyakinkan dan obyektif untuk dapat menerima validitas alokasi. Dalam hal ini,
akuntansi menganut konsep yang berbeda dengan Thomas untuk menentukan
validitas. Alokasi dapat dipertahankan dalam akuntansi dengan landasan konsep
dasar bukti terverifikasi dan obyektif serta konsep kelayakan ekonomi.
Akuntansi bukanlah ilmu pasti
sehungga obyektifitas bukti dalam akuntansi bersifat relatif yaitu obyektifitas
yang di tentukan oleh keadaan yang melingkupi bukan obyektifitas mutlak.
Rasionalitas dan penalaran dalam akuntansi banyak dilandasi oleh konsep dasar
atau asumsi yang validitasnya tidak selalu dapat dibuktikan secara konklusif,
empiris, dan ilmiah. Pengembangan metode akuntansi didasarkan pada penalaran
deduktif normal sehingga validitasnya harus di uji atas dasar kelayakan
penalaran dan kelayakan ekonomi, bukan atas dasar bukti empiris saja.
Alokasi merupakan usaha
akuntansi untuk mengalokasi biaya dan pendapatan secara layak bila tidak
terdapat basis untuk mengasosiasikan secara langsung atas dasar sebab akibat.
Akuntansi harus menciptakan metode baru untuk mempresentasikan penerapannya.
Apabila metode akutansi didasarkan pada pola penyerapan yang dapat
dipertimbangkan , pola tersebut secara intuitif dan normatif tampak memiliki
kelayakan ekonomi, maka dapat dikatakan rasional.
Bila alokasi di anggap sebagai
teori, alokasi harus dapat dipertahankan. Alokasi ditempatkan sebagai hipotesis
nol yang harus dapat disanggah validitasnya. Bila tidak dapat dibuktikan, maka
alokasi terpaksa harus diterima atau tidak dapat di tolak.
Pembebanan Arbitrer
Tidak ada alasan yang kuat
untuk menunda pembebanan kas untuk mencapai pembandingan sebab – akibat, juga
tidak ada dasar alokasi yang layak.Kas biasanya langsung dibebankan pada
periode terjadinya transaksi.
Brarti kas dibandingkan dengan
pendapatan secara arbitrer. Konsep yang melandasi pembebanan ini semata – mata
adalah kepraktisan. Pada umumnya pengakuan cost dengan segera sebagai biaya,
hal ini dilakukan karena manfaat masa datang tidak terukur atau tidak pasti.
Contoh jelas adalah pengakuan segera selisis kurs utang valuta asing akibat
kenaikan nilai tukar mata uang asing. Meskipun demikian terdapat alasan yang
kuat, karena kebijakan khusus akibat kejadian luar biasa. Selisih kurs tersebut
dikapasitalisasi meskipun manfaat ekonomi masa datang tidak ada lagi.
Perbandingan arbitrer tidak
selalu berkaitan dengan kerugiaan. Perbedaan dari pengakuan berkurangnya
manfaat sebagai biaya atau rugi terletak pada penyebab atau layaknya manfaat
ekonomi. Dalam hal biaya, berkurangnya manfaat umur ekonomi disebabkan oleh
pemakaian potensi jasa dalam rangkah menghasilkan pendapatan.
Penandingan dan Penyajian Pos – Pos
Biaya
Dari uraian mengenai Basic
asosiasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran yang ideal adalah
unit produksi, karena pendapatan diciptakan dengan menyerahkan produk. Oleh
karena itu, tiap unit produk menyerap semua jenis cost operasi (produksi,
penjualan, administrasi, dan pengumpulan piutang). Karena tidak mudahnya
menghubungkan secara layak kas kegiatan non produksi ke dalam produk, pengukur
yang umum di pakai selama periode.
Pengukuran berbasis perioda
menjadikan alokasi sistematik dan rasional akan suata hal yang tidak dapat
terhindari. Untuk penyususnan laba dan rugi secara periodik, pendapatan diukur
lebih dulu kemudian biaya yang tepat dimasukkan ke dalam pengukuran yang sama
sehingga laba dapat ditentukan. Masalah pembebanan kas dan asosiasi di atas berlaku untuk semua jenis
potensi jasa.
Persediaan
Secara umum teoritis
persediaan baerkaiatan dengan pengukuran kas barang yang tejual dalam
membandingkannya dengan pendapatan. Proses pengukuran dan penilaian pada
umumnya dilakukan pada akhir periode. Dengan demikian dapat dikatakan :
- Penentuan besarnya kas barang yang terjual diperbandingkan dengan penjualan sehingga dapat ditentukan besarnya laba perusahaan. Penentuan ini melibatkan berbagai metoda sebagai dasar pemecahan kas produksi menjadi kas yang melekat pada persediaan dan produk yang dijual.
- Penentuan barang persediaan sebagai unsur aktiva lancar perusahaan dan ini sangat penting untuk mengukur likuiditas operasi perusahaan.
Pembahasan di fokuskan pada
permasalahan pertama. Walaupun persediaan mencakup persediaan bahan baku dan
barang dalam proses. Pembahasan
akan ditujukan pada persediaan barang dagangan atau barang jadi. Untuk mencapai
tujuan yang pertama harus ditentukan kuantitas barang yang belum terjual dan
yang telah terjual. Penentuan
kuantitas persediaan merupakan langkah awal pengukuran dan penilaian. Karena aliran kas tidak selalu mengikuti
secara persis aliran arus barang, maka diperlukan metode yang paling
menggambarkan kegiatan yang sesungguhnya sehingga perbandingan yang tepat
antara biaya (kas barang yang terjual) dan pendapatan yang dapat dicapai.
Metode Asosiasi
Metode ini menjadi basic untuk
menentukan unit yang terjual dan kas yang melekat dengan jumlah penjualan.
Dengan demikian metode ini dapat diartikan sebagai asumsi aliran kas yang
mengikuti aliran barang. Asumsi diperlukan karena umumnya barang atau produk
tidak tersedia sekaligus dalam waktu satu periode. Biasanya barang
disediakan secara bertahap melalui
beberapa kali pembelian yang melibatkan kas per unit yang berbeda. Berikut
macam – macam dari metode tersebut :
- Identifikasi khusus (specific identification)
- Masuk pertama, keluar pertama (first in, first out)
- Persediaan normal
- Masuk terakhir keluar pertama (last in, first out)
Dasar pemilihan metoda sangat tergantung pada tujuan
atau kondisi yang dihadapi perusahaan. Tujuan utama pemilihan metode
menasosiasikan biaya dan pendapatan untuk menentukan laba yang tepat. Tujuan lain adalah menentukan nilai
persediaan untuk dicantumkan ke dalam neraca. Berikut perimbangan yang dijadikan sebagai dasar
pemilihan:
- Bila dimungkinkan, kos harus di identifikasikan dengan unit atas barang yang diukur.
- Operasional perusahaan harus dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang berurutan, berarti dalam satu periode aliran fisis tidak harus menjadi pertimbangan utama dalam penandingan.
- Tujuan ditekankan pada penilaian persediaan dengan harga paling akhir.
- Untung dan rugi akibat fluktuasi harga akan diidentifikasikan dan dilaporkan secara terpisah dengan kos harga jual.
Berbagai metode asosiasi akan
dibahas dengan berbagai pertimbangan di atas. Pertimbangan pertama dan kedua
menjadi fokus pembahasansedangkan pertimbangan ke tiga dan ke empat akan
dibahas dalam perubahan harga.
Identifikasi Khusus
Jika tujuan asosiasi adalah penandingan yang tepat
antara pendapatan dan kos tertentu, metoda ini sangat ideal. Bila sistem
akuntansi memungkinkan maka metode ini dianjurkan penerapannya. Untuk jenis
barang mahal dan perputarannya rendah, maka sangat cocok untuk tujuan
pengendalian disamping penandingan yang tepat. Namun metode ini mempunyai
kelemahan yaitu:
- Jarang sekali pendapatan khusus dibandingkan dengan kos khusus karena pendapatan perusahaan merupakan hasil keseluruhan sebagai suatu kesatuan. Maka identifikasi tidak memberi nilai tambah.
- Jenis barang yang homogen dan relatif murah, metode ini menjadi sangat mahal serta tidak sepadan dengan nilai tambah yang diperoleh.
- Jika fluktuasi harga sangat mencolok , maka dapat digunakan sebagai alat manipulasi laba.
Masuk Pertama Keluar Pertama
Metode ini menyatakan bahwa faktor kos mengalir
melalui perusahaan secara berurutan, tidak ada yang saling mendahului. Metode
ini sangat logis dalam merefleksikan asosiasi sebab akibat karena bentuknya
yang sangat sederhana.
Jadi jika penandingan secara tepat biaya dan
pendapatan menjadi tujuan , yang didukung atas dasar argumen berikut:
- Metode ini mendekati metode identifikasi khusus yang menjadi standar pemecahan kos. Bersifat sistematik dan konsisten.
- Untung dan rugi akibat fluktuasi harga, terealisasi dan diakui bersamaan dengan terjualnya barang, walau tidak disajikan secara terpisah dan melekatdalam laba.
- Penyajian persediaan akhir dalam neraca akan menggambarkan kos yang mendekati kos sekarang atau pengganti.
Rata – rata berbobot
sama selama
satu periode yang homogenus. Bahwa bahan baku yang dibeli berkali – kali atau produk yang dihasilkan
merupakan dari beberapa produk dalam periode tertentu.
Yang
menjadi bobot perataan adalah banyaknya unit dalam tiap pembelian atau
produksi. Metode tersebut bersifat netral dalam penentuan laba. Kos yang
melekat pada sediaan ataupun barang terjual memuat kos.
Secara
konsepsional, kos barang yang tersedia dijual atau kos produksi dibedakan
menjadi dua komponene atas dasar perbandingan harga eceran sediaan dan harga
eceran barang terjual. Secara teknis kos sediaan akhir ditentukan atas dasar
persentase kos terhadap harga eceran.
Metoda
ini jarang digunakan untuk penilaian dalam rangkah pelaporan resmi, karena
kurang merefleksikan onsep penandingan yang tepat. Sebagai alternatif metode
harga eceran adalah laba kotor. Secara konseptual metode ini sama dengan metoda
harga eceran kecuali dalam hal penentuan rasio antara kos dan penjualan.
Sediaan Normal
Metode ini sering disebut dengan metode sediaan
permanen (iron-stock metode). Yang dianggap perusahaan melakukan investasi
permanen dalam sediaan. Tujuannya ialah penandingan pendapatan sekarang dengan
kos sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung dan rugi guna
menahan sediaan atau fluktuasi harga.
Masuk Terakhir Keluar Pertama
Mengasumsikan bahwa sediaan merupakan aset tetap
yang tidak terkait dengan aliran kos. Dan tidak bertujuan untuk menyamai aliran
fisis barang tapi untuk menandingkan pendapatan sekarang dengan kos sekarang.
Seperti sediaan normal metoda ini menghasilkan laba operasional yang bebas dari
untung atau rugi akibat fluktuasi harga. Siklus transaksi dapat dimulai dari
sediaan kembali ke sediaan lagi dan bukan dari kas kembali ke kas. Berikut
argument metode ini:
a. Memudahkan penandingan kos sekarang dengan kos pendapatan
sekarang.
b. Jika harga naik maka sediaan barang akan
tersaji dengan jumlah rupiah yang konservatif.
c. Laba operasi tidak terpengaruh oleh untung
dan rugi flikstuasi harga atau penumpukan barang.
d. Kondisi harga yang fluktuasi dari tahun ke
tahun, metode ini dapat menjadi peralatan laba tahunan secara otomatis.
Metode
ini sangat populer di Amerika karena dapat digunakan dalam penilaian sediaan
untuk kepentingan surat pemberitahuan pajak, sehingga perusahaan memperoleh
penghematan dengan penundaan pembayaran pajak. MTKP mempunyai keunggulan dalam
pelaporan keuangan yaitu antara lain:
a. Penilaian sediaan untuk tujuan neraca
tidak menggambarkan potensi jasa atau arti ekonomik lagi karena kos yang digunakan
adalah kos yang sudah uasang. Akibat dari perhitung – perhitungan keuangan yang
tidak relevan.
b. Penggunaan metode MTKP hanya mengatasi perubahan tingkat harga
khusus.
c. Tidak menggambarkan laba operasi perusahaan
atas dasar kegiatan yang kronologis.
d. Laba tidak menggambarkan kemampuan operasi
perusahaan tetapi sekedar akumulasi untung dan rugi menahan sediaan awal perusahaan
saat metode ini diterapkan.
e. Tidak didukung sama sekalioleh konsep
pelaporan atas dasar kontinuitas usaha. Fluktuasi tahunan ialah fakta yang
harus diungkap melalui laba.
f. Bila informasi untung dan rugi fluktuasi
harus diungkapkan, secara otomatis justru menyembunyikan laba operasi sehingga
dapat menyesatkan pemakai statement keuangan.
Keberatan terhadap metode ini
adalah bahwa dalam keadaan harga cenderung naik dalam satu periode dan
cenderung menurun dalam periode lain. Dan keberatan lain adalah bahwa laba
operasi akan menjadi tercemari dengan untunh atau rugi fluktuasi harga.
Metode ini, rupiah digunakan
khusus sediaan yang sifatnya musiman agar manfaat tetap dapat dinikmati.
Biasanya diterapkan untuk suatu kelompok barang yang mempunyai spesifikasi
berbeda tapi mempunyai karakteristik fisis yang sama. Keuntungan dari metode
ini adalah investasi permanen yang dapat dijaga dan pekerjaan administrasi
pencatatan barang dapat dikurangi.
Implikasi Metode Asosiasi Terhadap Laba
Metode ini mendapat dukungan yang kuat, sebagai
salah satu cara menstabilkan laba periodik sampai tingkat tertentu. Laba yang
distabilkan hendaknya tidak dilaporkan sebagai laba sebenarnya untuk periode
tertentu. Dalam penentuan laba periodik sebenarnya tidak dapat diharapkan lebih
daripada pengukuran yang mendekati ideal.
Fasilitas Fisis
Hal fasilitas fisis, kos yang terjadi pada saat
pemerolehan pada umumnya sebagai aset dan baru diakui sebagai biaya sesuai
dengan pola penyerapan manfaat yang terpresentasikan dengan kos.
Karakteristik dan Tujuan Pelaporan
Semuat aset mempunyai karakter umum yaitu potensi
jasa yang bermanfaat bagi perusahaan. Berikut karakterisriknya:
- Berwujud fisis dan dikuasai perusahaan untuk mengelolah kegiatan operasi perusahaan.
- Umumnya berumur jangkah panjang walaupun terbatas sehingga perlu panggantian.
- Bernilai bagi perusahaan karena kekuasaan atau hak perusahaan untuk menggunakannya sebagai hak milik.
- Umumnya merupakan aset non moneter dan manfaatnya dapat deberikan berupa potensi jasa, bukan daya beli.
Karakteristik yang demikian
menyebabkan tujuan pelaporan dan pengukuran fasilitas fisis adalah menentukan
penggunaan jasa dala periode yang diperkirakan menhasilkan pendapatan. Tujuan
lain adalah memberi informasi kepada pemakai laporan. Atas dasar karakteristik
dan tujuan pelaporan, maka mengemukakan gagasan mengenai akuntansi fasilitas
fisik yaitu:
a. Kos fasilitas fisis sengaja diperoleh
untuk memungkinkan terjadinya produksi barang dan jasa sebagai faktor lain.
b. Kos fasilitas fisis dibebankan ke operasi
sengan cara sistematik memperlihatkan segala faktor yang berpengaruh.
c. Kos fasilitas fisis berkaitan dengan
operasional di masa mendatang, pada hakekatnya suatu bentuk beban tangguhan dan
harus dilaporkan dalam neraca.
Lengkapnya Silahkan Klik Download
0 Response to "KUMPULAN MAKALAH AKUNTANSI JUDUL BIAYA"
Posting Komentar