Assalamualaikum wr wb,,,,,,,,,,,,,,,,,, Selamat malam rekan-rekan guru semua yang ada diseluruh Indonesia......... Memang sungguh sangat ironis di Jakarta dan Bekasi ini. Ketimpangan yang sangat tajam terjadi atas pendapatan seseorang dengan yang lainnya. Ada buruh beranak banyak mendapat upah hanya cukup buat ongkos bekerja satu bulan, sementara ada artis berpenghasilan puluhan bahkan ratusan juta hanya dengan menjual dirinya dalam praktik prostitusi. Ini bukan membahas masalah halal/haram pekerjaan yang dilakukan melainkan ketimpangan. Bagaimana dengan guru honorer dan tidak tetap pada suatu yayasan/instansi?
Betapa para guru honorer mesti terseok-seok mencari sedikit rupiah dengan beban tanggung jawab yang tak dapat dikatakan mudah. Dengan mental yang harus tahan banting ketika menghadapi pihak yayasan, orangtua dan murid yang mungkin tak mengenakkan hatinya. Karena di dunia ini suka dan tidak suka pasti akan selalu ada dalam pengambilan kebijakan mereka.
Di sisi lain, segelintir orang begitu mudahnya mendapat penghasilan yang `wah` tanpa harus bekerja terlampau keras. Ada yang menjual diri, menjadi mucikari/ germo dan sejenisnya. Pemakainya pun masuk kategori orang berkantung tebal, yang amat sulit kita susuri bagaimana dia mendapat uang begitu banyak. Mungkin karena pikiran kita begitu lugu.
Ternyata Jakarta memang madu bagi segelintir oknum dan asam cuka bagi yang lainnya, mungkin termasuk kita di dalamnya. Akhir-akhir ini begitu sulit memperoleh uang terlebih kemapanan buat ke depan. Bagi guru honorer misalnya, hanya untuk mendapat tunjangan dari pemerintah saja dipersulit oleh oknum, entah itu internal maupun eksternal-nya. Padahal itu dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki nasib.
Untuk mengurus NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan) misalnya, begitu tak mudah. Betapa menguras tenaga dan airmata. Bagi guru honorer dan tidak tetap betapa mirisnya. Padahal sudah saatnya mendapat NUPTK, namun itu pun mereka harus menahan ledakan di hati. Tanpa NUPTK, mereka tak dapat jatah tunjangan-tunjangan dari pemerintah, sementara di sisi lain yayasan seenaknya membayar honor dengan alasan ini-itu.
Akan halnya bagi para guru honorer tidak tetap yang berniat menikah. Dengan posisi mereka yang tak menguntungkan mana mungkin mereka mewujudkan niat baik tersebut. Memang rezeki dari Allah namun perlu diupayakan pula bukan?
Di Jakarta/ Bekasi menjadi guru memang impian saat ini. Namun ternyata di sisi lain masih banyak para guru yang nasibnya Senin-Kamis dan belum memperoleh tunjangan karena belum memegang NUPTK. Sementara mau mengurus, dipersulit dan perlu banyak ongkos ke sana kemari. Menilik hal ini, jangan heran bila ketimpangan penghasilan antarguru begitu tajam apalagi dengan profesi lainnya di luar si gugu dan ditiru itu. Semoga Pemerintah segera membantu semua guru yang perlu dibantu sehingga ke depannya tak aka nada lagi guru yang harus berkubang dalam kepedihan hati. Toh mereka juga perlu berkeluarga bukan?
(Sumber : tribunnews.com )
Euis Damarwati,
Pengamat kependidikan
di Bekasi dan Jakarta
Demikian berita dan informasi yang dapat kami sampaikan, semoga ada manfaatnya untuk kita semua,,,,,,,,,,,,,,,,,
0 Response to "KETIMPANGAN PENGHASILAN PENDIDIK: MENGAPA TERJADI?"
Posting Komentar